KELOMPOK 4
UNIVERISTAS UDAYANA
2018/2019
PEMBAHASAN
Q= f(X,Y)
Hubungan-hubungan produksi dalam Tabet 7.1 bisa juga disajikan secara grafis
seperti tampak pada Gambar 7.1. Tinggi balok pada setiap kombinasi input menunjukkan
tingkat output yang dihasilkan. Puncak balok output itu menggambarkan permukaan
produksi dari sistem tersebut. Data produksi diskrit yang ditunjukkan Tabel 7.1 bisa
digeneralisir menganggap bahwa tungsi produksi yang mendasarinya adalah kontinyu.
Fungsi produksi yang kontinyu mempunyai arti bahwa input bisa divariasikan
secara kontinyu. Untuk fungsi produksi yang kontinyu, semua komungkinan kombinasi
input bisa disajikan melalui gambar permukaan input. Seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7.2 Setiap titik pada bidang XY menyajikan kombinasi input X dan Y yang akan
menghasilkan tingkat output (Q) tertentu, ditentukan oleh hubungan yang ditunjukkan
persamaan 7.1.
2. Nilai Produksi Optimal Jangka Panjang dengan Satu Input Variabel
a. Isoquant Produksi
Isoquant menggambarkan berbagai kombinasidari dua input, misalkan tenaga kerja
dan modal yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk berproduksi pada tingkat output
tertentu. Isoquant yang lebih tinggi menunjukkan output yang lebih besar, begitu juga
sebaliknya apabila isquant rendah maka output juga akan rendah.
- Wilayah Ekonomis Produksi
Garis mendaki memisahkan bagian isokuan yang relevan (yang memiliki
kemiringan negative) dari bagian yang tidak relevan (yang memiliki kemiringan
positif). Dalam figure 6-7, garis mendaki 0VI menghubungkan titik-titik berbagai
isoquant mempunyai kemiringan nol. Isokuan memiliki kemiringan positif
disebelah kanan dan memiliki kemiringan negative disebelah kiri. Hal ini berarti
bahwa mulai, contohnya titik V pada isokuan 36Q jika perusahaan menggunakan
tenaga kerja ysng lebih banyak, perusahaan juga menggunakan lebih banyak
modal untuk tetap berada pad aisokuan yang sama (bandingkan titik U dan titik
V). mulai dari tiitk V, jika perusahaan menggunakan lebih banyak tenaga kerja
sementara jumlah modal tetap, tingkat output akan turun atau jatuh (artinya
perusahaan akan jatuh kembali ke isokuan yang lebih rendah. Hal yang sama juga
terjadi di semua titik pada garis mendaki 0VI. Sehingga MPL pastilah negative
pada sebelah kanan garis mendaki.
Garis mendaki 0ZI menghubungkan titik-titik dimana isokuan mempunyai
kemiringan tidak terbatas. Isokuan mempunyai kemiringan negative disisi kanan
garis mendaki dan kemiringan positif disebelah kirinya. Berarti mulai dari
contohnya, titik Z isokuan 36Q, jika perusahaan menggunakan lebih banyak agar
tetap berada pada isokuan yang sama (bandingkan titik W dengan titik Z). mulai
dari titik Z, jika perusahaan menggunakan lebih banyak modal pada jumlah
tenaga kerja yang sama, tingkat output akan turun atau jatuh (artinya perusahaan
akan jatuh kembali ke isokuan yang lebih rendah.
Jika, kita simpulkan bahwa bagian isokuan dengan kemiringan negative dalam
garis mendaki mencerminkan wilayah ekonomis produksi yang relevan. Ini
mengacu pada tahap II produksi untuk tenaga kerja dan modal, dimana MPL dan
MPX kedua-keduanya positif tetapi menurun.
b. Garis isocost
Garis isocost menunjukkan berbagai kombinasi input yang dapat dibelin atau
dipekerjakan oleh perusahaan pada tingkat biaya tertentu. Misalkan perusahaan hanya
menggunakan tenaga kerja dan modal dalam produksi. Biaya total atau pengeluaran
tersebut dapat dipresentasikan oleh
C = wL + rK
Dimana C adalah biaya total, w adalah upah (wage) tenaga kerja, L adalah kuantitas
tenaga kerja (labor) yang digunakan, r adalah harga sewa (rental) modal, dan K adalah
kuantitas modal yang digunakan. Sehingga, persamaan 6-10 menyatakan bahwa biaya
total suatu perusahaan (C) sama dengan penjumlahan umum dari garis isocost perusahaan
atau garis biaya sama. Persamaan 6-10 merupakan persamaan umum atas garis isocost
sebuah perusahaan atau garis biaya sama. Persamaan tersebut menunjukkan berbagai
kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat dipekerjakan atau disewa oleh perusahaan
pada suatu tingkat biaya total tertentu. Sebagai contoh, jika C= $100, w= $10 dan r =$10,
maka perusahaan dapat mempekerjakan 10L atau menyewa 10K atau kombinasi L dan K
seperti ditunjukkan pada garis isocost AB dipanel sebelah kiri figure 6-10. Untuk masing-
masing unit modal yang dikurangi oleh perusahaan, maka perusahaan dapat
mempekerjakan tambahan satu unit tenaga kerja. Sehingga, kemiringan garis isocost
adalah -1.
Dengan mengurangi wL dari kedua sisi pada persamaan 6.10 dan kemudian dibagi
dengan r, kita memperoleh persamaan umum garis isocost dalam bentuk yang lebih
berguna yaitu:
C w
K= −¿ L
r r
3. Nilai MPL & APL dari Input Tenaga Kerja dan MPK & APK dari
Input Modal
Fungsi Produksi Jangka Panjang yaitu fungsi produksi diimana inputnya ada yang
seluruhnya bersifat variabel Fungsi Produksi : Q = f (K,L) Alat Analisis Isoquant =
Kombinasi dua input yang menghasikan output sama Isocost = Kemampuan produsen
membeli input dengan dana dan harga input tertentu.
Konsep produksi jangka panjang atau teori produksi dengan periode waktu jangka
panjang adalah suatu proses produksi dimana semua faktor produksi dapat diubah-ubah
jumlahnya atau semua faktor produksi bersifat variabel. Ini berarti bahwa dalam konsep
jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang hal
tersebut diperlukan. Di dalam jangka panjang perusahaan juga dapat menyesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang berlaku di pasar.
Dalam konteks manajemen, jangka panjang dan jangka sangat panjang berkaitan
dengan waktu kronologis. Misalnya ada kualaifikasi yang menyatakan bahwa jangka
panjang berkisar antara 5 – 25 tahun. Jangka sangat panjnag bila waktunya lebih dari 25
tahun. Pada teori ini terdapat dua faktor produksi yang dapat diubah, dimisalkan tenaga
kerja dan modal adalah faktor-faktor produksi yang sama-sama bersifat variabel(dapat
diubah). Dimisalkan pula bahwa kedua faktor produksi yang dapat diubah tersebut dapat
ditukar-tukarkan penggunaannya; yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal atau
sebaliknya. Apabila dimisalkan harga tenaga kerja dan pembayaran per unit kepada
faktor modal diketahui, analisis tentang bagaimana perusahaan akan meminimumkan
biaya dalam usahanya untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan
melalui pendekatan isoquant dan isocost.
Pada umumnya faktor produksi yang dianggap variabel adalah tenaga kerja,
Modal, tanah, bahan baku, dan teknologi dianggap tetap atau konstan
Rumus:
MPL=Q/L
MPK=Q/K
Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata produksi yang dihasilkan oleh
setiap penggunaan factor produksi variable. Jika L menunjukkan tenaga kerja yang
digunakan, maka Average Productnya disebut sebagai Average Product of Labour (APL).
APL menunjukkan jumlah output rata-rata yang dihasilkan per tenaga kerja.
APL=Q/L
APK=Q/K
1. Produk total (Total product) yaitu keseluruhan output yang dihasilkan dari hasil
penggunaan sejumlah faktor produksi tertentu. (TP)
2. Produk rata-rata (Average product) yaitu produksi yang dihasilkan oleh satu orang
tenaga kerja/input variabel (AP = TP / x)
3. Produk marjinal (Marginal product) yaitu tambahan produk yang diakibatkan oleh
bertambahnya seorang tenaga kerja, dan sebaliknya (MP = TP / L)
Isocost adalah kurva yang menunjukan kombinasi dua faktor produksi dengan
biaya yang sama. Kombinasi pengunaan ciri-ciri kurva isocost sama dengan budget line
atau kurva garis anggaran dalam teori perilaku konsumen. Untuk menghemat biaya
produksi dan memaksimumkan keuntungan, perusahaan harus meminimumkan biaya
produksi. Untuk itulah garis biaya sama (isocost) dibuat. Pembuatan isocost memerlukan
data-data sebagai berikut :
Garis isocost menggambarkan rasio antara upah buruh dengan kapital, dengan formula
sebagai berikut:
C = Total cost
Atau rasio negatif antara upah dibagi dengan biaya sewa. Garis isocost dikombinasikan
dengan garis isoquant untuk menentukan titik produksi optimal (pada tingkat output
tertentu). Jika terjadi perubahan harga faktor produksi, kurva isocost akan berotasi. Namun jika
berubah adalah kemampuan anggaran, kurva isocost bergerser sejajar. (diagram 5.15)
Contoh :
80.000
=4 unit
20.000
Sedangkan untuk memperoleh “tenaga kerja” saja, akan
80.000
memperoleh : = 8 unit
10.000
Seterusnya titik A pada TC menunjukkan dana sebanyak Rp 80.000 dapat
digunakan untuk memperoleh 2 unit modal dan 4 pekerja. Dalam gambar 9.3 ditunjukkan
beberapa garis biaya sama yang lain yaitu TC1, TC2, TC3.garis-garis tersebut
menunjukkan garis biaya sama apabila jumlah uang yang tersedia adalah Rp 100.000, Rp
120.000 dan Rp 140.000
Konsep return to scale ini bisa diperjelas melalui pengamatan terhadap data
produksi pada Table 7.1. Sekarang anggap bahwa sistem produksi yang ditunjukkan oleh
data itu sekarang ini bekerja dengan 1 unit input X dan 3 unit input Y. Output dari
kombinasi input seperti itu adalah 35 unit. Misalkan kita ingin mengetahui pengaruh
kenaikan penggunaan dua input tersebut sebesar 100 persen terhadap jumlah output yang
dihasilkan. Penduakalilipatan penggunaan input X dan Y menghasilkan suatu kombinasi
input dimana X = 2 dan Y = 6. Output dari kombinasi input tersebut sebesar 72 unit.
Kenaikan X dan Y sebesar 100 persen menaikkan output sebesar 37 unit (72-35) atau
meningkatkan sebesar 106 persen (37/35 = 1,06). Ini berarti persentase kenaikan output
lebih besar dari persentase kenaikan input. Oleh karena itu, sistem produksi ini
menunjukkan keadaan increasing returns to scale pada kisaran tersebut.
Return to scale dari suatu sistem produksi bisa juga bervariasi pada tingkat
penggunaan input yang berbeda-beda. Misalnya, pengaruh kenaikan penggunaan input X
dan Y sebesar 50 persen dari kombinasi input X = 2 dan Y = 6. Kenaikan X sebesar 50
persen menyebabkan penggunaan input X menjadi 3 unit (2 x 1,5 = 3), sedangkan
kenaikan Y sebesar 50 persen menaikkan penggunaan Y menjadi 9 unit (6 x 1,5 = 9).
Kombinasi input yang baru tersebut menghasilkan output sebesar 89 unit, dan tampak
bahwa kenaikan input sebesar 50 persen hanya meningkatkan output sebesar 24 persen
(89 - 72)/72= 0,24. Karena persentase kenaikan output tersebut lebih kecil dari proporsi
kenaikan inputnya, maka system produksi ini menunjukkan decreasing returns to scale
pada kisaran tersebut.
Gambar Return to Scale
Return to Scale dari suatu fungsi produksi bisa juga dilukiskan dengan
menggunakan gambar dua dan tiga dimensi seperti ditunjukkan dalam gambar 1.1 –
1.4 . Pada gambar-gambar tersebut, slope sebuah kurva yang digambar dari titik origin
sampai permukaan produksi menunjukan apakah Return to Scale tersebut konstan,
meningkat (increasing returns to scale), atakah menurun (decreasing returns to
scale).Dalam system produksi yang dilukiskan dalam gambar 1.1 (a), misalnya sebuah
kurva yang digambarkan dari titik origin akan mempunyai slope yang konstan, ini
menunjukkan bahwa Return to Scale adalah konstan. Oleh karena itu, output dari
kombinasi input X dan Y yang optimal yang ditunjukkan gambar 1.2 (b) meningkat
secara proposional sesuai dengan kenaikan input X dan Y. Pada gambar 1.3, tampak
bahwa kurva “tulang punggung” (backbone) dari titik origin menunjukkan kenaikan slope
terus menerus, dan keadaan ini menunjukkan keadaan increasing returns to scale.
Keadaan berlawanan dengan gambar 1.4 dimana permukaan produksi meningkat pada
titik yang semakin menurun, yang berarti bahwa decreasing returns to scale yang terjadi.
∂Q X
= =
∂X Q
Jika X merupakan semua input yang digunakan misalnya X = modal + tenaga kerja +
energy dan seterusn ya maka :
Hq = f (kX,kY,kZ)
Disini h adalah proporsi kenaikan Q yang diakibatkan oleh kenaikan setiap input sebesar
k, dan terdapat hubungan :
1. jika h < k, maka persentase perubahan Q lebih kecil dari persentase perubahan
input, dan fungsi produksi tersebut menunjukkan keadaan decreasing returns to scale.
2. jika h = k, maka persentase perubahan Q sama dengan persentase perubahan
input, dan fungsi produksi tersebut menunjukkan keadaan constant returns to scale.
3. jika h > k, maka persentase perubahan Q lebih besar dari persentase perubahan
input, dan fungsi produksi tersebut menunjukkan keadaan increasing returns to scale.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad , Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial; Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen
Bisnis Edisi 4. Yogyakarta : BPFE UGM
Salvatore, Dominick. 2001. Managerial Economics Edisi Keempat Jilid 1 Edisi Keempat.
Jakarta : Erlangga
Sadono, Sukirno. 2013. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Radja Grafindo
Nicholson, Walter. 1995. Teori Ekonomi Mikro Prinsip Dasar dan Pengembangannya. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada.
Pindyck, Robert S., Daniel L. Rubinfeld. 2012. Mikroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Rahardja, Prathama, Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sukirno, Sadono. 1994. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.