Anda di halaman 1dari 5

SOAL 1

Perusahaan X telah mengadopsi kebijakan baru dengan mempekerjakan dua jenis karyawan,
yaitu karyawan full time dan karyawan part time. Sebelumnya, perusahaan hanya
mempekerjakan karyawan full time, tetapi sekarang mereka telah menggabungkannya dengan
karyawan part time. Dalam struktur ini, karyawan full time biasanya bekerja secara penuh
waktu, dengan jam kerja yang ditetapkan dan kewajiban untuk bekerja setiap hari kerja.
Mereka mungkin memiliki kontrak kerja yang jelas dan mendapatkan manfaat yang lebih
lengkap, seperti asuransi kesehatan, cuti tahunan berbayar, dan pensiun.
Di sisi lain, karyawan part time bekerja dalam jam kerja yang lebih fleksibel dan memiliki
kewajiban kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan karyawan full time. Biasanya,
karyawan part time bekerja dalam jam yang lebih singkat per minggu atau hanya pada hari-
hari tertentu dalam seminggu. Karyawan part time mungkin tidak memenuhi syarat untuk
beberapa manfaat yang sama seperti karyawan full time, tergantung pada kebijakan
perusahaan. Alasan perusahaan X menggabungkan karyawan full time dan part time mungkin
untuk mengurangi jumlah karyawan full time dan mengoptimalkan fleksibilitas tenaga kerja.
Dengan lebih banyak karyawan part time, perusahaan dapat mengatur jadwal kerja dan
tenaga kerja dengan lebih efisien, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan
fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan fluktuasi permintaan atau kebutuhan bisnis yang
berbeda.

SOAL 2
a. Fungsi biaya jangka pendek PT. X dinyatakan sebagai TC = 200 + 55q, di mana TC
adalah biaya total dan q adalah jumlah output. Dalam fungsi ini, FC dapat dihitung
dengan mengidentifikasi biaya tetapnya. Biaya tetap adalah komponen biaya yang tidak
tergantung pada jumlah output. Dalam hal ini, nilai FC dapat ditentukan dengan melihat
biaya saat output (q) adalah nol.
Jika q = 0, maka fungsi biaya menjadi:
TC = 200 + 55(0)
TC = 200 + 0
TC = 200
Dalam kasus ini, biaya total (TC) saat q = 0 adalah 200. Oleh karena itu, nilai FC (biaya
tetap) untuk PT. X adalah 200.
b. Nilai FC telah ditentukan sebelumnya sebagai 200. Jika Q (jumlah output) adalah 100,
maka kita dapat menghitung AVC sebagai berikut:
TC = 200 + 55Q
TC = 200 + 55(100)
TC = 200 + 5500
TC = 5700

TVC = TC - FC
TVC = 5700 - 200
TVC = 5500

AVC = TVC / Q
AVC = 5500 / 100
AVC = 55
Jadi, nilai AVC jika Q = 100 adalah 55.
c. Nilai FC (biaya tetap) telah ditentukan sebelumnya sebagai 200. Jika Q (jumlah output)
adalah 100, maka kita dapat menghitung AFC sebagai berikut:
AFC = FC / Q
AFC = 200 / 100
AFC = 2
Jadi, nilai AFC jika Q = 100 adalah 2.

SOAL 3
a. Dsa
Isoquant adalah suatu konsep dalam ekonomi yang menggambarkan berbagai kombinasi
input yang menghasilkan tingkat output yang sama. Dalam analisis produksi, isoquant
digunakan untuk memetakan hubungan antara faktor-faktor produksi (seperti tenaga
kerja dan modal) dengan output yang dihasilkan.

Contoh ilustrasi isoquant dapat dijelaskan dengan menggunakan produksi barang X.


Anggaplah terdapat dua faktor produksi utama yang digunakan dalam proses produksi
barang X, yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K). Isoquant akan menunjukkan berbagai
kombinasi jumlah tenaga kerja dan modal yang menghasilkan tingkat output yang sama.

Misalnya, mari kita lihat tabel berikut:

Jumlah Tenaga Kerja (L) Jumlah Modal (K) Output Barang X


1 5 10
2 3 10
3 2 10
4 1 10
5 1 10

Dalam tabel ini, jumlah output barang X tetap 10 unit, tetapi kombinasi tenaga kerja dan
modal bervariasi. Jika kita menggambar isoquant untuk tingkat output 10 unit, kita akan
mendapatkan kurva yang menghubungkan titik-titik tersebut.

5
3
2
1

10
Ilustrasi isoquant dalam bentuk grafik dapat berbentuk kurva yang menunjukkan
kombinasi input yang menghasilkan tingkat output yang sama. Pada grafik, sumbu X
mewakili jumlah tenaga kerja (L), sedangkan sumbu Y mewakili jumlah modal (K).
Kurva isoquant akan menunjukkan kombinasi titik yang berbeda di sepanjang kurva
yang menghasilkan tingkat output yang sama, dalam contoh ini, output 10 unit.

Dengan adanya isoquant, kita dapat menganalisis substitusi antara faktor-faktor produksi,
mengukur elastisitas substitusi, serta memahami tingkat efisiensi dalam produksi dengan
memilih kombinasi input yang optimal untuk mencapai tingkat output yang diinginkan.
b. Isocost adalah konsep dalam ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan kombinasi
input yang memiliki biaya total yang sama. Isocost menunjukkan berbagai kombinasi
faktor produksi yang dapat diperoleh dengan biaya yang tetap. Dalam analisis produksi,
isocost digunakan untuk memetakan hubungan antara biaya produksi dengan kombinasi
input yang digunakan. Biasanya, dalam konteks isocost, hanya dua faktor produksi yang
diperhitungkan, seperti tenaga kerja (L) dan modal (K).
Misalnya, kita memiliki biaya total (TC) yang tetap, yaitu Rp 1.000.000. Maka, isocost
akan menunjukkan berbagai kombinasi input tenaga kerja dan modal yang dapat
diperoleh dengan biaya total tersebut.

5
3
2
1

1.000.000
Contoh ilustrasi isocost dapat dijelaskan dengan menggunakan grafik. Pada grafik,
sumbu X mewakili jumlah tenaga kerja (L), sedangkan sumbu Y mewakili jumlah modal
(K). Garis isocost akan digambarkan sebagai garis lurus yang menunjukkan kombinasi
input yang memiliki biaya total yang sama. Misalnya, jika biaya total adalah Rp
1.000.000, maka isocost akan menghubungkan titik-titik kombinasi input yang memiliki
biaya total tersebut.

Dengan adanya isocost, kita dapat menganalisis substitusi antara faktor-faktor produksi
dalam konteks biaya. Isocost memungkinkan kita untuk memilih kombinasi input yang
paling efisien dalam mencapai tingkat output yang diinginkan dengan biaya yang tetap.
Selain itu, isocost juga dapat digunakan untuk melakukan perbandingan biaya antara
beberapa kombinasi input dalam upaya mengoptimalkan produksi.

SOAL 4
Sebelum penambahan pekerja:
Jumlah pekerja (L1) = 5
Produk (Q1) = 42
Setelah penambahan pekerja:
Jumlah pekerja (L2) = 5 + 2 = 7
Produk (Q2) = 50
Marginal Product (MP):
MP = Q2 - Q1
MP = 50 - 42
MP = 8
Jadi, Marginal Product (MP) setelah penambahan pekerja adalah 8.

Produk Rata-rata (Average Product):


AP1 = Q1 / L1
AP1 = 42 / 5
AP1 = 8.4
AP2 = Q2 / L2
AP2 = 50 / 7
AP2 = 7.14
Jadi, Produk Rata-rata (AP) sebelum penambahan pekerja adalah 8.4 dan setelah penambahan
pekerja adalah 7.14.

SOAL 5
 Pada kombinasi A diketahui
L = 10
K = 25
Maka besar kombinasi biaya A adalah
C = (0,2 x 10) + (0,3 x 25)
C = 9,5
 Pada kombinasi B diketahui
L = 15
K = 16
Maka besar kombinasi biaya B adalah
C = (0,2 x 15) + (0,3 x 16)
C = 7,8
 Pada kombinasi C diketahui
L = 20
K = 10
Maka besar kombinasi biaya C adalah
C = (0,2 x 20) + (0,3 x 10)
C=7
 Pada kombinasi D diketahui
L = 25
K=8
Maka besar kombinasi biaya D adalah
C = (0,2 x 25) + (0,3 x 8)
C = 7,4
Tabel hasil perhitungan biaya produksi kombinasi tenaga kerja dan modal mesin
Kombinasi L K C
A 10 25 9,5
B 15 16 7,8
C 20 10 7
D 25 8 7,4

Dari table hasil perhitungan diketahui bahwa biaya produksi paling rendah atau
minimum adalah 7 yaitu pada saat perusahaan menggunakan 20 tenaga kerja dan 10
mesin.

Anda mungkin juga menyukai