Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

ACARA 1 [ SISTEM SENSORI]

Disusun Oleh :

Nama : Lamiasih

NIM : 21104070054

Kelas :B

Asisten : Mbak Tazkia Aulia Nafi’ah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2023
ACARA I

SISTEM SENSORI

A. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi indera pengecap.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi indera pembau.
3. Mengetahui gambaran reseptor suhu pada kulit.
4. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap keberadaan reseptor suhu pada kulit.
5. Mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan akomodasi mata terhadap refleks pupil.
B. Dasar Teori
Di dalam tubuh manusia terdapat sebuah sistem koordinasi yang akan mengatur
semua organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi tersebut bekerja untuk
menerima impuls / rangsangan kemudian mengolahnya. Rangsangan merupakan
informasi yang dapat diterima oleh tubuh, baik berasal dari luar maupun dalam.
rangsangan luar (berasal dari lingkungan di luar tubuh manusia) dapat berupa kadar
garam, suhu udara, kelembaban, dan cahaya. Rangsangan dalam (berasal dari dalam
tubuh manusia) dapat berupa suhu tubuh, keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula
darah, dan kadar kalsium dalam darah.
Sensorik atau disebut reseptor adalah suatu organ atau sel yang berfungsi untuk
menangkap stimulus atau rangsangan. Dengan menggunakan alat ini, sistem syaraf dapat
mengenali perubahan dari berbagai macam bentuk energi baik pada lingkungan sekitar
dalam maupun luar. Secara umum, sensori tergolong dalam 2 kategori, yaitu indera
umum dan indera khusus. Yang termasuk indera umum meliputi sentuhan, nyeri, suhu,
proprioception, getaran, dan tekanan, sedangkan indera khusus meliputi penglihatan,
pendengaran, pengecapan, dan penciuman. Berbagai jenis rangsangan dari lingkungan
sepertu suhu, cahaya, bau, rasa, dan lain sebagainya diterima oleh reseptor sensorik.
Reseptor sensorik termasuk bagian dari sistem syaraf yang berguna untuk
menimbulkan impuls pada neuron sensorik. Neuron sensorik berfungsi untuk
mengirimkan impuls / rangsangan yang diterim alat indera seperti pada mata, hidung,
telinga, dan kulit menuju otak dan sumsum tulang belakang. Sistem sensori mampu
menerima dan memproses rangsangan / impuls yang menghasilkan kesadaran suatu
individu terhadap lingkungannya. Dalam sel syaraf sensorik ini masuk dalam sistem
syaraf tepi. Pada sistem syaraf pusat berada dalam sumsum tulang belakang dan otak,
sedangkan keberadaan syaraf tepi terdapat di luar sumsum tulang belakang dan otak.
Reseptor sensorik dibedakan berdasarkan rangsangannya, yaitu sebagai berikut :
1. Kemoreseptor, merupakan proses organisme merespons rangsangan kimia pada
lingkungannya terutama indra perasa dan penciuman. Kemoreseptor berkaitan dengan
perubahan kimia yang berperan sebagai sinyal untuk mengatur fungsi sel tanpa bahan
kimia tersebut harus dibawa kedalam sel untuk tujuan metabolisme. Dalam proses
penerimaan rangsang kimia, terjadi interaksi antara bahan kimia dengan kemoresptor
membentuk kompleks bahan kimia-kemoreseptor. Kompleks itu kemudian memulai
proses pembentukan potensial generator pada reseptor, yang akan segera
menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel berikutnya. oleh karena
itu, timbul tanggapan proses pembentukan potensial generator pada kemoreseptor
sama seperti yang terjafi pada reseptor lainnya. Yang menjadi pembeda ialah
rangsangan pada kemoreseptor adalah zat kimia. Contoh dari kemoreseptor adalah sel
olfaktorius pada hidung dan putting pengecap pada lidah.
2. Mekanoreseptor, merupakan proses penerimaan rangsang mekanik. Saat sel dalam
keadaan istirahat, pintu ion Na+ pada membran mekanoreseptor masih dalam keadaan
tertutup. Rangsang mekanik yang menekan reseptor menyebabkan membrane
mekanoreseptor meregang. Peregangan membran mekanoreseptor menimbulkan
perubhaan konfirmasi protein penyusun ion Na+. pintu ion Na+ terbuka diikuti
terjadinya perubahan elektrokimia yang mendepolarisasikan mekanoreseptor.
Mekanoreseptor juga terdapat pada vertebrata dan invertebrata. Invertebrata
mempunyai reseptor guna menerima impuls tekanan, suara, dan gerakan. Insecta juga
mempunyai reseptor pada permukaan tubuhnya yang dapat memberikan informasi
mengenai arah angin, orientasi tubuh saat berada dalam ruangan, serta kecepatan
gerakan, dan suara. Pada vertebrata, mekanoreseptor mampu memantau panjang otot,
dan berfungsi sebagai alat pendengaran serta organ keseimbangan. Contoh
mekanoreseptor adalah Meissner (rasa sentuh), dan Paccini (rasa tekan) pada kulit
dan sel rambut pada telinga.
3. Fotoreseptor, merupakan proses penerimaan rangsangan melalui cahaya. Hampir
semua hewan dapat mendeteksi cahaya, bahkan hewan yang tidak memiliki
fotoreseptor khusus seperti amoeba. Struktur pada fotoreseptor berbeda-beda, dari
yang paling sederhana berupa eye spot hingga struktur yang rumit dan terorganisasi
dengan baik seperti yang dimiliki oleh vertebrata. Seluruh reseptor bekerja menurut
prinsip yang sama. Perbedaan cara kerja diantara reseptor hanya terletak pada jenis
rangsang yang diterimanya. Contog fotoreseptor adalah sel batang dan sel kerucut
pada mata.
4. Termoreseptor, merupakan proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan
suhu pada lingkungan. Proses ini sangat penting bagi hewan, karena perubhaan suhu
dapat berpengaruh terhadap tubuh individu. Peningkatan suhu secara ekstrim akan
mempengaruhi struktur protein dan enzim, sehingga tidak dapat berfungsi secara
maksimal. Hal tersebut dapat mengganggu pelaksanaan barbagai reaksi metabolik
yang dibutuhkan. Contoh termoreseptor adalah badan ruffini (panas), dan badan
Krause (dingin).
C. Metode
1. Pengecap
Pada praktikum indera pengecap terdapat alat yang disiapkan oleh praktikan
meliputi cotton bud, palate cat air, gelas, gelas kimia, dan tissue/kapas. Sedangkan
larutan garam, larutan cuka, larutan gula, es batu, larutan kina, larutan MSG, dan air
putih juga disediakan oleh praktikan. Sebelum melakukan praktikum, tabel data sudah
dibuat oleh praktikan. Langkah awal yang dilakukan adalah membersihkan gigi dan
gusi yang dilakukan oleh probandus. Selanjutnya cairan dituangkan kedalam palate
cat air oleh praktikan dan diberi larutan yang berbeda di setiap cairan.
Probandus diminta menutup mata oleh praktikan, supaya dia tidak mengetahui
larutan apa yang digunakan. Langkah yang ke-empat yaitu cotton bud disentuhkan
pada beberapa daerah lidah oleh praktikan kepada probandus, praktikan akan
bertanya kepada probandus tentang rasa apa yang dia rasakan. Bila jawaban
probandus sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka tabel data diberi tanda + oleh
praktikan yang menuji dan bila tidak sesuai maka tabel data diberi tanda – oleh
praktikan yang menguji. Intensitas rasa pada setiap daerah lidah yang diuji ditandai
oleh praktikan dengan tanda – (tidak terasa), + (kurang terasa), ++ (terasa), dan +++
(sangat terasa). Percobaan ini perlu diulangi oleh praktikan dan probandus dengan
cotton bud yang berbeda di setiap larutan.
Dalam setiap penggantian larutan, mulut akan dibersihkan terlebih dahulu oleh
probandus yang berperan dengan berkumur. Selanjutnya setelah semua larutan diuji
cobakan oleh praktikan, maka probandus bertugas mengulum es selama beberapa
detik. Percobaan ini kemudian diulangi lagi dengan cara yang sama seperti
sebelumnya oleh praktikan dan probandus. Berdasarkan hasil percobaan tabel data
akan dicek kembali oleh probandus dan praktikan, kemudian data tabel akan
dijadikan acuan dalam membuat laporan praktikum fisiologi hewan.
2. Pembau

Pada praktikum indera pembau terdapat alat dan bahan yang dipersiapkan oleh
praktikan, diantaranya botol flaxon, Stopwatch, minyak angin, dan parfum. Dalam
melaksanakan praktikum indera pembau, subjek tidak boleh flu/pilek. Sebelum
melaksanakan praktikum, tabel data sudah dipersiapkan lebih dahulu oleh praktikan
yang bertugas mencatat hasil percobaan. Langkah pertama dalam praktikum indera
pembau ialah bahan uji dituangkan kedalam botol flaxon oleh praktikan. Selanjutnya
hidung sebelah kiri subjek ditutup, bahan ditempatkan kurang lebih 15 cm dari
hidung praktikan.

Selanjutnya, tutup flaxon dibuka dan tangan praktikan dikibaskan 1 kali.


ketika praktikan membaui menggunakan lubang hidung yang terbuka, praktikan harus
bernafas dengan tenang dalam keadaan mulut tertutup. Waktu dimulainya proses
membaui hingga bau bahan tersebut tidak terasa lagi (Olfactory Fagutie Times) akan
dicatat oleh praktikan yang bertugas mencatat hasil percobaan. Botol flaxon
kemudian ditutup kembali dan mengulangi langkah ke 3 dan 4 untuk bahan lainnya
segera setelah OFT untuk bahan pertama tercapai. Percobaan diulangi hingga 3 kali
oleh praktikan dan subjek, kemudian dihitung rata-rata OFT. Setelah tercapai semua
OFT untuk semua bahan, praktikan diminta untuk membuka lubang hidung.
Berurutan dari bahan pertama hingga kedua, tangan praktikan dikibaskan dan
praktikan akan bertanya kepada subjek apakah dia kesulitan mencium bau atau tidak.
langkah yang terakhir ialah mencatat hasil percobaan yang kemudian akan dijadikan
acuan dalam pembuatan laporan praktikum.

3. Reseptor pada kulit

Pada praktikum reseptor pada kulit terdapat beberapa alat yang dipersiapkan
oleh praktikan, diantaranya penggaris, jarum pentul, jangka, gelas kimia, dan pulpen.
Sedangkan bahan yang dipersiapkan diantaranya air putih dan air dingin. Langkah
pertama adalah membuat kotak diatas punggung tangan praktikan berukuran 2,8 kali
2,8 cm dan dibagi menjadi 64 kotak oleh praktikan yang bertugas mencatat hasil. 1
buah jarum pentul dimasukkan kedalam air panas dan 1 jarum lainnya di air dingin
oleh praktikan. Ditunggu selama 5 menit, kemudian masing-masing jarum
disentuhkan sebentar ke dalam kotak bujur sangkar pada praktikan yang berperan
secara berurutan. Jarum pentul kemudian dimasukkan lagi kedalam air panas dan air
dingin oleh praktikan untuk menjaga suhunya tidak berubah. Hasil dari percobaan
dicatat oleh praktikan yang bertugas, diberi tanda (+) untuk kotak yang merasakan
dan tanda (-) untuk kotak yang tidak merasakan.

Untuk praktikum reseptor sentuhan diawali dengan menutup mata praktikan


menggunakan sapu tangan dengan salah satu tangannya diletakkan diatas meja oleh
praktikan yang bertugas. Kaki jangka diletakkan pada jarak 3 cm dan disentuhkan
dengan tekanan ringan kedua kaki jangka secara bersama-sama pada bagian ventral
lengan bawah praktikan yang berperan. Jika yang dirasakan oleh praktikan adalah 2
titik, maka diperkecil jarak antara kedua kaki jangka oleh praktikan yang bertugas.
Namun apabila praktikan yang berperan hanya merasakan 1 titik, maka diperbesar
jarak antara kedua kaki jangka oleh praktikan yang bertugas. Data yang diperoleh
kemudian dicatat oleh praktikan yang bertugas mencatat hasil percobaan. Kegiatan
tersebut diulangi pada lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral dan
dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk, dan bibir.

4. Refleks pupil

Pada praktikum refleks pupil terdapat alat yang disediakan oleh praktikan,
diantaranya penggaris, senter, dan Stopwatch. Refleks pupil terbagi menjadi dua,
yakni refleks pupil terhadap intensitas cahaya dan refleks pupil terhadap akomodasi
mata. pada praktikum refleks pupil terhadap intensitas cahaya, langkah pertama yang
dilakukan adalah menggunakan ruangan terang dan penggaris diletakkan dibawah
salah satu mata praktikan yang berperan. Praktikan yang berperan diminta untuk
menutup mata oleh praktikan yang bertugas. Selanjutnya praktikan yang berperan
memejamkan mata diminta secara mendadak oleh praktikan yang bertugas untuk
membuka mata. Kemudian diameter pupil praktikan yang berperan diukur oleh
praktikan yang bertugas sekaligus mencatat waktu yang diperlukan untuk terjadinya
refleks pupil.

Langkah selanjutnya adalah menggunakan ruangan gelap dan penggaris


diletakkan dibawah salah satu mata praktikan yang berperan sambil menutup mata.
Praktikan yang berperan akan diberi tanda untuk membuka mata, dan ketika mata
dibuka oleh praktikan maka mata akan diterangi menggunakan senter dan diukur
diameter pupilnya oleh praktikan yang bertugas. Waktu yang diperlukan untuk
terjadinya refleks pupil dicatat oleh praktikan yang bertugas mencatat hasil
percobaan. Hasil yang diperoleh dari ruangan gelap dibandingkan dengan
sebelumnya.

Pada praktikum refleks pupil terhadap akomodasi mata, langkah pertama yang
dilakukan adalah mengukur diameter pupil pada keadaan normal praktikan yang
berperan dengan meletakkan penggaris dibawah salah satu matanya. Praktikan yang
berperan diminta untuk melihat benda-benda yang jauh oleh praktikan yang bertugas
dan kemudian diukur diameter pupilnya oleh praktikan yang bertugas mencatat hasil
percobaan. Selanjutnya praktikan yang berperan diminta untuk melihat benda-benda
yang dekat oleh praktikan yang bertugas dan diukur diameter pupilnya oleh praktikan
yang bertugas mencatat hasil percobaan. Pada jarak yang sama, percobaan diulangi
pada praktikan yang memiliki mata minus dan hasilnya dibandingkan. Pengujian
dilakukan oleh praktikan dengan tanpa menggunakan kacamata.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Pengecap

Bagian Sebelum mengulum es batu Sesudah mengulum es batu


lidah
UL TLD TLB PL LT UL TLD TLB PL LT
Manis +++ + +++ + ++ +++ - - - ++
Asin ++ +++ +++ +++ +++ + +++ ++ +++ +++
Masam ++ +++ +++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ ++
Pahit - +++ ++ +++ ++ ++ ++ - ++ ++
Gurih - ++ ++ ++ + - - - ++ ++

Pembahasan :

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa kepekaan indera pengecap salh


satunya dipengaruhi oleh letak titik pengecap. Manis lebih terasa pada lidah
bagian ujung lidah dan tepi lidah belakang. Asin lebih terasa pada lidah bagian
tepi lidah depan, tepi lidah belakang, pangkal lidah, dan lidah tengah. Masam
lebih terasa pada lidah bagian tepi lidah depan, tepi lidah belakang, pangkal lidah,
dan lidah tengah. Pahit lebih terasa pada lidah bagian tepi lidah depan, tepi lidah
belakang, dan pangkal lidah. Sedangkan gurih terasa pada tepi lidah depan, tepi
lidah belakang, dan pangkal lidah.

Kepekaan/sensitivitas rasa pada lidah dipengaruhi oleh 4 macam rasa


kecapan. Sensitivitas rasa manis berada pada ujung lidah, kemudian sensitivitas
rasa asin berada pada tepi lidah depan dan belakang. Sedangkan sensitivitas rasa
pahit berada pada pangkal lidah. Pada tabel diatas, larutan yang diletakkan pada
titik sensitivitas lidah yang sesuai akan sangat terasa (+++). Sedangkan larutan
yang diletakkan pada titik sensitivitas lidah yang tidak sesuai akan kurang terasa
(+), hanya terasa (++), atau bahkan tidak terasa (-).

Setelah probandus mengulum es batu selama beberapa detik, terjadi


perubahan sensitivitas indera pengecap. Rasa manis menjadi tidak terasa pada 3
titik lidah, yaitu tepi lidah depan, tepi lidah belakang, dan pangkal lidah.
Sedangkan rasa manis sangat terasa pada bagian ujung lidah dan lidah tengah.
Rasa asin sangat terasa pada lidah bagian tepi lidah depan, pangkal lidaj, dan
lidah tengah. Rasa masam sangat terasa pada tepi lidah depan, tepi lidah belakang,
dan pangkal lidah. Rasa pahit hanya terasa pada ujung lidah, tepi lidah depan,
pangkal lidah, dan tengah lidah. Rasa pahit tidak terasa pada lidah bagian tepi
lidah belakang. Terakhir rasa gurih hanya terasa pada lidah bagian pangkal, dan
tengah lidah. Rasa gurih sama sekali tidak terasa pada bagian ujung lidah, tepi
lidah depan, dan tepi lidah belakang.

Hasil tersebut diperoleh karena sensitivitas lidah sedikit berubah terhadap


suhu es batu didalam mulut. Anterior lidah merupakan bagian milik praktikan
yang paling sensitif terhadap pengenalan suhu. Hal ini dikarenakan terdapat
banyak papila pada lidah, semakin banyak papila maka semakin sensitive
pula terhadap adanya suatu rangsangan terutama suhu. Makanan yang sangat
dingin seperti es dan minuman dingin dapat menurunkan kepekaan reseptor suhu,
oleh karena itu konsentrasi tinggi diperlukan untuk mempertahankan rasa. Suhu
makanan dan minuman akan mempengaruhi putik pengecap (taste bud) untuk
menangkap rangsangan rasa. Makanan dan minuman dengan suhu sangat dingin
dapat membius putik pengecap menjadi kurang peka, menjadi tidak peka lagi,
menyebabkan cedera, atau bahkan kematian sel yang pada umumnya tidak
disadari oleh kebanyakan individu.

2. Pembau

No Bahan Uji OFT OFT OFT Rata-Rata


Percobaan I Percobaan II Percobaan OFT
III
1 Minyak 23,62 s 07,99 s 31,42 s 21,01 s
angin
2 Parfum 07,73 s 07,47 s 08,40 s 07,87 s

Pembahasan :
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa indera pembau dapat membaui
bahan dalam waktu yang berbeda-beda. Pada minyak angin OFT 1, hidung probandus
dapat membaui selama 23,62 second. Pada OFT 2, hidung probandus dapat membaui
selama 07,99 second. Pada OFT 3, hidung probandus dapat membaui selama 31,42
second dan rata-rata OFT nya adalah 21,01 second. Pada parfum OFT 1, hidung
probandus dapat membaui selama 07,73 second. Pada OFT 2, hidung probandus
dapat membaui selama 07,47 second. Pada OFT 3, hidung probandus dapat membaui
selama 08,40 second dan rata-rata OFT nya adalah 07,87 second.
Indera penciuman dikendalikan oleh olfaktori. Olfaktori organ berlokasi di rongga
nasal yang terdiri dari dua lapisan yaitu epitelium olfaktori dan lamina propria.
Epitelium olfaktori ini mengandung sel-sel reseptor. Lamina propria ini berisi
jaringan areolar dengan pembuluh darah dan saraf, pada lapisan ini juga terdapat
kelenjar olfaktori untuk sekresi air dan pembentukan mukus. Mekanisme penciuman
diawali ketika seseorang menarik nafas melalui hidung lalu udara memasuki rongga
hidung menuju organ olfaktori menuju epitelium olfaktori lalu mukosa olfaktori dan
mengintensifkan stimulasi pada reseptor penciuman dimana akson mengantarkannya
pada saraf kranial pertama dan pada talamus terjadilah sinaps. Hal ini menyediakan
mekanisme sentral dan terjadi adaptasi pada sensitivitas olfaktori dimana akson
menuju olfaktori hipotalamus dan penciuman dapat diterjemahkan.
Pada hidung, respons terhadap rangsangan kemosensori trigerminal meliputi
nyeri, iritasi, bersin, air liur, vasodilatasi yang mengakibatkan penyumbatan hidung,
robekan, secret hidung, berkeringat, penurunan laju pernafasan, dan bronkokonstriksi.
Pada praktikum, salah satu lubang hidung probandus ditutup sehingga mempengaruhi
respons terhadap rangsangan kemosensori trigerminal. Deteksi bau secara fisik
dimulai dengan mengendus, menghasilkan aliran udara yang bergejolak yang
membawa bau ke epitel penciuman oleh pendamping yang disebut protein pengikat
bau. Diperkirakan hal tersebut mempercepat pengakutan bau ke reseptornya di
permukaan dan juga membantu menghilangkannya untuk menghilangkan sinyal.
3. Reseptor pada kulit
 Hasil percobaan reseptor suhu pada kulit menggunakan air panas (perempuan)

- + + + + + + -
- + + + + + + -
- + + + + + + -
- + + + + + + +
- + + + + + + -
- - - - + + + +
+ + + + + + + -
+ + + + - + + -
 Hasil percobaan reseptor suhu pada kulit menggunakan air dingin
(perempuan)

- + + + + + - +
+ + + + + - - +
+ + + + - - + +
+ + + + - + + +
+ + + - + + - -
+ + + + + - + -
+ + + + + - + +
+ + + + + + + +
 Hasil percobaan reseptor suhu pada kulit menggunakan air panas (laki-laki)

+ + + + + + + +
+ + + + + + + +
+ + + - - - + +
+ + + - - - - +
+ + - - + + - +
+ + + + + + + +
+ - - + - - - +
- - - - - - - -
 Hasil percobaan reseptor suhu pada kulit menggunakan air dingin (laki-laki)

+ + + + + + + +
+ + + + + - + +
+ + + + + + + +
+ + + + + - + +
+ + + + + + + +
+ + - + + - - +
+ + + + + - - +
+ + + + + + + +
 Hasil percobaan reseptor kulit dengan jangka (perempuan)

No Bagian Jarak kaki jangka


tubuh 3,0 cm 2,5 cm 2,0 cm 1,5 cm 1,0 cm 0,5 cm
1 Lengan - - - - + -
bagian
ventral
2 Lengan - - - + - -
bagian dorsal
3 Telapak - - - - - +
tangan
4 Telapak - - - - + -
tangan
ventral
5 Ujung jari - - + - - +
kiri
6 Ujung jari - - - - - +
kanan
7 Dahi - - + - + -
8 Bibir - - - - - +
9 Pipi - - - + - -
 Hasil percobaan mekanoreseptor kulit dengan jangka (laki-laki)

No Bagian Jarak kaki jangka


tubuh 3,0 cm 2,5 cm 2,0 cm 1,5 cm 1,0 cm 0,5 cm
1 Lengan + + + - - -
bagian
ventral
2 Lengan + + + + - -
bagian dorsal
3 Telapak + + + + + -
tangan
4 Telapak + + + + + -
tangan
ventral
5 Ujung jari + + + + + +
kiri
6 Ujung jari + + + + + +
kanan
7 Dahi + + + - - -
8 Bibir + + + + + +
9 Pipi + + + + + -

Pembahasan :
Berdasarkan tabel diatas diatas, diperoleh hasil reseptor suhu suhu pada
kulit menggunakan air panas & air dingin serta reseptor kulit menggunakan
jangka. Pada percobaan reseptor suhu kulit menggunakan air panas terdapat
beberapa titik kulit secara berurutan yang tidak merasakan sentuhan.
Sedangkan pada percobaan reseptor suhu kulit menggunakan air dingin
terdapat penyebaran yang lebih merata diantara titik-titik kulit yang tidak
merasakan panas. Hasil percobaan terakhir reseptor kulit menggunakan jangka
diperoleh data jarak jangka yang berbeda-beda pada tiap lokasi kulit.
Hal tersebut dikarenakan dibawah kulit, setidaknya ada 5 jenis sel saraf
reseptor yang menerima informasi berbeda, diantaranya :
a. Ruffini : merupakan sel saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan
suhu panas.
b. Krause : merupakan sel-sel saraf pada kulit yang peka terhadap rangsang
suhu dingin.
c. Paccini : merupakan sel saraf yang terdapat pada lapisan kulit. Sel saraf ini
sangat peka terhadap rangsang tekanan dan sentuhan yang kuat.
d. Meissner : merupakan sel saraf yang berfungsi hampir sama dengan sel
paccini akan tetapi sel meissner peka terhadap tekanan dan sentuhan yang
ringan.
e. Ujung saraf bebas :
 Ujung saraf bebas sensitif terhadap rangsang rasa sakit
 Ujung saraf ruffini sensitif terhadap rasa nyeri.
 Ujung saraf merkel sensitif terhadap rasa panas.
 Ujung saraf paccini sensitif terhadap rasa tekan/tekanan.
 Ujung saraf meissner sensitif terhadap rasa raba/rabaan.
 Ujung saraf Krause sensitif terhadap rasa dingin.

Kerja dari kelima sel syaraf tersebut dikelompokkan menjadi 3 reseptor, yaitu
termoreseptor, mekanoreseptor, dan reseptor rasa sakit. Mekanoreseptor pada terdapat
di ujung jari, bibir, telapak kaki, dan alat kelamin. Ujung-ujung reseptor rabaan juga
terdapat pada folikel rambut didalam lapisan dermis. Bila suatu rangsangan tertentu,
semisal panas mengenai kulit tubuh maka rangsangan tersebut akan diterima oleh
ujung saraf peraba kulit (reseptor untuk panas). Selanjutnya, rangsangan diteruskan
oleh saraf sensori ke pusat peraba di otak yang kemudian rangsangan diolah dan
diartikan sehingga kita dapat merasakan panas. Hal tersebut juga berlaku pada suhu
dingin, maupun rasa sentuhan pada percobaan yang dilakukan menggunakan jangka.
Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap keberadaan reseptor suhu pada kulit karena
penyebaran reseptor pada kulit antara laki-laki dan perempuan sama-sama tidak rata
dan menyebar satu sama lain.

4. Penglihatan (Reseptor pada mata)


 Hasil percobaan refleks pupil terhadap intensitas cahaya
a. Mata normal
Percobaan Diameter Diameter Waktu
Praktikan pupil awal pupil
dalam setelah
kondisi tutup mata
ruang terang 1. 0,4 cm 0,5 cm 02,65 s
2. 0,3 cm 0,4 cm 03,22 s
3. 0,3 cm 0,4 cm 02,08 s
Total 1 cm 1,3 cm 7,95 s
Rata-rata 0,3 cm 0,43 cm 2,65 s

Percobaan Diameter Diameter Waktu


pupil awal pupil setelah
Praktikan tutup mata
dalam 1. 0,3 cm 0,2 cm 01,44 s
kondisi 2. 0,4 cm 0,3 cm 01,30 s
ruang gelap 3. 0,5 cm 0,3 cm 01,49 s
Total 1,2 cm 0,8 cm 4,23 s
Rata-rata 0,4 cm 0,26 cm 1,41 s

Pembahasan :
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa terjadi refleks pada pupil
dimana stimulusnya adalah cahaya. Bila cahaya masuk ke mata dengan
intensitas yang besar maka pupil akan bereaksi dengan mengecil supaya
cahaya yang masuk tersebut tidak terlalu banyak. Hanya terdapat sedikit
perbedaan ukuran pupil dan waktu yang dibutuhkan dari ruangan terang serta
gelap. Terlihat bahwa pupil mata probandus mengecil karena perubahan dari
tempat terang ke tempat gelap. Pada mata probandus yang tidak ditutup,
pupilnya akan terlihat membesar walau cahaya tidak berubah. Sedangkan pada
mata yang ditutup itu dibuka maka terlihat pupil matanya mengecil.
Pengaturan diameter pupil bekerja dengan cara :
a. Rangsangan syaraf parasimpatis merangsang otot sfingter pupil,
sehingga memperkecil syaraf pupil.
b. Rangsangan syaraf simpatis merangsang serabut radial iris dan
menimbulkan dilatasi (pembesaran pupil).

Ketika cahaya disinari kedalam mata, maka pupil akan mengecil. Ketika
cahaya mengenai impuls yang awalnya berjalan melalui nervus optikus
selanjutnya ke nukleus edinger westphal dan akhirnya kembali melalui syaraf
parasimpatis untuk mengkonstruksikan sfinger iris. Dalam ruangan gelap,
refleks ini dihambat sehingga terjadi dilatasi pupil. Fungsi refleks cahaya
adalah membantu mata untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap
keadaan perubahan cahaya.
Pupil mata yang terkena cahaya senter secara tiba-tiba akan mengecil
dibanding pupil mata yang tidak terkena cahaya senter. Mata yang terkena
cahaya senter secara tiba-tiba akan mengecil dan cepat, sedangkan mata yang
tidak terkena cahaya tiba-tiba maka pupilnya akan mengecil secara lambat dan
iris mendekat secara lambat. Pupil bergantung dari iris atau semacam otot
kecil. Iris mendekati jika cahaya yang masuk terlalu terang dan iris menjauhi
jika cahaya terlalu redup. Ketika mata tidak siap saat terkena cahaya maka
pupil akan memgecil secara langsung, sedangkan ketika siap maka pupil akan
mengecil secara perlahan.

 Hasil percobaan refleks pupil terhadap akomodasi mata


a. Mata minus

Percobaan Normal Benda dekat Benda jauh


Ruang 1. 0,4 0,5 0,3
terang 2. 0,4 0,4 0,2
3. 0,5 0, 0,2
Percobaan Normal Benda dekat Benda jauh
Ruang 1. 0,5 0,6 0,6
gelap 2. 0,4 0,4 0,4
3. 0,4 0,6 0,6

b. Mata normal

Percobaan Normal Benda dekat Benda jauh


Ruang 1. 0,5 0,3 0,2
terang 2. 0,4 0,2 0,3
3. 0,4 0,3 0,3

Percobaan Normal Benda dekat Benda jauh


Ruang gelap 1. 0,5 0,4 0,4
2. 0,5 0,3 0,3
3. 0,5 0,2 0,3
Pembahasan :

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil percobaan refleks pupil terhadap


akomodasi mata pada mata minus dan normal. Mekanisme akomodasi pada mata
normal maupun minus yaitu lensa menempel pada otot siliaris mata oleh serat
elastis yaitu zonula (ligamentum suspensorium). Sewaktu otot siliaris melemas,
ligamentum suspensorium menjadi tegang, menimbulkan peregangan pada lensa,
sehingga lensa menjadi datar dan lemah. Sewaktu otot siliaris berkontraksi,
ligamentum suspensorium melemas dan tegangan pada lensa berkurang. Lensa
kemudian dapat memulihkan bentuknya yang lebih bulat.

Ketika mata melihat benda jauh pupil akan menjadi sangat kecil apabila
dibandingkan dengan mata ketika keadaan normal dan ketika mata akan melihat
benda jauh. Hal ini terjadi karena ketika melihat objek yang jauh otot siliaris
berelaksasi sehingga lensa menjadi memipih, sedangkan saat melihat objek yang
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga lensa mata menjadi menebal. Selain itu,
saat melihat objek yang jauh cahaya akan lebih banyak masuk ke dalam pupil,
sehingga pupil akan mengatur cahaya tersebut dan adanya Pupil berubah
membesar juga disebabkan karena saat melihat objek yang dekat cahaya yang
masuk ke dalam pupil sangat sedikit sehingga pupil membesar untuk memenuhi
kebutuhan cahaya dan berkontraksinya serabut otot yang terletak radial pada pupil
(wibowo. 2005).

E. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari empat percobaan
diatas. Yang pertama indera pengecap, faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas
indera pengecap diantaranya letak titik pengecap (manis, asin/gurih, pahit, dan masam).
Faktor lain yang mempengaruhi indera pengecap adalah suhu dingin. Ketika suhu
didalam mulut dingin saat mengulum es batu, maka dapat menurunkan kepekaan reseptor
suhu karena suhu sangat dingin dapat membius putik pengecap menjadi kurang peka,
menjadi tidak peka lagi, menyebabkan cedera, atau bahkan kematian sel yang pada
umumnya tidak disadari oleh kebanyakan individu.
Yang kedua indera pembau, faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas indera
pembau diantaranya jenis kelamin, usia, penyakit, penurunan laju pernafasan,
berkeringat, dan sumbatan hidung. Pada praktikum yang telah dilaksanakan, salah satu
lubang hidung probandus berjenis kelamin perempuan ditutup namun tetap dapat
mencium bau dengan baik dan waktu yang tidak sebentar. Seiring dengan bertambahnya
jumlah usia, maka semakin berkurang pula sensitivitas indera pembau. Selanjutnya,
penyakit seperti flu dan sejenisnya dapat menyebabkan sumbatan pada lubang hidung dan
mengurangi sensitivitas indera penciuman.
Yang ketiga gambaran reseptor suhu pada kulit, bahwa kulit merupakan reseptor
tubuh yang paling luas dan paling pertama menerima informasi dari lingkungan. Sel-sel
saraf tersebar tidak merata di seluruh permukaan kulit. Dibawah kulit, setidaknya ada
lima jenis sel saraf reseptor yang menerima informasi berbeda, diantaranya ruffini,
Krause, paccini, meissner, dan ujung saraf bebas. Bila suatu rangsangan suhu tertentu
mengenai tubuh maka rangsangan akan diterima oleh ujung saraf dan diteruskan oleh
saraf sensori ke pusat di otak. Di otak, rangsangan di olah dan diartikan sehingga kita
dapat merasakan suhu apa yang mengenai tubuh. Jenis kelamin tidak berpengaruh
terhadap reseptor suhu pada kulit.
Yang terakhir mengenai reseptor pada mata. Refleks pupil dipengaruhi oleh
intensitas cahaya. Cahaya adalah stimulus yang apabila cahaya itu masuk kedalam mata
dengan intensitas yang besar, maka pupil akan bereaksi dengan mengecil agar cahaya
yang masuk tersebut tidak terlalu banyak. Dalam keadaan gelap refleks ini dihambat
sehingga terjadi dilatasi pupil. Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata untuk
beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya. Mengecilnya pupil
mata dikarenakan menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang masuk itu banyak,
sedangkan membesarnya pupil itu karena intensitas cahaya yang masuk sedikit.
Refleks pupil terhadap akomodasi mata berbeda dengan refleks pupil terhadap
intensitas cahaya. Diameter pupil akan mengecil ketika melihat benda jauh karena ketika
melihat objek yang jauh maka otot siliaris berelaksasi sehingga lensa menjadi memipih.
Ketika melihat benda dekat, pupil membesar dikarenakan otot siliaris berkontraksi
sehingga lensa mata menjadi menebal.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiana, V.K. (2010). Peningkatan Ambang Persepsi dan Ambang Identifikasi


Pengecapan Akibat Minuman Dingin Rasa Manis. JKM, 10 (1), 55-60.

Saito, N., Yamano, E., Ishii, A., Tanaka, M., Nakamura, J., & Watanabe, Y. (2018).
Involvement of The Olfactory System In The Induction of Antifatigue Effects by Odorants.
PLOS ONE, 13 (3). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0195263

Pratiwi, M., & Rahmayani, F. (2021). Alternating Hemiparesis:Care Report.


JIMKI:Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 9(1)), 143-148. https://doi.org?
10.53366/jimki.v9i1.329

Bergamin, O., & Kardon, R.K. (2023). Investigative Ophthamology & Visual Science.
An Arvo Journal, 44, 1546-1554. https://doi.org/10.1167/iovs.02-0468

Velu, S.G. (19910. Human Ppupillary Light Reflex And Reaction Time At Different
Intensity Of Light Stimulation (a Simple Motor Reaction To Modify The Human Pupillogram).
International Journal of Psychophysiology, 2(3), 261-268.

National Library of Medicine. 6 Mei 2023. Fisiologi, Sistem Sensorik. Diakses pada 2
November 2023, dari https://www.gramedia.com/best-seller/cara-menulis-daftar-pustaka-dari-
internet/

Stella maris. 19 Januari 2021. Mengulas Pengertian Sensorik Beserta Hal Lain Termasuk
Perkembangan Sensorik Anak. Diakses pada 2 November 2023, dari
https://stella-maris.sch.id/pengertian-sensorik/

Britanica. 22 Maret 2018. The Senses of Taste and Smell. Diakses pada 5 November
2023, dari https://www.britannica.com/science/chemoreception/The-senses-of-taste-and-smell

Kesit Ivanali. 2019. Modul Definisi dan Klasifikasi Reseptor Sensorik. Jakarta :
Universitas Esa Unggul.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai