Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Fisiologi

Mekanisme Sensorik
Kelompok B4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6
Jakarta Barat

Nama NIM Jabatan Tanda Tangan


Jean V C Tahapary 102014244 Ketua
Alfia Lania Sinta Hosio 102011094 Anggota
Muhamad Reynaldi 102014157 Anggota
Chrissela Michelle Kainama 102014255 Anggota
Valentina Salim 102015044 Anggota
Mecky Pasinggih 102015052 Anggota
Kho, Sisca Veranica Oktaviani 102015100 Anggota
Mohd Amizul Bin Zakaria 102015199 Anggota

Tujuan Percobaan :
1. Mengetahui perasaan subyektif panas dan dingin
2. Mengetahui titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit
3. Mengetahui lokalisasi taktil pada daerah ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan
atas, dan tengkuk
4. Menentukan diskriminasi taktil dengan membedakan dua titik di ujung jari, tengkuk, dan
pipi
5. Mengetahui perasaan iringan (after image) dengan meletakkan sebuah pensil di antara
kepala dan daun telinga
6. Mengetahui bagaimana pasien simulasi membedakan berbagai sifat benda
7. Menentukan tafsiran sikap
8. Mengetahui waktu reaksi

Alat dan Bahan Percobaan :

1
1. 3 Waskom dengan air bersuhu 200 C, 300 C dan 400 C
2. Gelas beker dan termometer kimia
3. Es
4. Alkohol dan eter
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut frey + jarum
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis ampelas + benda benda kecil + bahan bahan pakaian
7. Mistar pengukur waktu reaksi

Percobaan I
Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
PS : Mecky Pasinggih
Langkah Percobaan :
1. Menyediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air bersuhu 20 0C, 30 0C dan 40 0C
2. Memasukan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 0C dan tangan kiri ke dalam air
bersuhu 40 0C selama 2 menit
3. Mencatat kesan yang dialami oleh pasien simulasi
4. Memasukan segera kedua tanganserentak ke dalam air bersuhu 30 0C
5. Mencatat kembali kesan yang di alami oleh pasien simulasi
6. Meminta pasien simulasi meniup perlahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak
10 cm
7. Membasahi kulit punggung tangan yang telah ditiup sebelumnya dengan air dan tiup
sekali lagi dengan kecepatan seperti sebelumnya
8. Membandingkan antara tindakan pada bagian5 dan 7
9. Mengoleskan kulit punggung tangan dengan alkohol 70% dan mencatat kesan yang
dialami

Hasil Percobaan
Perendaman tangan kanan dan kiri ke dalam waskom, pasien simulasi merasakan tangan
kanannya dingin, terasa membeku dan terdapat kerutan di ujung-ujung jari tangan pada air
bersuhu 200 C sedangkan tangan kiri yang dimasukkan ke dalam air bersuhu 400 C terasa
panas sekali sampai permukaan pada tangannya memerah. Kemudian tangan pasien simulasi
memasukkan tangan kembali secara bersamaan pada air bersuhu 300 C. Tangan kanan pasien
simulasi mulai berkurang rasaa dingin dan kerutan pada ujung ujung jari tangannya dan
juga tangan kanan pasien terasa lebih hangat. Lain halnya tangan kiri, sensasi yang dirasakan

2
adalah tangan kembali pada suhu normal dibandingkan keadaan sebelumnya tapi terasa
sedikit lebih dingin.
Tindakan peniupan punggung tangan pada jarak 10 cm memuat sensasi berupa rasa dingin
dan sejuk karena ada udara yang melewati punggung tangan. Saat punggung tangan direndam
sekali lagi secara bersamaan dan ditiup kembali, menimbulkan efek rasa dingin yang lebih
kuat dibanding peniupan pertama.
Percobaan terakhir yang di lakukan pada pasien simulasi berupa pengolesan punggung tangan
dengan alkohol atau eter. Kesan yang di alami pasien simulasi adalah sensasi dingin dan
menyegarkan. Namun tidak sama dengan dingin yang di alami saat tangan di masukkan ke
dalam air bersuhu 200 C.

Pembahasan
Dalam percobaan, pasien simulasi (PS) memasukkan tangan kanan dan kirinya kedalam
waskom yang masing-masing memiliki suhu air yang berbeda. Tangan kananPS dimasukkan
kedalam waskom yang bersuhu 20C, dan ia merasakan tangannya terasa dingin. Sedangkan
tangan kiri yang dimasukkan kedalam waskom bersuhu 40C , tangannya terasa panas.
Setelah kedua tangan dimasukkan kedalam waskom dengan yang suhu berbeda, kemudian
dilanjutkan lagi dengan memasukkan kedua tangan kedalam waskom yang memiliki suhu
30C. Hal yang dirasakan PS adalah kedua tangan yang dimasukkan menjadi terasa hangat.
Tindakan meniup secara perlahan punggung tangan yang kering sejauh 10 cm setelah
merendam kedua tangannnya membuat PS merasa seperti ada udara yang melewati punggung
tangannya dan memberikannya sensasi dingin pada punggung tangannya walaupun tidak
seperti saat direndam didalam air yang besuhu 20C. Setelah kedua tangan ditiup, tangan
kembali direndam dalam air, dan ditiup kembali dengan jarak dan kecepatan yang sama. Hal
yang dirasakan PS adalah rasa dingin yang lebih dibandingkan dengan peniupan yang
pertama kali dilakukan. Setelah itu, sebagian kulit punggung tangan PS diolesi dengan
alkohol atau eter, PS merasakan tangannya terasa menjadi lebih dingin dibandingkan
percobaaan-percobaan sebelumnya.
Sistem saraf tepi terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian
tubuh lainnya. Stimulus adalah perubahan yang terdekteksi oleh tubuh. Stimulus terdapat
dalam berbagai bentuk, energi atau modalitas, misalnya panas, cahaya, suara, tekanan dan
perubahan kimiawi. Neuron-neuron aferen memiliki reseptor sendorik (reseptor) di ujung
perifer yang berespons terhadap stimulus di dunia luar dan dalam. Setiap tipe reseptor
dikhususkan untuk berespons terhadap satu jenis stimulus, taitu stimulus adekuat. Contohnya

3
adalah reseptor di mata yang peka terhadap cahaya. Jenis reseptor berdasarkan stimulus
adekuatnya bergantung pada jenis energy yang biasanya direspons mereka, reseptor-reseptor
dapat dikategorikan sebagai berikut:
Fotoreseptor, peka terhadap gelombang cahaya tampak
Mekanoreseptor, peka terhadap energy mekanis.
Termoreseptor, peka terhadap panas dan dingin. Contohnya adalah pada percobaan
yang dilakukan, percobaan subjektif panas dan dingin.
Osmoreseptor, mendekteksi perubahan konsentrasi zat terlarut dalam cairan ekstrasel
dan perubahan aktivitas osmotic yang terjadi
Kemoreseptor, peka terhadap bahan kimia tertentu
Nosiseptor, atau reseptor nyeri peka terhadap kerusakan jaringan misalnya luka
terpotong atau luka bakar.
Beberapa sensasi merupakan sensasi gabungan, yaitu bahwa persepsi yang terbentuk berasal
dari integrasi di pusat pada beberapa masukkan sensorik primer yang diaktifkan secara
bersamaan. Sebagai contoh, persepsi basah berasal dari masukkan reseptor sentuh, tekan, dan
suhu; tidak ada yang namanya reseptor basah.1 Dalam percobaan gabungan sensasi dapat
digambarkan saat orang percobaan mersaakan perasaan air mengalir (kebasahan) pada
punggung tangannya saat melakukan tiupan dan rasa dingin diikuti seperti ada udara yang
menyentuh punggung tangan akibat pemberian alkohol 70% dengan perlakuan tambahan
berupa peniupan setelah mengolesinya.
Rasa dingin yang dialami terasa berbeda-beda atas berbagai jenis percobaan menggambarkan
adanya perbedaan dalam menerjemahkan kekuatan rangsangan. Maksudnya adalah semakin
kuat rangsangan yang diberikan terhadap reseptor, maka semakin besar pula frekuensi
potensial aksi dan jangan terlupa bahwa luas daerah yang terangsang pun turut berpengaruh
pula dikarenakan semakin banyak reseptor yang berespon. Dengan demikian, intensitas
intensitas rangsangan dibedakan atas kode frekuensi (frekuensi potensial aksi yang diaktifkan
di neuron aferen) dan kode populasi (jumlah reseptor yang diaktifkan di daerah
bersangkutan).

Kesimpulan
Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin yang disebabkan adanya berbagai
macam reseptor atau thermoreseptor pada tubuh.

4
Percobaan II
Titik titik Panas, Dingin, Tekan dan Nyeri di Kulit
PS : Mohd Amizul Bin Zakaria
Dasar Teori : Reseptor Sensorik
Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang
kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah
indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran dan proprioseptif. Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman,
penglihatan, perasa pada lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang datang pada
tubuh kita diterima oleh reseptor yang khusus yang strukturnya lebih kompleks daripada
reseptor pada kulit. Reseptor ini terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata,
telinga dimana reseptornya dilindungi oleh jaringan-jaringan disekitarnya.
Beberapa jenis reseptor sensorik pada kulit yaitu :
Mekanoreseptor
Mekanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel.
Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bisa terbuka ataupun tertutup
bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bisa menimbulkan kelainan pada
membran. Ada 2 jenis mekanoreseptor yaitu thermoreseptor dan nosiseptor serta reseptor
untuk rasa nyeri atau sakit.
a. Thermoreseptor
Temperatur reseptor/thermoreseptor merupakan ujung saraf telanjang yang terletak
pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/empat kali lebih
banyak dari pada reseptor panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama
dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke formation retikularis, thalamus dan korteks
primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperature
berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang stabil. Nama untuk reseptor
panas adalah Ruffini dan untuk reseptor dingin adalah Badan Krause.
b. Nosiseptor
Reseptor nyeri/nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam
periosteum tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral
mempunyai beberapa nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan
daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa
nyeri yang tepat. Nosiseptor sensitive terhadap temperature yang ekstrim, kerusakan
mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimana

5
pun juga rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Kita bisa
merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam.
Rangsangan pada dendrit di nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson
mencapai batas ambang dan terjadi potensi aksi di susunan saraf pusat.
c. Badan Vater Paccini
Reseptor ini berespons terhadap getaran dan tekanan yang dalam serta cepat beradaptasi.

Langkah Percobaan :
1. Letakkan punggung tangan kanan PS di atas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir
tangan dan jari jari sehingga terdapat lukisan tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan
pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak 3 x 3 cm, dibuat lagi mrnjadi 12 x 12
kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak kecil.
3. Tutup mata PS dan letakkan punggung rangan kanannya santai di meja.
4. Selidikilah secara teratur menurur garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan
panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan
yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kunniggan yaitu dengan menempatkannya
dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 500 C. Tandai titik
titik panas yag diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada nomor 4 dengan kerucut kuningan yang telah
didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Tandai titik titik dingin
yang diperoleh dengan tinta.
6. Selidiki pula menurut cara di atas titik titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik titik yang memberikan kesan nyeri
dengan jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan
di kertas.

6
Pembahasan
Pada kulit banyak terdapat reseptor. Reseptor atau sensorik pada kulit dapat merasakan rasa
raba/tekan (Badan Vater Paccini), panas (Ruffini), dingin (Krause) dan nyeri. Kulit
mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak
bermielin. Peleberan ujung saraf sensorik terminal dan ujung saraf yang berselubung
ditemukan pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut,
tetapi tidak ada ujung saraf yang melebar atau berselubung untuk persarafan kulit.
Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari keempat
jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada pemeriksaan
histology, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai mekanoreseptor
yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut
menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan sentuh (raba taktil). Reseptor
sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya spesifik. Satu
jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis perasaan kulit yang
disadari.2

Kesimpulan
Pada kulit, terdapat reseptor reseptor yang dapat merasakan rasa tekan/raba, nyeri, panas
dan dingin.

Percobaan III
Lokalisasi Taktil
PS : Mecky Pasinggih
Langkah Percobaan
1. Tutup mata pasien simulasi dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung
jarinya.
2. Sekarang suruh pasien simulasi melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan
ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,
telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.

7
Hasil Percobaan :

Bagian tubuh 1 2 3 4 5 Rata-rata


Jari-jari 0,4 0,8 0,6 0,5 0,7 0,34
Telapak tangan 1,7 1,9 0,7 0,4 0,2 0,50
Lengan bawah 0,2 3,4 0,7 1,7 0,4 0,60
Lengan atas 0,4 1,7 1,9 2,7 2,4 1,07
Tengkuk 0,5 0,4 0,4 1,2 0,2 0,28

Pembahasan
Dalam hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam organ tubuh manusia terdapat banyak
sekali reseptor dengan serabut saraf sensorik. Kita dapat merasakan titik dimana rangsangan
di terima karena masing-masing titik rangsangan akan mengenai reseptor pada neuron yang
berbeda sehingga otak dapat membedakan titik tersebut. Ujung jari memiliki jarak yang
paling pendek, karena ujung jari memiliki kepekaan peraba yang sangat besar , sedangkan
pada lengan atas memiliki jarak yang paling lebar karena memiliki kepekaan peraba yang
rendah. Namun, secara keseluruhan PS memiliki saraf peraba yang baik karena jarknya
kurang dari 5 cm.

Kesimpulan
Manusia memiliki kemampuan untuk melokalisasi taktil atau merasakan dan memastikan
secara tepat dimana rangsangan diberikan di bagian tubuhnya. Ujung jari memiliki ketepatan
paling tinggi untuk melokalisasi taktil karena ujung jari kaya akan saraf sehingga fokus
terhadap rangsangan yang diberikan lebih tinggi dan akurat. Hal ini sesuai dengan
homunkulus sensorik bahwa tangan memiliki porsi saraf yang paling banyak, dengan melihat
fungsi tangan yang sangat penting.

Percobaan IV
Diskriminasi Taktil
PS : Muhammad Reynaldi
Langkah Percobaan :

8
1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung
jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang, kemudian jauhkan berangsur
angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan 2 titik.
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil angka ambang
terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung
jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik
ujung jari, tengkuk, dan pipi.
6. Catat apa yang pasien simulasi alami.

Hasil percobaan:
Simultan (meletakkan jari secara bersamaan)

Tempat Jarak Titik yang dirasa pasien

1,5 cm 1
Ujung jari 0,2 cm
1
3,5 cm
2
4 cm
2
3,5 cm 2
1,5 cm 1
Tengkuk
4 cm 2
6,5 cm 2
3,5 cm 2
2 cm 2
Pipi
1cm 1
4 cm 2

Suksesif (menempatkan jari secara berturut-turut)


Tempat Jarak Titik yang dirasakan
1,5 cm 2
1 cm 1
Ujung jari
0,5 cm 1
1 cm 1

9
2 cm 2
1,5 cm 1
Tengkuk
2 cm 2
1,5 cm 1
2 cm 2
1,5 cm 1
Pipi
1 cm 1
1,5 cm 1

Pembahasan
Kemampuan panca indera untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan
sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada
pola spasial yang disadari. Setiap jaras sensoris bila dirangsang secara simultan akan
menghasilkan sinyal inhibitorik lateral, sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan
menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, ingatlah neuron yang dirangsang di
nucleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga
menjalankan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi sinyal ini lewat molekul
interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi lateral
adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga
meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks serebralis.3

Kesimpulan

1. Dengan cara suksesif OP lebih peka rangsang terhadap jangka


2. Bagian yang paling peka rangsang yaitu ujung jari,pipi, dan tengkuk.

Percobaan V
Perasaan Iringan (After Image)
PS : Chrissela Michelle Kainama
Cara Kerja :
1. Letakkan sebuah pensil diantara kepala dan daun telinga OP.
2. Biarkan pensil di posisi tersebut selama melakukan percobaan VI sehingga OP seolah
biasa saja.
3. Kemudian Mengangkat pensil dari posisi tersebut dengan diam-diam sehingga OP tidak
merasakan pada saat diambil lalu tanyakan apa yang dirasakan OP.

10
Hasil
Setelah pensil diambil dari telinga OP, hal yang terjadi adalah OP masih merasakan
keberadaan pensil di telinganyameskipunpensil tersebut sudah tidak ada.
Perasaan iringan adalah normal. Itu disebabkan karena adanya adaptasi reseptor terhadap
rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat-sifat fisik benda,
mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. Mekanisme adaptasi ini
dilakukan oleh badan Paccini. Perasaan iringan terjadi karena impuls yang terus beredar
dalam lingkaran rantai neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada.

Percobaan VI
Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda
PS : Chrissela Michelle Kainama
a. Kekasaran Permukaan Benda
Langkah Percobaan :
1. Menyiapkan ampelas yang akan digunakan PS, yaitu ampelas kasar, sedang, dan
halus.
2. Meminta PS menutup mata, dan dengan mata tertutup meraba ampelas yang telah
disediakan.
3. Meminta PS untuk membedakan derajat kekasaran ampelas tersebut.

Hasil
Setelah meraba setiap ampelas, PS dapat membedakan derajat kekasaran masing masing
ampelas.

b. Bentuk benda
Langkah Percobaan :
1. Menyiapkan beberapa jenis benda yang akan digunakan PS, antara lain isi
pensil, penghapus, kalkulator, spidol, pen, pensil, dankoin.
2. Meminta PS menutup mata dan dengan mata tertutup memegang benda-benda
tersebut.
3. Meminta PS menyebutkan nama dan bentuk benda-benda tersebut.

Hasil

11
Setelah memegang benda-benda tersebut, PS dapat menyebutkan nama dan bentuk benda
sebagai berikut :

Nama Benda Bentuk Benda


Pensil Panjang
Penghapus Persegi Empat
Koin Bulat
Penggaris Panjang, Tipis

c. Bahan Pakaian
Langkah Percobaan :
1. Menyiapkan bahan-bahan pakaian yang akan digunakan PS.
2. Meminta PS menutup mata, dan dengan mata tertutup meraba-raba bahan-bahan
pakaian yang telah disediakan.
3. Meminta PS menyebutkan jenis atau sifat bahan yang dirabanya. Bila PS membuat
kesalahan dalam membedakan sifat benda(ukuran, bentuk, permukaan) apa kelainan
neurologis yang diderita PS?

Hasil
PS dapat menyebutkan jenis atau sifat bahan yang dirabanya dengan tepat.

Pembahasan
Dari ketiga percobaan yang sudah di lakukan, PS dapat menyebutkan secara tepat hampir
semua benda yang di berikan dengan kondisi mata tertutup. Hal ini disebabkan karena adanya
reseptor taktil. Impuls taktil kasar di hantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior
sedangkan impuls taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan cunneatus. Reseptor
kinaesthesi juga berperan dalam membedakan benda benda tanpa melihat bentuknya. Jika
PS melakukan kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan),
PS dikatakan menderita kelainan neurologis. Kelainan tersebut adalah astereognosis. Dalam
percobaan ini, PS bisa dikatakan tidak menderita astereognosis karena mampu membedakan
sifat benda dengan tepat. 4-5

12
Kesimpulan
PS dapat membedakan berbagai sifat benda dan menunjukkan bahwa sifat sensoris berjalan
dengan baik dan tidak mengalami kelainan neurologis (astereognosis).

Percobaan VII
Tafsiran Sikap
PS : Kho, Sisca Veranica Oktaviani
Langkah Percobaan :
1. Meminta PS untuk menutup mata
2. Memegang dan menggerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat
kepala, dada, dan lututnya, dan akhirnya gantunkan di sisi badannya.
3. Menanyakan kepada PS setiap kali sikap dan lokasi lengannya.
4. Meminta PS dengan jari telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus tangannya

Hasil Percobaan
Pasien simulasi (PS) dapat menjawab dengan benar setiap lokasi yang diarahkan ke tubuhnya
dengan memegang, seperti kepala, dada, dan lutut. OP juga telah menunjuk telinga, dahi,
hidung dan mulutnya dengan benar sesuai dengan yang diperintahkan.

Pembahasan
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari
luar tubuh. Gerak merupakan pula kordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh manusia tak
lepas dari peranan sistem saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang didalamnya
terdapat neuron.
Program motorik memiliki tugas volunteer tertentu kemudian menarik serangkaian tali yang
terdapat di korteks motorik primer untuk menghasilkan urutan kontraksi otot yang sesuai
sehingga gerakan kompleks yang diinginkan tercapai.
Daerah motorik suplementer terletak di permukaan medial (dalam) masing-masing hemisfer,
anterior dari korteks motorik primer. Bagian ini melakukan persiapan dalam memprogram
rangkaian gerakan kompleks. Stimulus di berbagai bagian daerah motorik ini menghasilkan
pola gerakan kompleks. Misalnya membuka dan menutup mata.

13
Korteks premotorik, yang terletak di permukaan lateral masing-masing hemisfer di depan
korteks motorik primer, penting dalam mengarahkan tubuh dan lengan ke sasaran tertentu.
Untuk memerintahkan korteks motorik primer melaksanakan kontraksi otot yang sesuai
dengan menghasilkan gerakan yang diinginkan, korteks pramotorik harus diberi informasi
tentang posisi tubuh saat itu terhadap sasaran. Korteks pramotorik dituntun oleh input
sensorik yang diproses oleh korteks parietalisme posterior., suatu bagaian yang terletak di
posterior (di belakang) korteks somatosensorik primer. Kedua motorik ini memiliki banyak
interkoneksi anatomik dan berkaitan erat secara fungsional. Jika salah satu daerah ini rusak,
maka orang tersebut tidak dapat memproses informasi sensorik kompleks untuk
melaksanakan gerakan bertujuan dalam korteks ruang.
Sistem saraf memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh
2. Pusat kesadaran, memori, dan intelegasi
3. Higher mental process, yaitu penalaran, berpikir, pengambilan keputusan.
Seperti yang telah dijelaskan, jalan dari gerak refleks ini adalah mulai dari stimulus diterima
reseptor, kemudian impuls tersebut dibawa oleh saraf sensorik menuju sumsum tulang
belakang, kemudian impuls dilanjutkan oleh saraf motorik, kemudian diterima oleh efektor
maka terjadi tanggapan. PS dapat melakukan gerakan yang diperintah oleh pemerintah
dengan benar. PS normal dan tidak mengalami gangguan neurologis. Dan daerah Korteks
Premotor PS dapat berfungsi dengan baik karena daerah tersebut sebagai center dimana PS
dapat mengarahkan tangan ke sasaran yang tepat sesuai dengan yang diperintahkan dan dapat
menjawab dengan benar bagian tubuh yang ditunjuk dengan menuntun tangan PS itu sendiri
karena adanya input sensorik yang diproses di Korteks Parietalis Posterior.3

Kesimpulan
Tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.

Percobaan VIII
Waktu Reaksi
PS : Valentina Salim
Langkah Percobaan :
1. Pasien simulasi duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kanannya di tepi meja
dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap untuk menjepit

14
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan
menempatkan garis tebal di antara dan setinggi ibu jari dan telunjuk PS tanpa menyentuh
jari jari PS.
3. Dengan tiba tiba pemeriksa melepaskan mistar dan PS harus menangkapnya selekas
lekasnya. Ulangi latihan sebanyak 5 kali.
4. Tetapkan waktu reaksi pasien simulasi (rata rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)
Apa yang menentukan reaksi seseorang?

Hasil Percobaan :
1. Percobaan waktu reaksi 1 : 0,19
2. Percobaan waktu reaksi 2 : 0,12
3. Percobaan waktu reaksi 3 : 0,14
4. Percobaan waktu reaksi 4 : 0,21
5. Percobaan waktu reaksi 5 : 0,12
6. Rata rata waktu reaksi : 0,156

Pembahasan
Dalam percobaan ke VIII, OP harus menjepit sebuah mistar yang dilepaskan secara tiba-tiba
dari antara ibu jari dan jari telunjuk yang berjarak 1 cm. Dari percobaan yang dilakukan
sebanyak lima kali, didapat hasil waktu reaksi yang telah di rata-rata 0,194. Pengubahan
sinyal listrik pada neuron prasinaps (potensial aksi) menjadi listrik di neuron pascasinaps
melalui cara-cara kimiawi (dengan perantaraan kombinasi reseptor neurotransmiter)
memakan waktu. Jeda sinaps ini biasanya sekitar 0,5 - 1 mdet. Pada jaras saraf, kelompokan
neuron sering kali harus menyebrang. Semakin kompleks jaras saraf, semakin lama jeda
sinaps dan semakin panjang waktu reaksi total (waktu yang dibutuhkan untuk merespons
kejadian tertentu).1

Kesimpulan
Waktu reaksi di tentukan oleh kompleks jaras saraf dan faktor lain seperti kefokusan dan
kesigapan reaksi terhadap suatu rangsang.

Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC;
2015.h.200,114.

15
2. Bloom, Fawcett. Buku ajar histology. 12nd ed. Jakarta: EGC; 2002.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. 2nd ed. Jakarta: EGC; 1996.
5. Encyclopedia of Psychology, diunduh dari
http://psychcentral.com/encyclopedia/2008/astereognosis/

16

Anda mungkin juga menyukai