Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM FISIOLOGI III

SISTEM SENSORIK

I. TUJUAN
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.
3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada
perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya
(afterimage).
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memeriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.
8. Mengukur waktu reaksi.
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.

II. BAHAN DAN ALAT


1. 3 waskom dengan air bersuhu 20˚C, 30˚C dan 40˚C.
2. Gelas beker dan thermometer kimia.
3. Alcohol atau eter.
4. Es.
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan
jarum.
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan
pakaian.
7. Mistar pengukur reaksi.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin


A. Dasar Teori
Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada
dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak
daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan
panas.
Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Stimulus ini
dikirim ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor
merupakan phasic reseptor, dan akan aktif bila temperature berubah, tetapi cepat
beradaptasi menjadi temperature yang stabil.
B. Tata Kerja
1. Sediakan 3 waskom masing-masing berisi air suhu 200.300,400C
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 2
menit. Catat kesan yang sdr alami!
3. Memasukkan kedua tangan itu segera serentak ke dalam air bersuhu 30 0C. catat
kesan yang sdr alami!
VII.1. Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara kedua tangan tersebut? Apa
sebabnya?
Jawab: Ya ada perbedaan,tangan kanan terasa lebih panas. Karna ada
perubahan suhu yang diterima oleh kulit. Pada saat waskom yang berisi air
biasa ada pengurangan kalor pada tangan kiri (dari hangat sampai dingin) dan
ada penambahan kalor pada tangan kanan (dari dingin sampai hangat).

4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak  10 cm


5. Membasahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan
kecepatan seperti diatas. Membandingkan kesan yang dialami hasil tiupan pada sub
4 dan 5!
6. Menolesi sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter
VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6
apa sebabnya ?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


o.p.: Shafira Imaniari
Tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 +- 2 menit:
Baskom berisi 200  lama-lama tidak dingin
Baskom berisi 400  lama-lama tidak panas
Tangan segera serentak ke dalam air bersuhu 300C.:
Baskom 400  tangan kiri merasakan dingin
Baskom 200  tangan kanan merasakan hangat
Antara kesan hasil tiupan pada sub 4 dan 5 tidak ada perubahan.
D. Menjawab Pertanyaan
Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa
sebabnya ?
Jawab:
Ya ada perbedaan, bagian yang diolesi alkohol terasa lebih dingin. Hal ini disebabkan
karna alkohol merupakan zat dengan titik didih rendah sehingga mudah menguap di
udara. Ketika alkohol menguap, alkohol tersebut turut membawa kalor dari tubuh kita dan
menyebabkan berkurangnya kalor dari tubuh. Hilangnya banyak kalor dari kulit membuat
otak kita membacanya sebgai suhu yang dingin.
E. Kesimpulan
Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin

II. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit


A. Dasar Teori
Reseptor sensorik
Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi
tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba
dikulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri,
sentuhan, tekanan, getaran dan proprioseptif.
Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan,
perasa pada lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang dating pada tubuh
kita diterima oleh reseptor yang khusus yang strukturnya lebih kompleks daripada
reseptor pada kulit. Reseptor ini terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata,
telinga dimana reseptornya dilindungi oleh jaringan-jaringan disekitarnya.
a. Nosiseptor
Reseptor nyeri/nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam
periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral
mempunyai beberapa nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending
dengan daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan
sumber rasa nyeri yang tepat.
Nosiseptor sensitive terhadap temperature yang ekstrim, kerusakan mekanis dan
kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga
rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuklah kita bias
merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam.
Rangsangan pada dendrite di nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen
akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat
b. Thermoreseptor
Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak
pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih
banyak daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor
dingin dan panas.
Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka
dikirim ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris.
Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi
cepat beradaptasi menjadi temperature yang stabil.
c. Mechanoreseptor
Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membrane
sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun
tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan
kelainan pada membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:
- Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi
sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan
memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan
sensasi denyutan/ debaran.
- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding
pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan system reproduksi.
- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur
dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.
d. Chemoreseptor
Spesialisasi pada neuron chemoreseptor dapat dideteksi dengan perubahan kecil
dari konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi
water-soluble dan lipid soluble yang larut dalam cairan.
Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak
tahu adanya sensai yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang
lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur
pusat respirasi dan fungsi cardiovascular
Reflek mempunyai waktu reaksi yang terukur, waktu yang dibutuhkan dari saat
perangsangan sampai timbulnya respon tersebut disebut waktu refelks. Respon dari aksi
reflex yang sederhana akan lebih cepat ketimbang respons dari aksi reflex yang
kompleks. Waktu reaksi dipengaruhi oleh intensitas rangsangan dan kompleksitas aksi
reflex. Pada umumnya makin kuat intensitas rangsangan maka waktu reaksi makin
pendek sedangkan makin komleks aksi reflex maka waktu reaksi makin lama.
B. Tata Kerja
1. Meletakkan punggung tangan kanan diatas sehelai kertas dan tarik garis pada
pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan
2. Menggambar ditelapak tangan suatu daerah 3 x 3 cm dan gambarkan pula dilukisan
tangan pada kertas
3. Menutup mata o.p dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja
4. Menyelidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan
kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut
kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan
menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang di rendam dalam
airpanas bersuhu 500 C. tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta
5. Mengulangi penyelidikan yang serupa pada sub 4 dengan kerucut kuningan yang
telah didinginkan dengan cara menempatkan di dalam bejana air es
6. Menyelidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesioner rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri
dengan jarum
7. Menggambarkan dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada
lukisan tangan di kertas
VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh
benda panas? Bagaimana keterangannya ?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Zahra

O.P. merasa panas ketika kerucut


kuningan yg telah didiamkan
terlebih dahulu di air panas,
diletakkan pada titik2 P. Dan
merasa dingin ketika kerucut
kuningan diletakkan pada titik D
D. Menjawab Pertanyaan
Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda
panas? Bagaimana keterangannya ?
Jawab:
Perubahan suhu tubuh dikedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu
mempercepat reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-
reaksi tersebut. Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia
secara homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar
metabolisma sel berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius darpada
pendinginan. Bahkan peningkatan moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi
syaraf dan denaturasi protein ireversibel.
E. Kesimpulan
Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berbeda pada tiap tempat di kulit

III. Lokalisasi Taktil


A. Dasar Teori
Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap
perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan
menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf
yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke
korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan
mengirim impuls yang berbeda pula. Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh
satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Tubuh bervariasi dalam
kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisaha bervariasi. Normalnya
dua titik terpisah 2-4mm. Dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40mm dapat
dibedakan pada dorsum pedis. Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga
jenis neuron sensorik : serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan
serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan
menyalurkan potensial aksi dengan sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat
transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa dalam serat A
biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan
potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat A. Hampir semua
informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui
akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spina, informasi dengan
lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta
dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf
dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di
talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke
korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat. Info
tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang
lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.
Indera raba (taktil): reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak
diseluruh permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting yaitu
untuk survival; dengan mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan
rasa nyeri. Sedangkan fungsi diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk
mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat dari suatu sentuhan dan berperan penting dalam
perkembangan persepsi tubuh, keterampilan motorik halus dan praksis.
Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera
taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus,
dsb), arah gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif).
Selain itu system taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi
protektif).
Reseptor taktil, terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, tapi sebenarnya masih
banyak reseptor taktil yang serupa.
1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat di jumpai di semua bagian kulit dan
jaringan-jaringan lain,dapat mendeteksi rabaan dan tekanan.
2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus,yakni badan meisner, yang meupakan
juluran saraf bermeilin dari sensorik besar meilin jenis (A&B). Reseptor ini terutama
peka terhadap pergerakkan objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap
getaran berfrekuensi rendah.
3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan
meissner biasanya juga mengandung reseptor taktil yang ujung nya meluas,yang
salah satu jenis nya diskus Merkel. Berperan penting dalam melokalisasi sensasi
raba di daerah permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang
dirasakan.
4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf
yang pangkal nya melilit.jadi setiap rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang
disebut organ ujung rambut. Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada
permukaan tubuh atau kontak awal dengan tubuh.
5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan
yang terus-menerus, missal nya sinyal raba dan tekan yang besar dan
berkepanjangan.
6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh penekkanan local jaringan
yang cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu sepersekian detik.
B. Tata Kerja
1. Menutup mata orang percobaan dan menekankan ujung pensil pada suatu titik di
kulit ujung jari nya.
2. Menyuruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi
dengan ujung sebuah pensil pula.
3. Menetapkan jarak antara titik rangsang dang titik yang d tunjuk.
4. Mengulangi percobaaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit
ujung jari,telapak tangan,lengan bawah,lengan atas dan tengkuk.
VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh
bagian tubuh?
VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang
taktil?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p : Nanda Nurdara
Percobaan Ke-
No. Lokasi
1 2 3 4 5

1 Ujung jari 0 cm 0 cm 0,5 cm 0 cm 0 cm

2 Telapak tangan 2 cm 1 cm 0,5 cm 0 cm 0,5 cm

3 Lengan bawah 2 cm 1 cm 1 cm 2 cm 1,5 cm

4 Lengan atas 0 cm 0,5 cm 0 cm 0,5 cm 0,5 cm

5 Tengkuk 0 cm 0 cm 0,5 cm 0,5 cm 0 cm

Lokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit melokalisasi di lengan
bawah dapat terlihat di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya
berbeda cukup jauh.
Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya
adalah tidak baik pada syaraf perabanya.
 TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung,
mata, bibir, dan lain-lain; merupakan suatu system yang bersifat menyebar dan
melingkar
 Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.
D. Menjawab Pertanyaan
VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh
bagian tubuh?
Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh,
reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan jumlah reseptor yang berbeda
di setiap bagian tubuh mempengaruhi lokalisasi seseorang.
VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?
Jawab: Topognosia, sensasi somatik (sensasi eksteroseptif =propioseptif)
E. Kesimpulan
Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh,
Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda
spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. TPL (lokalisasi taktil) lebih peka
pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata, bibir, dan lain-lain.
IV. Diskriminasi Taktil
A. Dasar Teori
Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat
rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan
derajat kontras pada pola spasial yang disadari.
Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal
inhibitorik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron
yang berdekatan. Sebagai contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna
dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal
inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan
yang mensekresi transmitter inhibitorik.
Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal
eksitatorik ke lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang
dirasakan di korteks serebralis.
B. Tata Kerja
1. Menentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit
ujung jari.
2. Mendekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian
jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan
sebagai 2 titik.
VII.6. Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung
jangka dibawah ambang diskriminasi taktil?
3. Mengulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Mengambil
angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Melakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan
kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksetif).
5. Menentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan
dua titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah.
6. Memberikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih
dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini
menggerakan jangka itu dengan ujungnya pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan
bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan
kedua ujung jangka.
7. Mencatat apa yang dialami.
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Nadilla Yasinta
Ambang Diskriminasi Taktil
Lokasi Kiri Kanan
Ujung Jari 0,5 cm 0,5 cm
Tengkuk 3 cm
Bibir 0,5 cm
Pipi 0,5 cm 1,5 cm
Lidah 0,5 cm

o.p. : Mashitta Putri


Lokasi Kiri Kanan
Ujung Jari 0,5 cm 1 cm
Tengkuk 0,5 cm
Bibir 0,5 cm
Pipi 0,5 cm 0,5 cm
Lidah 0,5 cm

Bagian yang terbesar ambang diskriminasi taktilnya yakni tengkuk, dan yang terkecil di
bibir dan ujung jari. Ini membuktikan bahwa sentuhan dua titik di tengkuk sulit dibedakan,
karena reseptor peraba lebih banyak namun lapang reseptif kecil di ujung jari atau bibir.
D. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah
ambang diskriminasi taktil?
Jawab:
Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau
dua titik, jika terasa dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang
diskriminsi taktilnya.
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan
sebagai satu titik. Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang
terpisah dan bukan menjadi satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di
daerah tersebut. Ambang 2 titik berkisar antara 2mm di ujung jari. Bila di kulit betis
terangsang 48mm.
E. Kesimpulan
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan
sebagai satu titik

V. Perasaan Iringan (After Image)


A. Dasar Teori
Sistem saraf mempunyai sirkuit , salah satunya adalah sikuit reverberasi atau sirkuit
bolak balik (oscilatory).Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di
dalam sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali masukan
sirkuit yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang untuk
waktu yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki
percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang menuju kembali ke neuron
sebelumnya.
Adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga rangsangan yang telah
diteruskan oleh satu neuron kembali kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga
menimbulkan perasaan iringan (after image).
B. Tata Kerja
1. Meletakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu
selama saudara melakukan percobaan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI mengangkat pensil dari telinga
saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil.
P.VII.7 Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Nadilla Yasinta
Masih terasa adanya pensil di telinga saat pensil diambil
Perasaan iringan = normal atau positif (+)
D. Menjawab Pertanyaan
Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?
Jawab:
Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan,
getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda
tersebut. sehingga pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut
memperlihatkan suatu “off reseptor” dan adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik
menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini
dilakukan oleh badan paccini.
Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai
neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.

E. Kesimpulan
Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan,
getaran dan sifat-sifat fisik benda,mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda
tersebut

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda


A. Dasar Teori
B. Tata Kerja
a. Kekasaran permukaan benda
1. Dengan mata tertutup menyuruh orang percobaan meraba-raba permukaan
amplas yang derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2. Memperhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat
kekasaran amplas.
b. Bentuk benda
1. Dengan mata tertutup menyuruh orang percobaan memegang-megang benda-
benda kecil yang saudara berikan. Dalam percobaan kali ini benda yang
digunakan adalah jam tangan, tutup botol sabun, dan paper clip.
2. Menyuruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
c. Bahan pakaian
1. Dengan mata tertutup menyuruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan
pakaian yang saudara berikan.
2. Menyuruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda
itu.
VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda
(ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Nadilla yasinta
a. Kekasaran permukaan benda
Lokasi Amplas kasar Amplas halus
Punggung tangan  
Telapak tangan  
Keterangan:
 : o.p. menebak dengan benar jenis permukaan benda
 : o.p. menebak dengan salah jenis permukaan benda

b. Bentuk benda
Jenis Benda:
Jam tangan :
Tutup botol sabun :
Paperclip : 

 o.p.menebak dengan benar semua bentuk benda.
c. Bahan pakaian
Kain I ( kain Kain 2 (Kain Kain 3 (Bahan Kain 4 ( Bahan
Kain 5 (katun)
songket) batik) kaos) satin)
    

Keterangan:
 : o.p. menebak dengan benar jenis permukaan benda
 : o.p. menebak dengan salah jenis permukaan benda

Kemampuan membedakan bahan = normal


Tidak ada kelainan pada daya membedakan berbagai sifat benda
D. Menjawab Pertanyaan:
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran,
bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?
Jawab:
Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut “agnosia”.jika
pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut
“agnosia visual”.jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan
palpasi tanpa adanya gangguan sensorik di sebut “agnosia taktil”
Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)
Berat : Baragnosia
Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia
E. Kesimpulan
Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris
baik

VII. Tafsiran Sikap


A. Dasar Teori
Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu melakukan gerak. Bahkan seseorang yang
tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak. Saat kita
tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang
disebabkanoleh kontrasi otot.
Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak
bagian tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh yang terlibat dalam grak
iniBaik itu disadari maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap
rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola
koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.
Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf.
Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau
neuron. Meskipun system saraf tersusun dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya
hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia.
Adapun berdasarkan fungsinya system saraf itu sendiri dapat dibedakan atas tiga jenis :
1. Sel saraf sensorik
Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup rangsangan dari reseptor
(penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang).Sel saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera,karena
berhubungan dengan alat indra.
2. Sel saraf Motorik
Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf
pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju to atau kelenjar tubuh. Sel saraf
motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak,karena berhubungan erat dengan
otot sebagai alat gerak.
3. Sel saraf penguhubung
Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini disebabkan
karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf
motorik.
Namun pada hakikatnya sebenarnya system saraf terbagi menjadi du kelompok besar :
1. Sistem saraf sadar
Adalah system saraf yang mengatu tau mengkoordinasikan semua kegiatan yang
dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar
bola,berjalan,berfikir,menulis,berbicara dan lain-lain.
Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
a. Saraf pusat terdiri dari :
Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.
Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan
impuls (rangsangan) dari dan ke otak,serta mengkoordinasikan gerak refleks.
Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas-ruas tulag leher hingga
ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Dan dalam sumsum ini terdapat
simpul-simpul gerak refleks.
b. Saraf Tepi:
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat
(otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf
yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh
tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.
2. Susunan saraf tak sadar.
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,
yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh
otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
B. Tata Kerja
1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup matanya
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat
kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi
badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya
dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat
yang diminta, apa nama neurologis yang dideritanya?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: R.A. Nurafrilya
Dari hasil percobaan, subjek dapat meniru atau mensinkronkan gerakan asisten dengan
tangannya:
1. Telinga
2. Mulut dan hidung
3. Alis, mata, dan hidung
4. Kuping
Jadi, subjk singkron melakukan gerakan antara subjek dan asisten.
Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun
dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk
menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di
tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan
saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron.
Sistem syaraf memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh
2. Pusat kesadaran, memori dan intelegansi
3. Higher mental process, yaitu reasoning (penalaran), thinking (berpikir), judgement
(pengambilan keputusan).
Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas, jalan dari gerak reflex ini adalah mulai
dari stimulus diterima reseptor, kemudian impus tersebut dibawa oleh saraf sensorik
menuju sum-sum tulang belakang, kemudian impul dilanjutkan oleh saraf motorik,
kemudian diterima oleh efektor maka terjadilah respon/tanggapan. Pasien dapat
melakukan gerakan yang diperintah oleh pemeriksa dengan benar. Pasien normal dan
tidak mengalami gangguan neurologis.
D. Menjawab Pertanyaan
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang
diminta, apa nama neurologis yang dideritanya?
Jawab:
Dysdiadochokinesis
E. Kesimpulan
Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.

VIII. Waktu Reaksi


A. Dasar Teori
Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan sampai
dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu reaksi ini
dipakai untuk pengukuran performansi. Yang mempengaruhi performansi kerja
diantaranya tingkat kelelahan, kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi
psikologis manusia lainnya. Hal tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang
berbeda-beda antara satu kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dll)
maupun secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri.
Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang waktu reaksi dalam
hubungannya dengan aktivitas kerja. Waktu reaksi menjadi hal yang sangat penting dan
signifikan dalam pengukuran performansi kerja. Dalam praktikum ini, akan diteliti
bagaimana perbandingan waktu reaksi sederhana sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas fisik.
Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk
memberikan reaksi terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang
memberikan respon tentang sesuatu yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Ada berbagai
macam eksperimen waktu reaksi:
 Simple Reaction Time Experiment
Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi. Contohnya
percobaan waktu reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap bunyi pada lokasi yang
telah ditentukan dan tetap.
 Recognition Reaction Time Experiment
Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus memberi respon
sedangkan ada beberapa yang subjek tidak boleh merespon. Ada 2 jenis, yaitu
symbol recognition (subjek menghafal lima buah huruf, kemudian subjek hanya
bereaksi pada huruf yang dihafal tersebut) dan tone/sound recognition (subjek
menghafal frekuensi dari bunyi, kemudian subjek hanya bereaksi pada frekuensi
yang dihafalkan).
 Choice Reaction Time Experiment
Subjek harus merespon stimulus yang diberikan berupa huruf yang ditampilkan di
layar, kemudian menekan tombol huruf/keyboard yang sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi:
1. Arousal
Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah.
Waktu reaksi akan menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam
keadaan normal), dan akan melambat bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang
2. Usia
Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah pada
usia 50-60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan waktu reaksi
pada orang dewasa mungkin disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati
merespon sebuah stimulus. Orang dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya
pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya.
3. Jenis kelamin
Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita.
4. Right handed vs left handed
Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak kanan banyak
digunakan untuk berpikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, dan
hal-hal yang berkaitan dengan ruang (misal: membidik sasaran). Maka banyak
peneliti bernaggapan bahwa orang kidal memiliki waktu reaksi yang lebih cepat
dibanding dengan orang yang tidak kidal.
5. Direct vs peripheral vision
Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek melihat tepat
pada titik stimulus (direct vision), dan dapat melambat bila stimulus diberikan
disekitar pandangan mata (peripheral vision).
6. Practice and errors
Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum pernah dilakukan
sebelumnya, maka waktu reaksinya akan lebih lambat bila dibandingkan dengan
subyek yang sudah terlatih atau efek pembelajaran.
7. Kelelahan
Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan.
8. Gangguan
Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi.
9. Peringatan akan stimulus
Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang diberikan
kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan.
10. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.
11. Faktor lingkungan
Pencahayaan, temperatur, dll.
12. Faktor psikologi
Suasana hati, tekanan, dll.
B. Tata Kerja
1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi
meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan
menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan
tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus
mengangkat selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali
4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)
C. Hasil Pengamatan
o.p.: R.A. Nurafrilya
NO. Waktu Reaksi
I. 0,26
II. 0,15
III. 0,19
IV. 0,17
V. 0,14
(rata-rata) 0,182
Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa waktu reaksi o.p normal. Karena
masih di bawah rata-rata waktu reaksi manusia yang normal yaitu 0,5 s.
D. Menjawab Pertanyaan
Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin,
suhu tubuh, kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya
reseptor yang distimuli.
E. Kesimpulan
Waktu reaksi seseorang dtentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya

Anda mungkin juga menyukai