Anda di halaman 1dari 19

Ekonomi Manajerial (BP)

“ TEORI PRODUKSI JANGKA PANJANG ‘’

KELOMPOK 4

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

NI WAYAN ANIK SUGIANTI (1707521008) (75)

CANTIKA SIFA BINTI SYARIF BASALAMAH (1707521019) (75)

NI KADEK DWIPARANITI (1707521115) (75)

I PUTU PUJANAM SURYA BUANA (1707521141) (75)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERISTAS UDAYANA

2018/2019
PEMBAHASAN

1. Konsep Produksi Jangka Panjang


Fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi produksi
menentukan tingkat output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input
tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksi
suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi ini ditentukan oleh teknologi yang
digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, hubungan input/output untuk setiap
sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan,
tenagakerja, bahan-bahan baku yang digunakan dalam suatu perusahaan. Setiap
perbaikan teknologi seperti pemakaian komputer dalam proses pengendalian yang
memungkinkan sebuah perusahaan mampu memproduksi sisa jumlah output tertentu
dengan bahan baku energi tenaga kerja yang lebih sedikit.
Sifat dasar dari fungi produksi ini bisa diketahui melalui analisis fungsi sederhana dengan
sistem 2 input-1output. Perhatikan proses di bawah ini yang menunjiukkan berbagai
kombinasi input X&Y yang digunakan untuk memproduksi produk Q. Input X dan Y
tersebut melambangkan sunberdaya-sumberdaya seperti tenaga kerja atau energi dan
bahan baku. Produk Q bisa berwujud TV, sepeda motor, tekstile dan bisa juga berwuiud
jasa seperti jasa perawatan kesehatan, pendidikan, perbankan dan lain-lain.
Fungsi produksi dari sistem produksi di atas bisa disajikan dalam bentuk fungsi sebagai
berikut :

Q= f(X,Y)

Hubungan-hubungan produksi dalam Tabet 7.1 bisa juga disajikan secara grafis
seperti tampak pada Gambar 7.1. Tinggi balok pada setiap kombinasi input menunjukkan
tingkat output yang dihasilkan. Puncak balok output itu menggambarkan permukaan
produksi dari sistem tersebut. Data produksi diskrit yang ditunjukkan Tabel 7.1 bisa
digeneralisir menganggap bahwa tungsi produksi yang mendasarinya adalah kontinyu.
Fungsi produksi yang kontinyu mempunyai arti bahwa input bisa divariasikan
secara kontinyu. Untuk fungsi produksi yang kontinyu, semua komungkinan kombinasi
input bisa disajikan melalui gambar permukaan input. Seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7.2 Setiap titik pada bidang XY menyajikan kombinasi input X dan Y yang akan
menghasilkan tingkat output (Q) tertentu, ditentukan oleh hubungan yang ditunjukkan
persamaan 7.1.
2. Nilai Produksi Optimal Jangka Panjang dengan Satu Input Variabel
a. Isoquant Produksi
Isoquant menggambarkan berbagai kombinasidari dua input, misalkan tenaga kerja
dan modal yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk berproduksi pada tingkat output
tertentu. Isoquant yang lebih tinggi menunjukkan output yang lebih besar, begitu juga
sebaliknya apabila isquant rendah maka output juga akan rendah.
- Wilayah Ekonomis Produksi
Garis mendaki memisahkan bagian isokuan yang relevan (yang memiliki
kemiringan negative) dari bagian yang tidak relevan (yang memiliki kemiringan
positif). Dalam figure 6-7, garis mendaki 0VI menghubungkan titik-titik berbagai
isoquant mempunyai kemiringan nol. Isokuan memiliki kemiringan positif
disebelah kanan dan memiliki kemiringan negative disebelah kiri. Hal ini berarti
bahwa mulai, contohnya titik V pada isokuan 36Q jika perusahaan menggunakan
tenaga kerja ysng lebih banyak, perusahaan juga menggunakan lebih banyak
modal untuk tetap berada pad aisokuan yang sama (bandingkan titik U dan titik
V). mulai dari tiitk V, jika perusahaan menggunakan lebih banyak tenaga kerja
sementara jumlah modal tetap, tingkat output akan turun atau jatuh (artinya
perusahaan akan jatuh kembali ke isokuan yang lebih rendah. Hal yang sama juga
terjadi di semua titik pada garis mendaki 0VI. Sehingga MPL pastilah negative
pada sebelah kanan garis mendaki.
Garis mendaki 0ZI menghubungkan titik-titik dimana isokuan mempunyai
kemiringan tidak terbatas. Isokuan mempunyai kemiringan negative disisi kanan
garis mendaki dan kemiringan positif disebelah kirinya. Berarti mulai dari
contohnya, titik Z isokuan 36Q, jika perusahaan menggunakan lebih banyak agar
tetap berada pada isokuan yang sama (bandingkan titik W dengan titik Z). mulai
dari titik Z, jika perusahaan menggunakan lebih banyak modal pada jumlah
tenaga kerja yang sama, tingkat output akan turun atau jatuh (artinya perusahaan
akan jatuh kembali ke isokuan yang lebih rendah.
Jika, kita simpulkan bahwa bagian isokuan dengan kemiringan negative dalam
garis mendaki mencerminkan wilayah ekonomis produksi yang relevan. Ini
mengacu pada tahap II produksi untuk tenaga kerja dan modal, dimana MPL dan
MPX kedua-keduanya positif tetapi menurun.

b. Garis isocost

Garis isocost menunjukkan berbagai kombinasi input yang dapat dibelin atau
dipekerjakan oleh perusahaan pada tingkat biaya tertentu. Misalkan perusahaan hanya
menggunakan tenaga kerja dan modal dalam produksi. Biaya total atau pengeluaran
tersebut dapat dipresentasikan oleh

C = wL + rK
Dimana C adalah biaya total, w adalah upah (wage) tenaga kerja, L adalah kuantitas
tenaga kerja (labor) yang digunakan, r adalah harga sewa (rental) modal, dan K adalah
kuantitas modal yang digunakan. Sehingga, persamaan 6-10 menyatakan bahwa biaya
total suatu perusahaan (C) sama dengan penjumlahan umum dari garis isocost perusahaan
atau garis biaya sama. Persamaan 6-10 merupakan persamaan umum atas garis isocost
sebuah perusahaan atau garis biaya sama. Persamaan tersebut menunjukkan berbagai
kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat dipekerjakan atau disewa oleh perusahaan
pada suatu tingkat biaya total tertentu. Sebagai contoh, jika C= $100, w= $10 dan r =$10,
maka perusahaan dapat mempekerjakan 10L atau menyewa 10K atau kombinasi L dan K
seperti ditunjukkan pada garis isocost AB dipanel sebelah kiri figure 6-10. Untuk masing-
masing unit modal yang dikurangi oleh perusahaan, maka perusahaan dapat
mempekerjakan tambahan satu unit tenaga kerja. Sehingga, kemiringan garis isocost
adalah -1.
Dengan mengurangi wL dari kedua sisi pada persamaan 6.10 dan kemudian dibagi
dengan r, kita memperoleh persamaan umum garis isocost dalam bentuk yang lebih
berguna yaitu:
C w
K= −¿ L
r r

3. Nilai MPL & APL dari Input Tenaga Kerja dan MPK & APK dari
Input Modal
Fungsi Produksi Jangka Panjang yaitu fungsi produksi diimana inputnya ada yang
seluruhnya bersifat variabel Fungsi Produksi : Q = f (K,L) Alat Analisis Isoquant =
Kombinasi dua input yang menghasikan output sama Isocost = Kemampuan produsen
membeli input dengan dana dan harga input tertentu.
Konsep produksi jangka panjang atau teori produksi dengan periode waktu jangka
panjang adalah suatu proses produksi dimana semua faktor produksi dapat diubah-ubah
jumlahnya atau semua faktor produksi bersifat variabel. Ini berarti bahwa dalam konsep
jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang hal
tersebut diperlukan. Di dalam jangka panjang perusahaan juga dapat menyesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang berlaku di pasar.
Dalam konteks manajemen, jangka panjang dan jangka sangat panjang berkaitan
dengan waktu kronologis. Misalnya ada kualaifikasi yang menyatakan bahwa jangka
panjang berkisar antara 5 – 25 tahun. Jangka sangat panjnag bila waktunya lebih dari 25
tahun. Pada teori ini terdapat dua faktor produksi yang dapat diubah, dimisalkan tenaga
kerja dan modal adalah faktor-faktor produksi yang sama-sama bersifat variabel(dapat
diubah). Dimisalkan pula bahwa kedua faktor produksi yang dapat diubah tersebut dapat
ditukar-tukarkan penggunaannya; yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal atau
sebaliknya. Apabila dimisalkan harga tenaga kerja dan pembayaran per unit kepada
faktor modal diketahui, analisis tentang bagaimana perusahaan akan meminimumkan
biaya dalam usahanya untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan
melalui pendekatan isoquant dan isocost.
Pada umumnya faktor produksi yang dianggap variabel adalah tenaga kerja,
Modal, tanah, bahan baku, dan teknologi dianggap tetap atau konstan

Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai :


Q = f (K,L,R,T)
Dimana : Q = jumlah barang yang diproduksi (output)
K = capital (modal)
L = labour (tenaga kerja)
R = resources (sumberdaya alam)
T = teknologi
Total product merupakan produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses
produksi. Dalam kasus tenaga kerja maka factor produksi yang berubah adalah tenaga
kerja, maka Marginal Product of Labour (MPL). MPL adalah perubahan Q yang
dihasilkan dari setiap perubahan pemakaian L. Tetapi jika perubahan Q berasal dari
perubahn capital maka disebut Margina Productof Capital (MPK).

Rumus:

MPL=Q/L
MPK=Q/K
Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata produksi yang dihasilkan oleh
setiap penggunaan factor produksi variable. Jika L menunjukkan tenaga kerja yang
digunakan, maka Average Productnya disebut sebagai Average Product of Labour (APL).
APL menunjukkan jumlah output rata-rata yang dihasilkan per tenaga kerja.

APL=Q/L
APK=Q/K

Beberapa pengertian penting dalam Teori Produksi

1. Produk total (Total product) yaitu keseluruhan output yang dihasilkan dari hasil
penggunaan sejumlah faktor produksi tertentu. (TP)

2. Produk rata-rata (Average product) yaitu produksi yang dihasilkan oleh satu orang
tenaga kerja/input variabel (AP = TP / x)

3. Produk marjinal (Marginal product) yaitu tambahan produk yang diakibatkan oleh
bertambahnya seorang tenaga kerja, dan sebaliknya (MP = TP / L)

Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Marginal


Contoh Kurva Produksi Sama (Isoquant)

 Isoquant menunjukkan kombinasi 2 macam input yang berbeda yang


menghasilkan output yang sama. Ciri-ciri isoquant :

• Mempunyai kemiringan negatif

• Semakin ke kanan kedudukan isoquant menunjukkan semakin tinggi jumlah output


• Isoquant tidak pernah berpotongan dengan isoquant yang lainnya

• Isoquant cembung ke titik origin.

 Isocost adalah kurva yang menunjukan kombinasi dua faktor produksi dengan
biaya yang sama. Kombinasi pengunaan ciri-ciri kurva isocost sama dengan budget line
atau kurva garis anggaran dalam teori perilaku konsumen. Untuk menghemat biaya
produksi dan memaksimumkan keuntungan, perusahaan harus meminimumkan biaya
produksi. Untuk itulah garis biaya sama (isocost) dibuat. Pembuatan isocost memerlukan
data-data sebagai berikut :

1. Harga faktor-faktor produksi yang digunakan


2. Jumlah uang yang diguakan untuk membeli faktor-faktor produksi.

Garis isocost menggambarkan rasio antara upah buruh dengan kapital, dengan formula
sebagai berikut:

C = Total cost

r = biaya sewa/ cost of capital (K)

w = upaha tenaga kerja/ wage of labour (L)

Sedangkan slope (kemiringan) dari isocost adalah :

Atau rasio negatif antara upah dibagi dengan biaya sewa. Garis isocost dikombinasikan
dengan garis isoquant untuk menentukan titik produksi optimal (pada tingkat output
tertentu). Jika terjadi perubahan harga faktor produksi, kurva isocost akan berotasi. Namun jika
berubah adalah kemampuan anggaran, kurva isocost bergerser sejajar. (diagram 5.15)
Contoh :

- Upah tenaga kerja Rp 10.000


- Biaya modal per-unit Rp 20.000
- Jumlah uang yang tersedia Rp 80.000
Maka untuk memperoleh “modal” saja, akan diperoleh :

80.000
=4 unit
20.000
Sedangkan untuk memperoleh “tenaga kerja” saja, akan
80.000
memperoleh : = 8 unit
10.000
Seterusnya titik A pada TC menunjukkan dana sebanyak Rp 80.000 dapat
digunakan untuk memperoleh 2 unit modal dan 4 pekerja. Dalam gambar 9.3 ditunjukkan
beberapa garis biaya sama yang lain yaitu TC1, TC2, TC3.garis-garis tersebut
menunjukkan garis biaya sama apabila jumlah uang yang tersedia adalah Rp 100.000, Rp
120.000 dan Rp 140.000

4. Elastisitas Input Modal dan Input Tenaga Kerja (Meminimumkan


biaya atau memaksimumkan produksi)
Memaksimumkan Produksi
Dalam membicarakan persoalan yang dinyatakan dalam :
(1) Misalkan biaya yang dibelanjakan untuk membeli per unit modal adalah Rp.15.000 ,
upah tenaga kerja adalah Rp.10.000, dan biaya yang disediakan oleh produsen adalah
Rp.300.000. Dengan uang sebanyak Rp.300.000 produsen dapat-sekiranya ia membeli
satu jenis faktor produksi saja-memperoleh 20 unit modal atau 30 tenaga kerja. Garis
biaya TC, menggambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang dapat diperoleh
dengan menggunakan uang yang tersedia. Persoalannya sekarang, manakah gabungan
yang akan dapat menghasilkan produksi yang paling maksimum? Terdapat 5 titik terletak
pada berbagai kurva produksi sama yang merupakan titik perpotongan atau titik
persinggungan.
Dengan garis TC2 yaitu A,B,C,D dan E. Dari kelima titik ini, titik E terletak di
kurva produksi sama yang paling tinggi, yaitu kurva produksi sama pada tingkat produksi
sebanyak 2500 unit. Ini berarti gabungan yang diwujudkan oleh titik E akan
memaksimumkan jumlah produksi yang dapat dibiayai oleh uang sebanyak Rp.300.000.
Gabungan tersebut terdiri dan 12 unit modal dan 12 unit tenaga kerja.
Meminimumkan Biaya
Untuk dapat membuat analisis mengenai persoalan dalam (2) perlu dibuat
pemisalan mengenai tingkat produksi yang ingin dicapai. Misalkan produsen ingin
memproduksi sebanyak 1500 unit. Dalam gambar 9.4 keinginan ini digambarkan oleh
kurva produksi sama IQ. Dapat dilihat bahwa kurva itu dipotong atau disinggung oleh
garis-garis kurva biaya sama di titik 5, yaitu titik A,B,Q,R dan P. Titik-titik ini
menggambarkan gabungan-gabungan tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan
untuk menghasilkan produksi sebanyak yang diinginkan. Dari gabungan-gabungan
tersebut, yang manakah yang akan memakan biaya paling murah? Yang biayanya paling
minimum adalah gabungan yang ditunjukkan oleh titik yang terletak pada garis biaya
sama yang paling rendah. Titik P adalah pada garis biaya sama yang paling rendah, yaitu
garis TC. Dengan demikian titik ini menggambarkan gabungan tenaga kerja dan modal
yang akan membutuhkan biaya yang paling minimum untuk menghasilkan 1500 unit.
Faktor produksi itu terdiri dan 9 tenaga kerja dan 8 unit modal, dan biaya yang
dikeluarkan adalah Rp.210.000.

5. Return to Scale suatu fungsi produksi


Konsep returns to scale ini memainkan peranan penting dalam pengambilan
keputusan manajerial. Konsep ini mempengaruhi skala produksi yang optimal atau
peluang produksi suatu perusahaan. Konsep ini juga mempengaruhi sifat persaingan
dalam suatu industri dan Oleh karena itu konsep retums to scale ini iuga merupakan
faktor yang menentukan tingkat profitabilitas dari suatu Investasi. Return to Scale
memiliki tiga kemungkinan keadaan. Pertama, jika proporsi kenaikan semua input sama
dengan proporsi kenaikan output, maka Return to Scale nya adalah konstan. misalnya,
jika semua input diduakalilipatkan dan menyebabkan output menjadi dua kali lipat juga,
maka maka Return to Scale nya adalah konstan. Kedua, jika proporsi kenaikan output
lebih besar dari proporsi kenaikan input, maka dinamakan increasing returns to scale.
Ketiga, jika proporsi kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input maka
dinamakan decreasing returns to scale.

Konsep return to scale ini bisa diperjelas melalui pengamatan terhadap data
produksi pada Table 7.1. Sekarang anggap bahwa sistem produksi yang ditunjukkan oleh
data itu sekarang ini bekerja dengan 1 unit input X dan 3 unit input Y. Output dari
kombinasi input seperti itu adalah 35 unit. Misalkan kita ingin mengetahui pengaruh
kenaikan penggunaan dua input tersebut sebesar 100 persen terhadap jumlah output yang
dihasilkan. Penduakalilipatan penggunaan input X dan Y menghasilkan suatu kombinasi
input dimana X = 2 dan Y = 6. Output dari kombinasi input tersebut sebesar 72 unit.
Kenaikan X dan Y sebesar 100 persen menaikkan output sebesar 37 unit (72-35) atau
meningkatkan sebesar 106 persen (37/35 = 1,06). Ini berarti persentase kenaikan output
lebih besar dari persentase kenaikan input. Oleh karena itu, sistem produksi ini
menunjukkan keadaan increasing returns to scale pada kisaran tersebut.

Return to scale dari suatu sistem produksi bisa juga bervariasi pada tingkat
penggunaan input yang berbeda-beda. Misalnya, pengaruh kenaikan penggunaan input X
dan Y sebesar 50 persen dari kombinasi input X = 2 dan Y = 6. Kenaikan X sebesar 50
persen menyebabkan penggunaan input X menjadi 3 unit (2 x 1,5 = 3), sedangkan
kenaikan Y sebesar 50 persen menaikkan penggunaan Y menjadi 9 unit (6 x 1,5 = 9).
Kombinasi input yang baru tersebut menghasilkan output sebesar 89 unit, dan tampak
bahwa kenaikan input sebesar 50 persen hanya meningkatkan output sebesar 24 persen
(89 - 72)/72= 0,24. Karena persentase kenaikan output tersebut lebih kecil dari proporsi
kenaikan inputnya, maka system produksi ini menunjukkan decreasing returns to scale
pada kisaran tersebut.
Gambar Return to Scale

Return to Scale dari suatu fungsi produksi bisa juga dilukiskan dengan
menggunakan gambar dua dan tiga dimensi seperti ditunjukkan dalam gambar 1.1 –
1.4 . Pada gambar-gambar tersebut, slope sebuah kurva yang digambar dari titik origin
sampai permukaan produksi menunjukan apakah Return to Scale tersebut konstan,
meningkat (increasing returns to scale), atakah menurun (decreasing returns to
scale).Dalam system produksi yang dilukiskan dalam gambar 1.1 (a), misalnya sebuah
kurva yang digambarkan dari titik origin akan mempunyai slope yang konstan, ini
menunjukkan bahwa Return to Scale adalah konstan. Oleh karena itu, output dari
kombinasi input X dan Y yang optimal yang ditunjukkan gambar 1.2 (b) meningkat
secara proposional sesuai dengan kenaikan input X dan Y. Pada gambar 1.3, tampak
bahwa kurva “tulang punggung” (backbone) dari titik origin menunjukkan kenaikan slope
terus menerus, dan keadaan ini menunjukkan keadaan increasing returns to scale.
Keadaan berlawanan dengan gambar 1.4 dimana permukaan produksi meningkat pada
titik yang semakin menurun, yang berarti bahwa decreasing returns to scale yang terjadi.

1. Constant Returns To Scale


2. Increasing Returns To Scale

3. Decreasing Returns To Scale

4. Returns To Scale yang berubah-ubah


 Elastisitas Output dan Returns To Scale

Elastisitas Output adalah presentase perubahan output yang disebabkan oleh


perubahan semua input terbesar satu persen. Jika X merupakan semua input yang
digunakan maka :

Persentase Perubahan Output (Q )


eQ =
Perse ntase perubahan semua input (X )

∂Q X
= =
∂X Q

Jika X merupakan semua input yang digunakan misalnya X = modal + tenaga kerja +
energy dan seterusn ya maka :

Jika Maka Returns To Scale


% perubahan Q > % EQ > 1 Increasing
perubahan X
% perubahan Q = % EQ = 1 Konstan
perubahan X
% perubahan Q < % EQ < 1 Decreasing
perubahan X
Elastisitas output dan returns to scale ini bisa juga dianalisis dengan cara
menelaah hubungan antara kenaikan input dengan jumlah output yang dihasilkan.
Misalkan semua input dalam fungsi produksi Q = f(X,Y,Z) dikalikan dengan konstanta k.
Karenanya, semua input akan meningkat secara proposional sebesar faktor k (k= 1,01
untuk kenaikan sebesar 1 persen, k = 1,02, untuk kenaikan sebesar 2 persen dan
seterusnya). Kemudian fungsi tersebut bisa dituliskan sebagai :

Hq = f (kX,kY,kZ)

Disini h adalah proporsi kenaikan Q yang diakibatkan oleh kenaikan setiap input sebesar
k, dan terdapat hubungan :

1. jika h < k, maka persentase perubahan Q lebih kecil dari persentase perubahan
input, dan fungsi produksi tersebut menunjukkan keadaan decreasing returns to scale.
2. jika h = k, maka persentase perubahan Q sama dengan persentase perubahan
input, dan fungsi produksi tersebut menunjukkan keadaan constant returns to scale.
3. jika h > k, maka persentase perubahan Q lebih besar dari persentase perubahan
input, dan fungsi produksi tersebut menunjukkan keadaan increasing returns to scale.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad , Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial; Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen
Bisnis Edisi 4. Yogyakarta : BPFE UGM

Salvatore, Dominick. 2001. Managerial Economics Edisi Keempat Jilid 1 Edisi Keempat.
Jakarta : Erlangga

Sadono, Sukirno. 2013. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Radja Grafindo
Nicholson, Walter. 1995. Teori Ekonomi Mikro Prinsip Dasar dan Pengembangannya. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada.
Pindyck, Robert S., Daniel L. Rubinfeld. 2012. Mikroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Rahardja, Prathama, Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sukirno, Sadono. 1994. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai