Disusun oleh:
Dasar Teori
Sistem somatosensoris adalah bagian dari sistem sensorik yang berkaitan dengan
persepsi sadar akan sentuhan, tekanan, nyeri, suhu, posisi, gerakan, serta getaran yang muncul
dari otot, persendian, kulit, dan fasia. Sistem somatosensoris disampaikan melalui jalur sumsum
tulang belakang, batang otak, dan inti relai talamus ke korteks sensorik di lobus parietal.
Rangsangan somatik dapat mempengaruhi fungsi viceral sehingga terjadi refleks somatoviceral
(Chen et al. 2013). Sistem ini mengindera keadaan fisik tubuh berdasarkan beberapa informasi
seperti merangsang mekanis taktik (permukaan tubuh), propriosepsi (posisi dan gerak tubuh),
nosisepsi (nyeri pada tubuh), dan temperatur (rangsangan panas/dingin).
Sistem saraf juga mengatur sistem refleks pada tubuh melalui lengkung reflek. Lengkung
reflek merupakan jalan pintas yang berawal dari reseptor penerima rangsang, menuju sistem
saraf pusat oleh saraf sensori, diterima set saraf penghubung, dan dikirim kembali ke efektor
tanpa ada pengolahan informasi di otak (Suharto 2012). Tidak adanya pengolahan informasi di
otak disebabkan oleh gerakan refleks yang terjadi sangat cepat dan secara tidak disadari (Annisa
et al. 2019). Beberapa contoh gerakan refleks adalah berkedip, bersin, batuk, pupil mata yang
membesar dan mengecil. Gerakan refleks terbagi menjadi dua macam, yaitu refleks
monosinaptik dan refleks polisinaptik. Refleks monosinaptik adalah gerakan refleks paling
sederhana yang melalui dua jenis neuron saja, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Refleks
polisinaptik adalah gerakan refleks kompleks yang melalui neuron sensorik, neuron motoric, dan
neuron delay. Pada refleks polisinaptik, impuls akan masuk ke medula spinalis terlebih dahulu
(Utami 2022).
Sistem refleks terbagi ke dalam tiga yaitu, refleks eksteroseptif, refleks propioseptif, dan
refleks interoseptif (viseral). Refleks eksteroseptif adalah refleks yang dihantarkan oleh reseptor
yang terletak di atau dekat dengan tubuh (Huck et al. 2005). Contoh refleks ini adalah refleks
pada kulit dan indera. Refleks proprioseptif adalah refleks yang menghantarkan aktivitas aferen
yang abnormal ke refleks regangan. Refleks ini contohnya ada pada refleks dalam, seperti refleks
otot, tendon, dan periosteum. Refleks interoseptif merupakan refleks yang berhubungan dengan
aktivitas organ dalam, seperti tractus gastrointestinal, paru-paru, dan tractus urogenital. Refleks-
refleks ini dapat diperiksa dengan berbagai cara di antaranya adalah pemeriksanaan refleks dalam
dan refleks regang dengan palu refleks serta pemeriksaan refleks superfisial dengan jarum
tumpul atau benda tumpul lainnya.
Tujuan
Praktikum bertujuan mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba, dan tekan di kulit,
memeriksa kemampuan pengenalan atau diskriminasi benda, dan memeriksa berbagai refleks
tubuh.
METODE
1. SENSORIK UMUM
Prosedur Kerja
A. Mekanoreseptor
A.1 Penentuan letak reseptor di kulit
Pertama, kulit pada telapak tangan kiri bagian tengah dibatasi dengan menggunakan stempel.
Lalu, kertas juga distempel untuk mencatat hasil percobaan. Kedua, estesiometer Von Frey
disentuh pada kotak terkecilnya dengan orang percobaan (op) tidak boleh melihat ke arah tempat
percobaan. Bila op merasakan adanya sentuhan, op memberi kode dengan jari tangan kanan ke
pemeriksa. Lalu, kertas pencatat hasil ditandai pada kotak yang sama. Ketiga, letak reseptor sentuh
ditentukan bagiannya pada telapak tangan. Percobaan yang sama diulang pada bagian lain tubuh,
yaitu lengan bawah bagian volar, pipi, dan kuduk.
2. REFLEKS
Prosedur Kerja
A. Refleks Superfisial
A.1 Refleks membrana mukosa
C. Refleks Viseral
C.1 Refleks cahaya
Percobaan refleksi cahaya akan menghasilkan kontraksi pupil bila mata disenter.
D. Waktu refleks
Langkah pertama, op diminta untuk membuka mata. Lalu, penggaris diletakkan di antara ibu
jari dan telunjuk tangan kanan. Penggaris dilepaskan. Kedua jari op dijepitkan untuk menangkap
penggaris. Jarak waktu diukur dengan stopwatch. Jarak waktu yang dimaksud ialah waktu antara
dilepaskannya penggaris sampai tertangkapnya penggaris. Percobaan yang sama diulangi sebanyak
3 kali dan dihitung rata-ratanya. Semakin lama atau panjangnya waktu refleks dipengaruhi oleh
bertambahnya usia. Cara lain yang digunakan adalah mata op kali ini ditutup setelah mendengar
perintah atau aba-aba menangkap penggaris yang dilepaskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat rasa panas dan dingin Jari dicelupkan ke air hangat : Hangat lama
kelamaan menjadi dingin
Punggung Tangan
Percobaan selanjutnya adalah topognosis dilakukan pada tiga daerah bagian tangan-
lengan, yaitu pada ujung jari, kuduk, dan lengan bawah bagian medial. Berdasarkan
pengamatan, didapat jarak yang berbeda pada masing-masing daerah antar tusukan pensil
sebenarnya dengan tusukan pensil yang dirasakan op . Pada daerah ujung jari, op (orang
percobaan) tepat dalam menentukan letak tusukan pensil. Pada daerah kuduk, op kurang tepat
dalam menentukan letak tusukan, didapatkan rentang jarak 1,5 cm dari tusukan sebenarnya,
begitu pula pada lengan bawah bagian medial berentang jarak 1,5 cm. Jarak yang berjauhan
menunjukkan jumlah reseptor yang kurang rapat. rasa tekan yang diberikan pada daerah ini di
percobaan diskriminasi dua titik dilakukan dengan menekan Jangka Weber pada empat tempat
berbeda, yaitu ujung jari, punggung tangan, lengan bawah, lengan atas. Berdasarkan percobaan
terlihat hasil bahwa ujung jari lebih cepat merasakan diskriminasi dua titik. Dua titik akan
dirasakan sebagai satu titik apabila masih dalam lapangan perspektif yang sama, dan akan
dirasakan berbeda apabila sudah melewati nilai ambang dua titik. Hal ini menunjukkan hasil
yang sama seperti percobaan sebelumnya, dimana ujung jari memiliki sensitivitas tertinggi,
karena pada ujung jari ditemukan lebih banyak ujung saraf dibandingkan dengan bagian lengan
lainnya.
Pada percobaan sifat rasa panas dan dingin didapat hasil, kulit jari terasa dingin terus
menerus saat dicelupkan pada wadah berisi air dingin, setelah dimasukkan dalam wadah air
bersuhu ruangan kulit tangan masih terasa dingin. Sementara itu, saat jari dicelupkan ke wadah
air hangat, kulit jari terasa hangat terus menerus, tetapi berbeda rasanya ketika jari dicelupkan
dalam wadah air suhu ruangan, kulit jari menjadi terasa dingin. Pada kulit, reseptor temperatur
diantaranya korpus ruffini yang berfungsi untuk menerima rangsang panas dan korpus krause
berfungsi untuk menerima rangsang dingin. Kulit dapat merasakan adanya sensasi perbedaan
suhu panas dan dingin akibat teraktivasinya reseptor panas dan dingin yang menghasilkan
impuls listrik, ketika dingin suhu di kulit menjadi dingin, begitu pula sebaliknya (Dania dan
Novziransyah 2021). Reseptor dingin tidak hanya berespon terhadap suhu rendah tapi juga
suhu tinggi sehingga pada saat ada stimulus panas maka reseptor panas dan dingin bekerjasama
untuk mengaktifkan reseptor hangat. Ini yang mengakibatkan kulit jari op yang direndam air
dingin lalu dicelupkan ke dalam air suhu ruangan, kulit jari menjadi terasa hangat.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Refleks
Refleks Membrana mukosa Refleks kedip mata Mata berkedip saat terkena
kapas
Refleks merupakan gerak yang terjadi tanpa disadari. Tanggapan terhadap rangsangan
yang terjadi secara otomatis tanpa adanya kontrol dari serebrum menyebabkan gerak refleks
berjalan dengan sangat cepat (Muttaqin 2009).
Percobaan refleks superfisial dilakukan dengan menguji refleks membran mukosa,
yaitu refleks kedip mata dan refleks plantar. Refleks kedip mata dilakukan dengan menyentuh
kornea atau silia mata dengan kapas atau benang. Berdasarkan pengamatan, didapatkan bahwa
mata berkedip ketika kapas mengenai mata. Refleks plantar dilakukan dengan menggaruk
telapak kaki dengan ujung gagang reflex Hammer. Dari pengamatan yang telah dilakukan, kaki
merespon dengan gerakan kecil.
Percobaan selanjutnya yaitu refleks dalam dengan menguji refleks masseter, refleks
patella, dan refleks tendon achilles. Refleks masseter diuji dengan membuka sedikit mulut
orang percobaan lalu diletakkan tongue spatel dari kayu di atas gigi geraham kemudian diketuk
keras atau menempatkan jari telunjuk atau ibu jari di pinggir rahang dan memukulnya dengan
reflex Hammer. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan rahang sedikit
terangkat ketika diketuk.
Refleks patella dilakukan dengan difleksi tungkai pada sendi lutut membentuk sudut
120֯ Kemudian tendon m. quadriceps femoris dipukul tepat di bawah patella. Dari pengamatan
yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kaki terangkat ketika diketuk. Refleks tendon achilles
diuji dengan mengetuk tendo tersebut yang dipegang membentuk sudut 90֯ dengan tungkai
bawah dan tidak terlalu tegang.
Percobaan selanjutnya yaitu refleks viseral dengan menguji refleks cahaya atau
kontraksi pupil ketika mata disenter. Dan dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh
bahwa ketika senter diarahkan ke mata maka pupil mengecil. Sedangkan dari pengamatan pada
Refleks akomodasi atau konstriksi pupil bila suatu objek didekatkan ke mata diperoleh bahwa
pupil akan membesar ketika benda didekatkan ke mata.
Waktu refleks diuji dengan menggunakan penggaris yang diletakkan diantara ibu jari
dan telunjuk tangan kanan pada orang percobaan yang membuka mata, penggaris dilepaskan
dan orang tersebut harus menjepitkan kedua jari untuk menangkap penggaris. Jarak waktu
diukur dengan stopwatch, kemudian percobaan diulangi sebanyak 3 kali dan diambil waktu
rata-ratanya. Percobaan pertama dengan mata terbuka yakni pertama gerak refleks yang
ditimbulkan yaitu 0,16 detik untuk menangkap penggaris yang dijatuhkan. Sedangkan pada
percobaan kedua dan ketiga yakni 0,32 detik dan 0,31 detik sehingga mendapat rata-rata 0,26
Pada percobaan kedua yaitu mata ditutup dengan menggunakan kain. Pada percobaan ini orang
percoban hanya diberi instruksi dengan melakukan perhitungan terlebih dahulu untuk
menangkap penggaris. Namun, ketika menutup mata didapati hasil rata-rata sebesar dari 3
percobaan hanya satu yang berhasil tertangkap dengan waktu 0,40 detik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa OP mampu memperkirakan jatuhnya penggaris ketika mata terbuka
dibandingkan ketika mata tertutup yang dibuktikan dengan rata-rata panjang penggaris yang
lebih besar meskipun dengan waktu yang lebih cepat.
SIMPULAN
Annisa, Aulianus A, Luthfiyah F, Mahdi A. 2019. Tomat bike (automatic bike) untuk
stimulasi pada gangguan sistem gerak. Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan
Khusus. 7(2): 91-96.
Dania IA, Novziransyah N. 2021. Sensasi, persepsi, kognitif. Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara. 20(1): 17.
Huck NL, Abbink JH, Hoogenkamp E, Bilt AVD, Glass HW. 2005. Exteroceptive reflexes
in jaw-closing muscle EMG during rhythmic jaw closing and clenching in man. Exp.
Brain. Res. 2005(162): 230-238. doi: 10.1007/s00221-004-2167-8.
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Persarafan.
Penerbit Salemba.
Suharto A. 2012. Sistem latihan gerak reflek berbasis mikrokontroler studi kasus atlet
bulutangkis. Jurnal Teknologi Informasi EST. 8(2): 33-46.
Utami SN. 2022b Jan 7. Contoh gerak refleks dalam kehidupan sehari-hari.
Kompas.com. Rubrik Skola. [diakses 2022 Sep 28].
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/07/124411969/contoh- gerak-
refleks-dalam-kehidupan-sehari-hari.
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
Reflek Masetter
Reflek Superficial
Reflek Patella
Gambar Keterangan
Reflek Cahaya
Waktu Reflek
Refleks Suhu