Dosen :
Dr. Ida Bagus Panji Sedana, S.E., M.Si
OLEH
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kepada saya sehingga kami mampu menyelesaikan paper
mereview materi mengenai “Lembaga Keuangan Bukan Bank (ADB & IMF)” dan Tuga
paper ini untuk memenuhi Mata Kuliah “Pasar & Lembaga Keuangan. Selanjutnya dengan
rendah hati saya meminta kritik dan saran dari pembaca untuk tugas ini supaya selanjutnya
dapat saya revisi kembali. Karena saya sangat menyadari, bahwa tugas yang telah buat ini
saya masih memiliki banyak kekurangan. Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu saya selama proses
penyelesaian tugas ini hingga rampungnya tugas ini. Demikianlah yang dapat saya haturkan,
saya berharap supaya tugas yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada
setiap pembacanya.
Penyusun
(Ni Kadek Dwiparaniti)
2
DAFTAR ISI
C. Tujuan ……………………………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………... 6
3. Peran ADB dan IMF Bagi Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya ............ 9
Kesimpulan……………………………………………………………………… 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan paper ini untuk mengungkapkan
tentang :
4
1. Mengetahui arti ADB dan peranya untuk perkembangan dunia.
2. Mengetahui arti IMF dan perannya dalam menstimulasi keuangan negara-negara di dunia.
3. Mengetahui peran IMF dan ADB di Indonesia dan sejarah perkembangannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Asian Development Bank (ADB) berdiri tahun 1966, dan bertugas meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, serta bekerja sama dengan semua pihak yang berkepentingan di Asia.
Pada pertengahan 1960-an, negara-negara di Asia sangat membutuhkan bantuan ekonomi
untuk membiayai pertumbuhan dan pembangunannya. Dari berbagai penjuru dunia datang
bantuan untuk negara-negara Asia, baik berupa dukungan politis maupun bantuan ekonomi.
Semula bantuan ini diharapkan dan datang dari negara-negara Barat, namun dengan adanya
perkembangan rasa nasionalisme terutama setelah selesainya Perang Dunia II mendorong
rasa kerja sama di antara negara-negara Asia, dengan berusaha memperoleh bantuan politis
maupun ekonomi dari kalangan negara-negara Asia sendiri. Kesemuanya ini tercermin dalam
pembentukan berbagai organisasi Asia, seperti Economic Commission for Asia and the Far
East (ECAFE) yang terdiri dari negara-negara Asia yang telah menjadi anggota PBB pada
saat itu, SEATO dan lain-lain.
Asian Development Bank didirikan untuk berfungsi dan mencapai tujuan-tujuan sebagai
berikut:
6
Menyokong investasi modal pemerintah maupun swasta di wilayah Asia untuk tujuan-
tujuan pembangunan.
Memanfaatkan sumber-sumber daya yang tersedia untuk membiayai pembangunan, dengan
memprioritaskan wilayah dan sub-wilayah Asia, berupa berbagai proyek dan program
regional yang berperan secara efektif terhadap pertumbuhan ekonomi yang selaras di
wilayah tersebut secara keseluruhan. Dan yang sangat diutamakan adalah kebutuhan dari
negara-negara kecil atau negara-negara yang sulit berkembang di wilayah Asia.
Memenuhi permintaan negara-negara anggota untuk membantu mereka dalam
mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan dan rencana pembangunan mereka dengan tujuan
untuk lebih memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki, menyehatkan
perekonomian, dan meningkatkan ekspansi perdagangan luar negeri, terutama di antara
negara-negara Asia sendiri.
Memberikan bantuan teknis (technical assistance) untuk menyiapkan, membiayai, dan
melaksanakan berbagai program dan proyek-proyek pembangunan, termasuk
memformulasikan usulan bagi proyek-proyek tertentu.
Bekerja sama dengan PBB, dan badan-badan organisasi di bawah PBB terutama ECAFE,
dan juga dengan berbagai lembaga negara dan lembaga internasional Iainnya seperti
berbagai organisasi nasional baik pemerintah maupun swasta, yang berkepentingan dengan
investasi dari pengembangan dana di suatu wilayah, serta memberikan berbagai
kesempatan untuk melakukan investasi bagi lembaga-lembaga tersebut.
Melaksanakan berbagai kegiatan dan memberikan berbagai jasa lainnya sesuai dengan
tujuan Asian Development Bank.
7
yang serius, dan sebagai imbalannya Negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-
kebijakan tertentu.
IMF merupakan badan perwakilan (Sister Agency) dari Bank Dunia, didirikan
bersama-sama dengan Bank Dunia. IMF menitikberatkan pada masalah moneter dan Bank
Dunia menitikberatkan pada pembangunan perekonomian. Namun tujuan utama dari IMF
adalah meningkatkan kerja sama moneter Internasional, mengembangkan ekspansi dan
pertumbuhan yang seimbang dalam perdagangan Internasional, meningkatkan stabilitas kurs,
menurunkan restriksi kurs dan memperbaiki ketidak seimbangan neraca pembayaran,
membantu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggotanya
melalui pemberian pinjaman untuk proyek-proyek pembangunan yang produktif. Kedua
lembaga ini mengadakan rapat tahunan bersama dengan Kantor Pusat yang berdekatan, untuk
memudahkan informasi diantara keduanya. Enam dari dua puluh Direktur Pelaksana Bank
Dunia merupakan Direktur Pelaksana dari IMF.
8
6. Mengurangi waktu dan besarnya disekuilibrium dalam neraca pembayaran Negara
anggota IMF
Kemudian kegiatan IMF diutamakan untuk membantu Negara-negara anggotanya
melalui Bank Sentral masing-masing anggota IMF. Keanggotaan IMF mengucurkan bantuan
berupa kredit melalui bank sentral mengingat bank sentral memegang peranan penting dan
pengambil kebijakan keuangan tertinggi di Negaranya.
Sumber pendanaan IMF berasal dari sumbangan para anggotanya yang dikenal
dengan Quota. Sumber ini dapat berupa emas atau valuta masing-masing anggota. Besarnya
Quota dihitung berdasarkan mata uang US Dolar. Selanjutnya Quota ditinjau setiap 5 tahun
sekali dan disesuaikan dengan kebutuhan dari anggota masing-masing serta kebutuhan
perdagangan internasional. Disamping itu para anggota diwajibkan pula untuk membayar
iuran kepada IMF.
Kebijakan politik pemerintahan Presiden Soekarno yang mendekat ke blok Uni Soviet
menyulitkan Bank Dunia yang memiliki paham berseberangan untuk mengambil peran lebih
banyak bagi Indonesia. Oleh karena itu, Bank Dunia baru mulai berperan sebagai lembaga
pemberi pinjaman bagi Indonesia pada saat awal masa pemerintahan Presiden Soeharto, yaitu
sekitar tahun 1968. Namun sebelum memberikan pinjaman, Bank Dunia “menjajaki”
Indonesia dengan memberikan bantuan teknis untuk identifikasi kebijakan makroekonomi,
kebijakan sektoral yang diperlukan, dan kebutuhan pendanaan yang kritis (Hutagalung,
2009).
Di masa-masa awal pemberian pinjaman, Indonesia masih dianggap sebagai negara
yang memiliki nilai credit worthiness yang rendah. Oleh karena itu, pinjaman yang diberikan
oleh Bank Dunia pada saat itu menggunakan skema IDA atau pinjaman tanpa bunga,
9
kecualiadministrative fee ¾ persen per tahun dan jangka waktu pembayaran 35 tahun dengan
masa tenggang 10 tahun. Dana pinjaman pertama yang diberikan kepada Indonesia adalah
sebesar 5 juta dolar AS pada September 1968 (Hutagalung, 2009).
Pada masa-masa awal tersebut, dana pinjaman dari Bank Dunia digunakan untuk
pembangunan di bidang pertanian, perhubungan, perindustrian, tenaga listrik, dan
pembangunan sosial. Pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia berhasil menunjukkan performa
ekonomi yang memuaskan, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen per
tahun, jauh lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi negara peminjam yang lain. Oleh
karena itu, sejak akhir dekade 70-an Indonesia sudah mulai dianggap sebagai negara yang
lebih creditworthy untuk memperoleh pinjaman Bank Dunia yang konvensional atau dengan
menggunakan skema IBRD. Berbeda dari periode sebelumnya, pada dekade 80-an, pinjaman
uang Bank Dunia terlihat lebih terarah pada masalah deregulasi sektor keuangan, selain
masih tetap digunakan bagi pengembangan sektor-sektor sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya.
Atas dasar peta kekuatan tersebut, kesepakatan Bretton Woods sangat kental dengan
nuansa peran AS dalam mengatur tatanan ekonomi dunia. Salah satunya, peran dolar AS
sebagai satu-satunya alat pembayaran dunia. Pada saat itu, setiap mata uang ditetapkan nilai
berdasarkan cadangan emas masing-masing negara dan kemudian menetapkan nilai tukar
mata uang terhadap dolar AS berdasarkan nilai paritasnya terhadap emas masing-masing.
International Monetary Fund (IMF) muncul sebagai hasil dari perundingan Bretton Woods,
pasca Great Depression yang melanda dunia pada dekade 1930-an. Pada Pada tanggal 22 Juli
1944 – sebagai akibat dari Great Depression – 44 negara mengadakan pertemuan di Hotel
Mount Washington Hotel, Kota Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, untuk
10
membahas kerangka kerja sama ekonomi internasional baru yang akan dibangun setelah
Perang Dunia II. Negara-negara ini percaya bahwa kerangka kerja sama tersebut sangat
dibutuhkan untuk menghindari pengulangan bencana ekonomi yang terjadi selama Great
Depression. Pertemuan ini melahirkan “Bretton Woods Agreements” yang membangun IMF
dan organisasi kembarannya, The International Bank for Reconstruction and Development
(sekarang lebih dikenal dengan nama World Bank). Pada awalnya, IMF hanya beranggotakan
29 negara, namun kemudian pada awal tahun 2004 anggota IMF sudah mencapai 184 negara,
yang berarti hampir semua negara anggota PBB juga menjadi anggota IMF.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lembaga keuangan internasional yang ada berfungsi untuk membantu masalah – masalah
keuangan yang terjadi pada beberapa Negara. Meskipun lembaga keuangan internasional ada
beberapa macam jenis, akan tetapi jika dilihat dari tujuan dan fungsinya tiap-tiap lembaga
keuangan tersebut berbeda satu sama lain.
Lembaga keuangan internasional IMF dan ADB memiliki tugas dan tujuan membantu
masalah finansial tiap-tiap Negara didunia dan ADB yang berfokus menangani masalah
keuangan negara-negara asia. Contohnya IMF membantu menstabilkan masalah financial
Negara dengan cara memberikan pinjaman kepada Negara-negara yang miskin.
12
DAFTAR PUSTAKA
Kelembagaan Perbankan, penulis: Dr. Thomas Suyatno, M.M., dkk, halaman: 104-106.
Kasmir, 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed. Revisi-7, Ed. Revisi 2014, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Buku bank dan lembaga keuangan lainnya (KASMIR, SE., MM.) edisi 6.
Buku bank dan lembaga keuangan lainnya (Ktut Silvanita).
13