Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SUMMARY CHAPTER 5

THE PRODUCTION PROCESS AND COSTS

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Mata Kuliah Ekonomi Manajerial


Kelas B 221

Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia
2022
Pengukuran Aljabar Produktivitas

Mengingat bentuk aljabar dari fungsi produksi, kita dapat menghitung berbagai
ukuran produktivitas. Sebagai contoh, produk rata-rata dari suatu input adalah output
yang dihasilkan dibagi dengan jumlah unit input yang digunakan.
Ketika output diproduksi dengan modal dan tenaga kerja, produk rata-rata tenaga
kerja akan bergantung tidak hanya pada berapa banyak unit tenaga kerja yang
digunakan tetapi juga pada berapa banyak modal yang digunakan. Karena output
total (Q) dipengaruhi oleh tingkat kedua input, ukuran yang sesuai dari produk rata-
rata bergantung pada modal dan tenaga kerja. Demikian juga, rata-rata produk
modal tidak hanya bergantung pada tingkat modal tetapi juga pada tingkat tenaga
kerja yang digunakan untuk memproduksi Q.
Ingatlah bahwa produk marginal suatu input adalah perubahan output yang
dihasilkan dari perubahan input tertentu. Ketika fungsi produksi linier, produk
marginal dari suatu input memiliki representasi yang sangat sederhana, seperti yang
ditunjuka oleh persamaan berikut.
Q=F ( K , L )=aK +bL
Dengan
MP K =a
Dan
MP L =b

Jadi, untuk fungsi produksi linier, produk marjinal suatu input hanyalah koefisien
input dalam fungsi produksi. Ini menyiratkan bahwa produk marjinal suatu input tidak
tergantung pada kuantitas input yang digunakan bilamana fungsi produksinya linier;
fungsi produksi linier tidak mematuhi hukum produk marjinal yang semakin
berkurang. Berbeda dengan kasus linier, produk marjinal input untuk fungsi produksi
Cobb-Douglas bergantung pada jumlah input yang digunakan, seperti yang
diungkapkan oleh rumus berikut.
a b
Q=F ( K , L )=K L
Dengan
a−1 b
MP K =a K L
Dan
a b−1
MP L =b K L
Isoquant

Isoquant adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua input
variabel, kapital dan tenaga kerja, yang memberikan tingkat output produksi yang sama.).
Dengan demikian, produsen dapat menggunakan lebih banyak mesin (modal) atau mungkin
sebaliknya lebih banyak tenaga kerja. Namun konsep isoquant menggambarkan
bagaimanapun kombinasi keduanya tetap hasil output yang diproduksi sama.

Misalkan teman-teman ingin membuat 100 roti. Teman-teman membutuhkan mesin (modal)
dan tenaga kerja. Katakanlah teman-teman untuk menghasilkan 100 roti dapat
menggunakan 2 mesin dan 18 tenaga kerja. Tapi bisa juga teman-teman menggunakan 5
mesin dan 8 tenaga kerja untuk menghasilkan 100 roti. Jadi, konsep isoquant disini yaitu
output yang dihasilkan sama-sama 100 roti.

Gambar 5–3 menggambarkan kumpulan isoquant yang identik. Karena bundel input A dan B
keduanya terletak pada isoquant yang sama, masing-masing akan menghasilkan tingkat
output yang sama, yaitu unit Q0. Kombinasi input A menyiratkan pabrik yang lebih padat
modal daripada kombinasi input B. Karena lebih banyak kedua input yang digunakan,
diperoleh isoquant yang lebih tinggi. Jadi, saat kita bergerak ke arah timur laut pada gambar,
setiap isoquant baru dikaitkan dengan tingkat output yang semakin tinggi. Perhatikan bahwa
isoquant pada Gambar 5–3 adalah cembung menuju titik origin. Isoquant umumnya
digambar dengan bentuk cembung adalah karena input seperti modal dan tenaga kerja
biasanya tidak dapat disubstitusikan secara sempurna. Pada Gambar 5–3, misalnya, jika
kita mulai dari titik A dan mulai mengganti tenaga kerja dengan modal, dibutuhkan
peningkatan jumlah tenaga kerja untuk menggantikan setiap unit modal yang diambil.
Isoquant juga dapat menunjukkan fleksibilitas yang dimiliki oleh sebuah perusahaan ketika
mereka membuat suatu keputusan yang berkaitan dengan produksi. Dalam sebuah
perusahaan biasanya dilakukan sebuah upaya untuk melakukan substitusi satu input
dengan input yang lainnya untuk memperoleh suatu output tertentu. Fleksibilitas sangat
penting untuk mempertimbangkan menentukan kombinasi terbaik yaitu meminimalkan
pengeluaran dan memaksimalkan pendapatan dengan meminimalkan input dan
memaksimalkan sebuah output untuk mendapatkan sebuah keuntungan yang maksimal.

Tingkat di mana tenaga kerja dan modal dapat saling menggantikan disebut marginal rates
of technical substitution (MRTS). MRTS modal dan tenaga kerja adalah nilai absolut dari
kemiringan isoquant dan secara sederhana merupakan rasio produk margin:

MP L
MRTS KL=
MP K

Fungsi produksi yang berbeda akan menunjukan marginal rates of technical substitution
yang berbeda. Misalnya, fungsi produksi linier mengimplikasikan isoquant yang linier, seperti
pada Gambar 5–4(a). Hal ini karena input adalah substitusi sempurna satu sama lain dan
tingkat di mana produsen dapat mengganti input tidak tergantung pada tingkat penggunaan
input. Secara khusus, untuk fungsi produksi linier Q = aK + bL, tingkat substitusi teknis
marginal adalah b/a karena MPL = b dan MPK = a. Ini tidak tergantung pada tingkat input
yang digunakan.

Fungsi produksi Leontief menyiratkan isoquant yang berbentuk L, seperti pada Gambar 5–
4(b). Dalam hal ini, input harus digunakan dalam proporsi yang tetap; manajer tidak dapat
mengganti antara modal dan tenaga kerja dan mempertahankan tingkat output yang sama.
Untuk fungsi produksi Leontief tidak ada MRTS karena tidak ada substitusi antar input
sepanjang isoquant.
Untuk sebagian besar hubungan produksi, isoquant terletak di antara kasus substitusi
sempurna dan kasus proporsi tetap. Dalam hal ini, input dapat disubstitusikan satu sama
lain, tetapi tidak sempurna, dan tingkat di mana manajer dapat mengganti input akan
berubah sepanjang isoquant. Misalnya, dengan berpindah dari titik A ke titik B pada Gambar
5–5, manajer mengganti 1 unit modal dengan 1 unit tenaga kerja dan masih menghasilkan
100 unit output. Tetapi dalam berpindah dari titik C ke titik D, manajer harus mengganti 3
unit modal dengan 1 unit tenaga kerja untuk menghasilkan 100 unit output.

Dengan demikian, fungsi produksi memenuhi hukum tingkat substitusi teknis marginal yang
semakin berkurang: Karena produsen menggunakan lebih sedikit input, semakin banyak
input lain yang harus digunakan untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Law of
diminishing marginal rate of technical substitution adalah sifat fungsi produksi yang
menyatakan bahwa semakin sedikit satu input yang digunakan, semakin banyak input lain
yang harus digunakan untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Dapat ditunjukkan
bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas menyiratkan isoquant yang memiliki tingkat substitusi
teknis marginal yang semakin berkurang. Kapan pun isoquant menunjukkan tingkat
substitusi teknis marjinal yang semakin berkurang, isoquant yang sesuai adalah cembung
dari titik origin; yaitu, seperti isoquant pada Gambar 5–5.

Isocost

Kombinasi input yang akan membebani perusahaan dengan jumlah yang sama terdiri dari
garis isocost. Pada isocost yang ditekankan adalah penggunaan dua faktor produksi
tersebut memberikan biaya yang sama, meskipun output yang dihasilkan belum tentu sama.
Kurva isocost ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan dengan garis anggaran yang
dimiliki oleh perilaku konsumen. Dalam kurva isocost ada beberapa hal penting yang
dibahas yakni bagaimana cara menghemat suatu pengeluaran dari produksi dan
memaksimalkan pemasukan yang ada.

Hubungan untuk garis isocost digambarkan pada Gambar 5-6. Untuk memahami konsep ini,
misalkan perusahaan membelanjakan sejumlah $C untuk input. Maka biaya tenaga kerja
ditambah biaya modal sama dengan $C:

Wl+rK =C

di mana w adalah tingkat upah (harga tenaga kerja) dan r adalah tingkat sewa (harga
modal). Persamaan ini mewakili rumus untuk garis isocost.

Jika kedua sisi persamaan diatas dengan 1/r dan mendapatkan persamaan

w C
L+ K =
r r

C w
K= − L
r r

Jadi, sepanjang garis isocost, K adalah fungsi linier dari L dengan intersep vertikal C/r dan
kemiringan w /r.

Perhatikan bahwa jika produsen ingin menggunakan lebih banyak dari kedua input, lebih
banyak uang yang harus dikeluarkan. Dengan demikian, isocost yang terkait dengan biaya
yang lebih tinggi terletak di atas biaya yang lebih rendah. Ketika harga input konstan, garis
isocost akan sejajar satu sama lain. Gambar 5–7(a) mengilustrasikan garis isocost untuk
tingkat biaya C0 dan C1, di mana C0 < C1. Demikian pula, perubahan harga input
mempengaruhi posisi garis isocost. Kenaikan harga tenaga kerja membuat kurva isocost
lebih curam, sedangkan kenaikan harga modal membuatnya lebih datar. Misalnya, Gambar
5-7(b) menunjukan bahwa garis isocost berputar searah jarum jam ketika tingkat upah
meningkat dari w0 ke w1 Untuk harga input yang diberikan, isocost yang lebih jauh dari titik
origin dikaitkan dengan biaya yang lebih tinggi. Perubahan harga input mengubah
kemiringan garis isocost.

Cost Minimization

Dengan isocost dan isokuan yang baru saja didefinisikan dapat digunakan untuk
menentukan penggunaan input yang meminimalkan biaya produksi. Jika tidak ada
keterbatasan (scarcity), produsen tidak peduli dengan biaya produksi. Tetapi karena
keterbatasan adalah kenyataan ekonomi, produsen lebih cenderung melakukan minimalisasi
biaya yaitu, menghasilkan output dengan biaya serendah mungkin.

Pertimbangkan input pada titik A pada Gambar 5-8. Kombinasi L dan K ini terletak pada
isoquant Q0 dan dengan demikian menghasilkan unit output Q0. Itu juga terletak pada garis
isocost melalui titik A. Jadi, jika produsen menggunakan input A, dia akan menghasilkan unit
output Q0 dengan biaya total C1. Di sisi lain dengan menggunakan input B dan bukan A,
produsen dapat menghasilkan jumlah output yang sama dengan biaya yang lebih rendah,
yaitu C2. Singkatnya, tidak efisien bagi produsen untuk menggunakan input A karena input B
menghasilkan output yang sama dan terletak pada garis isocost yang lebih rendah. Pada
campuran input yang meminimalkan biaya, kemiringan isoquant sama dengan kemiringan
garis isocost. Mengingat bahwa nilai absolut dari kemiringan isokuan mencerminkan tingkat
substitusi teknis marginal dan bahwa kemiringan garis isocost diberikan oleh w /r, kita
melihat bahwa pada kombinasi input yang meminimalkan biaya,

w
MRTS KL=
r

Pada titik A pada Gambar 5-8, kemiringan isokuan lebih curam daripada kemiringan garis
isocost. Akibatnya, modal “terlalu mahal”; produsen menggunakan lebih sedikit modal dan
lebih banyak tenaga kerja untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Substitusi ini berlanjut
hingga akhirnya produsen berada pada titik seperti B, di mana MRTS sama dengan rasio
harga input. Kondisi penggunaan input yang meminimalkan biaya juga dapat dinyatakan
dalam produk marginal. Untuk melihat mengapa kondisi ini harus berlaku untuk dapat
meminimalkan biaya produksi pada tingkat output tertentu, misalkan MPL/w > MPK/r.
Kemudian, berdasarkan pembelanjaan terakhir, tenaga kerja adalah kesepakatan yang lebih
baik daripada modal, dan perusahaan harus menggunakan lebih sedikit modal dan lebih
banyak tenaga kerja untuk meminimalkan biaya. Secara khusus, jika perusahaan
mengurangi pengeluarannya untuk modal sebesar $1, ia dapat menghasilkan tingkat output
yang sama jika meningkatkan pengeluarannya untuk tenaga kerja kurang dari $1. Jadi,
dengan mengganti modal dan tenaga kerja, perusahaan dapat mengurangi biaya dan
memproduksi tingkat output yang sama. Substitusi ini jelas akan berlanjut sampai produk
marginal yang dibelanjakan untuk modal persis sama dengan produk marginal yang
dihabiskan untuk tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai