Disusun oleh :
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra. Sistem ini membahas tentang organ akhir yang
khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu. Rangsangan tersebut dihantarkan
oleh sensorys neuron (saraf sensoris) dari berbagai organ indra menuju otak untuk
ditafsirkan. Reseptor sensori, merupakan sel yang dapat menerima informasi kondisi
dalam dan luar tubuh untuk dapat direspon oleh saraf pusat. Implus listrik yang
dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan menjadi sensasi yang nantinya akan diolah
menjadi persepsi di saraf pusat (Syaifuddin, 2014).
Dalam memahami konsep persepsi, maka tidak akan terlepas dari sistem
sensoris. Dalam bab ini akan dibahas kelima macam sistem sensori manusia (panca
indera/exteroceptive sensory system) yang mengintepretasi stimulus dari luar tubuh,
yaitu penglihatan, perabaan, pendengaran, pembau/penciuman dan perasa.
Ada lima macam indera yang ada pada manusia yaitu indra penglihat, indra
pendengar, indra pengecap, indra peraba dan perasa, dan indra pencium. Berikut adalah
penjelasan mengenai anatomi dan fisiologi jalannya impuls dari kelima indra ke sistem
saraf pusat.
2.2.1 Sistem Penglihatan (Mata)
Bola mata berada di ruang cekung pada tulang tengkorak yang disebut
orbit. Orbit tersusun oleh tujuh tulang tengkorak yaitu tulang frontalis,
lakrimalis, etmoid, zigomatikum, maksila, sphenoid dan palatin yang
berfungsi mendukung, menyanggah dan melindungi mata. Pada orbit
terdapat lubang yaitu foramen optic untuk lintasan saraf optik dan arteri
optalmik dan fisura orbital superior yang berfungsi untuk lintasan safaf dan
arteri otot mata. Bagian-bagian mata terdiri dari.
1. Sklera
Merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat berwarna putih buram dan
tidak tembus cahaya, kecuali dibagian depan yang transparan yang
disebut kornea.
2. Kornea
Bagian ini merupakan tempat masuknya cahaya dan memfokuskan
bekas cahaya. korena tersusun atas 5 lapisan yaitu epithelium,
membrane , buwman, stroma, membrane descemet dan endothelim.
3. Lapisan Koroid
Lapisan koroid berwarna coklat kehitaman dan merupakan lapisan
yang berpigmen mengandung banyak pertumbuhan darah untuk
memberi nutrisi dan oksigen pada retina. warna gelap pada koroit
berfungsi untuk mencegah refleksi atau pemantulan sinar.
4. Iris
Iris tidak tembus pandang dan berpigmen berfungsi mengendalikan
banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata dengan cara merubah
ukuran pupil. Ukuran pupil dapat berubah karena mengandung serat-
serat otot silkuler yang mampu menciutkan pupil dan serta-serta
radikal yang menyebabkan kelebaran pupil.
5. Lensa
Lensa mempunyai struktur bikonvfeks, tidak mempunyai pembuluh
darah, transparan dan tidak berwarna. Kapsul lensa merupakan
membrane ke semifermiabel, tabelnya sekitar 4mm dan diameternya
9mm. lensa berada dibelakang iris dan ditahan oleh ligamentum yang
disebut zonula.
6. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi lapisi 2/3 bola
pada bagian belakang. Pada bagian depan berhubungan dengan korpus
silialis dioraserata. Retina meruapakan bagian mata yang sangat peka
terhadap cahaya. Pada bagian depan retina terdapat lapisan berpigmen
dan berhubungan dengan koroid dan pada bagian belakng terdapat
lapisan saraf dalam.
7. Saraf Optic
Saraf optic merupakan saraf yang memasuki sel tali dan kerucut
dalam retina, untuk menuju ke otak.
B. Fisiologi Penglihatan
Fungsi utama mata adalah mengubah energy cahaya menjadi implus saraf
sehingga dapat diterjemahkan oleh otak menjadi gambar fisual. Untuk
menghasilkan gambar visual yang tepat dan diinginkan terjadilah proses
yang sangat kompleks dimulai adanya gelombang sinar atau cahaya yang
masuk ke mata berkas cahaya yang masuk kemata melalui konjungtiva,
korne, okueus humor, lensa dan fitreurus humor, diaman pada masing-
masing tersebut berkas cahaya dibiaskan (refraksi) sebelum akhirnyaa jatuh
tepat di retina. Jumlah cahaya yang masuk akan diatur oleh iris dengan
jalan membesarka atau mengkecilakan pupil pada iris terdapa 2 otot polos
yang tersusun silkuler dan radial yang mampu bergerak dan mengecil
membentuk pupil. Agar sinar objek menghasilakan sinar yang jelas pada
retina harus dibiaskan (terjadi proses yang disebut pemfokusan).
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara
yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa
yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita
sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas
tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam. Berikut adalah
penjelasan tentang struktur anatomi telinga.
A. Meatus Auditorius Eksternal (liang telinga luar)
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah
dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas
pengecap. Lidah ini, dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup
pengecap (taste buds). Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang
tersebar dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap
tertanam dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah
yang disebut papilla.
Kuncup pengecap dapat membedakan empat cita rasa dasar, yaitu manis,
asam, asin, dan pahit. Rasa manis dan asin dideteksi pada ujung lidah, rasa
asam di tengah sisi-sisi lidah, dan rasa pahit di bagian belakang. Kuncup
pengecap di lidah dapat menerima rangsangan rasa suatu zat dalam bentuk
larutan. Oleh karena itu, makanan harus dikunyah dan dibasahi dengan ludah
terlebih dahulu agar dapat dinikmati rasanya.
A. Anatomi Lidah
Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideusdi tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah
memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut
papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1. Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
2. Papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti
huruf V di belakang lidah;
3. Papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan
sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang
memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita
makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap
(taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar,
yaitu manis, masam, asin dan pahit. Letak masing- masing rasa berbeda -
beda yaitu :
1. Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
2. Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
3. Rasa Asam / Asem = Lidah Bagian Samping
4. Rasa Pahit / Pait = Lidah Bagian Belakang
B. Fisiologi Lidah
Permukaan lidah terdiri dari begitu banyak sel pengecap dan ujung saraf
yang memungkinkan kita mengenali berbagai rasa, baik yang enak maupun
tidak enak. Kemampuan mengecap rasa ini juga bisa dibilang melindungi
tubuh kita dari berbagai kemungkinan berbahaya. Sebab dengan
kemampuan ini, kita bisa mengenali makanan yang sudah basi atau
makanan beracun, karena rasanya berbeda dari biasanya.
1. Bagian dari sistem pertahanan tubuh
Ujung lidah merupakan bagian tubuh yang paling sensitif terhadap
sentuhan. Sensitivitas inilah yang membuat lidah bisa melindungi
tubuh dari berbagai gangguan. Itulah alasannya, saat ada kerikil kecil
atau duri ikan yang tidak sengaja masuk ke rongga mulut, rasanya
akan sangat mengganggu, padahal ukurannya tidak seberapa. Sebab,
lidah sangat sensitif terhadap sentuhan.
2. Membantu berbicara
Untuk bisa mengasilkan suara yang bermakna, lidah, bibir, dan gigi
perlu bekerja sama dengan baik. Dalam proses bicara, lidah memang
merupakan salah satu organ terpenting.Bahkan, organ ini bisa
membantu menghasilkan lebih dari 90 kata per menit dengan lebih
dari 20 gerakan berbeda. Lidah juga merupakan organ utama dalam
pengucapan huruf T, D, L, dan R.Meski terlihat sederhana dari luar,
bagian-bagian lidah dan fungsinya tidaklah dapat diremehkan.
Sehingga, selalu jaga kesehatannya dan jangan lupa untuk rutin
membersihkan permukaan lidah saat sikat gigi.
A. Anatomi Kulit
Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinkter pupil
mengalami sklerosis. Miosis pupil ini dapat mempersempit lapangan pandang
seseorang dan memengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu, tetapi
tampaknya tidak benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari.
2.4.2. Pendengaran
a. Tuli
Persepsi sensori terjadi apabila seseorang mengalami kelainan pada organ
korti, saraf VIII (Vestibulocochelaris N) pusat pendengaran otak, keadaan
pada seseorang yang tuli persepsi terjadi gangguan mendengar baik
melalui hantaran udara maupun tulang.
b. Tinnitus
Selain yang disebutkan diatas, gangguan pendengaran yang lain adalah
tinnitus, tinnitus merupakan gangguan pendengaran berupa ada suara di
telinga (suara nging). Tinitus terjadi karena adanya gangguan pendengaran
konduktif atau sensoris. Suara yang muncul seperti suara bising atau segala
sesuatu yang membikin tidak nyaman. Tinnitus bisa juga terjadi karena
adanya otoselorosis atau karena adanya ototxic obat yang dikonsumsi
seperti gentamisin atau aspirin (terlampir).
Kulit adalah seperti suatu pakaian pelindung yang pas dan menutupi seseorang
berusia 70 tahun atau 80 tahun, kulit juga tidak akan sesuai dengan tubuh orang
tersebut. Kulit tersebut mungkin akan menjadi kendur dan terlihat lebih longgar
pada berbagai bagian tubuh. Namun, selama kehidupan, sentuhan memberikan
pengetahuan emosional dan sensual tentang orang lain. (Mickey Stanley, Buku
Ajar Keperawatan gerontik edisi 2. 2006)
2.5.1 Pengkajian
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai yang telah perawat tetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama perawatan.
Menurut (Budiono dan Pertami, 2015), evaluasi menggunakan metode SOAP, yaitu Subjektif-Objektif-Assasement-Planning.
S : Informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O : Informasi yang didapat berupa hasil pengamatan yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan diberikan.
A : Membandingkan antara subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
telah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P : Rencana perawatan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis, apakah intervensi perlu dilanjutkan atau diberhentikan
atau mengganti intervensi.