Disusun oleh :
Anjaly Iskandar
MALUKU HUSADA
AMBON
2023
10
11
1. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit
akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI,
Asia sekitar 70% - 90% dari seluruh kejang demam merupakan kejang demam
2018).
Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak mengalami
demam akibat proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang
kejadian pada bayi atau anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
lingkungan sekitarnya.
a. Otak
Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum) dan otak kecil (serebelum). Otak
besar terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan
serebri.
utama
13
carotis interna, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri
alternative pada aliran darah jika salah satu aliran darah arteri mayor
tersumbat.
b. Cairan Serebrospinal
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007
ketiga dan keempat, secara organik dan non organik LCS sama dengan
hanya mengandung sel darah putih sedikit dan tidak mengandung sel darah
c. Medula Spinalis
melangkah.
d. Saraf Somatik
Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saraf
e. Saraf Spinal
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :
masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik keluar dari
untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak
(nervus inter kostalis). Umumnya didalam nervus ini juga berisi serat
daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke
f. Saraf Otonom
- Kesiagaan meningkat
- Pernafasan meningkat
- Kesiagaan menurun
- Pernafasan tenang
g. Saraf kranial :
1) Saraf Olfaktorius
subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf
dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi
yang sama.
17
salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan
sistem limbik.
2) Saraf Optikus
arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada
lateralis.
3) Saraf Okulomotorius
dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior.
otot siliaris.
19
4) Saraf Troklearis
5) Saraf Trigeminus
kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan
mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior
6) Saraf Abdusens
7) Saraf Fasialis
fungsi motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian
wajah terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital,
8) Saraf Vestibulokoklearis
keseimbangan.
berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral
lobus temporalis.
21
9) Saraf Glosofaringeus
foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis
terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesorius adalah saraf
setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua
motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus,
h. Aktivitas Saraf
3 = Normal (++)
1) Refleks patella
2) Refleks biceps
dan lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari
maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari
3) Refleks triceps
diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2
cm diatas olekranon)
4) Refleks achilles
5) Refleks abdominal
6) Refleks babinski
goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah jari
babinski timbul bila ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari
kaki.
dilakukan pemeriksaan :
1) Kaku kuduk
tidak dapat menempel pada dada berarti kaku kuduk positif (+).
2) Tanda brudzinski I
bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi
lutut.
3) Tanda brudzinski II
sendi panggung secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya
4) Tanda kernig
bawah pada sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut
135° terhadap tungkai atas. Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan
5) Test Laseque
3. Etiologi
sebagian besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan
peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8°C dan terjadi
disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu
4. Patofisiologi
meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan
yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui
listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya
ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya
27
kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang
yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai
ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang
Bagan 2.1
Proses Penyakit
KEJANG
5. Manifestasi Klinis
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Adapun
b. Penurunan kesadaran
d. Muntah
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
misalnya darah perifer, elektrolit, gula darah dan urinalisis (Saharso et al.,
2009). Selain itu, glukosa darah harus diukur jika kejang lebih lama dari
15 menit dalam durasi atau yang sedang berlangsung ketika pasien dinilai
b. Pungsi lumbal
dilakukan dan bayi > 18 bulan tidak rutin dilakukan pungsi lumbal. Pada
dkk, 2006).
c. Elektroensefalografi (EEG)
yang kompleks atau dengan faktor risiko lain untuk epilepsi. EEG pada
(Jonston, 2007).
30
jarang sekali dikerjakan dan dilakukan jika ada indikasi seperti kelainan
7. Manajemen Medik
a. Terapi farmakologi
Pada saat terjadinya kejang, obat yang paling cepat diberikan untuk
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
mempunyai berat badan lebih dari 10 kg. Selain itu, diazepam rektal
dengan dosis 5 mg dapat diberikan untuk anak yang dibawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Apabila kejangnya
31
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Anak seharusnya
intravena dengan dosis awal 10-20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/
kg/ menit atau kurang dari 50 mg/menit. Sekiranya kejang sudah berhenti,
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/ kg/ hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal. Jika kejang belum berhenti dengan pemberian fenitoin maka pasien
IDAI, 2006).
empat dosis harian (100 mg/ kg/ hari), parasetamol 10 sampai 15 mg/ kg/
dosis, juga sampai empat dosis harian (sampai 2,6 g/hari) dan pada anak-
32
mg/ kg/ dosis dalam tiga atau empat dosis terbagi (sampai 40 mg/ kg/ hari
pada anak-anak dengan berat kurang dari 30 kg dan 1200 mg) (Siqueira,
2010).
dipertimbangkan jika kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam,
kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan dan kejang demam
berlangsung lebih dari 4 kali per tahun. Obat untuk pengobatan jangka
panjang adalah fenobarbital (dosis 3-4 mg/ kgBB/ hari dibagi 1-2 dosis)
atau asam valproat (dosis 15-40 mg/ kgBB/ hari dibagi 2-3 dosis). Dengan
b. Terapi non-farmakologi
darah, SaO2).
ketika kejang berhenti. Dosis ini dapat diulang jika perlu, setelah 10
menit.
34
Sederhana
1. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien,
muncul.
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
35
e. Riwayat psikososial
g. Pemeriksaan Fisik
dibutuhkan (Wijaya,2013).
2. Diagnosa keperawatan
suhu tubuh
d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
3. Perencanaan
Tabel 2.1
N Diagnosa Perencanaan
O Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan Tupan: 1. Pantau suhu pasien 1. Suhu 38,9-41,1 0
C
suhu tubuh Setelah (derajat dan pola): menunjukkan proses
berhubungan dilakukan perhatikan menggigil? penyakit infeksius akut.
dengan tindakan diaforesi.
proses keperawatan 2. Pantau suhu
patologis selama 4 x lingkungan, 2. Suhu ruangan, jumlah
24 suhu batasi/tambahkan linen selimut harus dirubah
tubuh tempat tidur sesuai untuk mempertahankan
normal. indikasi. suhu mendekati normal
Tupen:
Setelah 3. Dapat membantu
dilakukan 3. Berikan kompres mengurangi demam,
tindakan hangat: hindari penggunaan air
perawatan penggunaan kompres es/alkohol mungkin
selama 3 x alkohol. menyebabkan
24 jam kedinginan
proses 4. Digunakan untu
patologis 4. Berikan selimut kengurangi demam
teratasi pendingin umumnya lebih besar
dengan dari 39,5-40 0C pada
kriteria: waktu terjadi gangguan
TTV stabil pada otak.
Suhu tubuh
dalam batas Kolaborasi: 5. Digunakan untuk
normal 5. Berikan antipiretik mengurangi demam
sesuai indikasi dengan aksi sentral
38
2 Resiko tinggi Tupan: setelah 1. Ukur/catat haluaran urin. 1. Penurunan haluaran urin
kekurangan dilakukan dan berat jenis akan
volume cairan tindakan menyebabkan
berhubungan perawatan 2. Pantau tekanan darah dan hipovolemia.
dengan selama 3 x 24 denyut jantung 2. Pengurangan dalam
peningkatan jam sirkulasi volume cairan
suhu tubuh kekurangan dapat mengurangi
volume cairan tekanan darah/CVP,
tidak terjadi mekanisme kompensasi
awal dari takikardia
Tupen: setelah untuk meningkatkan
dilakukan curah jantung dan
tindakan meningkatkan tekanan
perawatan darah sistemik.
selama 2 x 24 3. Denyut yang lemah,
jam 3. Palpasi denyut perifer. mudah hilang dapat
peningkatan menyebabkan
suhu tubuh 4. Kaji membran mukosa hipovolemia.
teratasi, kering, turgor kulit yang 4. Hipovolemia/cairan
dengan tidak elastis ruang ketiga akan
kriteria: memperkuat tanda-tanda
Tidak ada dehidrasi.
tanda-tanda Kolaborasi:
dehidrasi
Menunjukan 5. Berikan cairan intravena,
adanya misalnya kristaloid dan
keseimbangan koloid 5. Sejumlah besar cairan
cairan seperti mungkin dibutuhkan
output urin untuk mengatasi
adekuat hipovolemia relatif
Turgor kulit (vasodilasi perifer),
baik menggantikan kehilangan
Membran 6. Pantau nilai laboratorium dengan meningkatkan
mukosa mulut permeabilitas kapiler.
lembab 6. Mengevaluasi perubahan
didalam
hidrasi/viskositas darah.
3. Tidak Tupan: setelah 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menurunkan risiko
efektifnya dilakukan mengosongkan mulut dari aspirasi atau masuknya
bersihan jalan tindakan benda/zat tertentu. sesuatu benda asing ke
nafas b.d perawatan 2. Letakkan pasien pada faring.
peningkatan selama 4 x 24 posisi miring, permukaan
sekresi mucus jam jalan datar, miringkan kepala 2. Meningkatkan aliran
39
4 Resiko Tupan: setelah 1. Buat tujuan berat badan 1. Malnutrisi adalah kondisi
perubahan dilakukan minimum dan kebutuhan gangguan minat yang
nutrisi kurang tindakan nutrisi harian. menyebabkan depresi,
dari kebutuhan perawatan agitasi dan
tubuh b.d selama 5 x 24 mempengaruhi fungsi
intake yang jam kognitif/pengambilan
tidak adekuat perubahan keputusan.
nutrisi kurang 2. Gunakan pendekatan 2. Pasien mendeteksi
dari konsisten, duduk dengan pentingnya dan dapat
kebutuhan pasien saat makan, beraksi terhadap tekanan,
tidak terjadi sediakan dan buang komentar apapun yang
makanan tanpa persuasi dapat terlihat sebagai
Tupen: setelah dan/komentar. paksaan memberikan
dilakukan 3. Berikan makan sedikit dan fokus padad makanan.
tindakan makanan kecil tambahan, 3. Dilatasi gaster dapat
40
4. Pelaksanaan
intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien
5. Evaluasi