Anda di halaman 1dari 10

RESUME MATERI 1

“Perkembangan dan Permasalahan Kurikulum dari Waktu ke Waktu”

Nama : ANIS DWI WAHYUNI


NIM : 190341864434
Mata Kuliah : Problematika Pendidikan dan Pembelajaran Biologi
Kelas :A

A. RESUME
Kurikulum merupakan suatu rencana yang berfungsi sebagai pedoman atau acuan
dalam proses belajar mengajar. Kurikulum juga diartikan sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum dalam dunia pendidikan dapat
berubah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, oleh sebab itu dapat dikatakan
bahwa kurikulum bersifat dinamis karena harus disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan
yang terjadi di masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami
perubahan kurikulumdari waktu ke waktu, namun semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila danUUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Berikut
perubahan dan permasalahan kurikulum di Indonesia dari waktu ke waktu.

1) Kurikulum 1947
Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia setelah
kemerdekaan, kurikulum pendidikan di Indonesia pada masa ini masih dipengaruhi
sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang
pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa
saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.Rencana
pelajaran 1947 memuat dua hal pokok yakni: daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya, garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 memiliki karakteristik yakni mengurangi pendidikan
pikiran dalam arti kognitif, dan mengutamakan pendidikan watak atau perilaku,
meliputi: kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani
Dengan demikian, kurikulum 1947 lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, namun permasalahannya
adalah kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang.
2) Kurikulum 1952
Tahun 1952 terdapat penyempurnaan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum
1947 “Rencana Pelajaran” diubah menjadi “Rencana Pelajaran terurai” (kurikulum
1952). Kurikulum ini menekankan bahwa setiap pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/ artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Berdasarkan hal
tersebut dapat dinyatakan bahwa kurikulum 1952 merupakan kurikulum yang sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Permasalahan yang dihadapi pada
implementasi kurikulum 1952 adalah kurangnya tenanga pengajar dan tidak didukung
dengan fasilitas yang memadai.
3) Kurikulum 1964
Tahun 1964 Indonesia kembali menyempurnakan kurikulumnya yakni menjadi
“Rencana Pendidikan 1964”, kurikulum tersebut memiliki konsep pembelajaran yang
bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah
membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem
solving). Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang
meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Matapelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keterampilan, dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1964, perubahan
yang dilakukan adalah perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
yakni menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 ditandai dengan
pendekatan pengorganisasian materi pelajaran dengan pengelompokan suatu
pelajaran yang berbeda, yang dilakukan secara korelasional (correlated subject
curriculum), yaitu mata pelajaran yang satu dikorelasikan dengan mata pelajaran yang
lain, pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 bersifat politis yakni
mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Permasalahan pada
kurikulum ini adalah hanya memuat mata pelajaran pokok saja, selain itu muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan.
5) Kurikulum 1975
Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah
yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum
diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut
agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun, oleh sebab itu
dikembangkan kurikulum baru yakni kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan kurikulum,
sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional umum yang
dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki tujuan
instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha agar tujuan
instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta didik, setelah mata pelajaran atau
pokok bahasan tertentu disajikan oleh guru. Metode penyampaian satun bahasa ini
disebut prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI ini dibuat
satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Ciri-ciri
kurikulum 1975:
o Berorientasi pada tujuan
o Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuantujuan yang lebih
integratif.
o Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
o Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
o Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
o Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Permasalahan yang dihadapi pada kurikulum ini adalah guru dibuat sibuk menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran sehingga kurikulum
ini banyak sekali mendapatkan kritikan.
6) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 merupakan penyemkpurnaan dari kurikulum 1975, Asumsi yang
mendasari penyempurnaan kurikulum 1975 adalah bahwa kurikulum merupakan
wadah atau tempat proses belajar mengajar berlangsung yang secara dinamis, perlu
senantiasa dinilai dan dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan kondisi dan
perkembangan masyarakat. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
 Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
 Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
 Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Dengan demikian maka Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, selain
itu banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan
yang terlihat guru tak lagi mengajaar model berceramah sehingga pembelajaran
kurang memperhatian muatan (isi) pelajaran.
7) Kurikulum 1994
Pada kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran
yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan
(isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang
proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science
yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini
memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa,
sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan
materi pelajaran yang cukup banyak.
Adanya kurikulum 1994 sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 ini maka akan
memicu penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, dan social, selain itu pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang
abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang
kompleks. Kekurangan dari kurikulum 1994 ini adalah aspek yang di kedepankan
dalam kurikulum 1994 terlalu padat, konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid,
beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/ substansi setiap mata pelajaran, materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar
karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang
bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari, pengulangan-
pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman.
8) Kurikulum 2004 (KBK)
Perkembangan kurikulum (1975-1994) berorientasi pada pencapaian tujuan dan
berimpilkasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam
penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki
kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan
kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik. Oleh sebab
itu pada tahun 2004 dilakukan oenyempurnaan kurikulum yakni menjadi Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK).
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk keahlian, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung
jawab. KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang
merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta
didik mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi dimaknai sebagai
perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir, dan bertindak.
Kelebihan Kurikulum 2004 (KBK) ini adalah dalam pembelajaran adanya
komunikasi dua arah antara guru dan siswa sehingga pembelajaran dapat berpusat
pada siswa, penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar yang
bervariasi. Namun, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sumber manusia
yang potensial dalam menjabarkan KBK dengan kata lain masih rendahnya kualitas
sorang guru, karena dalam KBK seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menjalankan pendidikan.
9) Kurikulum 2006 (KTSP)
Tahun 2006 terbentuklah sebuah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan peneyempurnaan kueikulum dari tahun-tahun sebelumnya yang
disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan di Indonesia.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu
pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar
dan menengah. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan
kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi
merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
memuat: kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan kalender
Pendidikan
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
Secara umum, tujuan memberlakukan KTSP pada setiap jenjang pendidikan
adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum. KTSP merupakan kurikulum yang menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual, maupun klasikal, selain itu
kurikulum ini berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman,
penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif, Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar
dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Dengan demikian
seorang guru harus benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang
menuntut kekereatifitasan. Permasalahan yang dihadapi pada KTSP ini adalah
minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung pendidikan dan
terutama sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun dan mengembangkan
kurikulum sendiri.
10) Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang merupakan
penyempurnaan dari kurikulum KTSP namun dalam pelaksanaanya masih terkendala
hingga saat ini. Prinsip pengembangan Kurikulum 2013 adalah menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan
ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.
Kegiatan pembelajaran dalam kurikulumn 2013 meliputi tiga kegiatan pokok,
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan
pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif
yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam
proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa.
Kegiatan penutup ditujukan untuk validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip
yang telah dikonstruk oleh siswa dan pengayaan materi pelajaran oleh siswa Pada
kurikulum KTSP pembelajaran mengacu pada dengan mengacu pada Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), namun pada kurikulum 2013 dikembankan
kembali menjadi Standar Nasional Pendidikan (SKL, SI, Standar Proses, Standar
Penilaian).
B. PERTANYAAN YANG MUNCUL
1. Apasajakah permasalahan yang muncul pada kurikulum 2013 ?
Jawaban : Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang merupakan
penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum tahun sebelumnya, namun kurikulum ini
memiliki banyak permasalahan yakni:
o Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan
urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
o Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah
setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
o Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri nomor 159
Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk mendapatkan
informasi mengenai: Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum;
Kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum; Kesesuaian antara
Dokumen Kurikulum dan Implementasi Kurikulum; dan Kesesuaian antara Ide
Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak Kurikulum.
o Kenyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum dievaluasi
kesesuaian antara ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.
o Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku yang
bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.
o Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama
sehingga menyebabkan ketidakselarasan.
o Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi
keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para
guru.
o Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan
guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.
o Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang
menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa
di sekolah dan di luar sekolah.
o Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan
peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah
akibat keterlambatan atau ketiadaan buku.
o Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.

DAFTAR RUJUKAN
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2006. Sejarah Perkembangan Kurikulum di
Indonesia. Online. http://kuliahdaring.dikti.go.id/materiterbuka/open/dikti/
Revisi_Bahan_Ajar_Cetak/BAC_Pengkur_SD/UNIT4_PERKEMBANGA
N_KURIKULUM.pdf
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Departemen Pendidikan Nasional
Ilham, Waris. 2014. Standar Proses Pendidikan Nasional dan Penerapannya dalam Sistem
Pendidikan di Sekolah (online): http
http://www.kompasiana.com/arits.ilham/standar-proses-pendidikannasional-dan-
penerapannya-dalam-sistem-pendidikan-disekolah_5
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Paparan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI: Implementasi Kurikulum 2013
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Permasalahan Implementasi Kurikulum
2013. Online. http://news.okezone.com/read/2014/ 12/11/65/1077829/10-masalah-
utama-kurikulum-2013
Kesumawardani, Pipit. 2015. Perkembangan Kurikulum di Indonesia, Kelemahan dan
Kelebihannya. Online. https://www.academia.edu/8105736/
Perkembangan_Kurikulum_di_Indonesia_kelemahan_dan_kelebihannya
Marsudi. 2014. Hakekat Kurikulum dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
(Online). http:/www.p4tk-jogja.com/hakekat-kurikulum-danprinsip-prinsip-
pengembangan-kurikulum
Sukmadinata, Nana S. 2008. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Wirianto, Dicky. 2014. Perspektif Historis Transformasi Kurikulum di Indonesia. Islamic
Studies Journal Vol. 2 No.1

Anda mungkin juga menyukai