Anda di halaman 1dari 5

1.

a. Untuk menyusun anggaran penjualan untuk kuartal kedua tahun 2020, kita dapat
menghitung jumlah persediaan akhir yang dikehendaki setiap bulan terlebih dahulu,
kemudian menggunakan informasi tersebut untuk menghitung jumlah penjualan yang
dianggarkan untuk setiap bulan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:
1) Hitung jumlah persediaan akhir yang dikehendaki setiap bulan:
April: 20% x 57.500 = 11.500
Mei: 20% x 34.500 = 6.900
Juni: 20% x 28.750 = 5.750
Juli: 20% x 17.250 = 3.450
Agustus: 20% x 0 (tidak ada penjualan bulan berikutnya) = 0
2) Hitung jumlah persediaan barang jadi akhir pada akhir Juni:
Persediaan barang jadi akhir pada akhir Maret = 4.600 unit
Persediaan barang jadi akhir pada akhir Juni = Persediaan barang jadi akhir pada
akhir Maret + Penjualan April + Penjualan Mei + Penjualan Juni - Persediaan
akhir yang dikehendaki untuk April - Persediaan akhir yang dikehendaki untuk
Mei - Persediaan akhir yang dikehendaki untuk Juni
Persediaan barang jadi akhir pada akhir Juni = 4.600 + 23.000 + 57.500 + 34.500
- 11.500 - 6.900 - 5.750 = 95.450 unit
3) Hitung jumlah penjualan yang dianggarkan untuk setiap bulan:
April: 23.000
Mei: 57.500
Juni: 34.500
Juli: 95.450 x 20% = 19.090, sehingga jumlah penjualan yang dianggarkan untuk
Juli adalah 28.750 - 19.090 = 9.660
Agustus: 9.660 x 1.2 = 11.592, sehingga jumlah penjualan yang dianggarkan
untuk Agustus adalah 17.250 - 11.592 = 5.658
Dengan demikian, anggaran penjualan untuk kuartal kedua tahun 2020 adalah sebagai
berikut:
April: 23.000
Mei: 57.500
Juni: 34.500
Juli: 9.660
Agustus: 5.658
b. Untuk menyusun anggaran produksi untuk kuartal kedua tahun 2020, perlu diketahui
jumlah persediaan yang diinginkan pada akhir setiap bulan. Berdasarkan kebijakan
manajemen, jumlah persediaan akhir setiap bulan adalah sebesar 20% dari penjualan
bulan berikutnya. Oleh karena itu, jumlah persediaan akhir yang diinginkan untuk
bulan-bulan berikutnya adalah sebagai berikut:
 April: 20% x 57.500 = 11.500
 Mei: 20% x 34.500 = 6.900
 Juni: 20% x 28.750 = 5.750
 Juli: 20% x 17.250 = 3.450
Untuk bulan Agustus tidak perlu dihitung, karena itu adalah bulan terakhir dalam
kuartal kedua dan tidak mempengaruhi kebutuhan produksi dalam kuartal tersebut.
Selanjutnya, perlu diketahui total persediaan yang diinginkan selama kuartal kedua.
Jumlah persediaan akhir pada bulan Juni akan menjadi persediaan awal untuk bulan
Juli, sehingga jumlah persediaan akhir selama kuartal kedua adalah:
4.600 (persediaan awal) + 11.500 (persediaan akhir bulan April) + 6.900 (persediaan
akhir bulan Mei) + 5.750 (persediaan akhir bulan Juni) = 28.750
Dengan demikian, total persediaan yang dibutuhkan selama kuartal kedua adalah
28.750 unit.
Untuk menyusun anggaran produksi, perlu dihitung juga jumlah produksi yang
dibutuhkan untuk memenuhi penjualan yang direncanakan. Total penjualan yang
direncanakan selama lima bulan adalah 23.000 + 57.500 + 34.500 + 28.750 + 17.250
= 161.000. Karena persediaan yang diinginkan selama kuartal kedua adalah 28.750,
maka jumlah produksi yang dibutuhkan adalah:
161.000 - 28.750 = 132.250
Dengan demikian, jumlah produksi yang perlu dianggarkan untuk kuartal kedua tahun
2020 adalah sebesar 132.250 unit.

2.
a. Untuk menyusun anggaran biaya bahan baku langsung, kita perlu mengetahui
jumlah bahan baku langsung yang dibutuhkan untuk memproduksi produk selama
kuartal kedua tahun 2020, serta kebijakan manajemen terkait persediaan bahan baku
akhir setiap bulannya.
Pertama-tama, kita perlu menghitung jumlah bahan baku langsung yang dibutuhkan
untuk memproduksi produk selama kuartal kedua. Berdasarkan anggaran produksi
yang telah dihitung pada soal sebelumnya, jumlah produksi untuk kuartal kedua
adalah sebagai berikut:
Juli: 6.000 unit
Agustus: 3.750 unit
September: 5.000 unit
Jumlah produksi selama kuartal kedua adalah 14.750 unit. Diketahui bahwa untuk
menghasilkan satu unit produksi diperlukan bahan baku sebanyak 6 kg. Oleh karena
itu, jumlah bahan baku langsung yang dibutuhkan selama kuartal kedua adalah
88.500 kg (14.750 unit x 6 kg/unit).
Selanjutnya, kita perlu menentukan kebijakan manajemen terkait persediaan bahan
baku akhir setiap bulannya. Berdasarkan informasi yang diberikan, perusahaan
menginginkan saldo bahan baku di setiap akhir bulan sama dengan 10% dari nilai
bahan baku yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi pada bulan berikutnya. Oleh
karena itu, untuk bulan Juni, saldo bahan baku akhir yang diinginkan adalah 8.850
kg (88.500 kg x 10%).
Pada akhir bulan Maret 2020, perusahaan memiliki saldo persediaan bahan baku
langsung sebanyak 17.940 kg. Oleh karena itu, persediaan bahan baku langsung
yang perlu dibeli untuk kuartal kedua adalah sebagai berikut:
Persediaan bahan baku akhir Juni: 8.850 kg
Jumlah bahan baku langsung yang dibutuhkan selama kuartal kedua: 88.500 kg
Persediaan bahan baku awal kuartal kedua (Maret): 17.940 kg
Jadi, total bahan baku langsung yang perlu dibeli selama kuartal kedua adalah
79.410 kg (8.850 kg + 88.500 kg - 17.940 kg).
Untuk menghitung anggaran biaya bahan baku langsung, kita perlu mengetahui
harga per kilogram bahan baku langsung. Diketahui bahwa harga per kilogram bahan
baku langsung adalah sebesar Rp. 4.000.
Maka, anggaran biaya bahan baku langsung untuk kuartal kedua tahun 2020 adalah
sebagai berikut:
Anggaran biaya bahan baku langsung = Jumlah bahan baku langsung yang perlu
dibeli x Harga per kilogram
= 79.410 kg x Rp. 4.000/kg
= Rp. 317.640.000
Jadi, anggaran biaya bahan baku langsung untuk kuartal kedua tahun 2020 adalah
sebesar Rp. 317.640.000.
b. Untuk menyusun anggaran biaya tenaga kerja, kita perlu menggunakan informasi
sebagai berikut:
 Setiap produk akan diproses oleh tenaga kerja bagian produksi selama 0,11 jam.
 Perusahaan memiliki kebijakan "no layoff" di mana setiap pekerja akan dibayar
senilai 40 jam setiap minggunya, meskipun pekerja tidak bekerja penuh selama
40 jam tersebut. Para pekerja akan dibayar sebesar Rp. 92.000 per jam tanpa
memandang jumlah jam kerja yang terjadi.
 Rencana produksi pada kuartal berjalan dengan nilai minimal jam kerja
sebanyak 3.450. Jika para pekerja berproduksi selama kurang dari 3.450 jam
kerja maka tetap akan dibayar senilai 3.450 jam kerja.
Dengan informasi di atas, kita dapat menyusun anggaran biaya tenaga kerja sebagai
berikut:
1) Menentukan jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk memproduksi produk:
April: 29.900 unit x 0,11 jam/ unit = 3.289 jam
Mei: 75.000 unit x 0,11 jam/ unit = 8.250 jam
Juni: 45.000 unit x 0,11 jam/ unit = 4.950 jam
Juli: 37.500 unit x 0,11 jam/ unit = 4.125 jam
Agustus: 22.500 unit x 0,11 jam/ unit = 2.475 jam
2) Menentukan jumlah jam kerja minimum yang harus dibayar:
Total jam minimum yang harus dibayar = 3.450 jam x 3 bulan = 10.350 jam
3) Menentukan jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk mencapai jumlah jam
minimum yang harus dibayar:
Jumlah pekerja yang dibutuhkan = total jam minimum yang harus dibayar / (40
jam/minggu x 4 minggu/bulan) = 10.350 jam / 160 jam/bulan = 65 pekerja
(dibulatkan ke atas)
4) Menghitung biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan:
Biaya tenaga kerja = jumlah pekerja x 40 jam/minggu x Rp. 92.000/jam x 3
bulan = 65 x 40 x 92.000 x 3 = Rp. 7.572.000.000
Jadi, anggaran biaya tenaga kerja untuk kuartal kedua tahun 2020 adalah sebesar Rp.
7.572.000.000.

3. Asd
a. Untuk menyusun anggaran beban penjualan dan administrasi untuk kuartal kedua
tahun 2020, kita perlu menghitung beban penjualan dan administrasi untuk setiap
bulan pada kuartal kedua dan anggaran kas masuk dari penjualan kredit. Berikut
adalah langkah-langkah untuk menyusun anggaran tersebut:
1) Menghitung beban penjualan dan administrasi tetap per bulan: Beban Penjualan
dan Administrasi Tetap per bulan adalah Rp. 805.000.000, termasuk penyusutan
senilai Rp. 115.000.000. Jadi, Beban Penjualan dan Administrasi Tetap sebesar
Rp. 690.000.000 per bulan.
2) Menghitung beban penjualan dan administrasi variabel per unit: Beban
Penjualan dan Administrasi Variabel ditetapkan sebesar Rp. 5.750 per unit yang
terjual.
3) Menghitung anggaran beban penjualan dan administrasi untuk setiap bulan pada
kuartal kedua:
 Untuk bulan April 2020: Jumlah unit yang terjual = 2.645.000.000 / 8.500 =
311.176 unit Beban Penjualan dan Administrasi Variabel = 311.176 x Rp. 5.750
= Rp. 1.785.470.000 Beban Penjualan dan Administrasi Tetap = Rp.
690.000.000 Total Beban Penjualan dan Administrasi = Rp. 2.475.470.000
 Untuk bulan Mei 2020: Jumlah unit yang terjual = 6.612.500.000 / 8.500 =
777.353 unit Beban Penjualan dan Administrasi Variabel = 777.353 x Rp. 5.750
= Rp. 4.465.699.250 Beban Penjualan dan Administrasi Tetap = Rp.
690.000.000 Total Beban Penjualan dan Administrasi = Rp. 5.155.699.250
 Untuk bulan Juni 2020: Jumlah unit yang terjual = 3.967.500.000 / 8.500 =
466.294 unit Beban Penjualan dan Administrasi Variabel = 466.294 x Rp. 5.750
= Rp. 2.676.805.500 Beban Penjualan dan Administrasi Tetap = Rp.
690.000.000 Total Beban Penjualan dan Administrasi = Rp. 3.366.805.500
Jadi, anggaran beban penjualan dan administrasi untuk kuartal kedua tahun 2020
adalah sebagai berikut:
Bula Beban Penjualan dan Beban Penjualan dan Total Beban Penjualan
n Administrasi Variabel Administrasi Tetap dan Administrasi
April Rp. 1.785.470.000 Rp. 690.000.000 Rp. 2.475.470.000
Mei Rp. 4.465.699.250 Rp. 690.000.000 Rp. 5.155.699.250
Juni Rp. 2.676.805.500 Rp. 690.000.000 Rp. 3.366.805.500

b. Untuk menyusun anggaran kas masuk pada kuartal kedua tahun 2020, kita perlu
menghitung pola penerimaan kas berdasarkan kebijakan penagihan piutang yang telah
disebutkan pada soal. Berikut adalah perhitungannya:
Saldo akun piutang dagang pada akhir Maret = Rp. 345.000.000
Penjualan bulan April = Rp. 2.645.000.000
Penerimaan kas dari penjualan bulan April = 70% x Rp. 2.645.000.000 = Rp.
1.851.500.000
Sisa penjualan bulan April yang belum diterima kasnya = 30% x Rp. 2.645.000.000 =
Rp. 793.500.000
Saldo akun piutang dagang pada akhir April = sisa penjualan bulan April yang belum
diterima kasnya + saldo akun piutang dagang pada akhir Maret = Rp. 793.500.000 +
Rp. 345.000.000 = Rp. 1.138.500.000
Penjualan bulan Mei = Rp. 6.612.500.000
Penerimaan kas dari penjualan bulan Mei = 70% x Rp. 6.612.500.000 = Rp.
4.628.750.000
Sisa penjualan bulan Mei yang belum diterima kasnya = 30% x Rp. 6.612.500.000 =
Rp. 1.983.750.000
Saldo akun piutang dagang pada akhir Mei = sisa penjualan bulan Mei yang belum
diterima kasnya + saldo akun piutang dagang pada akhir April = Rp. 1.983.750.000 +
Rp. 1.138.500.000 = Rp. 3.122.250.000
Penjualan bulan Juni = Rp. 3.967.500.000
Penerimaan kas dari penjualan bulan Juni = 70% x Rp. 3.967.500.000 = Rp.
2.777.250.000
Sisa penjualan bulan Juni yang belum diterima kasnya = 30% x Rp. 3.967.500.000 =
Rp. 1.190.250.000
Saldo akun piutang dagang pada akhir Juni = sisa penjualan bulan Juni yang belum
diterima kasnya + saldo akun piutang dagang pada akhir Mei = Rp. 1.190.250.000 +
Rp. 3.122.250.000 = Rp. 4.312.500.000
Sehingga, anggaran kas masuk untuk kuartal kedua tahun 2020 adalah sebagai
berikut:
April: Rp. 1.851.500.000
Mei: Rp. 4.628.750.000
Juni: Rp. 2.777.250.000
Total anggaran kas masuk untuk kuartal kedua tahun 2020 = Rp. 9.257.500.000.

4. Untuk menyusun anggaran kas keluar (pembelian bahan baku langsung) untuk kuartal
kedua tahun 2020, perlu diketahui terlebih dahulu berapa jumlah bahan baku yang harus
dibeli selama kuartal tersebut. Berdasarkan perhitungan pada soal nomor 2, jumlah bahan
baku yang harus dibeli selama kuartal kedua adalah 9.210 kg.
Selanjutnya, perlu diketahui nilai pembelian bahan baku selama kuartal kedua. Diketahui
harga pembelian bahan baku sebesar Rp. 4.000 per kg, maka nilai pembelian bahan baku
selama kuartal kedua adalah:
9.210 kg x Rp. 4.000/kg = Rp. 36.840.000
Setengah dari nilai pembelian bahan baku pada bulan berjalan dibayar pada bulan
tersebut, sehingga pembayaran pada bulan berjalan adalah:
Rp. 36.840.000 / 2 = Rp. 18.420.000
Sisanya dibayar pada bulan berikutnya, sehingga pembayaran pada bulan berikutnya
adalah:
Rp. 36.840.000 / 2 = Rp. 18.420.000
Saldo utang dagang pada akhir bulan Maret adalah sebesar Rp. 138.000.000. Oleh karena
itu, pembayaran pada bulan April akan meliputi pembayaran atas setengah nilai
pembelian bahan baku pada bulan berjalan dan seluruh saldo utang dagang pada akhir
bulan Maret, yaitu:
Rp. 18.420.000 + Rp. 138.000.000 = Rp. 156.420.000
Sedangkan pembayaran pada bulan Mei akan meliputi pembayaran sisanya, yaitu:
Rp. 18.420.000
Sehingga, anggaran kas keluar (pembelian bahan baku langsung) untuk kuartal kedua
tahun 2020 adalah sebagai berikut:
April: Rp. 156.420.000
Mei: Rp. 18.420.000
Juni: Rp. 18.420.000

Anda mungkin juga menyukai