Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PERSEPSI SENSORI PADA LANSIA

Disusun oleh :

Alif Wisageni (19216217)


Benget Cris Dohma A. (19216223)
Fauzi Iskandar (19216240)
Johanes Parasian (19216248)
Muhamad Saifudin (19216260)
Nuryatul Hasanah (19216267)
Repidawati Sinaga (19216270)
Titi Sabariyah (19216279)
Yuli Irawati (19216286)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI


TANGERANG
2022
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sistem Persepsi Sensori

Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra. Sistem ini membahas tentang organ akhir yang
khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu. Rangsangan tersebut dihantarkan
oleh sensorys neuron (saraf sensoris) dari berbagai organ indra menuju otak untuk
ditafsirkan. Reseptor sensori, merupakan sel yang dapat menerima informasi kondisi
dalam dan luar tubuh untuk dapat direspon oleh saraf pusat. Implus listrik yang
dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan menjadi sensasi yang nantinya akan diolah
menjadi persepsi di saraf pusat (Syaifuddin, 2014).
Dalam memahami konsep persepsi, maka tidak akan terlepas dari sistem
sensoris. Dalam bab ini akan dibahas kelima macam sistem sensori manusia (panca
indera/exteroceptive sensory system) yang mengintepretasi stimulus dari luar tubuh,
yaitu penglihatan, perabaan, pendengaran, pembau/penciuman dan perasa.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Persepsi Sensori

Ada lima macam indera yang ada pada manusia yaitu indra penglihat, indra
pendengar, indra pengecap, indra peraba dan perasa, dan indra pencium. Berikut adalah
penjelasan mengenai anatomi dan fisiologi jalannya impuls dari kelima indra ke sistem
saraf pusat.
2.2.1 Sistem Penglihatan (Mata)

Di dalam lapisan pelindungnya, mata mempunyai lapisan reseptor, sistem


lensa pemfokusan cahaya oleh reseptor, dan terhubung atas suatu sistem saraf.
Susunan saraf pusat terhubung melalui suatu berkas serat saraf yang disebut
saraf optik (nervosa optikus). Implus saraf dari stimulus photoceptor dibawa ke
otak pada lobus oksipital di serebrum dimana sensi penglihatan diubah menjadi
presepsi. Reseptor penglihatan dapat merespon satu juta stimulus yang berbeda
setiap detik.
A. Struktur Anatomi Mata

Bola mata berada di ruang cekung pada tulang tengkorak yang disebut
orbit. Orbit tersusun oleh tujuh tulang tengkorak yaitu tulang frontalis,
lakrimalis, etmoid, zigomatikum, maksila, sphenoid dan palatin yang
berfungsi mendukung, menyanggah dan melindungi mata. Pada orbit
terdapat lubang yaitu foramen optic untuk lintasan saraf optik dan arteri
optalmik dan fisura orbital superior yang berfungsi untuk lintasan safaf dan
arteri otot mata. Bagian-bagian mata terdiri dari.
1. Sklera
Merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat berwarna putih buram dan
tidak tembus cahaya, kecuali dibagian depan yang transparan yang
disebut kornea.
2. Kornea
Bagian ini merupakan tempat masuknya cahaya dan memfokuskan
bekas cahaya. korena tersusun atas 5 lapisan yaitu epithelium,
membrane , buwman, stroma, membrane descemet dan endothelim.
3. Lapisan Koroid
Lapisan koroid berwarna coklat kehitaman dan merupakan lapisan
yang berpigmen mengandung banyak pertumbuhan darah untuk
memberi nutrisi dan oksigen pada retina. warna gelap pada koroit
berfungsi untuk mencegah refleksi atau pemantulan sinar.
4. Iris
Iris tidak tembus pandang dan berpigmen berfungsi mengendalikan
banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata dengan cara merubah
ukuran pupil. Ukuran pupil dapat berubah karena mengandung serat-
serat otot silkuler yang mampu menciutkan pupil dan serta-serta
radikal yang menyebabkan kelebaran pupil.
5. Lensa
Lensa mempunyai struktur bikonvfeks, tidak mempunyai pembuluh
darah, transparan dan tidak berwarna. Kapsul lensa merupakan
membrane ke semifermiabel, tabelnya sekitar 4mm dan diameternya
9mm. lensa berada dibelakang iris dan ditahan oleh ligamentum yang
disebut zonula.
6. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi lapisi 2/3 bola
pada bagian belakang. Pada bagian depan berhubungan dengan korpus
silialis dioraserata. Retina meruapakan bagian mata yang sangat peka
terhadap cahaya. Pada bagian depan retina terdapat lapisan berpigmen
dan berhubungan dengan koroid dan pada bagian belakng terdapat
lapisan saraf dalam.
7. Saraf Optic
Saraf optic merupakan saraf yang memasuki sel tali dan kerucut
dalam retina, untuk menuju ke otak.

B. Fisiologi Penglihatan

Fungsi utama mata adalah mengubah energy cahaya menjadi implus saraf
sehingga dapat diterjemahkan oleh otak menjadi gambar fisual. Untuk
menghasilkan gambar visual yang tepat dan diinginkan terjadilah proses
yang sangat kompleks dimulai adanya gelombang sinar atau cahaya yang
masuk ke mata berkas cahaya yang masuk kemata melalui konjungtiva,
korne, okueus humor, lensa dan fitreurus humor, diaman pada masing-
masing tersebut berkas cahaya dibiaskan (refraksi) sebelum akhirnyaa jatuh
tepat di retina. Jumlah cahaya yang masuk akan diatur oleh iris dengan
jalan membesarka atau mengkecilakan pupil pada iris terdapa 2 otot polos
yang tersusun silkuler dan radial yang mampu bergerak dan mengecil
membentuk pupil. Agar sinar objek menghasilakan sinar yang jelas pada
retina harus dibiaskan (terjadi proses yang disebut pemfokusan).

2.2.2 Sistem Pendengar (Telinga)

Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara
yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa
yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita
sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas
tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam. Berikut adalah
penjelasan tentang struktur anatomi telinga.
A. Meatus Auditorius Eksternal (liang telinga luar)

Liang telinga (meatus akustikus eksternus) memiliki Panjang kurang 2,5


cm, berbentuk huruf S. 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak
terdapat kelenjar minyak dan kelenjar Serumen (modifikasi kelenjar
keringat=kelenjar serumen). 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang
(temporal) dan sedikit kelenjar serumen. Adapun fungsi dari daun telinga
yaitu menangkap bunyi dari berbagai arah kedalam liang telinga, kanalis
auditorius berfungsi untuk memproteksi membran timpani dari pada
trauma langsung dari luar.
1. Telinga bagian tengah (Kavum timpani)

Telinga tengah terdiri atas membran timpani, osikula (tulang-tulang


pendengaran) dan eustachius.
a. Membran Timpani
Membran timpani atau sering di sebut sebagai gendang telinga
dengan bentuk menyerupai gendang, terletak tepat setelah saluran
auditori dan merupakan penerima rangsang fibrasi pertama.
Membran timpani berfungsi untuk meneruskan suara meuju tulang-
tulang pendengaran (osikula).
b. Osikula merupakan tulang-tulang telinga yang terdiri atas tiga
tulang kecil, tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai
dan bersambung, dari membran timpani menuju rongga telinga
dalam tulang-tulang tersebut adalah : Malleus, incus dan stapes
yang berfungsi untuk mengalirkan getaran suara ke rongga telinga
dalam. Yang letaknya melekat pada bagian dalam membra
timpani.

c. Saluran eustacius merupakan saluran di dalam rongga telinga


tengah yang menjorok menghubungkan telinga dengan faring
saluran eustacius akan tertutup jika dalam keadaan biasa dan akan
membuka ketika kita menelan, sehingga tekanan udara di dalam
telinga tengah dengan udara luar akan seimbang. Dengan begitu,
cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara
dapat dihindari.
2. Telinga Bagian Dalam

Terdiri atas beberapa rongga yang menyerupai saluran-saluran, yaitu


vestibula, tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi serkuler, dan
koklea (rumah siput).
a. Vestibula merupakan bagian pertama dari telinga dalam yang
berfungsi sebagai pintu penghubung antar bagian-bagian telinga.
b. Tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi serkuler), yaitu
saluran superior, posterior dan lateral.ketiga saluran ini saling
membuat sudut tegak lurus satu sama lain. Pada salah satu ujung
saluran terdapat penebalan yang di sebut ampula. Saluran semi
serkuler berfungsi untuk membantu otak dalam mengendalikan
keseimbangan, dan kesadaran akan kedudukan tubuh kita.
c. Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit
dirinya seperti rumah siput. Belitan-belitan tersebut melingkari
sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah
dari tulang.

2.2.3. Sistem Perasa (Lidah)

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah
dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas
pengecap. Lidah ini, dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup
pengecap (taste buds). Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang
tersebar dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap
tertanam dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah
yang disebut papilla.

Kuncup pengecap dapat membedakan empat cita rasa dasar, yaitu manis,
asam, asin, dan pahit. Rasa manis dan asin dideteksi pada ujung lidah, rasa
asam di tengah sisi-sisi lidah, dan rasa pahit di bagian belakang. Kuncup
pengecap di lidah dapat menerima rangsangan rasa suatu zat dalam bentuk
larutan. Oleh karena itu, makanan harus dikunyah dan dibasahi dengan ludah
terlebih dahulu agar dapat dinikmati rasanya.
A. Anatomi Lidah

Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideusdi tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah
memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut
papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1. Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
2. Papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti
huruf V di belakang lidah;
3. Papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan
sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang
memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita
makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap
(taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar,
yaitu manis, masam, asin dan pahit. Letak masing- masing rasa berbeda -
beda yaitu :
1. Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
2. Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
3. Rasa Asam / Asem = Lidah Bagian Samping
4. Rasa Pahit / Pait = Lidah Bagian Belakang

B. Fisiologi Lidah

Permukaan lidah terdiri dari begitu banyak sel pengecap dan ujung saraf
yang memungkinkan kita mengenali berbagai rasa, baik yang enak maupun
tidak enak. Kemampuan mengecap rasa ini juga bisa dibilang melindungi
tubuh kita dari berbagai kemungkinan berbahaya. Sebab dengan
kemampuan ini, kita bisa mengenali makanan yang sudah basi atau
makanan beracun, karena rasanya berbeda dari biasanya.
1. Bagian dari sistem pertahanan tubuh
Ujung lidah merupakan bagian tubuh yang paling sensitif terhadap
sentuhan. Sensitivitas inilah yang membuat lidah bisa melindungi
tubuh dari berbagai gangguan. Itulah alasannya, saat ada kerikil kecil
atau duri ikan yang tidak sengaja masuk ke rongga mulut, rasanya
akan sangat mengganggu, padahal ukurannya tidak seberapa. Sebab,
lidah sangat sensitif terhadap sentuhan.
2. Membantu berbicara
Untuk bisa mengasilkan suara yang bermakna, lidah, bibir, dan gigi
perlu bekerja sama dengan baik. Dalam proses bicara, lidah memang
merupakan salah satu organ terpenting.Bahkan, organ ini bisa
membantu menghasilkan lebih dari 90 kata per menit dengan lebih
dari 20 gerakan berbeda. Lidah juga merupakan organ utama dalam
pengucapan huruf T, D, L, dan R.Meski terlihat sederhana dari luar,
bagian-bagian lidah dan fungsinya tidaklah dapat diremehkan.
Sehingga, selalu jaga kesehatannya dan jangan lupa untuk rutin
membersihkan permukaan lidah saat sikat gigi.

2.2.4. Sistem Peraba (Kulit)

A. Anatomi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,


merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Tebalnya kulit bervariasi
mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.
Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis
kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat. Secara histopatologis kulit tersusun
atas 3 lapisan utama yaitu: Epidermis, Dermis, Subkutis Subkutis
merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan
kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
B. Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh


diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi),
sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi
dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan
sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Kulit berperan pada
pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan
mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Kulit mengandung berbagai jenis ujung
saraf sensorik yang meliputi ujung saraf telanjang, saraf yang melebar,
serta ujung saraf yang terselubung.

2.2.5. Sistem Pembau (Hidung)

Manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki


banyak reseptor pembau namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-
prinsip komposisi (component principle). Seperti pada penglihatan warna
(hanya memiliki tiga reseptor wama dasar, namun dari komposisi yang
berbeda-beda dapat dilihat wama yang bermacam-macam), organ pembau
hanya memiliki tujuh reseptor. Namun dapat membedakan lebih dari 600
aroma yang berbeda. Alat pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut
dengan Organon Olfaktus, dapat menerima stimulus benda-benda kimia
sehingga reseptomya disebut pula chemoreceptor. Benda kimia yang dapat
menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah substansi yang dapat larut dalam
zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia yang menutupi sel tersebut. Makin
berbau suatu substansi, maka hal tersebut menunjukkan bahwa makin banyak
molekul yang dapat larut dalam air dan lemak (konsentrasi penguapannya
tinggi).
2.3. Perubahan pada Lansia

2.3.1. Perubahan indera penglihatan


Defisit sensori (misalnya, perubahan penglihatan) dapat merupakan bagian
dari penyesuaian yang berkesinambungan yang datang pada usia lanjut,
perubahan penglihatan dapat mempengaruhi pemenuhan AKS pada lansia.
Perubahan indra penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan
presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif. Ini karena sel-sel baru terbentuk
dipermukaan luar lensa mata, maka sel tengah yang tua akan menumpuk dan
menjadi kuning, kaku, padat dan berkabu. Jadi, hanya bagian luar lensa yang
masih elastic untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh
dan dekat. Karena lensa menjadi kurang fleksibel, maka titik dekat fokus
berpindah lebih jauh. Kondisi ini disebut presbiopi, biasa bermula pada usia 40-
an. (Smeltzer, Suzanne C, buku ajar medical beda, edisi 8, 2001 hal: 179-180)

Kerusakan kemampuan akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi


lebih lemah dan lebih kendur dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan
kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan pada (penglihatan
jarak dekat). Kondisi ini dapat dikoreksi dengan lensa seperti kacamata jauh
dekat (bifokal).

Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinkter pupil
mengalami sklerosis. Miosis pupil ini dapat mempersempit lapangan pandang
seseorang dan memengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu, tetapi
tampaknya tidak benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari.

Perubahan warna (misalnya ; menguning) dan meningkatnya kekruhan


lensa Kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan katarak.
Katarak menimbulkan bebagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu
penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti
terdapat suatu selaput diatas mata dalah suatu gejala umum, yang
mengakibatkan kesukaran dalam memfokuskan penglihatan dan membaca.
Kesukaran ini dapat dikoreksi untuk sementara dengan penggunaan lensa.
Selain itu lansia harus didorong untuk memakai lampu yang terang dan tidak
menyilaukan.katarak juga dapat mengakibatkan gangguan dalam
persepsikedalaman atau stereopsis, yang menyebabkan masalah dalam menilai
ketinggian, sedangkan perubahan terhadap persepsi warna terjadi seiring
dengan pembentukan katarak dan mengakibatkan warna yang muncul tumpul
dan tidak jelas,terutama warna-warna yang muda misalnya biru, hijau, dan
ungu. Penggunaan warna-warna terang seperti kuning, oranye dan merah
direkomendasikan untuk memudahkan dalam membedakan warna. (Mickey
Stanley, Buku Ajar Keperawatan gerontik edisi 2. 2006)

2.3.2. Perubahan indera pendengaran


Perubahan indra pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Mhoon
menggambarkan fenomena tersebut sebagai “suatu penyakit simetris bilateral
pada pendengaran yang berkembang secara progreif lambat terutama
memengaruhi nada tinggi dan dihubngkan dengan penuaan”. Lansia sering
tidak mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuansi tinggi
( huruf f, s, th, ch, sh, b, t, p ) semua terdengar sama. (Smeltzer, Suzanne C,
buku ajar medical beda, edisi 8, 2001, hal: 180). Penyebabnya tidak diketahui,
tetapi berbagai factor yang telah diteliti adalah ; nutrisi, factor genetika, suara
gaduh, hipertensi, stress emosional, dan arteriosklerosis. Penurunan pendngaran
terutama berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbikusis.

Penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan


komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendengaran, batang otak
atau jalur kortikal pendengaran) penyebab dari perubahan konduksi tidak
diketahui, tetapi masih mungkin berkaitan dengan perubahan pada tulang
telinga tengah, dalam bagian koklear atau didalam tulang mastoid. (Mickey
Stanley, Buku Ajar Keperawatan gerontik edisi 2. 2006).

Kehilangan pendengaran menyebabkan lansia berespon tidak sesuai


dengan yang diharapkan, tidak memahami percakapan, dan menghindari
interaksi social. Perilaku ini sering disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau
senil. (Smeltzer, Suzanne C, buku ajar medical beda, edisi 8, hal:180)
2.4. Perubahan normal pada system sensoris akibat penuaan.
Perubahan Normal yang berhubungan dengan penuaan Implikasi klinis
2.4.1. Penglihatan
a. Penurunan kemampuan akomodasi
b. konstruksi pupil senilis
c. Peningkatan kekeruhan lensa dengan perubahan warna menjadi menguning
Hubungan usia dengan mata
Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor akan mengalami perubahan
seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan /
penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous
humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap
keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan
mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi
kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda,
penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari
jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-
bend dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordianasi
atas ciliary body dan otot-otot ins, apabial sesorang mengalami penurunan daya
akomodasi makaorang tersebut disebut presbiopi.
5 masalah yang muncul ada lansia :
a. Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah
progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous
humor, perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia
lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan
ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan
semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang mengalami
penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.
b. ARMD ( agp- relaed macular degeneration )
ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami
peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri
berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan
makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatna
penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan kadang-
kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak
sesuai dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan
terlihat lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak
teratur. Pada dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan
pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang
menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam
kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftomologi dengan bantuan berupa test
intravena fluorerensi angiografy
c. Glaucoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia
60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati
namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan
pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan
tekanan intra okuler (IOP) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh
peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau
pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi),
selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous
optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.

Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang


berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di
bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama
kebutuhan di Asia. Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
a) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
b) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
c) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)
d. Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan da fokusing
terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering
terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertanbahnya
gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas memerlukan
pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan
ganda. Penanganna yang tepat adalah pembenahan untuk memperbaiki
lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah
mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan
pembedahan.
e. Entropion dan ekstropion
Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan
gangguan penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan.
Entropi adalh kelopak mata yang terbuka lebar ini menyebabkan mata
memerah entropi terjadikarena adanya kelemahan pada otot
konjungtifa.ektropi adalah penyempitan konjungtifa.

2.4.2. Pendengaran

 Penurunan fungsi sensorineural secara lambat


 Kesukaran dalam membaca huruf-huruf yang kecil
 Penyempitan lapangan pandang
 Penglihatan yang kabur
 Sensitifitas terhadap cahaya
 Penurunan penglihatan pada malam hari
 Kesukaran persepsi kedalaman
 Kehilangan pendengaran secara bertahap

Gangguan pendengaran terjadi pada usia 65 tahun (55%) > 80 tahun


mencapai 66%, gangguan pendengaran tidak hanya terjadi karena adanya
penambahan usia seperti gangguan pendengaran karena konsumsi obat. Secara
umum gangguan pendengaran ada 3 macam yaitu : gangguan pendengaran
konjungtiva, ganguan pendengaran sensori dan campuran ( konjungtiva dan
campuran ).

Ganguan pendengaran konjungtiva terjadi karena adanya gangguan telinga


dibagian luar dan tengah, seseorang dapat terjadi tuli konduksi apabila terjadi
gangguan pada meatus acustivus eksternus, membran tympani / ossiculas
(maleus, incus, stapes) jika seseorang terjadi gangguan pada organ salah satu
tersebut maka seseorang mengalami gangguan pendengaran konjungtiva,
seseorang yang tuli konduksi berakibat kemampuan mendengar bunyi hantaran
udara terganggu dan hanya mampu mendengar bunyi melalui hantaran tulang.

a. Tuli
Persepsi sensori terjadi apabila seseorang mengalami kelainan pada organ
korti, saraf VIII (Vestibulocochelaris N) pusat pendengaran otak, keadaan
pada seseorang yang tuli persepsi terjadi gangguan mendengar baik
melalui hantaran udara maupun tulang.
b. Tinnitus
Selain yang disebutkan diatas, gangguan pendengaran yang lain adalah
tinnitus, tinnitus merupakan gangguan pendengaran berupa ada suara di
telinga (suara nging). Tinitus terjadi karena adanya gangguan pendengaran
konduktif atau sensoris. Suara yang muncul seperti suara bising atau segala
sesuatu yang membikin tidak nyaman. Tinnitus bisa juga terjadi karena
adanya otoselorosis atau karena adanya ototxic obat yang dikonsumsi
seperti gentamisin atau aspirin (terlampir).

Tinnitus bukan merupakan sebuah penyakit namun sebuah gejala dari


adanya gangguan pendengaran bagaimanapun juga kondisi ini
memunculkan banyak masalah, tinnitus kadang tidak dirasakan dalam
lingkungan yang ramai namun akan sangat teras dilingkungan yang sepi.
Beberapa orang tinnitus dapat menyebabkan kecemasan besar suara musik
yang pelan adanya gaduhnya lingkungan dapat membantu mengalihkan
suara dengung ditelinga.

2.4.3. Perubahan Indera Perabaan


Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan yang paling mudah
untuk diterjemahkan. Bila indera lain hilang, rabaan dapat mengurangi
perasaan terasing dan memberi perasaan sejahtera. (Smeltzer, Suzanne C, buku
ajar medical beda, edisi 8, 2001, hal: 180)

Kebutuhan untuk sentuhan efektif terus berlanjut sepanjang kehidupan dan


meningkat dengan usia. Banyak lansian lebih tertarik dalam sentuhan dan
sensasi taktil karena :

a. Mereka sudah kehilangan orang yang dicintai


b. Penampilan mereka tidak semenarik pada waktu dulu dan tidak
mengundang sentuhan dari orang lain
c. Sikap masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong untuk
melakukan kontak fisik dengan lansia.
Sentuhan dapat merupakan suatu alat untuk memberikan stimulus sensoris atau
menghilangkan rasa nyeri fisik dan psikologi.

Kulit adalah seperti suatu pakaian pelindung yang pas dan menutupi seseorang
berusia 70 tahun atau 80 tahun, kulit juga tidak akan sesuai dengan tubuh orang
tersebut. Kulit tersebut mungkin akan menjadi kendur dan terlihat lebih longgar
pada berbagai bagian tubuh. Namun, selama kehidupan, sentuhan memberikan
pengetahuan emosional dan sensual tentang orang lain. (Mickey Stanley, Buku
Ajar Keperawatan gerontik edisi 2. 2006)

2.4.4. Perubahan Indera Pengecapan


Ketika seseorang telah bertambah tua, jumlah total kuncup-kuncup perasa pada
lidah mengalami penurunan dan kuncup pada lidah juga mengalami kerusakan,
ini dapat menurunkan sensitivitas pada terhadap rasa. Kuncup-kuncup perasa
mengalami regenerasi sepanjang kehidupan manusia, tetapi lansia mengalami
suatu penurunan sensitivitas terhadap rasa manis, asam, asin, dan pahit.
Perubahan tersebut lebih dapat disadari oleh beberapa orang dibanding yang
lainnya.
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan
belakang, rasa manis dan asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian
tepi sedang pahit dipangkal lidah. Fungsi pengecap akan berubah seiring
bertambahnya usia. Kerusakan fungsi pengecap akan menyebabkan makan
kurang bergairah terkadang seorang lansia perlu menambah jumlah garam
karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah asin).
Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang dibau akan
merangsang mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk
menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh
terhadap keinginan pemenuhan nutrisi.

2.4.5. Perubahan Indera Penciuman


Penurunan yang paling tajam dalam sensasi penciuman terjadi selama usia
pertengahan, dan untuk sebagian orang, hal tersebut akan terus berkurang.
Kecepatan penurunan sensasi penciuman pada lansia bervariasi. Orang bereaksi
terhadap bau dengan cara berbeda, dan respon seseorang mungkin dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, etnik, dan pengalaman sebelumnya tentang bau
tersebut. Sensasi penciuman tidak secara serius dipengaruhi oleh penuaan saja
tetapi bisa terjadi oleh factor lain yang berhubungan dengan usia. Penyebab
lainnya juga dianggap sebagai pendukung untuk terjadinya kehilangan
kemampuan sensasi penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi
hidung, secret dari hidung, sinusitis kronis, kebiasaan tertentu dengan bau/
aroma, epitaksis, alergi, penuaan serta factor lingkungan

2.5. Konsep Keperawatan

2.5.1 Pengkajian

1. Identitas diri klien


2. Struktur keluarga : genogram
3. Riwayat keluarga
4. Riwayat kesehatan : riwayat kesehatan klien sekarang, riwayat kesehatan
dahulu dan riwayat kesehatan keluarga
5. Kaji semua faktor yang mempengaruhi fungsi sensori
6. Kaji kebiasaan promo kesehatan
7. Kaji semua fungsi sensori pada klien
8. Pemeriksaan head to toe (G.Satria, 2017)

2.5.2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Persepsi Sensori : Penglihatan b.d menurunya ketajaman


penglihatan d.d Distorsi Sensori
2. Risiko Jatuh d.d Perubahan fungsi kognitif : Persepsi
3. Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri d.d khawatir dengan kondisi
yang dihadapi
2.5.3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SKKI SIKI


1. Gangguan Persepsi Sensori b.d Ketajaman penglihatan Intervensi Utama : Minimalisasi Rangsangan
Gannguan Penglihatan, Pendengaran, Persepsi stimulasi kulit Objektif :
Penghiduan dan Perabaan d.d Perbedaan bau Perbedaan Periksa status mental, status sensori dan tingkat
Distorsi Sensori rasa kenyamanan (mis. Nyeri, kelelahan
Terapeutik :
- Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban
sensori (mis. Bising, terlalu terang)
- Batasi stimulus lingkkungan (mis. Cahaya,
suara, aktivitas)
- Jadwalkan aktivitas harian dan waktu
Istirahat
- Kombinasikan produsen/tingkatan dalam satu
waktu, sesuai kebutuhan.
Edukasi :
Ajarkan cara meminimalisi stimulus (mis.
Mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi kunjungan)
Kolaborasi :
- Kolaborasi dalam meminimalkan
prodedur/tindakan.
- Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus.
2. Risiko Jatuh d.d Perubahan fungsi Perhatian Konsentrasi Intervensi Utama : Manajemen Keselamatan
kognitif : Persepsi Orientasi Kognitif Lingkungan.
Objektif :
- Identiikasi kebutuhan keselamatan (mis.
Kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat
perilaku.
- Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan.
Terapeutik :
- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
(mis. Fisik, biologi dan kimia), jika
memungkinkan.
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan resiko
- Gunakan perangkat pelindung.
- Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman.
Edukasi :
Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko
tinggi bahaya ling
3. Ansietas b.d Ancaman terhadap Verbalisasi kebingungan Intervensi Utama : Reduksi Ansietas
konsep diri d.d khawatir dengan Verbalisasi khawatir Objektif :
kondisi yang dihadapi akibat kondidi yang - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
dihadapi Perilaku gelisah (mis. Kondisi, waktu, stressor
- Monitor tanda - tanda ansietas (verbal dan
nonverbal.
Edukasi :
- Anjurkan keluarka tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih tehnik relaksasi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat antiansietas bila perlu
2.5.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai yang telah perawat tetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama perawatan.

2.5.5. Evaluasi Keperawatan

Menurut (Budiono dan Pertami, 2015), evaluasi menggunakan metode SOAP, yaitu Subjektif-Objektif-Assasement-Planning.
S : Informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O : Informasi yang didapat berupa hasil pengamatan yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan diberikan.
A : Membandingkan antara subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
telah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P : Rencana perawatan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis, apakah intervensi perlu dilanjutkan atau diberhentikan
atau mengganti intervensi.

Anda mungkin juga menyukai