PLOMP
PLOMP
1) Self evaluation dilakukan oleh peneliti dengan mengecek desain dari beberapa daftar checklist
pada karakteristik yang penting dari komponen prototipe yang dikembangkan.
2) Peninjauan oleh pakar (expert review) memberikan penilaian dan saran-saran terhadap produk
yang dikembangkan.
Peneliti
3) Evaluasi secara one to one pada peserta target yang representatif. beserta satu atau
beberapa target kelompok yang representatif bersama-sama melakukan penilaian terhadap
produk yang dikembangkan. Biasanya dilakukan secara face to face.
4) Kelompok kecil (small group) atau mikro-evaluasi. Kelompok kecil dari pengguna target seperti
peserta didik menggunakan bagian-bagian dari produk yang dikembangkan di luar
pengaturannya secara normal. Di sini kegiatan utama yang dilakukan evaluator adalah
mengamati dan mewawancarai responden.
5) Uji lapangan (field test) atau uji coba (try-out). Beberapa pengguna dalam kelompok terbatas
menggunakan produk pada kondisi yang sebenarnya. Jika evaluasi fokus pada praktikalitas
produk, maka kegiatan evaluasi yang dapat dilakukan berupa observasi, wawancara, dan
mengisi kuesioner. Jika evaluasi terfokus pada efektivitas dari produk, maka evaluator dapat
meminta laporan pembelajaran atau memberikan sebuah tes.
5. Tahap implementasi (implementation)
Setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk yang valid, praktis, dan efektif; maka
produk dapat diimplementasikan untuk wilayah yang lebih luas. Plomp (1997) menyatakan:
“Solutions have to be introduced, in other words, have to be implemented.” Pemecahan (solusi)
harus dikenalkan. Dengan perkataan lain, harus diimpementasikan. Implementasi ini dapat
dilakukan dengan melakukan penelitian lanjutan penggunaan produk pengembangan pada wilayah
yang lebih luas.
Model Pengembangan Plomp sebagai salah satu model yang sering digunakan dalam
penerapannya ditemukan berbagai kelebihan dan kekurangan. Menurut Rochmat (2012)
kelemahan model Plomp yaitu tahapan model ini sedikit lebih rumit sehingga pengaplikasiannya
sedikit membutuhkan waktu serta tenaga yang lebih, sedangkan kelebihaan dari model Plomp yaitu
dikembangkan melalui tahapan yang tidak sederhana, sehinggi hasil dari pengembangannya lebih
bermutu dan teliti serta tahapan evaluasi sebelum implementasi yang dilakukan dapat menjamin
keefisiensian penerapan pengembangan yang dilakukan.
DAFTAR RUJUKAN
Plomp, Tj. 1997. Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &
Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in
Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland.Faculty of Educational Science and
Technology, University of Twente.
Plomp, Tj & Wolde, J. van den. 1992. The General Model for Systematical Problem Solving. From
Tjeerd Plomp (Eds.). Design of Educational and Training (in Dutch). Utrecht (the
Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science and Technology,
University of Twente. Enschede the Netherlands.
Plomp, T. 2013. An Introduction to Educational Design Research. Netherland: SLO.
Plomp, T; Nieven, N; Gustafon, K; Branch, R.M; dan van den Akker, J (eds). 1999. Design
Approach and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher.
Rochmat. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal
Kreano, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan Oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume
3 Nomor 1, Juni 2012 (Online) (http// ipi.136826.pdf), diakses tanggal 29 Januari 2019
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII. Tesis (Online), (http://