A. Pengertian Kewirausahaan
Wirausaha dari segi etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti
pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak
agung.
Usaha,
berarti
perbuatan
amal,
berbuat
sesuatu.
Kewirausahaan didefinisikan
sebagai
bekerja
sendiri
(self-
koperatif,
dengan
mengambil
prakarsa
inovatif
serta
keberanian
mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, dalam
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama.
Dari definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kewirausahaan koperasi
merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif.
Tugas utama Wirakoperasi adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya berusaha
mencari, menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan
bersama. Kewirausahaan
dalam
koperasi
dapat
dilakukan
oleh
anggota, manajer birokrat yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis,
yaitu orang yang peduli terhadap pengembangan koperasi.
Pelaku ekonomi Indonesia ada tiga yaitu BUMN / BUMD, koperasi dan BUMS
(swasta). Sebagai salah satu pelaku ekonomi di Indonesia maka diharapkan koperasi
menjadi soko guru perekonomian Indonesia. Koperasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
co yang berarti bersama dan operare berarti bergerak berusaha. Jadi secara singkat
dalam koperasi harus ditunjukkan kebersamaan dalam menjalankan usaha (Suratal HW,
1993).
Menurut UU Nomor 25/1992, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orangseorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Kerja sama antarkoperasi dan antar koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta
sebagai mitra usaha dikembangkan secara lebih nyata.
D. Tipe Kewirakoperasian
Kewirakoperasian dibagi menjadi empat, yaitu:
A. Kewirakoperasian Anggota
Anggota sebagai pemilik koperasi dapat menjadi wirakoperasi bila ia mampu
menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk pertumbuhan koperasi.
B. Kewiraoperasian Manager
Koperasi yang mengangkat manager sebagai pelaksana dan penangung jawab kegiatan
operational
dan
tentumya
mengharapkan
perubahan
yang
memberikan
E. Tugas Wirakoperasi
Tugas kewirakoperasian adalah menciptakan keunggulan bersaing koperasi
dibanding dengan organisasi usaha pesaingnya. Keunggulan tersebut dapat di peroleh
melalui :
o Mendudukkan koperasi sebagai penguasa yang kuat di pasar, bila para petani
bersatu membentuk koperasi,maka keoperasi tersebut mempunyai kedudukkan yang
kuat di pasar.
o Kemampuan dalam mereduksi biaya transaksi, yaitu menekan biaya transaksi.biaya
transaksi adalah biaya di luar produksi yang timbul karena adanya transaksitransaksi,seperti biaya kontrak.
o Pemanfaatan interlinkage market, interlinked market adalah hubungan transaksi
antara pelaku-pelaku ekonomi di pasar.
o Pemanfaatan trust capital, trust capital diartikan sebagai pengumpulan modal.
o Pengedalian
ketidakpastian,
upaya
pengendalian
ketidakpastian
sangat
Berorientasi pada tugas dan hasil yang didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi,
berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan ketabahan, mempunyai
tekad kerja keras, dam mempunyai energi inisiatif.
Mempunyai kemampuan dalam mengambil risiko dan mengambil keputusankeputusan secara cepat dan cermat.
Koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa memilki ini
dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan
pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan
kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut.
Sebagai ilustrasi, saat kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat
bunga yang sangat tinggi, loyalitas anggota Kopdit membuat anggota tersebut tidak
memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa
keterkaitan dengan Kopdit telah berjalan lama, telah diketahui kemampuannya
melayani, merupakan organisasi milik anggota, dan ketidak-pastian dari dayatarik
bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi diatas, maka wujud peran yang diharapkan
sebenarnya adalah agar koperasi dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus
mampu menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. Jadi
jelas terlihat bahwa Koperasi Indonesia masih sangat penting walaupun harus
menghadapi era globalisasi dimana semakin banyak pesaing ekonomi yang
bermunculan dari luar negeri dan walaupun seperti itu, Koperasi masih sangat
penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, selalu berusaha
mensejahterakan rakyat Indonesia.
Jadi,koperasi tidak harus hilang berbaur atau mengikuti trend negara lain dan
masih dapat berdiri dan menjalankan fungsi-fungsinnya selama ini. Untuk menghadapi
era globalisasi, koperasi di Indonesia perlu :
1.
2.
Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi, pengertian koperasi,
nilai-nilai koperasi dan prinsip-prinsip gerakan koperasi harus dijadikan point penting
karena hal itu yang mendasari segala aktifitas koperasi. Aparatur pemerintah terutama
departemen yang membidangi masalah koperasi perlu pula untuk memahami secara
utuh dan mendalam mengenai perkoperasian.
4.
kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang amanah, jujur serta
transparan.
6.
7.
biaya tersebut lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang dibebankan oleh
lembaga non-koperasi. Dengan demikian, koperasi pun mampu setidaknya menghadapi
era globalisasi saat ini, bukan malah terseret arus globalisasi yang berdampak koperasi
akan tenggelam. Mari kita benahi koperasi sejak dini, karena koperasi di Indonesia juga
merupakan jati diri bangsa.
4.3 Retail, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal
saham sampai US$ 820 ribu
4.4 Service, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah
modal saham sampai US$ 420 ribu
5. Korea Selatan, mendefinisikan UKM sebagai usaha yang jumlahnya di bawah 300
orang dan jumlah assetnya kurang dari US$ 60 juta.
6. European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
6.1 Medium-sized Enterprise, dengan kriteria :
1. Jumlah karyawan kurang dari 250 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta
6.2 Small-sized Enterprise, dengan kriteria :
1. Jumlah karyawan kurang dari 50 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta
6.3 Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :
1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta
KLASIFIKASI UMKM
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4(empat)
kelompok yaitu :
jumlah
penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan uasaha kecil baik di
sektor tradisional maupun modern. UKM juga memiliki peran yang strategis dalam
pembangunan perekonomian nasional. Oleh karena itu, selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja UKM juga berperan dalam
perindustrian hasil hasil pembangunan (Murtisari, 2009:38).
mengecil karena banyak hal, termasuk luas lahan pertanian yang semakin mengecil . Jika
UMKM non pertanian di pedsaan bisa tumbuh pesat, tidak hanya dalam arti jumlah unit usaha
bertambah, tetapi juga produktivitas usaha meningkat, migrasi penduduk dari pedesaan ke
perkotaan bisa berkurang signifikan (Tambunan,2006a)
Berdasarkan data dari Menteri Negara Urusan dan Koperasi dan UKM, pada tahun
2011 ada sekitar 55.206.444 UMKM dengan usaha skala mikro sebanyak 54.559.969 unit,
usaha skala kecil sebanyak 602.195 unit dan usaha menengah sebesar
44.280 unit.
Sedangkan tenaga kerja pada tahun 2011 ada sekitar 101.772.458 orang dengan usaha mikro
sebanyak 94.957.797 orang, usaha skala kecil sebanyak 3.919.992 orang dan usaha menengah
sebanyak 2.884.669 orang. Bisa dilihat bahwa UKM berperang mengatasi pengangguran,
kemiskinan dan juga bisa sebagai roda penggerak ekonomi
2. Akses Permodalan
Permodalan merupakan salah satu kebutuhan penting yang diperlukan untuk
memajukan dan mengembangkan UMKM. Pemerintah Indoneisa melalui kebijaksanaannya
telah berupaya menyediakan berbagai skema kredit dan bantuan permodalan yang dibutuhkan
UMKM. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kredit permodalan yang
disediakan Pemerintah tersebut sulit didapatkan oleh pengusaha kecil dan . Disatu pihak
pengusaha kecil dengan keterbatasan modal sulit berkembang dan masuk ke dalam jajaran
bisnis formal yang lebih besar. Pedagang-pedagang kecil sulit untuk memenuhi order dari
pengusaha besar karena kesulitan dalam permodalan. Usaha kecil sulit memenuhi administrasi
dan persyaratan perbankan seperti agunan dan jaminan lain yang dapat menghubungkannya
dengan Bank. Di pihak lain sistem perbankan dan situasi perbankan dan situasi perbankan yang
belum pulih di Indonesia kurang memberikan toleransi agar usaha kecil dapat akses dengan
modal. Hal ini ditopang juga oleh lembaga pendukung seperti lembaga penjaminan dan
lembaga pelayanan jasa kurang berkembang dan terkordinir untuk membangun situasi kondusif
agar pengusaha mampu akses dengan permodalan, sehingga saling terkait satu dengan yang
lain, hal ini salah satunya dikarenakan tidak adanya konsultan yang mendampingi seperti
halnya UMKM di jepang. Selain itu pula kalaupun disetujui oleh lembaga keuangan dan modal
tersebut cair, biasanya tidak cair 100%,kemudian bunga bank paling kecil di Indonesia adalah
16% per tahun.sedangkan di jepang bunga hanya 1 % saja.
Indonesia masih dihadapkan pada kendala dalam informasi yang terbatas dan
kemampuan akses ke sumber teknologi.
Selain itu juga lemahnya akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui
oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk
ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal
ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk menembus
pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk
bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap
pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
UMKM Indonesia belum banyak yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam mempromosikan keunggulan kualitas produk UMKM ke
konsumen.. Padahal, promosi melalui TIK, biayanya relatif terjangkau bahkan bisa
gratis. Program pengenalan manfaat TIK pada pelaku UMKM perlu didukung oleh
lembaga pemerintah seperti Kementerian Komunikasi dan Informasi, PT Telkom,
kementerian teknis lain, serta pemerintah daerah. Demikian juga perguruan tinggi dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) informatika.
Alih teknologi baru ke UMKM juga mutlak dipercepat. Hal ini menjadi
tantangan lembaga riset, perguruan tinggi, dan pemerintah. Dalam bidang usaha tahu
tempe, misalnya, dari dahulu hingga sekarang relatif sama, yakni kurang memenuhi
standar kualitas produk pangan. Teknologi baru belum banyak menyentuh usaha ini.
Alih teknologi dari inkubator bisnis, lembaga riset, dan perguruan tinggi ke UMKM
mutlak ditingkatkan. Perusahaan besar mutlak didorong membina dan memfasilitasi alih
teknologi pada UMKM yang saling menguntungkan. Di beberapa Negara seperti Korea,
Jepang, dan Taiwan model ini telah berjalan.
UMKM jepang memliki kemampuan teknologi yang sangat maju, sehingga mampu
mengembngkan produksi lebih produktif, efisien dan dapat meningkatkan mutu produk,
sehingga pada akhirnya produk dapat berdaya saing dan bisa menghasilkan nilai tambah bagi
para pelaku UMKM. UMKM Malaysia dalam akses terhadap teknologi dan informasi masih
mengalami kendala yang sama dengan UMKM di negara lain, yaitu teknologi tang tertinggal
mencapai titik terburuknya dengan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai minus 13 persen,
kontribusi output dari UMK dalam pembentukan PDB riil naik hanya sedikit, yakni hamper 41
persen. Pada tahun 1999, pangsa output agregat dari kelompok usaha ini naik ke sekitar 41,3
persen, dan setelah itupada tahun 2000 naik lagi sedikit ke 40,4 persen dan kenaikan ini
berlangsung terus hingga 2006. Selama periode krisis (1997-1998) laju pertumbuhan output di
UMK tercatat minus 19,3 persen, dan setelah krisis kinerja UMK lebih baik, walaupun dalam
tahun-tahun pertama laju pertumbuhan rata-rata per tahun masih negative sekitar 2,5 persen.
Pada tahun 2011 PDB rill usaha menengah mencapai 346.781,4 milyar peranan sebesar
14,59 persen terhadap total PDB rill. Padahal pada tahun 2012 nilai ekspor skala usaha yang sama
sebesar 366.373,9 milyar dan menciptakan peranan sebesar 14,51% terhadap total PDB rill. Artinya
terjadi peningkatan pada nilai walaupun peranan ekspor pada usaha menegah sedikit mengalami
penurunan.
penting
dalam
pengembangan
kegiatan
ekonomi
lokal
dan
pemberdayaan masyarakat
d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi
e. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan
sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS dan Kantor Menteri Negara untuk
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, usaha-usaha kecil termasuk usaha-usaha
rumah tangga atau mikro, pada tahun 2000 meliputi 99,9 persen dari total usaha-usaha
yang bergerak di Indonesia. Sedangkan usaha-usaha menengah meliputi hanya 0,14
persen dari jumlah total usaha. Dengan demikian, potensi UKM sebagai keseluruhan
meliputi 99,9 per sen dari jumlah total usaha yang bergerak di Indonesia.
Namun demikian usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum
memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UKM sangat kecil
dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Besarnya peran UKM
ini mengindikasikan bahwa UKM merupakan sektor usaha dominan dalam menyerap
tenaga kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan BPS (2000), pada tahun 1999 usahausaha kecil mempekerjakan 88,7 persen dari seluruh angkatan kerja Indonesia.,
sedangkan usaha menengah mempekerjakan sebanyak 10,7 persen. Ini berarti bahwa
UKM mempekerjakan sebanyak 99,4 persen dari seluruh angkatan kerja Indonesia.
Disamping ini nilai tambah bruto total yang dihasilkan usaha-usaha kecil secara
keseluruhan meliputi 41,9 per sen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada
tahun 1999, sedangkan usaha-usaha menengah secara keseluruhan menghasilkan 17,5
persen dari POB (Iihat juga Thee Kian Wie, 2001). Dengan demikian, nilai tambah
bruto total yang dihasilkan UKM secara keseluruhan hampir sebesar 60 persen dari
PDB.
UKM juga berkontribusi terhadap penerimaan ekspor, walaupun kontribusi
UKM jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi usaha besar. Pada tahun
2005 nilai ekspor usaha kecil mencapai 27.700 milyar dan menciptakan peranan sebesar
4,86 persen terhadap total ekspor. Padahal pada tahun 2002 nilai ekspor skala usaha
yang sama sebesar 20.496 milyar dan menciptakan peranan sebesar 5,13% terhadap
total ekspor. Artinya terjadi peningkatan pada nilai walaupun peranan ekspor pada usaha
kecil sedikit mengalami penurunan. Untuk usaha menengah, nilai ekspor juga
meningkat dari 66,821 milyar di tahun 2002 (16,74%) naik menjadi 81.429 milyar
dengan peranan yang mengalami penurunan yaitu sebesar 14,30% ditahun 2005.
Peranan UKM yang tak kalah pentingnya dengan upaya mewujudkan
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah peranan
dalam upaya mewujudkan pemerataan pendapatan. Dalam rangka meningkatkan peran
Namun dilihat dari sumbangannya terhadap PDB dan ekspor non migas,
khususnya produk-produk manufaktur dan inovasi serta pengembangan teknologi,
peran UKM di Negara sedang berkembang masih relatif
perbedaan yang mencolok dengan peran UKM di Negara maju (Amerika serikat, Inggris
dan Singapura). Peran klasik UKM yang sangat popular dan sangat penting adalah
menyediakan kesempatan kerja. UKM memiliki peran komplementer dengan
perusahaan besar dalam penciptaan kesempatan kerja maupun pertumbuhhan ekonomi
( Giaoutzi et al, 1988:102).
kepada
UMKM
memerlukan
sinergi
yang
terarah
dengan
upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk memperkuat daya saing UMKM
menghadapi pasar global adalah:
1. Meningkatkan kualitas dan standar produk, Guna dapat memanfaatkan peluang
dan potensi pasar di kawasan asia tenggara dan pasar global, maka produk yang
dihasilkan UMKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan
kesepakatan asia tenggara dan negara tujuan.
2. Meningkatkan akses finansial; seperti terhadap aspek formalitas, karena banyak
UMKM yang tidak memiliki legal status, aspek skala usaha, dimana sering sekali
skema kredit yang disiapkan perbankan tidak sejalan dengan skala usaha UMKM,
dan aspek informasi, dimana perbankan tidak tahu UMKM mana yang harus
dibiayai, sementara itu UMKM juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia
di perbankan. Oleh karena itu, maka ketiga aspek ini harus diatasi, diantaranya
dengan peningkatan kemampuan bagi SDM yang dimiliki UMKM, perbankan, serta
pendamping UMKM.
3. Meningkatkan kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UMKM; Secara umum
kualitas SDM pelaku UKM di Indonesia masih rendah. Terlebih lagi spirit
kewirausahaannya. Pemerintah harus melakukan langkah kongkrit, seperti
penyusunan grand strategy pengembangan kewirausahaan dan pelaksanaan
dilapangan yang dilakukan dalam kaitannya dan bertanggung jawab. Hal penting
yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan modal awal terutama bagi
wirausaha pemula.
4. Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri;
Bagian terpenting dari proses produksi adalah masalah pasar. Oleh karena itu maka
pemberian informasi dan promosi produk-produk UMKM, khususnya untuk
memperkenalkan di pasar asia tenggara harus ditingkatkan lagi. Promosi produk,
bisa dilakukan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di
luar negeri.
semacam itu belum ada, tetapi menurut perkiraan banyak pengamat, tidak kurang dari
90% usaha Indonesia adalah usaha kecil, dan menurut catatan Kementerian Negara
Koperasi dan UKM di Indonesia terdapat 60 juta usaha kecil menengah1.
Di Indonesia untuk mengembangkan usaha kecil ini pemerintah telah membuat
kebijakan-kebijakan, diantaranya menciptakan berbagai fasilitas mulai dari perkreditan
sampai dengan upaya memecahkan masalah pemasaran dan berbagai keringan serta
kemudahan disediakan pemerintah untuk merangsang dan membina UKM. Keberadaan
dan kedudukan UKM ditengah-tengah kehidupan usaha telah mendapat tempat dan
perhatian di dalam masyarakat. Karena usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja, ikut
melancarkan peredaran perekonomian Negara dan juga mampu berdampingan dengan
perusahaan-perusahaan besar. dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. UKM juga
berfungsi dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional dan mewujudkan
stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi khususnya.