Anda di halaman 1dari 5

1. Titik yang menyebabkan fungsi menjadi tidak kontinu adalah t = 0.

Ini karena ketika t =


0, 1/t² = 1/0 dan pembagian dengan nol menghasilkan nilai tak terdefinisi yang
membuat grafik tidak kontinu pada titik tersebut. Perhatikan bahwa karena titik di mana
grafik tidak kontinu terdapat pada t = 0, maka terdapat asimtot vertikal pada titik ini.
Pembahasan :
Kontinuitas dalam kalkulus berkaitan dengan kemulusan grafik atau keterdefinisian
gradien grafik sebuah fungsi. Fungsi yang kontinu adalah fungsi yang sepanjang
grafiknya dapat diketahui kemiringan atau gradiennya dengan turunan.
Jika fungsi tidak kontinu, maka pada suatu atau beberapa titik grafik, gradiennya tidak
diketahui. Grafik dapat menjadi tidak kontinu karena beberapa hal:
1. terdapat lubang (hole), lompatan (jump) atau asimtot vertikal,
2. terdapat lekukan pada grafik,
3. fungsi berosilasi dalam cara tertentu (misalnya berosilasi sedemikian rupa sehingga
amplitudonya semakin mengecil secara tak hingga pada suatu titik), atau
4. fungsi memiliki garis tangen vertikal.
Pada kasus ini, fungsi tidak kontinu pada t = 0 karena ini akan menyebabkan pembagian
dengan nol. Pada grafik, kamu akan melihat hasil grafik pembagian dengan nol sebagai
garis asimtot vertikal yang terletak di t = 0.
Catatan: Grafik fungsi pada gambar jawaban berwarna merah sementara asimtot
vertikalnya berwarna hijau.
2. Untuk menghitung elastisitas penawaran pada tingkat harga P = 500, kita perlu
menggunakan rumus elastisitas penawaran:
E = (% perubahan jumlah penawaran) / (% perubahan harga)
Dalam hal ini, kita akan menghitung elastisitas penawaran pada tingkat harga P = 500.
Untuk itu, kita perlu mengetahui perubahan jumlah penawaran dan perubahan harga
yang terjadi.
Pertama, kita perlu mencari jumlah penawaran pada harga P = 500. Kita dapat
menggunakan fungsi penawaran yang diberikan:
P = 100 + 2Q 500 = 100 + 2Q
2Q = 500 - 100
2Q = 400
Q = 200
Jadi, pada tingkat harga P = 500, jumlah penawaran adalah Q = 200.
Selanjutnya, kita perlu mengetahui perubahan jumlah penawaran dan perubahan harga
yang terjadi. Karena kita ingin menghitung elastisitas penawaran pada tingkat harga P =
500, kita perlu menentukan perubahan jumlah penawaran dan perubahan harga relatif
terhadap tingkat harga tersebut.
Misalkan perubahan jumlah penawaran adalah ΔQ dan perubahan harga adalah ΔP.
Karena kita ingin menghitung elastisitas penawaran pada tingkat harga P = 500, kita
dapat menggunakan perubahan jumlah penawaran dan perubahan harga relatif terhadap
jumlah penawaran dan harga awal pada tingkat harga P = 500.
ΔQ = Q - Q_awal = 200 - 0 = 200 ΔP = P - P_awal = 500 - 100 = 400
Sekarang kita dapat menghitung elastisitas penawaran:
E = (% perubahan jumlah penawaran) / (% perubahan harga) E = (ΔQ / Q_awal) / (ΔP /
P_awal)
E = (200 / 0) / (400 / 100)
E=∞/4E=∞
Jadi, elastisitas penawaran pada tingkat harga P = 500 adalah tak terhingga (∞). Hal ini
menunjukkan bahwa penawaran bersifat sangat elastis pada tingkat harga tersebut, yang
berarti perubahan harga yang kecil akan menyebabkan perubahan jumlah penawaran
yang sangat besar.
Penjelasan dengan langkah-langkah:
Elastisitas penawaran mengukur sejauh mana jumlah penawaran suatu produk akan
berubah sebagai respons terhadap perubahan harga. Elastisitas penawaran dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa sensitif penawaran terhadap perubahan harga.
Dalam kasus ini, elastisitas penawaran pada tingkat harga P = 500 ditemukan menjadi
tak terhingga (∞). Hal ini menunjukkan bahwa penawaran bersifat sangat elastis pada
tingkat harga tersebut.
Artinya, perubahan harga yang kecil akan menyebabkan perubahan jumlah penawaran
yang sangat besar. Dalam hal ini, ketika harga naik atau turun sedikit dari tingkat harga
P
= 500, jumlah penawaran akan berubah secara signifikan.
Misalnya, jika harga naik sedikit dari P = 500, jumlah penawaran akan meningkat
secara signifikan. Sebaliknya, jika harga turun sedikit dari P = 500, jumlah penawaran
akan menurun secara signifikan.
Elastisitas penawaran yang tak terhingga menunjukkan bahwa produsen sangat
responsif terhadap perubahan harga. Hal ini dapat terjadi jika produsen memiliki
fleksibilitas produksi yang tinggi, biaya produksi yang rendah, atau ketersediaan sumber
daya yang melimpah.
Dalam konteks ini, elastisitas penawaran yang tinggi pada tingkat harga P = 500
menunjukkan bahwa produsen akan merespons perubahan harga dengan meningkatkan
atau mengurangi jumlah penawaran secara signifikan.

3. Untuk menghitung biaya marjinal (MC), kita perlu mengambil turunan pertama dari
persamaan biaya total (TC) terhadap jumlah produksi (Q). Dalam kasus ini, persamaan
biaya total adalah TC = 2Q^2 - 24Q + 102.
Langkah-langkah untuk menghitung MC adalah sebagai berikut:
Turunkan persamaan biaya total (TC) terhadap jumlah produksi (Q) untuk
mendapatkan persamaan biaya marjinal (MC).
MC = d(TC)/dQ
Turunkan persamaan biaya total (TC) terhadap jumlah produksi (Q) menggunakan
aturan turunan.
MC = 4Q - 24
Jadi, persamaan biaya marjinal (MC) adalah MC = 4Q - 24.

4. Untuk mencari tingkat konsumsi (x) yang menghasilkan kepuasan maksimum, kita
perlu mencari di mana fungsi guna total (TU) mencapai nilai maksimum.
Fungsi guna total (TU) yang diberikan adalah TU=100x−5x2.
Untuk menemukan nilai x yang menghasilkan kepuasan maksimum, kita perlu mencari
nilai maksimum dari fungsi TU tersebut. Nilai maksimum fungsi kuadrat terjadi saat
turunannya (d(TU)/dx) sama dengan nol.
TU=100x−5x2
Untuk mencari nilai maksimum, kita turunkan fungsi TU terhadap x dan atur
turunannya sama dengan nol:
dxd(TU)=dxd(100x−5x2)
dxd(TU)=100−10x
Atur turunan sama dengan nol untuk mencari nilai x yang menghasilkan nilai
maksimum:
100−10x=0
10x=100
x=100 / 10
x=10
Jadi, nilai x yang harus dikonsumsi agar tercapai kepuasan maksimum adalah 10 unit.

5. Ambil turunan pertama dari fungsi produk terhadap variabel yang relevan.kita akan
mengambil turunan pertama terhadap variabel L.
langkah pengerjaan:
1. Diberikan fungsi produk P = 3L^2 - L^3.
2. Ambil turunan pertama terhadap variabel L untuk mendapatkan fungsi produk
marginal. Turunan pertama dari suatu fungsi adalah turunan terhadap variabel
tersebut.
dP/dL = d/dL (3L^2 - L^3)
= 6L - 3L^2
3. Setelah mengambil turunan pertama, kita dapat menyatakan fungsi produk marginal
sebagai fungsi baru.
Fungsi produk marginal (dP/dL) = 6L - 3L^2
4. Untuk menentukan letak titik koordinat dari fungsi produk marginal, kita perlu
mencari nilai-nilai L yang membuat fungsi tersebut sama dengan nol. Titik-titik ini
disebut titik stasioner atau titik kritis.
6L - 3L^2 = 0
5. Faktorkan persamaan tersebut untuk mencari nilai-nilai L yang memenuhi. 3L(2 - L)
=0
Dari faktorisasi di atas, kita dapatkan dua solusi:
a) L = 0
b) 2 - L = 0
L=2
Jadi, titik koordinat dari fungsi produk marginal adalah (0, 0) dan (2, 0).

Anda mungkin juga menyukai