Anda di halaman 1dari 14

Tanggal Praktikum : Kamis, 29 September 2022

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Wasmen


Manalu
Kelompok Praktikum : P9
Asisten : Aurelia Huriyah Fathin Darmawan
(B04190014)

SISTEM SARAF PUSAT III

Disusun oleh:

1. M. Risky Munandar B0401201074


2. Adiba Fairuz Syakira B0401211071
3. M. Nur Irfan B0401211082
4. Richard Fisabilillah H. B0401211083

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
IPB UNIVERSITY
2022
PENDAHULUAN

Dasar Teori
Sistem somatosensoris adalah bagian dari sistem sensorik yang berkaitan dengan
persepsi sadar akan sentuhan, tekanan, nyeri, suhu, posisi, gerakan, serta getaran yang muncul
dari otot, persendian, kulit, dan fasia. Sistem somatosensoris disampaikan melalui jalur sumsum
tulang belakang, batang otak, dan inti relai talamus ke korteks sensorik di lobus parietal.
Rangsangan somatik dapat mempengaruhi fungsi viceral sehingga terjadi refleks somatoviceral
(Chen et al. 2013). Sistem ini mengindera keadaan fisik tubuh berdasarkan beberapa informasi
seperti merangsang mekanis taktik (permukaan tubuh), propriosepsi (posisi dan gerak tubuh),
nosisepsi (nyeri pada tubuh), dan temperatur (rangsangan panas/dingin).
Sistem saraf juga mengatur sistem refleks pada tubuh melalui lengkung reflek. Lengkung
reflek merupakan jalan pintas yang berawal dari reseptor penerima rangsang, menuju sistem
saraf pusat oleh saraf sensori, diterima set saraf penghubung, dan dikirim kembali ke efektor
tanpa ada pengolahan informasi di otak (Suharto 2012). Tidak adanya pengolahan informasi di
otak disebabkan oleh gerakan refleks yang terjadi sangat cepat dan secara tidak disadari (Annisa
et al. 2019). Beberapa contoh gerakan refleks adalah berkedip, bersin, batuk, pupil mata yang
membesar dan mengecil. Gerakan refleks terbagi menjadi dua macam, yaitu refleks
monosinaptik dan refleks polisinaptik. Refleks monosinaptik adalah gerakan refleks paling
sederhana yang melalui dua jenis neuron saja, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Refleks
polisinaptik adalah gerakan refleks kompleks yang melalui neuron sensorik, neuron motoric, dan
neuron delay. Pada refleks polisinaptik, impuls akan masuk ke medula spinalis terlebih dahulu
(Utami 2022).
Sistem refleks terbagi ke dalam tiga yaitu, refleks eksteroseptif, refleks propioseptif, dan
refleks interoseptif (viseral). Refleks eksteroseptif adalah refleks yang dihantarkan oleh reseptor
yang terletak di atau dekat dengan tubuh (Huck et al. 2005). Contoh refleks ini adalah refleks
pada kulit dan indera. Refleks proprioseptif adalah refleks yang menghantarkan aktivitas aferen
yang abnormal ke refleks regangan. Refleks ini contohnya ada pada refleks dalam, seperti refleks
otot, tendon, dan periosteum. Refleks interoseptif merupakan refleks yang berhubungan dengan
aktivitas organ dalam, seperti tractus gastrointestinal, paru-paru, dan tractus urogenital. Refleks-
refleks ini dapat diperiksa dengan berbagai cara di antaranya adalah pemeriksanaan refleks dalam
dan refleks regang dengan palu refleks serta pemeriksaan refleks superfisial dengan jarum
tumpul atau benda tumpul lainnya.

Tujuan
Praktikum bertujuan mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba, dan tekan di kulit,
memeriksa kemampuan pengenalan atau diskriminasi benda, dan memeriksa berbagai refleks
tubuh.
METODE
1. SENSORIK UMUM

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum adalah stempel dengan garis kotak-kotak berjarak 1
mm x 1 mm, batang logam, jarum pentul, pensil, estesiometer Von Frey, jangka Weber,
penggaris, penutup mata (sapu tangan), dan beker glass. Bahan yang digunakan adalah air es,
air hangat 40 C, air suhu kamar, dan eter atau alkohol.

Prosedur Kerja

A. Mekanoreseptor
A.1 Penentuan letak reseptor di kulit
Pertama, kulit pada telapak tangan kiri bagian tengah dibatasi dengan menggunakan stempel.
Lalu, kertas juga distempel untuk mencatat hasil percobaan. Kedua, estesiometer Von Frey
disentuh pada kotak terkecilnya dengan orang percobaan (op) tidak boleh melihat ke arah tempat
percobaan. Bila op merasakan adanya sentuhan, op memberi kode dengan jari tangan kanan ke
pemeriksa. Lalu, kertas pencatat hasil ditandai pada kotak yang sama. Ketiga, letak reseptor sentuh
ditentukan bagiannya pada telapak tangan. Percobaan yang sama diulang pada bagian lain tubuh,
yaitu lengan bawah bagian volar, pipi, dan kuduk.

A.2. Topognosis- Kemampuan diferensiasi


Pertama, mata op ditutup dengan sapu tangan. Kedua, ujung pinsil ditekan dengan agak kuat
pada kulit hingga meninggalkan lekukan di kulit. Ketiga, op diminta untuk menentukan tempat
penekanan menggunakan pensil dalam keadaan mata masih tertutup. Keempat, jarak antara kedua
titik (titik penekanan dan titik yang ditunjukkan op) diukur. Jarak ini merupakan ukuran kesalah-
tafsiran atau kemampuan diferensiasi op yang bersangkutan. Percobaan yang sama dilakukan
kembali pada kulit ujung jari, lengan bawah bagian media, dan kuduk.

A.3. Diskriminasi dua titik


Pertama, dua kaki jangka Weber ditekankan pada kulit dengan jarak ke dua kaki jangka terkecil
yang dirasakan op sebagai satu titik. Kedua, jarak kedua kaki jangka dijauhkan sebesar 2 mm setiap
kali menjauhkan jangka. Lalu, jarak diukur saat op sudah merasakan kedua kaki jangka sebagai
dua titik terpisah. Hal yang sama dilakukan kembali, tetapi percobaan lain diawali dengan jarak
terjauh ke dua kaki jangka yang nyata dirasakan sebagai 2 titik. Keempat, jarak kedua kaki jangka
didekatkan sebesar 2 mm setiap kali mendekatkan jangka. Lalu, jarak kedua kaki jangka diukur
saat op merasakan kedua kaki jangka hanya sebagai satu titik saja. Percobaan mendekatkan dan
menjauhkan jangka dilakukan kembali dengan du acara lain, yaitu kedua kaki jangka ditekankan
berurutan (suksesif) dan secara bersamaan (simultan). Jarak diskriminasi dua titik ditentukan juga
pada kulit ujung jari tangan, punggung tangan, lengan bawah, dan lengan atas. Hasil kedua cara
penentuan diskriminasi dua titik (menjauhkan dan mendekatkan kaki jangka) dibandingkan.
B. Reseptor Suhu
B.1 Sifat rasa panas dan dingin
Air es, air hangat dan air biasa diisikan masing-masing ke dalam beker glass. 1 jari tangan
kanan dimasukan ke dalam air es dan 1 jari tangan kiri ke dalam air hangat. Apakah kesangrasa-
rasa dingin dan panas itu dirasakan secara terus-menerus? Mengapa demikian? Kemudian
kedua jari tadi dimasukan secara serentak ke dalam air suhu kamar. Laporkan perbedaan yang
dirasakan oleh kedua jari dan terangkan? Punggung tangan kiri op di tempatkan di depan mulut
sejauh ± 5 cm. Kulit tangan dihembuskan dengan udara pernapasan secara perlahan, apa yang
saudara rasakan? Apa sebabnya? Percobaan diulangi dengan punggung tangan dibatasi air
biasa. Mengapa terasa dingin? Percobaan diulangi dengan punggung tangan dibatasi
eter/alkohol. Mengapa timbul rasa dingin terlebih dahulu yang kemudian diikuti rasa panas?

2. REFLEKS

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum adalah reflex hammer (palu refleks), senter, penggaris,
dan stopwatch. Bahan yang digunakan pada praktikum adalah kapas atau benang.

Prosedur Kerja

A. Refleks Superfisial
A.1 Refleks membrana mukosa

1. Refleks kedip mata (corneal reflex)


Langkah pertama mata disentuh dengan menggunakan kapas atau benang. Bagian mata yang
disentuh yakni kornea mata. Kapas di sedikit digulung agar membentuk sepeti gulungan
panjang. Kemudan kapas disentuhkan dengan kornea. Dari percobaan yang dilakukan, mata
yang disentuh dengan kapas maka mata akan berkedip.
2. Refleks Plantar
Langkah pertama, telapak kaki digaruk atau digores dengan ujung gagang reflex hammer.
Plantar fleksi dari jari-jari kaki yang terjadi diperhatikan (pusat lumbar (L)5 – sacral (S)1 – saraf
perifer n. tibialis).

B. Refleks Dalam (Propioseptif)


B.1 Refleks masseter (rahang bawah, jaw jerks)
Langkah pertama, mulut op dibuka sedikit sehingga rahang bawah sedikit tergantung. Kedua,
sebuah tongue spatel dari kayu diletakkan di atas gigi – gigi gerakam. Lalu, tongue spatel diketuk
agar keras. Reaksi yang diberikan op akan berupa kontraksi m. master yang terlihat atau teraba dan
rahang bawah yang terangkat. Cara lain yang dapat digunakan untuk menimbulkan refleks ini ialah
dengan telunjuk atau ibu jari ditempatkan di pinggir rahang op. Kemudian, telunjuk tersebut
dipukul dengan reflex hammer (pusat di pons, serat saraf perifer: n. trigeminus).
B.2 Refleks patella (refleks tendon patella, knee jerk)
Pertama, tungkai op difleksi pada sendi lutut membentuk sudut 120 derajat. Tendon m.
quadriceps femoris dipukul tepat di bawah patella. Reaksi yang diberikan op akan berupa ekstensi
di sendi lutut, kontraksi m. quadriceps femoris (pusat di lumbal (L) 3- L4, serat saraf perifer: n.
femoralis). Refleks patella yang hilang dinamakan juga sebagai ‘Westphal sign’.
B.3 Refleks tendon achilles (ankle jerk)
Langkah pertama, kaki op dipegang sedemikian rupa sehingga membentuk sudut 90 derajat
dengan tungkai bawah dan tidak terlalu tegang. Tendo achilles diketuk. Reaksi yang diberikan op
akan berupa plantar fleksi (pusat sacral (S)1 – S2, serat saraf perifer: n. tibialis posterior).

C. Refleks Viseral
C.1 Refleks cahaya
Percobaan refleksi cahaya akan menghasilkan kontraksi pupil bila mata disenter.

C.2 Refleks akomodasi


Percobaan refleks akomodasi akan menghasilkan konstriksi pupil bila suatu objek didekatkan
ke mata orang percobaan.

D. Waktu refleks
Langkah pertama, op diminta untuk membuka mata. Lalu, penggaris diletakkan di antara ibu
jari dan telunjuk tangan kanan. Penggaris dilepaskan. Kedua jari op dijepitkan untuk menangkap
penggaris. Jarak waktu diukur dengan stopwatch. Jarak waktu yang dimaksud ialah waktu antara
dilepaskannya penggaris sampai tertangkapnya penggaris. Percobaan yang sama diulangi sebanyak
3 kali dan dihitung rata-ratanya. Semakin lama atau panjangnya waktu refleks dipengaruhi oleh
bertambahnya usia. Cara lain yang digunakan adalah mata op kali ini ditutup setelah mendengar
perintah atau aba-aba menangkap penggaris yang dilepaskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Tabel Hasil Praktikum Sensorik Umum

Jenis Uji Keterangan

Penentuan letak reseptor di kulit

Topognosis kemampuan - Ujung jari : 0.7 cm


diferensiasi - Lengan bawah : 1,5cm
- Punggung tengah : 1,5 cm

Diskriminasi dua titik - Punggung Tangan


- Simultan : 3,6 cm
- Suksesif : 1,8 cm

Sifat rasa panas dan dingin Jari dicelupkan ke air hangat : Hangat lama
kelamaan menjadi dingin

Jari dicelupkan ke air dingin : Dingin lama


kelamaan tetap dingin

Kedua jari dicelupkan di air suhu kamar :


- Jari yang sebelumnya dicelupkan ke air dingin
terasa hangat
- Jari yang sebelumnya dicelupkan ke air
hangat jadi mendingin kemudian
normal.

Punggung Tangan

- Dihembuskan perlahan → Dingin


udara pernapasan
- Dibasahi dengan air biasa → Dingin
- Dibasahi alkohol → Dingin, lama
kelamaan terasa panas
Pada percobaan pertama mekanoreseptor, organ reseptor raba pada kulit beradaptasi
dengan cepat. Reseptor raba terdapat paling banyak pada kulit-kulit jari dan bibir serta relatif
jarang pada tubuh lain. Percobaan yang dilakukan pertama yaitu penentuan letak reseptor di
kulit dengan kotak-kotak berukuran 1mm x 1mm yang ditempelkan pada telapak tangan dan
punggung telapak tangan. setelah diuji dengan estesiometer Von Rey, hasil yang didapatkan
adalah seluruh permukaan ditekan terdapat sensitivitas.

Percobaan selanjutnya adalah topognosis dilakukan pada tiga daerah bagian tangan-
lengan, yaitu pada ujung jari, kuduk, dan lengan bawah bagian medial. Berdasarkan
pengamatan, didapat jarak yang berbeda pada masing-masing daerah antar tusukan pensil
sebenarnya dengan tusukan pensil yang dirasakan op . Pada daerah ujung jari, op (orang
percobaan) tepat dalam menentukan letak tusukan pensil. Pada daerah kuduk, op kurang tepat
dalam menentukan letak tusukan, didapatkan rentang jarak 1,5 cm dari tusukan sebenarnya,
begitu pula pada lengan bawah bagian medial berentang jarak 1,5 cm. Jarak yang berjauhan
menunjukkan jumlah reseptor yang kurang rapat. rasa tekan yang diberikan pada daerah ini di
percobaan diskriminasi dua titik dilakukan dengan menekan Jangka Weber pada empat tempat
berbeda, yaitu ujung jari, punggung tangan, lengan bawah, lengan atas. Berdasarkan percobaan
terlihat hasil bahwa ujung jari lebih cepat merasakan diskriminasi dua titik. Dua titik akan
dirasakan sebagai satu titik apabila masih dalam lapangan perspektif yang sama, dan akan
dirasakan berbeda apabila sudah melewati nilai ambang dua titik. Hal ini menunjukkan hasil
yang sama seperti percobaan sebelumnya, dimana ujung jari memiliki sensitivitas tertinggi,
karena pada ujung jari ditemukan lebih banyak ujung saraf dibandingkan dengan bagian lengan
lainnya.

Pada percobaan sifat rasa panas dan dingin didapat hasil, kulit jari terasa dingin terus
menerus saat dicelupkan pada wadah berisi air dingin, setelah dimasukkan dalam wadah air
bersuhu ruangan kulit tangan masih terasa dingin. Sementara itu, saat jari dicelupkan ke wadah
air hangat, kulit jari terasa hangat terus menerus, tetapi berbeda rasanya ketika jari dicelupkan
dalam wadah air suhu ruangan, kulit jari menjadi terasa dingin. Pada kulit, reseptor temperatur
diantaranya korpus ruffini yang berfungsi untuk menerima rangsang panas dan korpus krause
berfungsi untuk menerima rangsang dingin. Kulit dapat merasakan adanya sensasi perbedaan
suhu panas dan dingin akibat teraktivasinya reseptor panas dan dingin yang menghasilkan
impuls listrik, ketika dingin suhu di kulit menjadi dingin, begitu pula sebaliknya (Dania dan
Novziransyah 2021). Reseptor dingin tidak hanya berespon terhadap suhu rendah tapi juga
suhu tinggi sehingga pada saat ada stimulus panas maka reseptor panas dan dingin bekerjasama
untuk mengaktifkan reseptor hangat. Ini yang mengakibatkan kulit jari op yang direndam air
dingin lalu dicelupkan ke dalam air suhu ruangan, kulit jari menjadi terasa hangat.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Refleks

Jenis Refleks Perlakuan Reaksi

Refleks Membrana mukosa Refleks kedip mata Mata berkedip saat terkena
kapas

Refleks plantar Jari kaki menekuk ke arah


medial

Refleks dalam Refleks patella Kaki menendang

Refleks tendon achilles Kaki sedikit mengejang

Refleks visceral Refleks cahaya - Pupil mengecil saat


terkena cahaya
- Pupil membesar saat
tidak terkena cahaya

Refleks akomodasi Pupil mengecil saat objek


didekatkan

Waktu refleks Lebih cepat saat mata


terbuka dan peluang
keberhasilan lebih besar.

Refleks merupakan gerak yang terjadi tanpa disadari. Tanggapan terhadap rangsangan
yang terjadi secara otomatis tanpa adanya kontrol dari serebrum menyebabkan gerak refleks
berjalan dengan sangat cepat (Muttaqin 2009).
Percobaan refleks superfisial dilakukan dengan menguji refleks membran mukosa,
yaitu refleks kedip mata dan refleks plantar. Refleks kedip mata dilakukan dengan menyentuh
kornea atau silia mata dengan kapas atau benang. Berdasarkan pengamatan, didapatkan bahwa
mata berkedip ketika kapas mengenai mata. Refleks plantar dilakukan dengan menggaruk
telapak kaki dengan ujung gagang reflex Hammer. Dari pengamatan yang telah dilakukan, kaki
merespon dengan gerakan kecil.
Percobaan selanjutnya yaitu refleks dalam dengan menguji refleks masseter, refleks
patella, dan refleks tendon achilles. Refleks masseter diuji dengan membuka sedikit mulut
orang percobaan lalu diletakkan tongue spatel dari kayu di atas gigi geraham kemudian diketuk
keras atau menempatkan jari telunjuk atau ibu jari di pinggir rahang dan memukulnya dengan
reflex Hammer. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan rahang sedikit
terangkat ketika diketuk.
Refleks patella dilakukan dengan difleksi tungkai pada sendi lutut membentuk sudut
120֯ Kemudian tendon m. quadriceps femoris dipukul tepat di bawah patella. Dari pengamatan
yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kaki terangkat ketika diketuk. Refleks tendon achilles
diuji dengan mengetuk tendo tersebut yang dipegang membentuk sudut 90֯ dengan tungkai
bawah dan tidak terlalu tegang.
Percobaan selanjutnya yaitu refleks viseral dengan menguji refleks cahaya atau
kontraksi pupil ketika mata disenter. Dan dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh
bahwa ketika senter diarahkan ke mata maka pupil mengecil. Sedangkan dari pengamatan pada
Refleks akomodasi atau konstriksi pupil bila suatu objek didekatkan ke mata diperoleh bahwa
pupil akan membesar ketika benda didekatkan ke mata.
Waktu refleks diuji dengan menggunakan penggaris yang diletakkan diantara ibu jari
dan telunjuk tangan kanan pada orang percobaan yang membuka mata, penggaris dilepaskan
dan orang tersebut harus menjepitkan kedua jari untuk menangkap penggaris. Jarak waktu
diukur dengan stopwatch, kemudian percobaan diulangi sebanyak 3 kali dan diambil waktu
rata-ratanya. Percobaan pertama dengan mata terbuka yakni pertama gerak refleks yang
ditimbulkan yaitu 0,16 detik untuk menangkap penggaris yang dijatuhkan. Sedangkan pada
percobaan kedua dan ketiga yakni 0,32 detik dan 0,31 detik sehingga mendapat rata-rata 0,26
Pada percobaan kedua yaitu mata ditutup dengan menggunakan kain. Pada percobaan ini orang
percoban hanya diberi instruksi dengan melakukan perhitungan terlebih dahulu untuk
menangkap penggaris. Namun, ketika menutup mata didapati hasil rata-rata sebesar dari 3
percobaan hanya satu yang berhasil tertangkap dengan waktu 0,40 detik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa OP mampu memperkirakan jatuhnya penggaris ketika mata terbuka
dibandingkan ketika mata tertutup yang dibuktikan dengan rata-rata panjang penggaris yang
lebih besar meskipun dengan waktu yang lebih cepat.

SIMPULAN

Reseptor rasa terletak di ujung jari, reseptor thermosensing adalah termoreseptor di


kulit, mekanoreseptor mendeteksi kontak kulit, tekanan dan getaran, mendeteksi sentuhan
lembut, tekanan dalam, dan merespon rasa gatal dan sentuhan lembut. Kemampuan untuk
membedakan OP menghasilkan reseptor ujung jari yang lebih padat dan lebih banyak, dan
eksperimen diskriminasi dua titik mengungkapkan ujung jari yang berjarak dekat. OR
menyediakan refleks dalam refleks berkedip, refleks plantar, refleks patela, refleks tendon,
refleks tendon Achilles, refleks cahaya, dan eksperimen refleks akomodasi. Eksperimen
penggaris menunjukkan bahwa OP memiliki refleks yang lebih cepat ketika mata mereka
tertutup daripada ketika mereka terbuka.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Aulianus A, Luthfiyah F, Mahdi A. 2019. Tomat bike (automatic bike) untuk
stimulasi pada gangguan sistem gerak. Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan
Khusus. 7(2): 91-96.

Dania IA, Novziransyah N. 2021. Sensasi, persepsi, kognitif. Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara. 20(1): 17.

Huck NL, Abbink JH, Hoogenkamp E, Bilt AVD, Glass HW. 2005. Exteroceptive reflexes
in jaw-closing muscle EMG during rhythmic jaw closing and clenching in man. Exp.
Brain. Res. 2005(162): 230-238. doi: 10.1007/s00221-004-2167-8.
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Persarafan.
Penerbit Salemba.
Suharto A. 2012. Sistem latihan gerak reflek berbasis mikrokontroler studi kasus atlet
bulutangkis. Jurnal Teknologi Informasi EST. 8(2): 33-46.
Utami SN. 2022b Jan 7. Contoh gerak refleks dalam kehidupan sehari-hari.
Kompas.com. Rubrik Skola. [diakses 2022 Sep 28].
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/07/124411969/contoh- gerak-
refleks-dalam-kehidupan-sehari-hari.
LAMPIRAN

Tabel 3 Catatan Hasil Praktikum

Gambar Keterangan

Catatan Hasil Praktikum

Catatan Hasil Praktikum

Catatan Hasil Praktikum


Tabel 4 Mekanoreseptor

Gambar Keterangan

Penentuan letak reseptor pada kulit

Topognosis- Kemampuan diferensiasi

Diskriminasi dua titik


Tabel 5 Refleks

Gambar Keterangan

Reflek Masetter

Reflek Superficial

Reflek Patella

Reflek Tendon Achiller


Tabel 6 Refleks Visceral

Gambar Keterangan

Reflek Cahaya

Waktu Reflek

Refleks Suhu

Anda mungkin juga menyukai