Anda di halaman 1dari 26

Kewirausahaan dan Kewirakoperasian

A. Pengertian Kewirausahaan
Wirausaha dari segi etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti
pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak
agung.

Usaha,

berarti

perbuatan

amal,

berbuat

sesuatu.

Sedangkan Wirausahawan menurut Joseph Schumpeter (1934) adalah seorang inovator


yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasikombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk : (1) memperkenalkan
produk baru, (2) memperkenalkan metode produksi baru, (3) membuka pasar yang baru
(new market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru,
atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Dari arti wirausaha dan
wirausahawan tersebut, maka pengertian kewirausahaan dapat diartikan sebagai
berikut :

Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku


yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat,
proses dan hasil bisnis (Achmad Sanusi, 1994).

Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu


yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). (Drucker,
1959).

Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi


dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan. (Zimmerer, 1996).

Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu


usaha (star-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth). (Soeharto
Prawiro, 1997).

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan


seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
(Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995).

Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif


dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
(Soeparman Spemahamidjaja, 1977).

Kewirausahaan adalah suatu sifat keberanian, keutamaan dalam


keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan
sendiri. (S. Wijandi, 1988).

Kewirausahaan didefinisikan

sebagai

bekerja

sendiri

(self-

employment). (Richard Cantillon, 1973).


.
B. Pengertian Kewirausahaan Koperasi
Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha
secara

koperatif,

dengan

mengambil

prakarsa

inovatif

serta

keberanian

mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, dalam
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama.
Dari definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kewirausahaan koperasi
merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif.
Tugas utama Wirakoperasi adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya berusaha
mencari, menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan
bersama. Kewirausahaan

dalam

koperasi

dapat

dilakukan

oleh

anggota, manajer birokrat yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis,
yaitu orang yang peduli terhadap pengembangan koperasi.
Pelaku ekonomi Indonesia ada tiga yaitu BUMN / BUMD, koperasi dan BUMS
(swasta). Sebagai salah satu pelaku ekonomi di Indonesia maka diharapkan koperasi
menjadi soko guru perekonomian Indonesia. Koperasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
co yang berarti bersama dan operare berarti bergerak berusaha. Jadi secara singkat
dalam koperasi harus ditunjukkan kebersamaan dalam menjalankan usaha (Suratal HW,
1993).
Menurut UU Nomor 25/1992, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orangseorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Koperasi memiliki 5 unsur pokok diantara lain :


1. Koperasi sebagai badan usaha
2. Beranggotakan orang-seorang bagi koperasi primer atau badan hukum koperasi
bagi koperasi sekunder
3. Prinsip ekonomi sebagai dasar kegiatan koperasi
4. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat
5. Berdasarkan atas asas kekeluargaan
Koperasi memiliki Karakteristik sebagai pemilik sekaligus konsumen adalah ciri
utama koperasi yang membedakan dengan organisasi lain. Karakteristik itu dapat
menjadi stimulant bagi munculnya rasa ikut memiliki, yang pada gilirannya akan
menciptakan pertumbuhan yang dinamis. Dengan demikian seharusnya koperasi jika
berjalan sesuai dengan yang ditetapkan maka mampu menopang kehidupan masyarakat
serta anggota koperasi itu sendiri. Namun, dengan adanya globalisasi saat ini maka
koperasi seperti terpinggirkan dalam persaingan perdagangan bebas.
Berdasarkan hasil Seminar Nasional di IKOPIN, istilah kewirakoperasian dapat
didefinisikan sebagai suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif untuk
mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dengan berpegang
teguh pada identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta
peningkatan kesejahteraan bersama. Menurut Meredith, wirausaha koperasi adalah
orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan, dan mengambil tindakan tepat agar
mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa wirausaha koperasi
merupakan orang yang mempunyai kemampuan dan kemauan dalam inovasi atau
mengembangkan strategi demi perkembangan koperasi yang lebih baik.
C. Kebutuhan Akan Kewirausahaan Koperasi
1. Pembangunan koperasi diarahkan agar makin memiliki kemampuan menjadi badan
usaha yang makin efiesien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan
berakar pada masyarakat
2. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi di tingkatkan melalui upaya peningkatan
kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional

3. Pemberian kemampuan yang seluas-luasnya disegala sektor kegiatan ekonomi dan


penciptaan iklim usaha yang mendukung dengan kumdahan memperoleh
permodalan, dan
4.

Kerja sama antarkoperasi dan antar koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta
sebagai mitra usaha dikembangkan secara lebih nyata.

Seharusnya pemerintah mampu memperbesar kelompok wirausaha ini dengan:


1. Memberikan kebebasan berusaha (dalam arti kebebasan yang tidak menggangu
kepentingan orang lain).
2. Menciptakan kondisi lingkungan yang dapat merangsang kegiatan inovatif.
3.

Memberikan pendidikan dan pelatihan agar dapat meningkatkan kompetensi para


wirausaha tersebut.

D. Tipe Kewirakoperasian
Kewirakoperasian dibagi menjadi empat, yaitu:
A. Kewirakoperasian Anggota
Anggota sebagai pemilik koperasi dapat menjadi wirakoperasi bila ia mampu
menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk pertumbuhan koperasi.
B. Kewiraoperasian Manager
Koperasi yang mengangkat manager sebagai pelaksana dan penangung jawab kegiatan
operational

dan

tentumya

mengharapkan

perubahan

yang

memberikan

keuntungan.Tetapi kendala yang dihadapi oleh manager adalah keterbatasan kebebasan


untuk bertindak.
C. Kewirakoperasian Birokrat
Birokrat adalah pihak yang secara tidak langsung berhubungan dengan pengembangan
gerakan koperasi.Setiap kegiatannya memang diarahkan untuk memacu perkembangan
koperasi.
D. Kewirkoperasian Katalis
Katalis di sini diartikan sebagai pihak yang berkompeten terhadap pengembangan
koperasi kendatipun ia tidak mempunyai hubungan langsung dengan organisasi
koperasi.

E. Tugas Wirakoperasi
Tugas kewirakoperasian adalah menciptakan keunggulan bersaing koperasi
dibanding dengan organisasi usaha pesaingnya. Keunggulan tersebut dapat di peroleh
melalui :
o Mendudukkan koperasi sebagai penguasa yang kuat di pasar, bila para petani
bersatu membentuk koperasi,maka keoperasi tersebut mempunyai kedudukkan yang
kuat di pasar.
o Kemampuan dalam mereduksi biaya transaksi, yaitu menekan biaya transaksi.biaya
transaksi adalah biaya di luar produksi yang timbul karena adanya transaksitransaksi,seperti biaya kontrak.
o Pemanfaatan interlinkage market, interlinked market adalah hubungan transaksi
antara pelaku-pelaku ekonomi di pasar.
o Pemanfaatan trust capital, trust capital diartikan sebagai pengumpulan modal.
o Pengedalian

ketidakpastian,

upaya

pengendalian

ketidakpastian

sangat

dimungkinkan mengingat adanya pasar internal pada koperasi.


o Penciptan inovasi, inovasi pada koperasi sangat dimungkinkan mengingat banyak
pihak yang berkompeten terhadap pertumbuhan koperasi.Tugas wirakoperasi dalam
hal ini menciptakan inovasi-inovasi baru yang menguntungkan bagi koperasi dan
anggotanya.
o Pembangunan manfaat partisipasi, keunggulan koperasi dapat diperoleh melalui
partisipasi baik partisipasi kontributif dalam penyerahan keuangan dan pengambilan
keputusan,maupun partisipasi intensif dalam hal pemanfaatan pelayanan koperasi.
E. Jiwa dan Semangat Wirausaha Koperasi
Dalam melakukan wirausaha koperasi kita harus memiliki jiwa serta semangat
diantaranya adalah :

Mempunyai kepercayaan yang kuat pada diri sendiri.

Berorientasi pada tugas dan hasil yang didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi,
berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan ketabahan, mempunyai
tekad kerja keras, dam mempunyai energi inisiatif.

Mempunyai kemampuan dalam mengambil risiko dan mengambil keputusankeputusan secara cepat dan cermat.

Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan suka menanggapi saran-saran


dan kritik.

Berjiwa inovatif, kreatif dan tekun.

Berorientasi ke masa depan.

F. Peluang dan Tantangan Kewirausahaan Koperasi dalam Menghadapi Pasar


Bebas
Munculnya Masyrakat Ekonomi Asean seharusnya dapat menumbuhkan
perekonomian di Indonesia secara umum, globalisasi tidak dapat di lawan karena semua
orang akan selalu ingin maju. Jadi koperasi tidak bisa melawan, koperasi harus berjalan
secara bersama-sama. Di Negara berkembang seperti Indonesia harusnya koperasi dapat
berkembang untuk melawan ketidak pastian dan kejamnya dunia ekonomi pada saat ini.
Karena koperasi merupakan salah satu lemabaga ekonomi rakyat yang menggerakan
perekonomian rakyat dalam memacu kesejahteraan sosial masyarakat.
Peluang dengan adanya MEA 2015, antara lain :
Terbentuknya pasar untuk produk ekspor di ASEAN
Memudahkan untuk bisa mengakses modal investasi antar Negara Asean.
Memudahkan memperoleh barang/jasa yang diproduksi diluar Negara kita.
Tantangan yang dihadapi dengan adanya MEA 2015, antara lain :
Hilangnya pasar produk ekspor kita karena kalah bersaing karena harga dan
kualitas produk kita kalah dibanding Negara lain di Asean.
Semakin banyaknya produk impor di pasaran dalam negeri yang akan
mematikan usaha di Negara kita, contohnya saja Koperasi yang semakin harus
dapat bersaing.
Masuknya SDM dari Negara lain yang mungkin lebih berkualitas, yang akan
menggusur tenaga keja dalam negeri.
Dengan semakin tingginya peluang Koperasi yang semakin banyak dan berjalan
dengan baik di Indonesia. Banyak pula masalah/tantangan yang dihadapi oleh Koperasi
di Indonesia memang masih belum terselesaikan, apalagi dengan munculnya MEA 2015
ini. Seperti diantaranya :
Lemahnya kelembagaan koperasi.
Lemahnya modal internal koperasi.
Kurangnya inovasi dalam bisnis koperasi dan lambannya pemanfaatan IT.

Lemahnya kualitas SDM dan kurangnya profesionalisme di Koperasi.


Setelah dilihat diatas, dengan semakin banyaknya masalah yang dihadapi oleh
koperasi, maka koperasi harus melakukan peningkatan daya saing untukn menghadapi
MEA 2015, yaitu dari segi organisasi koperasi itu sendiri, bisnis koperasinya, dan juga
Sumber Daya Manusianya.
Jika dilihat dari Organisasi Koperasi itu bisa dilakukan diantaranya :
1.
Memperkuat idiologisasi koperasi pada anggota.
2.
Penguatan kelembagaan koperasi sebagai entitas bisnis modern.
3.
Membangun kultur kreatif, inovatif dan nilai tambah damlam kerangka
meningkatkan daya saing koperasi.
4.
Memperkuat jaringan kemitraan koperasi dengan stake holder.
Jika dilihat dari segi Bisnis Koperasinya, diantaranya :
1.
Peningkatan modal sendiri berdasar skala ekonomi yang layak.
2.
Penerapan IT.
3.
Kemitraan dengan pelaku bisnis lain.
Jika dilihat dari segi Sumber Daya Manusia nya,antaralain :
1.
Peningkatan kualitas SDM koperasi.
2.
Pengembangan system kompensasi yang menarik.
3.
Profesionalisasi manajemen.
4.
Pengukuran kinerja SDM yang unggul.
Peran pemerintah dalam melakukan pembinaan pada koperasi juga berperan
penting agar menciptakan koperasi yang bisa semakin berkembang dalam MEA 2015.
Pemerintah merupakan aktor utama bagi perkembangan koperasi, karena kebijakankebijakan yang dilakukan harus pro rakyat dan demi kesejahteraan rakyat Indonesia
semata jangan menguntungkan bagi bangsa lain. Disamping itu pemerintah juga harus
membantu dana dalam mengembangkan koperasi, tetapi tidak hanya memberikan dana
saja, pemerintah harus mengontrol pengguanaan dana tersebut.
Selain cara-cara diatasakan menjadi lebih baik & efektif lagi bila diadakan
program penelitian dan pengembangan koperasi.
a) Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan, yang meliputi seluruh aspek
pengembangan perkoperasian melalui pendekatan interdisipliner dan lintas sektoral
yang terkoordinasi dan terintegrasi.
b) Pengkajian dan perumusan pengetahuan perkoperasian dalam rangka penyusunan
keilmuan koperasi, sebagai bahan pengajaran ilmu koperasi dalam pendidikan
formal.

c) Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan perkoperasian untuk


memberikan masukan yang diperlukan bagi penyusunan pola pengembangan
koperasi serta persiapan langkah-langkah bagi usaha membangun koperasi.
d) Mengembangkan berbagai pola dan perangkat pembangunan koperasi baik
perangkat lunak maupun perangkat keras, yang meliputi aspek-aspek manajemen
personil, permodalan dan perkreditan, produksi serta pemasaran.
e) Mengkaji proyek rintisan/percontohan dalam rangka memperoleh sistem dan
peralatan teknis yang belum dijadikan pola atau sistem operasional.
f) Mengembangkan pusat dokumentasi ilmiah dan informasi perkoperasian yang
didukung oleh sistem dan jaringan informasi yang menyeluruh dan terpadu, guna
memonitor dan mengevaluasi berbagai perkembangan pembangunan koperasi serta
dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya.
g) Meningkatkan kerjasama koperasi dengan lembaga-lembaga pendidikan, penelitian,
pengembangan dan pengkajian baik di lingkungan pemerintah maupun swasta.

Koperasi sebenarnya dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian


nasional untuk keluar dari krisis ekonomi. Dan juga koperasi bisa mengembangkan
produk lokal yang berkualitas agar bisa mengeksport sehingga produk dalam negeri
dapat bersaing di negeri sendiri dan setidaknya meminimalkan masyarakat
menggunakan produk eksport.
Peluang koperasi untuk tetap berperan dalam percaturan perekonomian nasional
dan internasional terbuka lebar asal koperasi dapat berbenah diri menjadi salah satu
pelaku ekonomi (badan usaha) yang kompetitif dibandingkan pelaku ekonomi lainnya.
Tantangan untuk menghadapi globalisasi memang berat karena jika koperasi tidak
berbenah dalam segala aspek maka bukan tidak mungkin koperasi akan tergerus serta
akan mematikan perekonomian masyarakat. Selain itu membuat koperasi menjadi usaha
yang nyaman untuk bertransaksi dengan masyarakat juga anggotanya akan lebih
membuat koperasi menjadi kompetitif dan efisien dalam pelayanannya.
E.F. Schumacher (1978) berpendapat bahwa small is beautiful. John Naisbitt
(1944) merasa percaya bahwa masa depan perekonomian global berada ditangan unit
usaha yang kecil, otonom, namun padat teknologi. Dari dua pendapat tersebut bias
disimpulkan bahwa penggerak ekonomi sebenarnya berada dalam unit/sector usaha
kecil yang di Indonesia biasa disebut UKM. Jadi UKM seharusnya diberikan

kesempatan untuk berperan lebih banyak daripada pemerintah harus mengambil


kebijakan eksport yang memberatkan rakyat kecil.
Keistimewaan koperasi tidak dikenal adanya majikan dan buruh, serta tidak ada
istilah pemegang saham mayoritas. Semua anggota berposisi sama, dengan hak suara
sama. Oleh karena itu, apabila aktivitas produksi yang dilakukan koperasi ternyata dapat
member laba finansial, semua pihak akan turut menikmati laba tersebut. Jadi bila
koperasi dapat menjalankan tugasnya serta terdapat pembenahan dalam sector-sektor
seperti hambatan-habatan internal dalam tubuh koperasi mulai dari pemimpin yang bisa
diandalkan, SDM yang baik dan berkompeten serta manajerial yang mumpuni.
Manajerial yang mumpuni bisa dikatakan Manajemen koperasi dimasa datang
menghendaki pengarahan fokus terhadap pasar, sistem pencatatan keuangan yang baik,
serta perencanaan arus kas dan kebutuhan modal mendatang. Dalam integrasi ke luar,
dibutuhkan kerjasama terspesialisasi antar koperasi maupun kerjasama dengan para
pelaku lainnya dengan prinsip saling menguntungkan. Ke dalam, koperasi dituntut
untuk menempatkan anggotanya sebagai pelaku aktif dalam proses produksi dan
distribusi dapat memenuhi syarat-syarat penghematan biaya, pemanfaatan modal,
spesialisasi, keorganisasian, fleksibilitas dan pemekaran kesempatan kerja. Sehingga
arus globalisasi juga dapat ditekan dan koperasi akan mampu bersaing dalam globalisasi
tersebut.
Keberadaan beberapa koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi
masyarakat, walaupun derajat dan intensitasnya berbeda. Setidaknya terdapat tiga
tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat (PSP-IPB, 1999) :
1. Koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha
tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan usaha
dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan, atau
kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada tingkatan ini biasanya koperasi
penyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga usaha lain
atau lembaga usaha lain tidak dapat melaksanakannya akibat adanya hambatan
peraturan. Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak memiliki
aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga lain. Hal ini dapat dilihat pada
peran beberapa Koperasi Kredit dalam menyediaan dana yang relatif mudah bagi

anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh


dana dari bank. Juga dapat dilihat pada beberapa daerah yang dimana aspek
geografis menjadi kendala bagi masyarakat untuk menikmati pelayanan dari
lembaga selain koperasi yang berada di wilayahnya.
2. Koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain. Pada kondisi ini
masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan peran koperasi lebih baik
dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan anggota (atau juga bukan anggota)
dengan koperasi adalah karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi mampu
memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah berada pada kondisi ini
dinilai berada pada tingkat yang lebih tinggi dilihat dari perannya bagi masyarakat.
Beberapa KUD untuk beberapa kegiatan usaha tertentu diidentifikasikan mampu
memberi manfaat dan peran yang memang lebih baik dibandingkan dengan lembaga
usaha lain, demikian pula dengan Koperasi Kredit.
3.

Koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa memilki ini
dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan
pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan
kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut.
Sebagai ilustrasi, saat kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat
bunga yang sangat tinggi, loyalitas anggota Kopdit membuat anggota tersebut tidak
memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa
keterkaitan dengan Kopdit telah berjalan lama, telah diketahui kemampuannya
melayani, merupakan organisasi milik anggota, dan ketidak-pastian dari dayatarik
bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi diatas, maka wujud peran yang diharapkan
sebenarnya adalah agar koperasi dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus
mampu menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. Jadi
jelas terlihat bahwa Koperasi Indonesia masih sangat penting walaupun harus
menghadapi era globalisasi dimana semakin banyak pesaing ekonomi yang
bermunculan dari luar negeri dan walaupun seperti itu, Koperasi masih sangat
penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, selalu berusaha
mensejahterakan rakyat Indonesia.

Jadi,koperasi tidak harus hilang berbaur atau mengikuti trend negara lain dan
masih dapat berdiri dan menjalankan fungsi-fungsinnya selama ini. Untuk menghadapi
era globalisasi, koperasi di Indonesia perlu :
1.

Membagi koperasi menurut beberapa sektor :

koperasi produsen atau koperasi yang bergerak di bidang produksi.


koperasi konsumen atau koperasi konsumsi.

koperasi kredit dan jasa keuangan.

2.

Koperasi produksi harus merubah strategi kegiatannya dengan mereorganisasi

kembali supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi.


3.

Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi, pengertian koperasi,

nilai-nilai koperasi dan prinsip-prinsip gerakan koperasi harus dijadikan point penting
karena hal itu yang mendasari segala aktifitas koperasi. Aparatur pemerintah terutama
departemen yang membidangi masalah koperasi perlu pula untuk memahami secara
utuh dan mendalam mengenai perkoperasian.
4.

Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu mengidentifikasi

kebutuhan kolektif anggotanya dan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses untuk


menemukan kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan lokal spesifik. Dengan
mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat dimungkinkan kebutuhan
kolektif setiap koperasi berbeda-beda.
5.

Kesungguhan kerja pengurus dan karyawan dalam mengelola koperasi. Disamping

kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang amanah, jujur serta
transparan.
6.

Kegiatan koperasi bersinergi dengan aktifitas usaha anggotanya.

7.

Adanya efektifitas biaya transaksi antara koperasi dengan anggotanya sehingga

biaya tersebut lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang dibebankan oleh
lembaga non-koperasi. Dengan demikian, koperasi pun mampu setidaknya menghadapi
era globalisasi saat ini, bukan malah terseret arus globalisasi yang berdampak koperasi
akan tenggelam. Mari kita benahi koperasi sejak dini, karena koperasi di Indonesia juga
merupakan jati diri bangsa.

Usaha Kecil Menengah

A. Definisi dan Kriteria UKM menurut lembaga dan Negara Asing


Saat ini posisi keberadaan UKM atau SME dimancanegara mendapat perhatian
cukup besar oleh pemerintah negara, khususnya negara berkembang. UKM atau yang
biasa disebut SME (Small Medium Enterprise) memiliki definisi yang berbeda-beda di
setiap negara. Pada prinsipnya definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing
didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut : (1) jumlah tenaga kerja, (2) pendapatan
dan (3) jumlah aset. Paparan berikut adalah kriteria-kriteria UKM di negara-negara atau
lemabaga asing.
1. World

Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

1.1 Medium Enterprise, dengan kriteria :


1. Jumlah karyawan maksimal 300 orang
2. Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
3. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

1.2 Small Enterprise, dengan kriteria :


1. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta
1.3 Micro Enterprise, dengan kriteria :
1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu
3. Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu
2. Singapura mendefinisikan UKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30%
pemegang saham lokal serta aset produktif tetap (fixed productive asset) di bawah SG $
15 juta.
3. Malaysia, menetapkan definisi UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan
yang bekerja penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau yang modal
pemegang sahamnya kurang dari M $ 2,5 juta. Definisi ini dibagi menjadi dua,
yaitu :
3.1 Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5 50 orang atau jumlah
modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu
3.2 Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50 75 orang atau
jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu M $ 2,5 juta.
4. Jepang, membagi UKM sebagai berikut :
4.1 Mining and manufacturing, dengan kriteria jumah karyawan maksimal 300
orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah US$2,5 juta.
4.2 Wholesale, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah
modal saham sampai US$ 840 ribu

4.3 Retail, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal
saham sampai US$ 820 ribu
4.4 Service, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah
modal saham sampai US$ 420 ribu
5. Korea Selatan, mendefinisikan UKM sebagai usaha yang jumlahnya di bawah 300
orang dan jumlah assetnya kurang dari US$ 60 juta.
6. European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
6.1 Medium-sized Enterprise, dengan kriteria :
1. Jumlah karyawan kurang dari 250 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta
6.2 Small-sized Enterprise, dengan kriteria :
1. Jumlah karyawan kurang dari 50 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta
6.3 Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :
1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta
KLASIFIKASI UMKM
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4(empat)
kelompok yaitu :

1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja


untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya
adalah pedagang kaki lima
2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum
memiliki sifat kewirausahaan
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan
dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)
UKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UKM hingga tahun
2011 mencapai 52 juta. UKM di Indonesia menjadi sangat penting bagi ekonomi karena
menyumbang 60 % dari PDB dan menampung 97 % tenaga kerja. Tetapi akses ke
lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UKM yang mendapat
akses ke lembaga keuangan. Pemerintah Indonesia membina UKM melalui dinas
koperasi dan UKM di masing-masing provinsi, kabupaten atau kota Menteri koperasi
dan UKM, Syarifudin Hasan mengatakan pemerintah akan menarik pajak bagi sektor
UKM beromset Rp 300 juta hingga 4 miliar pertahun. Hal tersebut akan dilaksanakan
karena pemerintah mengakui membutuhkan uang untuk proyek infrastruktur. Dalam
pembangunan perekonomian di Indonesia UKM selalu di gambarkan kepada sektor
yang memiliki peranan penting. Hal ini dikarenakan sebagian besar

jumlah

penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan uasaha kecil baik di
sektor tradisional maupun modern. UKM juga memiliki peran yang strategis dalam
pembangunan perekonomian nasional. Oleh karena itu, selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja UKM juga berperan dalam
perindustrian hasil hasil pembangunan (Murtisari, 2009:38).

Kemampuan UKM Indonesia untuk menembus pasar global atau meningkatkan


ekspor nya dengan menghadapi produk produk impor di pasar domestik ditentukan
oleh suatu kombinasi antara sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki masing
masing perusahaan atas pesaing pesaingnya. Suatu Negara memiliki keunggulan bias
secara alamiah (natural advantages) atau yang dikembangkan (acquired advantages).
Keunggulan alamiah yang dimiliki Indonesia adalah jumlah tenaga kerja, khususnya
dari golongan berpendidikan dan bahan baku yang berlimpah. Kondisi ini membuat
upah tenaga kerja dan harga bahan baku di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan
negara negara lain yang penduduknya sedikit dan miskin SDA (Ronald, 1986).
B. Kinerja UKM di Berbagai Negara

1. Pertumbuhan Unit Usaha dan Tenaga Kerja


UMKM di indonesia sangat penting, terutama sebagai sumber pertumbuhan
kesempatan kerja atau pendapatan. Penyataan ini tentu tanpa alasan. Fakta menunjukkan
bahwa memang kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok usaha tersebut jauh
lebih banyak dibandingkan tenaga kerja yang busa diserap oleh UB. Oleh karena itu,
UMKM sangat diharapkan untuk bisa terus berperan secara optimal setiap tahunnya.
Dengan banyak tenaga kerja berarti UMKM juga punya peran penting strategis dalam
upaya pemerintah selama ini memerangi kemiskinan di dalam negeri.
Selain itu meihat bahwa sebagian besar dari jumlah UMKM di Indonesia terdapat di
pedesaan, kelompok usaha tersebut sangat diharapkan sebagai motor penggerak pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi pedesaan, yang berarti juga mengurangi kesenjangan pembangunan
antara perkotaan, yang berarti juga mengurangu kesenjangan pembangunan antara perkotaan
dan pedesaan. UMKM di pendesaan terutama bisa berperan sebagai mendorong diversifikasi
kegiatan ekonomi di luar sktor pertanian di banyak wilayah di tanah air semakin mengecil
karena banyak hal, termasuk luas lahan pertanian di banyak

wilayah tanah air semakin

mengecil karena banyak hal, termasuk luas lahan pertanian yang semakin mengecil . Jika
UMKM non pertanian di pedsaan bisa tumbuh pesat, tidak hanya dalam arti jumlah unit usaha

bertambah, tetapi juga produktivitas usaha meningkat, migrasi penduduk dari pedesaan ke
perkotaan bisa berkurang signifikan (Tambunan,2006a)

Berdasarkan data dari Menteri Negara Urusan dan Koperasi dan UKM, pada tahun
2011 ada sekitar 55.206.444 UMKM dengan usaha skala mikro sebanyak 54.559.969 unit,
usaha skala kecil sebanyak 602.195 unit dan usaha menengah sebesar

44.280 unit.

Sedangkan tenaga kerja pada tahun 2011 ada sekitar 101.772.458 orang dengan usaha mikro
sebanyak 94.957.797 orang, usaha skala kecil sebanyak 3.919.992 orang dan usaha menengah
sebanyak 2.884.669 orang. Bisa dilihat bahwa UKM berperang mengatasi pengangguran,
kemiskinan dan juga bisa sebagai roda penggerak ekonomi

2. Akses Permodalan
Permodalan merupakan salah satu kebutuhan penting yang diperlukan untuk
memajukan dan mengembangkan UMKM. Pemerintah Indoneisa melalui kebijaksanaannya
telah berupaya menyediakan berbagai skema kredit dan bantuan permodalan yang dibutuhkan
UMKM. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kredit permodalan yang
disediakan Pemerintah tersebut sulit didapatkan oleh pengusaha kecil dan . Disatu pihak
pengusaha kecil dengan keterbatasan modal sulit berkembang dan masuk ke dalam jajaran
bisnis formal yang lebih besar. Pedagang-pedagang kecil sulit untuk memenuhi order dari
pengusaha besar karena kesulitan dalam permodalan. Usaha kecil sulit memenuhi administrasi
dan persyaratan perbankan seperti agunan dan jaminan lain yang dapat menghubungkannya
dengan Bank. Di pihak lain sistem perbankan dan situasi perbankan dan situasi perbankan yang
belum pulih di Indonesia kurang memberikan toleransi agar usaha kecil dapat akses dengan
modal. Hal ini ditopang juga oleh lembaga pendukung seperti lembaga penjaminan dan

lembaga pelayanan jasa kurang berkembang dan terkordinir untuk membangun situasi kondusif
agar pengusaha mampu akses dengan permodalan, sehingga saling terkait satu dengan yang
lain, hal ini salah satunya dikarenakan tidak adanya konsultan yang mendampingi seperti
halnya UMKM di jepang. Selain itu pula kalaupun disetujui oleh lembaga keuangan dan modal
tersebut cair, biasanya tidak cair 100%,kemudian bunga bank paling kecil di Indonesia adalah
16% per tahun.sedangkan di jepang bunga hanya 1 % saja.

Dalam akses permodalan ke bank, UMKM Jepang selalu didampingi oleh


konsultan, karena semua usaha yang didirian di sana harus didampingi konsultan sejak
awal karena usaha ini akan berhubungan dengan pihak bank sebagai penyedia jasa
keuangan. Selanjutnya ketika semua sudah selesai dalam hal ini rencana usaha
cashflownya baru mengajukan kredit dan kalau persyaratannya sudah jelas maka
pencairan bisa dilaksanakan dengan standart dan konsultan yang ditunjuk akan terus
mendampingi UKM tersebut secara berkelajutan sampai memang layak ditinggal.
tentang penjaminan dan bunga yang ada di Jepang, penjaminan akan dilakukan oleh
pemerintah dengan bunga pinjaman 1 % per tahun.
Pemerintah Malaysia memberikan fasilitas pembiayaan kredit bunga murah
kepada para UKM. Skema pinjaman beragam, ada beri bunga sesuai bunga pasar, ada
juga yang lebih rendah. "Pemerintah memberikan insentif 2% dari beban bunga yang
dikenakan bank," kata Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia Sri
Mustapa Mohamed.
Ambil contoh, jika bank mengenakan bunga 6% untuk UKM, maka pengusaha
UKM itu hanya membayar bunga 4% saja, tagihan bunga sisanya akan diminta
perbankan kepada pemerintah. Baru-baru ini, lanjut Sri, Malaysia mengucurkan dana
pembiayaan sebesar RM 500 juta untuk UKM yang siap masuk pasar
3. Akses Teknologi dan Informasi

Teknologi merupakan faktor penting yang menentukan kinerja dan bekelanjutan


bagi usaha kecil. Pengembangan teknologi bertujuan untuk mengembangkan produksi
menjadi lebih produktif, efisien dan dapat meningkatkan mutu yang pada akhirnya
menghasilkan nilai tambah bagi setiap pelaku usaha. Sebagian besar UMKM di

Indonesia masih dihadapkan pada kendala dalam informasi yang terbatas dan
kemampuan akses ke sumber teknologi.
Selain itu juga lemahnya akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui
oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk
ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal
ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk menembus
pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk
bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap
pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
UMKM Indonesia belum banyak yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam mempromosikan keunggulan kualitas produk UMKM ke
konsumen.. Padahal, promosi melalui TIK, biayanya relatif terjangkau bahkan bisa
gratis. Program pengenalan manfaat TIK pada pelaku UMKM perlu didukung oleh
lembaga pemerintah seperti Kementerian Komunikasi dan Informasi, PT Telkom,
kementerian teknis lain, serta pemerintah daerah. Demikian juga perguruan tinggi dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) informatika.
Alih teknologi baru ke UMKM juga mutlak dipercepat. Hal ini menjadi
tantangan lembaga riset, perguruan tinggi, dan pemerintah. Dalam bidang usaha tahu
tempe, misalnya, dari dahulu hingga sekarang relatif sama, yakni kurang memenuhi
standar kualitas produk pangan. Teknologi baru belum banyak menyentuh usaha ini.
Alih teknologi dari inkubator bisnis, lembaga riset, dan perguruan tinggi ke UMKM
mutlak ditingkatkan. Perusahaan besar mutlak didorong membina dan memfasilitasi alih
teknologi pada UMKM yang saling menguntungkan. Di beberapa Negara seperti Korea,
Jepang, dan Taiwan model ini telah berjalan.
UMKM jepang memliki kemampuan teknologi yang sangat maju, sehingga mampu
mengembngkan produksi lebih produktif, efisien dan dapat meningkatkan mutu produk,
sehingga pada akhirnya produk dapat berdaya saing dan bisa menghasilkan nilai tambah bagi
para pelaku UMKM. UMKM Malaysia dalam akses terhadap teknologi dan informasi masih
mengalami kendala yang sama dengan UMKM di negara lain, yaitu teknologi tang tertinggal

4. Struktur Output dan Pangsa PDB


Data pemerintah menunjukkan bahwa dalam nilai riil, PDB dari UMK di semua sector
ekonomi pada tahun 1997 hanya 38 persen. Pada tahun 1998, pada saat krisis ekonomi

mencapai titik terburuknya dengan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai minus 13 persen,
kontribusi output dari UMK dalam pembentukan PDB riil naik hanya sedikit, yakni hamper 41
persen. Pada tahun 1999, pangsa output agregat dari kelompok usaha ini naik ke sekitar 41,3
persen, dan setelah itupada tahun 2000 naik lagi sedikit ke 40,4 persen dan kenaikan ini
berlangsung terus hingga 2006. Selama periode krisis (1997-1998) laju pertumbuhan output di
UMK tercatat minus 19,3 persen, dan setelah krisis kinerja UMK lebih baik, walaupun dalam
tahun-tahun pertama laju pertumbuhan rata-rata per tahun masih negative sekitar 2,5 persen.
Pada tahun 2011 PDB rill usaha menengah mencapai 346.781,4 milyar peranan sebesar
14,59 persen terhadap total PDB rill. Padahal pada tahun 2012 nilai ekspor skala usaha yang sama
sebesar 366.373,9 milyar dan menciptakan peranan sebesar 14,51% terhadap total PDB rill. Artinya
terjadi peningkatan pada nilai walaupun peranan ekspor pada usaha menegah sedikit mengalami
penurunan.

5. Peran UKM di Berbagai Negara


Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan
usaha skala kecil menengah (UKM). Beberapa kesimpulan, stidak-tidaknya hipotesis
telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonimi yang sangat cepat
sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha
kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II,
sumbangan UKM ternyata tak bisa diabaikan (Anderson, 1987).
Usaha kecil dan menengah (UKM) memegang peranan penting dalam ekonomi
Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan
kerja. Peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia paling
tidak dapat dilihat dari:
a. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai
sektor
b. Penyedia lapangan kerja yang terbesar
c. Pemain

penting

dalam

pengembangan

kegiatan

ekonomi

lokal

dan

pemberdayaan masyarakat
d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi
e. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan
sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS dan Kantor Menteri Negara untuk
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, usaha-usaha kecil termasuk usaha-usaha
rumah tangga atau mikro, pada tahun 2000 meliputi 99,9 persen dari total usaha-usaha
yang bergerak di Indonesia. Sedangkan usaha-usaha menengah meliputi hanya 0,14
persen dari jumlah total usaha. Dengan demikian, potensi UKM sebagai keseluruhan
meliputi 99,9 per sen dari jumlah total usaha yang bergerak di Indonesia.
Namun demikian usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum
memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UKM sangat kecil
dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Besarnya peran UKM
ini mengindikasikan bahwa UKM merupakan sektor usaha dominan dalam menyerap
tenaga kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan BPS (2000), pada tahun 1999 usahausaha kecil mempekerjakan 88,7 persen dari seluruh angkatan kerja Indonesia.,
sedangkan usaha menengah mempekerjakan sebanyak 10,7 persen. Ini berarti bahwa
UKM mempekerjakan sebanyak 99,4 persen dari seluruh angkatan kerja Indonesia.
Disamping ini nilai tambah bruto total yang dihasilkan usaha-usaha kecil secara
keseluruhan meliputi 41,9 per sen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada
tahun 1999, sedangkan usaha-usaha menengah secara keseluruhan menghasilkan 17,5
persen dari POB (Iihat juga Thee Kian Wie, 2001). Dengan demikian, nilai tambah
bruto total yang dihasilkan UKM secara keseluruhan hampir sebesar 60 persen dari
PDB.
UKM juga berkontribusi terhadap penerimaan ekspor, walaupun kontribusi
UKM jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi usaha besar. Pada tahun
2005 nilai ekspor usaha kecil mencapai 27.700 milyar dan menciptakan peranan sebesar
4,86 persen terhadap total ekspor. Padahal pada tahun 2002 nilai ekspor skala usaha
yang sama sebesar 20.496 milyar dan menciptakan peranan sebesar 5,13% terhadap
total ekspor. Artinya terjadi peningkatan pada nilai walaupun peranan ekspor pada usaha
kecil sedikit mengalami penurunan. Untuk usaha menengah, nilai ekspor juga
meningkat dari 66,821 milyar di tahun 2002 (16,74%) naik menjadi 81.429 milyar
dengan peranan yang mengalami penurunan yaitu sebesar 14,30% ditahun 2005.
Peranan UKM yang tak kalah pentingnya dengan upaya mewujudkan
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah peranan
dalam upaya mewujudkan pemerataan pendapatan. Dalam rangka meningkatkan peran

UKM di Indonesia berbagai kebijakan dari aspek makroekonomi perlu diterapkan.


Dengan memberikan stimulus ekonomi yang lebih besar kepada industri ini akan
memberikan dampak yang besar dan luas terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan
kerja dan distribusi pendapatan yang lebih merata di Indonesia. Dengan stimulus yang
dimaskud dapat berupa memberikan dana kepada UKM melalui investasi pemerintah
dan investasi swasta domestik maupun investasi luar negeri. Perlu komitmen yang kuat
dalam bentuk peraturan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
untuk mengalokasikan sebagian besar dana APBD maupun APBN untuk diinvestasikan
dalam usaha produktif UKM. Sementara itu, untuk menciptakan dan mendorong
berbagai pihak swasta maupun swasta asing menginvestasikan dananya pada UKM
perlu diberikan berbagai kemudahan dalam bentuk penyediaan database, penyediaan
infrastruktur, kemudahan sistem administrasi birokrasi, dan kemudahan pajak.
Pemanfaatan dana pinjaman luar negeri dalam bentuk loan bagi pengembangan UKM
juga dapat dilakukan, disamping mengerahkan bantuan (hibah) luar negeri untuk
memperkuat dan meningkatkan peran UKM.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pinjaman modal
berupa kredit berbunga rendah. Untuk pelaksanaanya melibatkan pihak perbankan,
khususnya perbankan milik pemerintah. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan
aksesbilitas para pelaku UKM terhadap modal yang selama ini relatif terbatas.
Diperlukan pula ketegasaan dari pemerintah dalam bentuk peraturan perundangan
ataupun peraturan pemerintah (PP) untuk mendorong pihak perbankan melakukan
tugasnya dengan sungguh sungguh dan penuh tanggung jawab.
UKM juga berkontribusi terhadap penerimaan ekspor, walaupun kontribusi
UKM jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi usaha besar. Pada tahun
2011 nilai ekspor usaha menengah mencapai 130.880,8 milyar peranan sebesar 11,48
persen terhadap total ekspor. Padahal pada tahun 2012 nilai ekspor skala usaha yang
sama sebesar 118.882,4 milyar dan menciptakan peranan sebesar 10,03% terhadap total
ekspor. Artinya terjadi peningkatan pada nilai walaupun peranan ekspor pada usaha
menegah sedikit mengalami penurunan. Untuk

Namun dilihat dari sumbangannya terhadap PDB dan ekspor non migas,
khususnya produk-produk manufaktur dan inovasi serta pengembangan teknologi,
peran UKM di Negara sedang berkembang masih relatif

rendah, dan merupakan

perbedaan yang mencolok dengan peran UKM di Negara maju (Amerika serikat, Inggris
dan Singapura). Peran klasik UKM yang sangat popular dan sangat penting adalah
menyediakan kesempatan kerja. UKM memiliki peran komplementer dengan
perusahaan besar dalam penciptaan kesempatan kerja maupun pertumbuhhan ekonomi
( Giaoutzi et al, 1988:102).

C. Peran Pemerintah terhadap UKM

Pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia terbilang


cukup baik, namun bukan berarti UMKM lepas dari masalah dan kendala.
Pengoptimalan UMKM ini menjadi penting ketika isu pasar mulai beredar, dimana
keberadaan UMKM harus mampu menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, namun
pengoptimalan ini harus dilakukan secara efektif dan efesien dimana tidak ada kerugian
yan di derita oleh pihak tertentu, pengoptimalan ini untuk mengecilkan angka
permasalah yang ada di UMKM, maka dari itu pengoptimalan ini harus di lakukan
dengan langkah yang sistematis dan serempak baik oleh pemerintah maupun oleh
wirausaha nya sendiri, sehingga tidak ada kerugian yang di tanggung oleh satu pihak
saja. Jika kita hanya mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah, maka hal ini
menjadi chaos ketika permasalahan mulai muncul dalam proses pengenmbangan
tersebut, sebut saja aspek perlindungan dan pertahanan bagi wirausaha nya, atau bisa di
contohkan dengan pedagang kaki lima, perlindungan terhadap pedagang kaki lima ini
terbilang lemah, pemerintah belum memberikan lahan yang layak bagi pedagang kaki
lima, sehingga pedagang kaki lima seringkali di jadikan alasan kemacetan jalan, atau
serabutan kota, pemerintah hanya memberikan peminjaman dana untuk modal
usahanya, tanpa memperhitungkan aspek perlindungan dan pertahanan bagi si

wirausaha. Padahal sebenarnya pedagang kaki lima merupakan cerminan dari


masyarakat mandiri, yang mencoba mengangkat perekonomiannya ke arah yang lebih
baik, namun tekad pedagang kaki lima ini harus berlawanan dengan ketakutannya ketika
sewaktu-waktu mendapatkan gusuran dari pemerintah.
Pemerintah harus mampu mengoptimalkan pengembangan usaha mikro, kecil
dan menengah, agar angka permasalahan dalam proses pengembangan menJadi kecil
dan mudah di atasi, serta agar tidak menimbulkan kerugian oleh salah satu pihak,
sejatinya pengoptimalan ini untuk menjawab permasalahn yang ada di UMKM langkah
pengoptimalan yang harus di lakukan pemerintah adalah:
a. Memaksimalkan potensi yang ada dalam masyarakat, sehingga produktivtas dapat
meningkat, hal ini bisa di lakukan pemerintah dengan memberikan pelatihan
terhadap wirausahawannya.
b. Memudahkan akses terhadap pasar, sehingga UMKM dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan pasar, Oleh karena itulah, mulai saat ini baik pemerintah maupun UMKM
harus mulai berbenah guna menghadapi perilaku pasar yang semakin terbuka di
masa mendatang.
c. Bekerjasama dengan bank baik negeri maupun swasta, hal ini dapat menjadi jalan
keluar ketika biaya transaksi mulai tinggi. Peningkatan kontribusi pembiayaan
perbankan

kepada

UMKM

memerlukan

sinergi

yang

terarah

dengan

mengoptimalkan sumberdaya dari masyarakat atau wirausaha nya.


d. Kemudahan dalam mendapatkan legalitas formal, pemerintah di harapkan tidak
hanya memberikan peminjaman modal begitu saja, tanpa memperhitungkan
kelangsungan pertahanan wirausaha, namun juga memberikan legalitas terhadap
usaha masyarakat, contoh PKL di berikan lahan untuk usahanya, karna ketika PKL
berada di tempat yang layak barulah PKL tersebut dapat di katakana memperoleh
legalitas formalnya.Penjaminan terhadap perlindungan dan kelangsungan usaha
e. Memanfaatkan teknologi untuk pengembangan UMKM. Di era ini teknologi
semakin berkembang pesat, pengembanngan UMKM dengan menggunakan
teknologi di harapkan menguntungkan bagi UMKM karna bisa memperluas pasar

Adanya liberarisasi ekonomi menjadi tantangan serius bagi kelangsungan


UMKM, dimana usaha mikro kecil dan menengah harus mampu bersaing dengan pelaku
usaha dari luar negeri. Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk
mengantarkan mereka agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya. Beberapa

upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk memperkuat daya saing UMKM
menghadapi pasar global adalah:
1. Meningkatkan kualitas dan standar produk, Guna dapat memanfaatkan peluang
dan potensi pasar di kawasan asia tenggara dan pasar global, maka produk yang
dihasilkan UMKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan
kesepakatan asia tenggara dan negara tujuan.
2. Meningkatkan akses finansial; seperti terhadap aspek formalitas, karena banyak
UMKM yang tidak memiliki legal status, aspek skala usaha, dimana sering sekali
skema kredit yang disiapkan perbankan tidak sejalan dengan skala usaha UMKM,
dan aspek informasi, dimana perbankan tidak tahu UMKM mana yang harus
dibiayai, sementara itu UMKM juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia
di perbankan. Oleh karena itu, maka ketiga aspek ini harus diatasi, diantaranya
dengan peningkatan kemampuan bagi SDM yang dimiliki UMKM, perbankan, serta
pendamping UMKM.
3. Meningkatkan kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UMKM; Secara umum
kualitas SDM pelaku UKM di Indonesia masih rendah. Terlebih lagi spirit
kewirausahaannya. Pemerintah harus melakukan langkah kongkrit, seperti
penyusunan grand strategy pengembangan kewirausahaan dan pelaksanaan
dilapangan yang dilakukan dalam kaitannya dan bertanggung jawab. Hal penting
yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan modal awal terutama bagi
wirausaha pemula.
4. Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri;
Bagian terpenting dari proses produksi adalah masalah pasar. Oleh karena itu maka
pemberian informasi dan promosi produk-produk UMKM, khususnya untuk
memperkenalkan di pasar asia tenggara harus ditingkatkan lagi. Promosi produk,
bisa dilakukan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di
luar negeri.

Kedudukan usaha kecil menengah sangat penting dalam mewujudkan


pembangunan perekonomian nasional suatu Negara. Hal ini telah disadari dimanamana, tidak saja dinegara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, tetapi juga
Negara-negara maju semacam Amerika Serikat. Di Amerika Serikat dari 5,5 usaha uang
telah berjalan lancar, ternyata 95% merupakan usaha kecil. Di Indonesia sendiri data

semacam itu belum ada, tetapi menurut perkiraan banyak pengamat, tidak kurang dari
90% usaha Indonesia adalah usaha kecil, dan menurut catatan Kementerian Negara
Koperasi dan UKM di Indonesia terdapat 60 juta usaha kecil menengah1.
Di Indonesia untuk mengembangkan usaha kecil ini pemerintah telah membuat
kebijakan-kebijakan, diantaranya menciptakan berbagai fasilitas mulai dari perkreditan
sampai dengan upaya memecahkan masalah pemasaran dan berbagai keringan serta
kemudahan disediakan pemerintah untuk merangsang dan membina UKM. Keberadaan
dan kedudukan UKM ditengah-tengah kehidupan usaha telah mendapat tempat dan
perhatian di dalam masyarakat. Karena usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja, ikut
melancarkan peredaran perekonomian Negara dan juga mampu berdampingan dengan
perusahaan-perusahaan besar. dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. UKM juga
berfungsi dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional dan mewujudkan
stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi khususnya.

Kementerian Negara Koperasi dan UKM, di Indonesia, terdapat 60 juta usahlm


kecil, http://pikiran-rakyat.com/cetak 2013 (diakses tanggal 11 Maret 2014)

Anda mungkin juga menyukai