1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul LEMBAGA
KEUANGAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INTERNASIONAL (ADB DAN IMF) ini
dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
PASAR Dan LEMBAGA KEUANGAN yang telah memberi kesempatan bagi kami untuk
menyusun makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan saya yang
telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan cukup referensi untuk menunjang penyusunan
makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan
dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap
agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat.
(Kelompok 6)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4
1.3 TUJUAN MASALAH................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
2.1 ADB DAN PERANNYA...................……………………………………………….5
2.2 IMF DAN PERANNYA...............…………………………………………………..8
2.3 SEAJRAH DAN PERKEMBANGAN ADB DAN IMF...........................................13
BAB III PENUTUP..........................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................17
3.2 SARAN.......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) adalah sebuah bank
internasional yang berkantor pusat di Filipina yang membantu pertumbuhan sosial dan
pertumbuhan ekonomi di Asia dengan cara memberikan pinjaman kepada negara-negara
miskin. ADB didirikan pada tanggal 19 Desember 1966 di Manila. Piagam pendiriannya
ditandatangani oleh perwakilan dari 31 negara.
Dalam perkembangannya, semakin sedikit negara yang mengalami peperangan,
sehingga kebutuhan untuk rekonstruksi pascaperang pun semakin kecil. Pada saat itu, Bank
Dunia di bawah kepemimpinan Mc-Namara menggeser fokusnya ke arah pembangunan
infrastruktur, pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik,
terutama di negara-negara dunia ketiga yang notabene tertinggal dari negara maju.
IMF merupakan hasil konferensi yang dihadiri oleh 44 negara di Bretton Words
(USA) pada Juli 1944 dan secara efektif mulai beroperasi pada bulan Maret 1946. Latar
belakang terbentuknya IMF adalah resesi besar yang terjadi tahun 1930-an yang dirasakan
dampak negatifnya terhadap perekonomian semua negara-negara di dunia. Untuk
membangkitkan perekonomian dari resesi tersebut, masing-masing negara melakukan
langkah-langkah penyesuaian yang tidak selaras antara negara satu dengan negara lainnya
sehingga kebijakan yang ditempuh oleh suatu negara merugikan perekonomian negara lain
sehingga tidak mendukung perbaikan perekonomian dunia secara global. Secara tradisional
IMF bertugas membantu negara anggotanya, artinya yang mencari intervensinya , untuk
mendapatkan keseimbangan neracanya dengan dunia luar. Yang dipentingkan akhirnya
adalah keseimbangan neraca berjalannya, akan tetapi in juga banyak dipengaruhi
keseimbangan artinya defisit, anggaran belanja pemerintah juga oleh kebijakan moneter bank
sentral serta kementrian keuangan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu ABD Dan perannya Dalam pembangunan dunia ?
2. Apa Itu IMF Dan Perannya Dalam stimulus keuangan negara-negara Di dunia ?
3. Bagaimana peran ADB Dan IMF bagi Indonesia, sejarah Dan pengembangannya ?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Apa Itu ABD Dan perannya Dalam pembangunan dunia.
2. Untuk Mengetahui Apa Itu IMF Dan Perannya Dalam stimulus keuangan negara-negara
Di dunia.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana peran ADB Dan IMF bagi Indonesia termasuk Sejarah
Dan pengembangannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ABD DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN DUNIA
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) adalah sebuah bank
internasional yang berkantor pusat di Filipina yang membantu pertumbuhan sosial dan
pertumbuhan ekonomi di Asia dengan cara memberikan pinjaman kepada negara-negara miskin.
ADB didirikan pada tanggal 19 Desember 1966 di Manila. Piagam pendiriannya ditandatangani
oleh perwakilan dari 31 negara.
Sebagai salah satu lembaga keuangan internasional, ADB menunjukkan perhatian yang
cukup besar dalam membantu pembangunan di negara-negara berkembang (Developing Member
Countries/DMCs). Pemberian bantuan ADB tersebut dilatarbelakangi oleh pertimbangan adanya
himbauan dan permintaan dari badan-badan internasional kepada negara-negara maju untuk ikut
serta di dalam membantu negara-negara yang sedang berkembang.
ADB memiliki visi “wilayah Asia dan Pasifik yang bebas dari kemiskinan.” Adapun misi
ADB adalah membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kondisi serta kualitas
kehidupan negara anggota ADB yang berasal dari kalangan negara sedang berkembang. Sama
seperti World Bank, ADB memiliki rating triple-A dari Standard and Poors, Moody’s, dan Fitch.
Tujuan utama didirikannya ADB adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kerja sama di kawasan Asia dan Timur Jauh serta ikut membantu memperlancar proses
pembangunan ekonomi di negara berkembang yang menjadi anggotanya.
Keanggotaan ADB
5
negara maju di luar wilayah Asia yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan
lembaga khusus dari PBB (Special Agencies).
Sampai dengan 31 Desember 1999, anggota ADB berjumlah 58 negara yang terdiri atas
42 negara regional (Asia) dan 16 negara nonregional (di luar Asia). Dari seluruh negara anggota
tersebut, 40 negara di antaranya tergolong negara berkembang dan 18 negara merupakan negara
maju. SampaiSampai dengan 31 Desember 2011, ADB mempunyai 67 negara anggota, 48 di
antaranya berasal dari wilayah Asia Pasifik dan 23 di antaranya juga merupakan anggota OECD.
Indonesia menjadi anggota ADB sejak tahun 1968 dengan jumlah kekuatan suara sebesar
104.887 suara atau 5,2% dari keseluruhan jumlah suara. Sedangkan voting power Indonesia per
Desember 1999 adalah sebesar 207.638 suara yang merupakan 4,793% dari Regional Votes,
jumlah kekuatan suara negara anggota di wilayah Asia yang berjumlah 42 negara.
Keorganisasian ADB
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi ADB adalah Dewan Gubernur yang
terdiri atas para Gubernur negara anggota. Setiap negara anggota diwakili oleh seorang Gubernur
dan seorang Gubernur Pengganti yang diangkat oleh masing-masing negara. Para Gubernur
bertemu dan bersidang satu kali dalam satu tahun, namun dapat bersidang di luar itu apabila
diusulkan oleh lima negara melalui Direksi. Gubernur ADB untuk Indonesia dijabat oleh Menteri
Keuangan, sedangkan Gubernur Pengganti dijabat oleh Gubernur Bank Indonesia.
ADB diketuai oleh seorang Presiden (Chairman of The Board of Director) yang berasal
dari negara anggota regional Asia dan dipilih oleh Dewan Gubernur untuk jangka waktu 5 tahun,
dan dapat dipilih kembali. Presiden menunjuk dan memberhentikan pegawai sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh Direksi. Di samping dibantu oleh 12 Direktur, Presiden juga
dibantu oleh tiga orang Wakil Direktur atau Wakil Presiden yang diangkat oleh Direksi atas
rekomendasi Presiden. Wakil Presiden bertugas mengatur serta melaksanakan tugas-tugas Bank
yang ditetapkan oleh Direksi dan menggantikan Presiden apabila yang bersangkutan
berhalangan.
6
Sumber Pembiayaan
Pembiayaan ADB bersumber dari OCR (Ordinary Capital Resources) dan ADF (Asian
Development Fund). OCR adalah subscribed capital negara-negara anggota, cadangan dan dana
yang dihimpun melalui pinjaman dari pasar internasional. Syarat pinjaman dari sumber ini antara
lain lending rate 6,46%, commitment fee 0,.75%, maturity period rata-rata 23 tahun, dan grace
period rata-rata 5 tahun.
ADF adalah bantuan lunak dari sumbangan sukarela negara-negara anggota dan
penghasilan bersih operasi ADB. Syarat pinjaman dari sumber ini antara lain: grace period rata-
rata 8 tahun,maturity period untuk proyek rata-rata 32 tahun, maturity period untuk program
rata-rata 24 tahun, Administrative charge selama grace period 1%, administrative charge selama
amortization 1,5%. Tidak ada commitment fee dan equal amortization.
Selama beberapa dekade ini, ADB telah banyak berkontribusi terhadap perkembangan
sejumlah Negara di Asia. Proyek-proyek besar yang pernah dikerjakan ADB antara lain:
Tahun 1970an
Pada dekade ini, Negara-negara mengalami goncangan harga minyak untuk pertama kalinya.
ADB mengambil peran dengan meningkatkan dukungannya untuk proyek-proyek bersifat energi,
terutama yang mempromosikan pengembangan sumber energi domestik Negara peserta.
Di akhir dekade ini, beberapa Negara Asia telah meningkat pesat ekonominya sehingga tidak
membutuhkan bantuan ADB lagi.
Tahun 1980an
Di tahun 1982, ADB membuka kantor pertamanya di Bangladesh guna mendekatkan operasi
pada orang-orang yang membutuhkan.
Tahun 1990an
7
Di tahun 1995, ADB menjadi organisasi multirateral pertama yang memiliki kebijakan tata
kelola yang telah disetujui oleh Dewan. Tujuannya tentu saja untuk memastikan bahwa bantuan
pembangunan sepenuhnya bermanfaat untuk kaum miskin.
Pada tahun 1997, saat krisis ekonomi besar melanda dunia, ADB merespon dengan program
yang memperkuat sektor keuangan dan menciptakan jaring pengaman sosial bagi masyarakat
miskin.
Tahun 2000an
Di abad baru ini, ADB fokus membantu Negara anggotanya untuk mencapai tujuan
pembangunan millennium.
Pada tahun 2002 ADB telah menyetujui 89 jenis pinjaman untuk proyek pemberantasan
kemisikinan di lebih dari 20 negara termasuk Afganistan, Bangladesh, Kamboja, China,
Indonesia, India, Nepal, Filipina, Sri Lanka, dan Vietnam
Demikian pula di tahun 2003 saat virus SARS menyerang, ADB memberikan dukungan tingkat
nasional dan regional untuk membantu negara-negara menanggulangi virus ini.
Tahun 2010an
Asia telah bergerak mengatasi krisis ekomoni dan muncul sebagai mesin pertumbuhan global.
Namun beberapa anggota ADB masih ada yang mengalami ketimpangan ekonomi. Oleh sebab
itulah, ADB pun memusatkan perhatian pada kebutuhan untuk mempromosikan pertumbuhan
inklusif di kawasan tertinggal tersebut.
Adapun proyek besar lainnya yang pernah digagas oleh ADB antara lain :
8
moneter global, memperkuat kestabilan keuangan, mendorong perdagangan internasional,
memperluas lapangan pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan
mengentaskan kemiskinan di seluruh dunia. Organisasi ini bermarkas di Washington, D.C. DMI
dibentuk pada tahun 1944 dalam Konferensi Bretton Woods, kemudian diresmikan tahun 1945
dengan 29 negara anggota. DMI sejak awal bertujuan menata ulang sistem pembayaran
internasional. Negara anggota menyumbangkan dana cadangan menggunakan sistem kuota.
Dana cadangan tersebut dapat dipinjam oleh negara-negara yang mengalami kesulitan
dalam neraca pembayarannya. Hingga 2010, dana cadangan DMI mencapai SDR476,8 miliar,
sekitar US$755,7 miliar atau Rp6,73 kuadriliun menurut nilai tukar tahun itu.
Lewat dana ini, dibantu aktivitas lainnya seperti pencatatan statistik dan analisis,
pengawasan ekonomi negara anggota dan tuntutan kebijakan tertentu, DMI berupaya
memperbaiki ekonomi negara-negara anggotanya. Tujuan organisasi ini tercantum dalam Pasal
Persetujuannya,] yaitu mempererat kerja sama moneter internasional, mendorong perdagangan
internasional, ketersediaan lapangan pekerjaan, kestabilan nilai tukar, pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan, dan menyalurkan sumber daya kepada negara anggota yang mengalami kesulitan
keuangan.
Fungsi
Menurut DMI sendiri, organisasi ini berusaha mendorong pertumbuhan dan kestabilan
ekonomi global dengan mengeluarkan kebijakan, saran, dan dana kepada anggota serta bekerja
sama dengan negara berkembang untuk membantu mereka mencapai kestabilan ekonomi makro
dan mengurangi tingkat kemiskinan. Alasannya adalah pasar modal swasta internasional tidak
sempurna dan banyak negara yang tidak mampu mengakses pasar keuangan. Ketidaksempurnaan
pasar dan pendanaan neraca pembayaran menjadi alasan pendanaan resmi. Tanpa pendanaan
resmi, negara tersebut akan menerapkan kebijakan ekonomi yang buruk demi menutupi
ketidakseimbangan neraca pembayarannya. DMI menyediakan berbagai sumber alternatif dalam
masalah keuangan.
Setelah DMI didirikan, tiga fungsi utamanya adalah :
1. mengawasi kesepakatan nilai tukar tetap antarnegara
2. membantu pemerintah mengelola nilai tukarnya sehingga memungkinkan
pertumbuhan ekonomi,
3. menyediakan modal jangka pendek untuk membantu neraca pembayaran.
10
lembaga non-DMI pengguna GDDS
tidak berhubungan dengan DMI
Pada tahun 1995, Dana Moneter Internasional mulai menetapkan standar pembebasan
data agar negara anggota DMI membuka data ekonomi dan keuangannya ke masyarakat umum.
Komite Moneter dan Keuangan Internasional (IMFC) mengusulkan panduan standar
pembebasan dalam dua bagian: Sistem Pembebasan Data Umum (GDDS General Data
Dissemination Standard) dan Standar Pembebasan Data Khusus (SDDS; Special Data
Dissemination Standard).
Dewan Eksekutif menyetujui SDDS dan GDDS masing-masing pada tahun 1996 dan
1997. Perubahan selanjutnya dicantumkan dalam Guide to the General Data Dissemination
System. Sistem ini ditujukan kepada statistikawan dan bertujuan memperbaiki berbagai aspek
sistem statistik di sebuah negara. Sistem ini merupakan bagian dari Tujuan Pembangunan
Milenium dan Rencana Strategis Pengentasan Kemiskinan Bank Dunia.
Tujuan utama GDDS adalah mendorong negara anggota untuk membangun kerangka
kerja perbaikan kualitas data dan pembangunan kapasitas statistik agar mampu menilai
kebutuhan statistik, mengutamakan perbaikan ketepatan waktu, transparansi, keandalan, dan
keterbukaan data keuangan dan ekonomi. Beberapa negara awalnya menggunakan GDDS, lalu
beralih ke SDDS yang lebih mutakhir.
Beberapa lembaga non-anggota DMI juga memberi kontribusi data statistik untuk sistem ini:
Otoritas Palestina – GDDS
Hong Kong – SDDS
Makau – GDDS[18]
Lembaga UE:
o Bank Sentral Eropa untuk Zona Euro – SDDS
o Eurostat untuk seluruh UE – SDDS, memasok data dari Siprus (tanpa DDS
sendiri) dan Malta (menggunakan GDDS sendiri)
Persyaratan pinjaman
Kondisionalitas (persyaratan) DMI adalah serangkaian kebijakan atau syarat yang
diajukan DMI sebelum mencairkan pinjaman. DMI perlu jaminan dari negara peminjam dan
meminta pemerintah mencari bantuan untuk memperbaiki ketimpangan ekonomi makronya
dalam bentuk reformasi kebijakan. Bila syarat tersebut tidak dipenuhi, DMI tidak mencairkan
pinjaman. Menurut beberapa pihak, kondisionalitas adalah salah satu aspek kebijakan DMI yang
kontroversial. Konsep kondisionalitas diperkenalkan lewat keputusan Dewan Eksekutif tahun
1952, lalu disertakan dalam Pasal Perjanjian DMI.
Kondisionalitas berkaitan dengan teori ekonomi dan penerapan mekanisme pelunasan
utang. Kondisionalitas diturunkan dari pemikiran Jacques Polak. Menurutnya, dasar teoretis dari
kondisionalitas adalah "pendekatan moneter terhadap neraca pembayaran".
11
Penyesuaian struktural
Informasi lebih lanjut: Penyesuaian struktural
Syarat penyesuaian struktural meliputi:
Pemangkasan belanja, biasa dikenal dengan istilah austeritas atau pengetatan anggaran.
Mengutamakan ekspor langsung dan ekstraksi sumber daya,
Devaluasi mata uang,
Liberalisasi perdagangan, atau penghapusan hambatan impor dan ekspor,
Meningkatkan kestabilan investasi (membantu investasi asing langsung dengan
membuka bursa saham dalam negeri),
Menyeimbangkan anggaran dan tidak belanja berlebihan,
Menghapus pengendalian harga dan subsidi negara,
Swastanisasi, atau divestasi seluruh atau sebagian BUMN,
Memperluas hak investor asing dalam perundang-undangan nasional,
Memperbaiki tata kelola pemerintahan dan memberantas korupsi.
Syarat-syarat di atas dikenal sebagai Konsensus Washington.
Manfaat
Syarat pinjaman tersebut merupakan jaminan bahwa negara peminjam mampu melunasi
utangnya kepada DMI dan negara tersebut tidak akan mengambil tindakan ceroboh yang
mengacaukan ekonomi internasional untuk menyelesaikan masalah neraca pembayarannya.
Persoalan bahaya moral ketika agen ekonomi memaksimalkan pemanfaatannya dengan
mengabaikan pihak lain karena mereka tidak menanggung seluruh dampak yang dipicu tindakan
mereka sendiri dapat dicegah melalui syarat pinjaman alih-alih menyediakan jaminan; negara
yang butuh pinjaman DMI biasanya memang tidak punya jaminan yang bernilai tinggi secara
internasional.
Kondisionalitas juga menguntungkan DMI karena dana yang dipinjamkan ke negara
peminjam akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang ditentukan oleh Pasal Perjanjian dan menjadi
jaminan bahwa negara tersebut akan mampu memperbaiki ekonomi makro dan ketimpangan
strukturalnya . Menurut DMI, pelaksanaan tindakan perbaikan atau kebijakan tertentu oleh
negara peminjam memungkinkan negara tersebut melunasi utangnya kepada DMI. Utang yang
lunas menjamin kecukupan dana cadangan DMI untuk membantu negara anggota lain.
Hingga 2004, negara peminjam memiliki catatan utang baik karena melunasi utang lewat
fasilitas pemberian pinjaman reguler DMI dengan bunga penuh sampai jatuh tempo. Ini berarti
pinjaman DMI tidak membebani negara peminjam karena negara pemberi pinjaman menerima
bunga sesuai nilai pasar berdasarkan kuota sumbangannya. Belum lagi dana sumbangannya
dipinjamkan oleh DMI dan seluruh aset cadangan yang disumbangkan negara anggota kepada
IMF.
12
IMF memiliki tiga fungsi yang berperan dalam pencapaian dua tujuannya. Adapun fungsi yang
pertama yaitu :
1. Pemantauan, yang diartikan sebagai tanggung jawab mengawasi system keuangan
internasional dan mengawasi kepatuhan setiap negara anggota dalam memenuhi
kewajibannya untuk mengimplementasi kebijakan-kebijakan yang kondusif bagi
pertumbuhan yang terpadu seperti stabilitas harga, membantu memajukan pengaturan
pertukaran yang stabil dan menghindari manipulasi nilai tukar, serta memberikan data
perekonomiannya kepada IMF sehingga dapat memantau kondisi ekonomi dan keuangan
di seluruh dunia serta memeriksa apakah kebijakan di negara anggota terbukti benar
menurut sudut pandang internasional maupun nasional. Selain itu juga IMF memiliki
kewengan dalam memperingatkan negara anggota untuk mewaspadai bahaya yang
mengintai, dengan demikian pemerintah dapat mengambil tindakan pencegahan.
2. Untuk fungsi kedua yaitu peminjaman, yang diartikan sebagai institusi yang memberikan
pinjaman kepada negara- negara yang mengalami kesulitan dengan neraca
pembayarannya. Tujuan utama peminjaman bagi negara-negara berpendapatan rendah
adalah demi pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan.
3. Sedangkan fungsi ketiga yaitu bantuan teknis dan pelatihan. Fungsi ketiga ini membuat
IMF membantu negara-negara anggotanya dalam memberikan saran untuk
mengembangkan institusi pembuat kebijakan dan instrument kebijakan ekonomi yang
kuat.
13
nilai tukar yang menyebabkan terdepresiasi mata uang negara tertentu (soft currency) dan
berakibat pada naiknya biaya impor sehingga akan berakibat pada ketidakseimbangan
neraca pembayaran dan sebaliknya. Lebih lanjut bahwa dengan ketidakseimbangan
neraca pembayaran akan mempengaruhi cadangan devisa suatu negara dalam membiayai
permintaan mata utang untuk transaksi bisnis. Sebagai contohnya yaitu pada saat krisis
moneter dimana negara-negara asia terkhususnya asia tenggara yang mengalami kesulitan
cadangan devisa maka IMF dapat membantu dengan memberikan bantuan financial dan
berbagai bantuan teknis lainnya sehingga secara perlahan-lahan terjadi perbaikan pada
kinerja ekonomi.
2.3 PERAN ABD DAN IMF SEJARAH DAN PENGEMBANGANNYA DI
INDONESIA
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) didirikan pada 19
Desember 1966 berpusat di Manila, Filipina. Tujuan utama berdirinya ADB adalah untuk
membantu negara-negara Asia yang sedang membangun dengan cara memberikan pinjaman
lunak dengan masa pembayaran dalam jangka panjang serta bunga yang rendah. Asian
Development Bank adalah lembaga pembangunan internasional yang dibentuk oleh konfrensi
kerja sama ekonomi Asia yang merupakan konfrensi tingkat menteri yang pertama di Manila
pada Desember 1963 dalam rangka memberikan bantuan kepada negara-negara di wilayah
Asia. The Asian Development Bank (ADB) adalah institusi multilateral pembangunan
perekonomian yang dibentuk tujuan utama untuk menghapus kemiskinan yang meluas di
kawasan Asia Pasifik. ADB lebih menekankan pada memajukan pertumbuhan ekonomi dan
kerjasama di dalam kawasan Asia Pasifik serta berkontribusi dalam mempercepat
pembangunan ekonomi untuk para anggota yang tergolong dalam negara berkembang di
kawasan ini., secara bersama maupun secara individual. Latar belakang terbentuknya ADB
karena Jepang merasa tidak puas dengan prinsip World Bank yang menurutnya tidak
memenuhi kepentinga Asia dan “terlalu Amerika”, oleh karena itu Jepang merasa harus
membentuk sebuah badan yang mirip dengan World Bank di kawasan Asia agar mampu
menyamakan kebijakan dengan keadaanekonomi dan politik di Asia (Rizal, 2009)
Sampai dengan tanggal 31 Maret 2000, jumlah komitmen pinjaman ADB kepada
Indonesia mencapai US$ 17.152.405.000 dengan perincian Pinjaman Biasa (Ordinary Loan)
sebesar US$ 16.219.871.000 dan Pinjaman Lunak (Asian Development Fund) sebesar US$
932.534.000. Dari jumlah komitmen tersebut, total pinjaman yang sudah ditarik adalah
sebesar US$ 10.819.529.000, dengan perincian Pinjaman Biasa sebesar US$ 10.096.959.000
dan Pinjaman Lunak sebesar US$ 722.570.000.
14
dikenakan front end fee yang pada saat sebelum krisis hal ini tidak ada. Dengan adanya front
end fee, jumlah pinjaman yang diterima tidak sebesar total pinjaman yang disepakati.
Perubahan ini terutama disebabkan oleh perkembangan pasar kredit internasional dan
terbatasnya dana murah ADB yang tersedia. Bantuan ADB hanya diprioritaskan kepada
negara-negara anggota baru ADB untuk wilayah Asia yang digolongkan sebagai negara
peminjam (borrowing members) yang benar-benar sangat membutuhkan dana tersebut untuk
memulihkan kembali perekonomian di negaranya.
Sementara itu, seiring dengan keadaan ekonomi Indonesia yang dianggap semakin
baik telah menimbulkan perubahan sikap negara atau badan pemberi bantuan termasuk ADB
terhadap Indonesia. Indonesia dianggap tidak layak lagi untuk memperoleh bantuan ADB
dengan persyaratan lunak. Hal inilah yang mendorong Pemerintah Indonesia untuk
menempuh kebijaksanaan dan strategi penerimaan bantuan ADB dengan sangat hati-hati.
Selain itu bantuan juga diarahkan pada pengembangan berbagai industri yang
menunjang pertanian seperti pabrik pupuk dan peralatan pertanian, pengembangan industri
dasar dan pembentukan industri baru guna menunjang sektor pertanian, peternakan,
perkebunan, pertambangan, perdagangan, dan perluasan pemanfaatan sumber-sumber daya
alam lainnya.
15
Setiap tahun, ADB memberi pinjaman, hibah, dan bantuan teknis untuk mendanai
proyek dan kegiatan di negara berkembang yang menjadi anggotanya, dan beberapa milyar
dolar dalam kontrak untuk pengadaan barang, pekerjaan, dan jasa konsultasi. Sebagian besar
kontrak diberikan atas dasar kompetisi internasional, yang terbuka untuk perusahaan dan
perorangan dari setiap anggota ADB, regional atau nonregional. Kontrak pengadaan barang,
pekerjaan, dan jasa terkait di bawah pinjaman dan hibah operasi berjumlah $6,59 milyar pada
tahun 2013 dan $8,58 milyar pada tahun 2014. Pengadaan kumulatif, pada tanggal 31
Desember 2014, adalah $135,21 milyar. Kontrak pengadaan untuk jasa konsultasi di bawah
pinjaman, hibah, dan operasi bantuan teknis berjumlah $511,13juta pada tahun 2013 dan
$555,30 juta pada tahun 2014. Pengadaan kumulatif, pada tanggal 31 Desember 2014, adalah
$9,98 milyar.
Pada masa-masa awal tersebut, dana pinjaman dari Bank Dunia digunakan untuk
pembangunan di bidang pertanian, perhubungan, perindustrian, tenaga listrik, dan
pembangunan sosial. Pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia berhasil menunjukkan
performa ekonomi yang memuaskan, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7
persen per tahun, jauh lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi negara peminjam yang
lain. Oleh karena itu, sejak akhir dekade 70-an Indonesia sudah mulai dianggap sebagai
negara yang lebihcreditworthy untuk memperoleh pinjaman Bank Dunia yang konvensional
atau dengan menggunakan skema IBRD. Berbeda dari periode sebelumnya, pada dekade 80-
an, pinjaman uang Bank Dunia terlihat lebih terarah pada masalah deregulasi sektor
keuangan, selain masih tetap digunakan bagi pengembangan sektor-sektor sebagaimana yang
telah disebutkan sebelumnya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) adalah sebuah
bank internasional yang berkantor pusat di Filipina yang membantu pertumbuhan sosial
dan pertumbuhan ekonomi di Asia dengan cara memberikan pinjaman kepada negara-
negara miskin. ADB didirikan pada tanggal 19 Desember 1966 di Manila. Piagam
pendiriannya ditandatangani oleh perwakilan dari 31 negara.
17
nasioanalnya, tentunya Indonesia tidak hanya bisa mengandalkan pemasuakan yang
berasal dari wilayah domestik dan expor impor saja, namun terkadang untuk memenuhi
itu semua Indonesia membutuhkan juga pemasukan yang bentuknya berupa pinjaman
ataupun hibah dari Negara lain ataupun organisasi internasional seperti IMF dan bank
dunia.
3.2 SARAN
Dikarenakan pembahasan kami terbatas, kami mohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas, mengerti, dan lugas. Penulis banyak
berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun
kepada saya demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis para pembaca khusus pada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Fadzrul. Demokrasi tanpa kaum democrat, 2005. Jakarta : Penerbit Koekoesan.
Soelhi, Mohammad. Demi harga diri mereka melawan Amerika, 2001. Bandung : Pustaka
Azam.
Rachbini, Didik. Ekonomi Politik: Paradigma dan teori pilihan Publik, 2002. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
18
19