Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksikologi I

FA2241
Praktikum 3
Sistem Peliput dan Pengaturan Suhu Tubuh

Tanggal Praktikum : Jumat, 19 Maret 2021


Tanggal Pengumpulan : Jumat, 26 Maret 2021
Nama Asisten : Sita Nurwulan (10717108)

Kelompok 2
11619006 Fakhri Dhiya Hidayat
11619013 Maureen Stefani Valentina
11619020 Alfina Mithwa Anisa
11619028 Muhammad Ricko Nugroho
11619035 Safira Santosa
11619042 Edwin Evryandi Gultom

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIK KOMUNITAS


SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktikum


Sistem peliput merupakan salah satu sistem utama yang terdapat pada organisme.
Sistem tersebut berfungsi untuk melindungi organ-organ dan segala sesuatu yang
terdapat dalam tubuh organisme sebagai sistem ekskresi dan sebagai pengatur suhu
tubuh. Sistem peliput sendiri mempunyai dua komponen utama, yaitu kulit dan beberapa
derivatif kulit terspesialisasi tertentu. Lapisan kulit terdiri dari epidermis dan dermis.
Sedangkan yang termasuk ke dalam derivatif sistem peliput antara lain kuku, rambut,
kelenjar pada kulit, dan kelenjar sebaseous.
Sistem peliput tidak berfungsi sebagai sesuatu yang terisolasi. Pada sistem
peliput, terdapat suatu jaringan kerja yang terdiri atas pembuluh darah beserta reseptr
sensorik yang memonitor suhu nyeri, tekanan, dan sentuhan. Selain sebagai sistem
peliput, kulit juga memiliki peran penting dalam sistem pertahanan tubuh terhadap
gangguan yang berasal dari luar, pengaturan suhu tubuh, sintesis zat tertentu, proses
ekskresi, dan reseptor terhadap sensasi tertentu.
Berbagai gangguan pada sistem peliput juga sangat beragam. Sebagian besar akan
berpengaruh pada fungsi sistem lainnya karena adanya keterkaitan antarsistem. Oleh
karena itu, perlu diketahui struktur dan fungsi sistem peliput beserta berbagai macam
gangguan dan juga penyebabnya.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Menentukan distribusi reseptor-reseptor sensasi pada kulit.
2. Menentukan perbedaan kepekaan kulit terhadap sensasi tekanan.
3. Menentukan penyebab terjadinya referred pain.
4. Menentukan perbedaan sensasi terhadap intensitas stimulus.
5. Menentukan salah satu fungsi kulit dalam mengatur suhu tubuh.
6. Menentukan pengaruh aktivitas terhadap suhu tubuh.
7. Menentukan pendekatan untuk mengatasi demam.

1.3. Prinsip Praktikum


Sistem peliput terdiri dari kulit, turunan kulit (kuku, kelenjar, rambut), serta
beberapa reseptor khusus. Pada permukaan kulit terdistribusi reseptor-reseptor sensasi
seperti panas, nyeri, dingin, dan sentuhan yang selanjutnya diteruskan menuju sistem
saraf pusat untuk memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Reseptor untuk sensasi
tekanan berada di bawah kulit. Kepekaan kulit terhadap tekanan berbeda-beda untuk
setiap bagian tubuh, misalnya ujung jari dan ujung lidah mempunyai kepekaan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bagian tubuh lain.
Adaptasi reseptor terjadi karena adanya kejenuhan dari reseptor karena pemberian
stimulus secara terus menerus. Hilangnya sensasi disebabkan oleh kenyataan bahwa
reseptor beradaptasi terhadap stimulus, sehingga tidak membentuk impuls saraf sampai
terjadi perubahan stimulus. Adaptasi reseptor dapat terjadi pada reseptor sentuhan,
tekanan, dan suhu.
Nyeri acuan (reffered pain) merupakan sensasi nyeri yang juga dirasakan pada
bagian tubuh lain, selain bagian tubuh yang diberi stimulus nyeri. Adanya saraf yang
menghubungkan bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya menimbulkan terjadinya
nyeri acuan (reffered pain).
Stimulus yang berbeda akan memberikan sensasi yang berbeda. Reseptor pada
kulit tersebar dengan jumlah yang beragam pada masing-masing bagian tubuh, yang
mana bagian tubuh yang mengandung banyak reseptor akan lebih peka terhadap
rangsangan, termasuk rangsangan dengan intensitas rendah, misalnya sentuhan.
Sedangkan bagian tubuh yang tidak memiliki reseptor dalam jumlah banyak akan
memiliki sensitivitas yang kurang sehingga hanya dapat membedakan rangsangan
dengan intensitas yang kuat seperti tekanan atau bahan dengan permukaan kasar.
Kulit berperan untuk mengatur suhu tubuh melalui kemampuannya
mengeksresikan keringat melalui pori-pori yang terbuka atau menahan keringat dengan
menutup pori-pori kulit. Saat suhu dingin, pembuluh darah akan mengalami mengalami
vasokonstriksi, pori-pori di permukaan kulit akan menutup sehingga ekskresi keringat
dihambat dan panas dipertahankan di dalam tubuh. Saat suhu tubuh meningkat,
pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi dan pori-pori di permukaan kulit akan
terbuka sehingga keringat dapat dieksresikan dan terjadi transfer panas/kalor ke
lingkungan. Maka dari itu, suhu tubuh menjadi rendah.
Suhu tubuh seseorang juga dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas yang dilakukan
orang tersebut. Hal ini berhubungan dengan metabolisme yang terjadi di dalam tubuh.
Dalam percobaan dilakukan perbandingan antara suhu sebelum beraktivitas atau saat
kondisi normal dengan suhu tubuh setelah beraktivitas. Basal Metabolic Rate adalah
energi yang dibutuhkan seseorang dalam menjaga fungsi organ berjalan dengan normal
saat beristirahat. Aktivitas anaerobik akan mempengaruhi BMR.
Obat antipiretik merupakan senyawa obat yang memiliki efek untuk menurunkan
suhu tubuh. Obat ini biasa diberikan ketika seseorang terkena demam. Demam
merupakan keadaan di mana suhu tubuh melebihi suhu tubuh normal (37 ℃). Adapun
demam dapat menandakan beberapa hal salah satunya adalah bentuk respon sistem imun
tubuh dalam melawan patogen.
BAB II
METODE

2.1.Sistem Peliput
2.1.1. Distribusi Reseptor Sensasi Kulit
Permukaan anterior lengan bawah digambar sebanyak 20 daerah menggunakan
pena dengan luas 2 cm2 (di atas tendon biseps jika banyak rambut). Tiap daerah tersebut
disentuh perlahan menggunakan bulu sikat dengan tekanan yang sama. Jika dirasakan
sensasi (bukan semata-mata karena sentuhannya dilihat), tandai dengan huruf S
(sentuh). Selanjutnya, sebuah paku didinginkan dalam air es lalu dikeringkan dan
dilakukan sentuhan perlahan ke tiap daerah tadi dengan ujung paku. Jika dirasakan
sensasi dingin, tandai dengan huruf D (dingin). Selanjutnya, sebuah paku dipanaskan
dalam air 40-50° lalu dikeringkan dan dilakukan sentuhan perlahan ke tiap daerah tadi
dengan ujung paku. Jika dirasakan sensasi panas, tandai dengan huruf P (panas).
Selanjutnya, dilakukan sentuhan perlahan dengan ujung jarum pentul hingga terasa
seperti tersetrum listrik ringan. Jika dirasakan sensasi tersebut, tandai dengan huruf N
(nyeri). Semua lokasi reseptor dijumlahkan lalu diulangi seluruh prosedurnya pada
daerah antara lutut dan mata kaki.
2.1.2. Sensasi Tekanan
Seseorang selain praktikan diminta untuk menutup mata kemudian dilakukan
tekanan pada suatu titik di kulit hingga berbekas dengan ujung pensil. Orang tersebut
diminta untuk melokasikan tekanan tadi dan jarak antara kedua titik tersebut dicatat.
Percobaan ini dilakukan 5 kali dan dirata-ratakan hasilnya. Prosedur diulangi pada
daerah ujung jari, telapak tangan, punggung tangan, tangan atas bagian dalam, dan
tengkuk. Hasil pengamatan ditabelkan.
2.1.3. Adaptasi Reseptor
Praktikan diminta untuk menutup mata lalu tempatkan 1 buah koin di ventral
lengan oleh seseorang selain praktikan dan rasakan tekanan dari koin tersebut setelah
itu tambah koin tersebut lalu rasakan kembali apakah sensasi tekan ada lagi.
a. Adaptasi Terhadap Reseptor Sentuhan
Seseorang selain praktikan diminta untuk menutup mata kemudian ditempatkan
suatu benda (misalnya mata uang) pada kulit permukaan ventral lengan. Sensasi
sentuh diamati selama sensasi tersebut berlangsung dalam detik. Percobaan diulangi
pada daerah lain di lengan. Mata uang ditambahkan setelah sensasi menghilang
dengan ukuran yang sama di atas mata uang pertama.
b. Adaptasi Terhadap Reseptor Suhu
Tiga gelas kimia berisi masing-masing air es (0-5°C), air suhu ruang (25°C),
dan air hangat (45°C) disiapkan. Jari tangan kiri dicelupkan dalam air es dan jari
tangan kanan dicelupkan dalam air hangat selama 2 menit. Lalu, jari kedua tangan
dicelupkan dalam air suhu ruang.
c. After Image
Sebuah pensil ditempatkan di belakang telinga antara kepala dan daun telinga.
Dirasakan sensasi yang terjadi ketika pensil diangkat.
2.1.4. Referred Pain
Siku ditempatkan dalam air es selama waktu tertentu dan sensasi yang timbul
dirasakan dan dilokasikan.
2.1.5. Daya Membedakan
Mata ditutup lalu dilakukan penilaian terhadap benda dari berbagai ukuran
kekasaran (amplas) dan benda dari berbagai bentuk (mata uang, kunci) dengan ujung
jari. Percobaan diulangi dengan lengan bawah.
2.1.6. Pengaturan Suhu Melalui Kulit
Kulit digosokkan dengan kapas yang sudah dibasahi dengan etanol lalu sensasi
yang dirasakan dicatat.

2.2.Pengaruh Aktivitas Terhadap Suhu Tubuh


Suhu tubuh dan denyut nadi/menit saudara dicatat, lalu latihan olahraga kesehatan
dilakukan. Setelah latihan olahraga kesehatan, segera dilakukan pengukuran kembali suhu
tubuh dan denyut nadi/menit. Selanjutnya, praktikan berbaring secara horizontal.
Termometer ditempatkan (bersih oleh alkohol) di bawah lidah. Mulut praktikan ditutup
selama 10 menit lalu suhu pada termometer dibaca. Kemudian, bernafas selama 2 menit
lewat mulut dan dilakukan pembacaan setelah 10 menit. Berkumur dengan air es selama 1
menit lalu termometer langsung ditempatkan kembali di bawah lidah kemudian suhu pada
termometer dibaca. Selanjutnya, praktikan berbaring secara horizontal dengan lengan
membujur pada sisi badan. Mulut praktikan ditutup dan bernafas hanya lewat hidung. Ketiak
dikeringkan dan termometer ditempatkan di bawahnya lalu dilakukan pembacaan suhu
setelah 10 menit. Selanjutnya, praktikan berlari di tempat selama 2-3 menit lalu termometer
ditempatkan di bawah lidah dan suhu dibaca setelah 10 menit.

2.3.Uji Antipiretik
Lima kelompok perlakuan (3 kelompok perlakuan diberi obat, 1 kelompok kontrol
diberi suspending agent dan induksi pepton, 1 kelompok kontrol blanko diberi suspending
agent) terdiri dari 3 tikus di tiap kelompok. Suhu rektal normal tiap tikus dicatat. Lalu,
seluruh tikus pada kelompok diberi obat dan kontrol negatif disuntik dengan larutan pepton.
Suhu rektal tiap tikus dicatat setiap selang 60 menit. Ketika puncak demam oleh pepton
tercapai, lazimnya asetaminofen, ibuprofen, asam mefenamat, dan suspending agent
(volumenya untuk memberikan dosis 300 mg/kg dengan kadar zat pensuspensi 1%)
diberikan kepada tiap tikus 4 jam setelah pemberiannya. Suhu tubuh semua kelompok tikus
dicatat pada menit ke-30, 60, 90, 120, 150, dan 180.
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Kulit merupakan reseptor tubuh yang paling luas dan paling pertama menerima informasi
dari lingkungan. Fungsi kulit diantaranya adalah proteksi tubuh dari paparan sinar matahari
ataupun mikroba, sintesis vitamin D3, penerima stimulus (panas, dingin, sentuhan, nyeri),
termoregulasi, ekskresi minyak dan keringat, serta menjadi salah satu rute pemberian obat.
Kulit terdiri atas dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis terdiri dari beberapa
bagian yang apabila diurutkan dari letak yang lebih atas, yakni stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum germinativum. Pada lapisan
dermis terdapat otot erectorvilli yang berfungsi dalam menegakkan atau menundukkan rambut.
Pada lapisan dermis juga terdapat kelenjar minyak (sebaseous) yang berperan dalam pelumasan
rambut, serta kelenjar keringat (sudorifera) yang berperan dalam ekskresi keringat. Pada
bagian bawah kulit terdapat lapisan bawah kulit (subkutan) yang terdiri atas jaringan lemak,
pembuluh darah, dan saraf.

Proses penyembuhan luka terjadi dalam empat tahap, yaitu hemostasis, inflamasi,
proliferasi, dan maturasi. Hemostasis terjadi akibat kerusakan pembuluh darah sehingga
muncul platelet yang akan menutupi vaskuler yang terbuka dan mengeluarkan substansi
vasokontriksi. Lalu, terjadi penempelan endotel untuk menutup pembuluh darah. Periode ini
berlangsung selama 5-10 menit dan selanjutnya akan terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi saraf
sensoris, aksi refleks lokal dan terdapat substansi vasodilator. Komponen hemostasis akan
melepaskan Epidermal Growth Factor, Insulin-like Growth Factor, Platelet-derived Growth
Factor, dan Transforming Growth Factor beta yang berperan untuk terjadinya kemotaksis
netrofil, makrofag, sel Mast, sel endotelial, dan fibroblas. Selanjutnya terjadi fase inflamasi
yang berlangsung di hari 0-5 setelah terjadi luka. Kerusakan sel memicu reaksi vaskuler
kompleks di jaringan ikat yang terdapat di pembuluh darah sehingga hal ini berguna sebagai
proteksi untuk tidak mengalami infeksi dan meluasnya luka. Selanjutnya terjadi fase proliferasi
yang berlangsung di hari 3-14 dan ditandai dengan adanya fibroblas di sekitar luka. Pada fase
ini, terjadi angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru). Terakhir yakni fae maturasi.
Fase ini terjadi ketika kadar produksi dan degradasi kolagen mencapai keseimbangan dan
berlangsung dari hari ke-7 hingga setahun.
Reseptor sensorik pada manusia dibagi ke dalam empat jenis berdasarkan sifat
stimulusnya, yakni nosiseptor (nyeri), termoreseptor (suhu), mekanoreseptor (distorsi fisik
seperti sentuhan), dan kemoreseptor (konsentrasi kimia). Setiap reseptor memiliki karakteristik
dan fungsi yang berbeda. Nosiseptor atau reseptor nyeri terletak di bagian superfisial kulit, di
kapsul sendi, di dalam periostea tulang, dan di sekitar pembuluh darah. Thermoreseptor atau
reseptor suhu adalah ujung saraf bebas yang terletak di dermis, otot rangka, hati, dan
hipotalamus. Mekanoreseptor yang sensitif terhadap stimulus fisik terdiri atas taktilreseptor,
baroreseptor, dan propioreseptor. Taktilreseptor terletak di kulit dan terdiri atas enam kelas
yaitu, ujung saraf bebas (terletak pada epidermis sebagai pemberi respon nyeri dan perubahan
suhu), root hair plexus (terletak di bawah rambut), Tactile discs (terletak di epidermis sebagai
reseptor sentuhan halus dan tekanan terhadap bentuk dan tekstur), Ruffini (terletak di dermis
dan sensitif terhadap tekanan dan distorsi kulit), Pacini (terletak pada hipodermis sebagai
reseptor tekanan yang dalam), Meisner (terletak pada dermal dan meresespon sensasi sentuhan
dan tekanan yang lembut). Jenis mekanoreseptor yang lain yaitu baroreseptor yang terletak
pada pembuluh darah (pada tunica adventitia), dan propioseptor yang terletak pada persendian
(respon posisi sendi), tendon (respon ketegangan tendon dan ligamen), dan otot (respon
keadaan kontraksi otot).
Pada percobaan pertama dilakukan pemberian stimulus berupa panas, dingin, nyeri, dan
sentuhan pada beberapa lokasi kulit untuk mengetahui distribusi reseptor pada kulit. Lokasi
pemberian stimulus dilakukan pada permukaan anterior lengan bawah dan antara lutut dan
mata kaki. Hasil percobaan pada setiap individu subjek memberikan nilai jumlah reseptor yang
berbeda pada masing-masing individu. Adanya perbedaan ini disebabkan karena distribusi
reseptor pada setiap individu memiliki jumlah dan persebaran yang berbeda, selain itu
intensitas stimulus yang diberikan juga akan menghasilkan sensasi yang berbeda pada setiap
individu. Secara umum, setiap subjek merasakan respon sentuh dan nyeri yang tinggi. Hal
tersebut karena reseptor nyeri tersebar lebih luas dan lebih banyak dibandingkan reseptor
lainnya. Selain itu subjek merasakan sensasi dingin yang lebih tinggi dibandingkan sensasi
panas, hal tersebut karena jumlah reseptor dingin pada manusia umumnya lebih banyak
meskipun tetap berbeda pada setiap individu.
Pada percobaan kedua, dilakukan pemberian tekanan pada lima daerah kulit (ujung jari
tangan, telapak tangan, punggung tangan, lengan atas bagian dalam, dan tengkuk) pada enam
subjek untuk melihat perbedaan variasi jarak kesalahan antara titik nyeri yang ditunjukan
subjek dan lokasi pemberian stimulus. Subjek yang memiliki hasil rata-rata jarak kesalahan
terendah artinya memiliki kepekaan pada tekanan yang relatif tinggi. Sedangkan subjek yag
memiliki hasil rata-rata jarak kesalah tertinggi artinya memiliki kepekaan pada tekanan yang
relatif rendah. Perbedaan kepekaan kulit pada tiap individu bergantung pada beberapa faktor,
seperti jumlah reseptor tekanan (korpuskel paccini) pada bagian kulit setiap individu, ketebalan
kulit, perbedaan pemberian intensitas stimulus, luas permukaan kulit dan juga termasuk adanya
penyakit atau infeksi pada neuron atau jalur sensorik juga memengaruhi kepekaan kulit pada
stimulus. Faktor ketebalan kulit dan luas permukaan kulit dapat dilihat pengaruhnya dari hasil
percobaan yang menunjukkan bahwa pemberian stimulus pada ujung jari memiliki kepekaan
yang lebih tinggi dibandingkan pada daerah lain karena ujung jari memiliki lapisan kulit yang
lebih tipis serta luas permukaan kulit yang lebih tipis dibandingkan yang bagian kulit lain yang
menjadi lokasi percobaan ini. Selain itu, ujung jari memiliki jumlah reseptor korpuskel paccini
yang lebih banyak dibandingkan pada daerah lain.
Adaptasi reseptor adalah pengurangan sensitivitas reseptor dengan adanya stimulus
konstan, atau dalam arti lain adalah hilangnya kemampuan reseptor terhadap stimulus yang
sama dan berulang. Adaptasi reseptor terjadi akibat kejenuhan reseptor terhadap adanya
stimulus secara terus menerus, selain itu tujuan adaptasi adalah sebagai mekanisme tubuh untuk
meningkatkan kewaspadaan dengan cara menurunkan respon terhdap stimulus lain yang
konstan dan terus menerus terutama pada stimulus yang tidak menimbulkan rasa sakit. Ada
dua jenis reseptor yang terjadi di PND ketika tingkat aktivitas reseptor berubah atau menurun,
yakni reseptor fasik yang beradaptasi dengan cepat contohnya reseptor suhu dan sentuhan serta
reseptor tonik yang beradaptasi lambat yakni reseptor nyeri.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk melihat respon adaptasi reseptor pada
stimulus berupa suhu dan sentuhan. Pada percobaan adaptasi terhadap reseptor sentuhan, mata
uang koin ditempatkan pada lengan ventral subjek percobaan kemudian dihitung durasi sensasi
yang dirasakan. Apabila sensasi menghilang, diberikan penambahan mata uang logam. Hasil
dari percobaan ini menunjukan durasi adanya sensasi hingga sensasi tersebut menghilang
menunjukan nilai yang berbeda-beda pada setiap individu akibat perbedaan jumlah reseptor.
Selain itu durasi setiap penambahan mata uang logam juga berbeda akibat intensitas dari
stimulus tersebut dan juga menunjukkan bahwa reseptor mengalami adaptasi. Pada percobaan
adaptasi terhadap reseptor suhu dilakukan dengan cara mencelupkan jari tangan kanan ke air
hangat dan jari tangan kiri ke air dingin selama beberapa saat kemudian keduanya dicelupkan
ke dalam air bersuhu ruang. Pada saat mencelupkan jari tangan kanan ke air hangat didapatkan
bahwa sensasi panas lebih cepat terasa daripada sensasi dingin pada jari tangan kiri, hal ini
disebabkan letak reseptor panas (Ruffini) dekat dengan permukaan kulit dibandingkan dengan
reseptor dingin (korpuskel Krausse) sehingga lebih cepat mendapat respon dari stimulus.
Kemudian saat kedua jari dicelupkan ke dalam air bersuhu ruang maka jari tangan kanan terasa
lebih cepat beradaptasi dibandingkan jari tangan kiri. Hal itu juga disebabkan karena reseptor
panas terletak lebih dekat permukaan kulit dibandingkan reseptor dingin.
After image adalah sensasi yang dirasakan terus menerus bahkan beberapa saat setelah
stimulus tidak ada. Pada percobaan ini dilakukan pemberian stimulus dengan cara
menempatkan sebuah pensil pada telinga subjek kemudian pensil diambil. Pada saat pensil
masih berada di telinga, subjek merasa ada sensasi sentuhan akibat adanya reseptor Meissner
serta ada sensasi tekanan akibat adanya reseptor Pacini pada bagian belakang teling. Namun
pada saat pensil diambil, selama beberapa saat subjek masih merasa adanya sentuhan dari
pensil tersebut meskipun kenyataannya tidak ada. Hal itulah yang disebut after image. After
image terjadi akibat syaraf sensorik belum selesai mengirimkan stimulus ke sistem saraf pusat,
sehingga subjek masih merasakan sensasi yang sama seperti sebelumnya. After image dan
adaptasi reseptor adalah kedua hal yang berbeda. After image adalah pengiriman stimulus yang
belum sampai pada sistem saraf pusat sehingga sensasi terus terasa meskipun stimulus sudah
tidak ada, sedangkan adaptasi reseptor adalah mekanisme tubuh untuk mengurangi sensitivitas
reseptor karena stimulus yang diberikan secara konstan dan terus menerus.
Referred pain adalah fenomena asing di mana nyeri yang dirasakan berbeda dengan
area yang diberi stimulus nyeri. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bahwa adanya saraf
yang saling terhubung dalam tubuh kita sehingga terjadinya nyeri acuan ini. Hal ini terjadi
karena adanya nyeri visera yang sering dialihkan ke dermatom (daerah kulit) yang dipersarafi
oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan viskus nyeri tersebut. Tujuan dari mekanisme
referred pain yang dilakukan tubuh ini adalah untuk mengurangi intensitas dan durasi keluhan
nyeri, menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang
presisten, mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri, meminimalkan reaksi
takdiinginan atau toleransi terhadap terapi nyeri, menigkatkan kualitas hidup pasien dan
mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Percobaan daya membedakan ini menunjukkan bahwa adanya kemampuan reseptor
pada kulit untuk mengirim sinyal yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik stimulus yang
diberikan, sehingga sensasi yang dirasakna pun akan berbeda. Hal ini yang menjadikan dasar
mengapa kita dapat mengetahui benda apa yang kita sentuh yang tentunya dibantu dengan
memori otak kita. Pada percobaan ini, stimulus lebih dirasakan di bagian ujung-ujung jari
dibanding degan lengan bawah. Hal ini dikarenakan jumlah saraf yang terdapat pada ujung jari
lebih banyak persebarannya dibanding dengan area lengan bawah.
Selain itu, dilakukan pula percobaan untuk mngetahui pengaturan suhu melalui kulit.
Percobaan ini dilakukan dengan mengaplikasikan kapas yang telah dibasahi dengan etanol pada
permukaan kulit. Hasil yang diperoleh ialah adanya efek dingin yang terasa pada kulit yang
diaplikasikan etanol tersebut pada waktu yang cukup singkat. Hal ini terjadi karena alkohol
yang memiliki tiik beku yang sangat rendah, sehingga alkohol sangat sensitif terhadap
perubhan suhu yang terjadi, pada hal ini adalah adanya perubahan suhu yang diakibatkan oleh
suhu tubuh. Pada saat terjadi kontak, panas tubuh mengalir dan terserap oleh alkohol yang
akhirnya memberikan rasa dingin pada area kuit tersebut. Reaksi ini merupakan termasuk kek
dalam reaksi endoterm.
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi. Hipertermia biasanya
disebabkan oleh kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh. Suhu tubuh
yang terlalu tinggi yaitu diatas 38.5⁰C akan menyebabkan munculnya beragam gangguan,
mulai dari kram otot hingga gangguan pada otak dan sistem saraf (J. Healtline 2017).
Sedangkan penurunan suhu disebut Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh menurun
drastis hingga di bawah 35oC. Ketika suhu tubuh berada jauh di bawah normal (37oC), fungsi
sistem saraf dan organ tubuh lainnya akan mengalami gangguan yang bisa mengakibatkan
kematian (DerSarkissian, C. WebMD 2017). Baik Hipertermia dan Hipotermia keduanya dapat
terjadi lebih sering karna suhu lingkungan(cuaca) meskipun ada faktor lain seperti penggunaan
obat depresan/NAPZA, kegiatan fisik, jumlah cairan dalam tubuh, dll.
Kulit manusia menpunyai banyak fungsi salah satunya adalah menjaga suhu tubuh yang
banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal atupun internal yaitu, rangsangan saraf simpatis,
hormon pertumbuhan, proses peradangan, demam, aktivitas fisik, gangguan organ, malnutrisi,
lingkungan, konsumsi obat, hormon tiroid, dll. Dari semua faktor hampir semuanya
berhubungan dengan metabolisme tubuh manusia (dr. Devina Irine Putri). Maka dampak yang
ditimbulkan oleh peningkatan dan penurunan suhu tubuh,yaitu mudahnya ada malfungsi organ
dan malfungsi hormon karena kedua hal tersebut berfungsi optimal pada suhu optimalnya
masing-masing maka ketika ada penurunan atau peningkatan suhu tubuh kedua hal tersebut
yang mendapatkan dampak paling signifikan. Yang paling dapat dirasakan kenaikan suhu
tubuh yaitu saat berolahraga, otot menggunakan karbohidrat, lemak, dan beberapa zat gizi lain
untuk diubah menjadi energi, dengan cara dibakar. Pembakaran ini menghasilkan panas yang
membuat sirkulasi darah menjadi hangat dan meningkat suhunya. Oleh karena itu, saat
olahraga seluruh tubuh kita terasa hangat (dr. Andrea Wilson Setiawan).
Selain menjaga suhu tubuh untuk tetap stabil, kulit juga berfungsi untuk mensintesis
vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Dengan paparan sinar matahari yang mengandung
sinar UVB pada kulit akan mengawali sintesis vitamin D ketika panas tubuh mengubah
previtamin D yaitu 7- dehidrokolesterol yang tersebar di seluruh tubuh menjadi bentuk akhir
yang lebih aktif. 9,13,15 Vitamin D. Vitamin D yang berasal dari dalam tubuh akan berada di
kapiler kulit lebih lama dibandingkan dengan vitamin D yang berasal dari makanan dan
suplemen. 16 Terpapar sinar matahari 5-30 menit setiap 2- 3 kali perminggu sangat cukup
untuk memenuhi kebutuhan vitamin D tubuh (R. Flannisa, 2019). Beberapa manfaat lain sinar
matahari untuk tubuh yaitu memperbaiki mood, menyembuhkan penyakit kulit, dan
memperbaiki pola tidur (dr. Tania Savitri).
Paparan sinar matahari memang baik untuk kulit tetapi jika berlebihan pun dapat
berbahaya apalagi kita tinggal di Indonesia yang beriklim tropis dengan insensitas terpapar
cahaya matahari lebih besar dibandingkan negara yang beriklim berbeda. Maka dari itu ada
produk sunblock dan suncream yang mengandung SPF (Sun Protector Factor) dan PA
(Protection Grade of UVA) untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang
berlebih.SPF yaitu pelindung kulit dari UVB dan dalam sebuah sunscreen dan sunblock
memberitahu Anda sebaik apa tabir surya tersebut dalam melindungi kulit dari sengatan sinar
matahari dan menjadi penentu berapa lama Anda dapat terpapar sinar matahari tanpa terbakar
selama penggunaan produk(dr.Patricia Lukas Goentoro). Sedangkan PA melindungi kulit dari
UVA dan kualitasnya ditandai dengan tanda +(plus) semakin banyak + semakin baik. Penyebab
penyakit pada kulit selain terpapar dengan insensitas cahaya matahari berlebih yaitu ada tiga
peradangan contohnya eksim, autoimun contohnya vitiligo, dan infeksi oleh jamur, bakteri,
virus, parasit
Demam merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh meningkat. Pada umumnya suhu
tubuh normal berada pada 36, 50 C - 37, 20 C. Jadi, seseorang dikatakan demam saat suhu
tubuhnya diatas 37, 20 C. Demam didefenisikan sebagai suatu bentuk pertahanan tubuh
nonspesifik dalam mengatasi suatu penyakit. Demam dapat disebabkan oleh fakto infeksi
seperti virus, jamur, parasit maupun bakteri dan faktor non infeksi yang bisa diakibatkan oleh
faktor lingkungan yang memicu pengeluaran panas dari dalam tubuh. Demam dapat terjadi
karena adanya suatu senyawa penginduksi yang disebut dengan pirogen. Senyawa pirogen ini
terbagi menjadi dua jenis yaitu endogen dan eksogen. Pirogen endogen adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sebagai reaksi kekebalan melawan kuman penyakit
yang masuk ke tubuh. Misalnya interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), alpha-interferon, dan
tumor necrosis factor (TNF). Sedangkan pirogen eksogen merupakan faktor eksternal tubuh
yang menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh manusia. Misalnya bagian dari sel bakteri dan
virus. Demam dapat terjadi karena adanya benda sing ataupun antigen yang masuk kedalam
tubuh manusia yang akan menginduksi sistem imun manusia. karena hal tersebut maka sel
fagositik dan jaringan disekitar nya akan menghasilkan sitokin berupa pirogen endogen yang
akan memicu peningkatan sekresi prostaglandin. Pengeluaran prostaglandin ini akan bekerja
pada pusat termoregulasi hipotalamus yang akan meningkatkan thermostat. Akibatnya
hipotalamus akan mendeteksi suhu dan akan memicu tubuh untuk menggigil agar produksi
panas segera meningkat dan mendorong vasokontstriksi pada kulit dan mengeluarkan panas.
Jadi, terjadinya demam adalah sebagai bentuk respon terhadap infeksi. Untuk mengatasi
demam tersebut, pasien biasanya diberikan obat penurun panas atau antipiretik.
Pada percobaan ini, dilakukan beberapa uji antipiretik terhadap berbagai macam obat.
Uji dilakukan dengan menginduksi hewan percobaan dengan menggunakan larutan pepton 5%
secara subkutan. Larutan pepton merupakan polimer dari suatu asam amino yang dapat
menginduksi demam karena sifatnya imunogenik. Adapun jenis obat yang digunakan untuk uji
antipiretik ini adalah parasetamol, Na-Diklofenak, dan ibuprofen. Parasetamol memiliki
mekanisme kerja dengan menghambat enzim COX-1 dan COX-2 sehingga saat enzim tersebut
dihambat, maka produksi prostaglandin akan dihambat juga. Parasetamol mampu menurunkan
demam, tetapi selain menurunkan deman juga dapat mengganggu aspek kognitif dengan
mengganggu perkembangan sistem saraf. Mekanisme kerja Natrium Diclofenac adalah dengan
menghambat kerja enzim sikloogsigenase (COX). Fungsi dari enzim ini adalah membantu
pembentukan prostaglandin saat terjadinya peradangan atau inflamasi. Mekanisme kerja
ibuprofen adalah dengan mengendalikan leucocyte – derived interleukin – 1 dan komponen
peptida lainnya dari pirogen endogen, dan menginhibisi secara langsung produksi pirogen
endogen atau interleukin prostaglandin E2 (PGE2), yang diinduksi oleh hipotalamus. Dari data
hasil menunjukkan adanya hasil uji efektivitas berbagai macam obat antipiretik yang digunakan
untuk menurunkan demam seperti, parasetamol, ibuprofen, dan Natrium diklofenak. Ketiga
obat tersebut dibandingkan terhadap kontrol negatif dan postif pada T5-T8. Nilai p<0.05 akan
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara suhu kontrol positif dan suhu kelompok
setelah pemberian obt. Dari hasil percobaan pada tabel 12 pada lampiran, parasetamol,
ibuprofen, dan Na-diklofenak belum memiliki efek antipiretik dari data T5. Namun, pada data
T6-T8 efek antipiretik sudah ada karena dari perhitungan diperoleh nilai P(T<=t) two tail lebih
kecil dari 0,05 yang menunjukkan adanya penurunan suhu yang signifikan. Dari data rata-rata
penurunan suhu setelah pemberian obat antipiretik dapat dilihat bahwa parasetamol memiliki
penurunan suhu yang lebih rendah meskipun perbedaannya tidak terlalu bermakna bila
dibandingkan dengan ibuprofen dan perbedaannya cukup signifikan bila dibandingkan dengan
Na-diklofenak.
BAB IV
KESIMPULAN

a. Reseptor-reseptor sensasi pada kulit terdistribusi di bagian superfisial kulit, kapsul


sendi, dalam periostea tulang, sekitar pembuluh darah (nosireseptor), dermis kulit, otot
rangka, hati, hipotalamus (thermoreseptor), epidermis, bawah rambut, hipodermis,
dermal, pembuluh darah, dan otot (mekanoreseptor).
b. Perbedaan kepekaan kulit terhadap sensasi tekanan dipengaruhi oleh jumlah reseptor
tekanan (korpuskel Paccini), ketebalan kulit, perbedaan pemberian intensitas stimulus,
luas permukaan kulit, dan adanya infeksi pada neuron.
c. Referred pain atau nyeri acuan disebabkan oleh adanya saraf yang saling terhubung
dalam tubuh.
d. Perbedaan sensasi yang ditimbulkan akibat intensitas stimulus disebabkan oleh jumlah
dan luas persebaran reseptor.
e. Kulit berperan dalam melakukan pengaturan suhu tubuh dengan cara mengeksresikan
keringat melalui pori-pori kulit yang terbuka ketika suhu panas dan menutup pori-pori
kulit ketika suhu dingin.
f. Aktivitas yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh secara signifikan yaitu pada saat
berolahraga, otot menggunakan karbohidrat, lemak, dan beberapa zat gizi lain untuk
diubah menjadi energi, dengan cara dibakar. Pembakaran ini menghasilkan panas yang
membuat sirkulasi darah menjadi hangat dan meningkat suhunya.
g. Dalam mengatasi demam, obat antipiretik bisa bekerja dengan cara menghambat enzim
COX-1 dan COX-2 sehingga produksi prostaglandin terhambat (parasetamol dan Na-
diklofenak), selain itu obat antipiretik juga bisa bekerja dengan mengendalikan
leucocyte – derived interleukin – 1 dan komponen peptida lainnya dari pirogen
endogen, dan menginhibisi secara langsung produksi pirogen endogen atau interleukin
prostaglandin E2 (PGE2), yang diinduksi oleh hipotalamus.
DAFTAR PUSTAKA

Arendt-Nielsen, L., & Svensson, P. (2001). Referred Muscle Pain: Basic and Clinical Findings.
The Clinical Journal of Pain, 17(1), 11-19.
DerSarkissian, C. (2017). What is Hypothermia? Retrieved from webmd:
http://www.webmd.com
dr. Andreas Wilson. (2021). Berbahayakah olahraga panas-panasan. Retrieved March 25,
2021, from Hellosehat: https://www.hellosehat.com
dr. Devia Irene Putri. (2020). Penyebab Suhu Tubuh Meningkat. Retrieved from Klikdokter:
https://www.klikdokter.com
Hamill, R. J. (1994). The Assesment of Pain, In Handbook of Critical Care Pain Management.
New York: Mc. Graw Hill.
Kompasiana, 2011, Reaksi Endoterm Crowley 2 Senapan, 26 Maret 2001 pukul 6.00 WIB,
https://www.kompasiana.com
Martini, F. H. (2006). Fundamentals of Anatomy and Physiology (7th edition). San Fransisco:
Benjamin Cummings, 14-15, 154-171,942-946, 958-961.
Ritter, J., Lewis, L., Mant, T., & Ferro, A. (2008). A Textbook of Clinical Pharmacology and
Therapeutics (5th edition). CRC Press.
Roland, J. (2017). What Is Hyperthermia and How Is It Treated? Retrieved from
https://www.healthline.com
Witting, N., Svensson, P., Gottrup, H., Arendt-Nielsen, L., & Jensen, T. S. (2000).
Intramuscular and intradermal injection of capsaicin: a comparison of local and referred
pain. PAIN®, 84(2-3), 407-412.Arendt-Nielsen L, Svensson P. (2001). Referred
Muscle Pain: Basic and Clinical Findings. Clin J Pain 17(1).
LAMPIRAN

1. Hasil Percobaan Fisiologi Kulit


Tabel 1. Data Praktikan
No. Nama Praktikan
1 Fakhri Dhiya Hidayat
2 Maureen Stefani Valentina
3 Alfina Mithwa Anisa
4 Muhammad Ricko Nugroho
5 Safira Santosa
6 Edwin Evryandi Gultom

1) Distribusi Reseptor Sensasi Kulit


Tabel 2. Distribusi Reseptor Sensasi Kulit
Subjek Sensasi Sentuh Sensasi Dingin Sensasi Panas Sensasi Nyeri
1 38 30 40 40
2 40 40 40 34
3 30 17 9 40
4 38 34 18 36
5 38 35 30 35
6 29 10 7 17

2) Sensasi Tekanan
Tabel 3. Hasil Rata-Rata Jarak Kesalahan Percobaan Sensasi Kulit
Rata-Rata Jarak Kesalahan (mm)
Daerah Rata-
Stimulus SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 Rata
Total
Ujung jari 0,8 0,7 0,8 0,7 0,5 0,9 0.73
Telapak 2,7 2,5 2,8 2,2 3,2 2,2 2,6
tangan
Punggung 3,2 2,9 3,4 2,8 4,5 3,2 3,3
tangan
Lengan 12,2 12,7 15,2 12,3 12,4 12,4 12,86
atas bagian
dalam
Tengkuk 5,2 5,8 5,4 6,9 4,3 5,2 5,46

SP = Subjek Praktikan

3) Adaptasi Reseptor
a. Adaptasi terhadap reseptor sentuhan
Waktu Sensasi Sentuhan (detik)
Subjek Praktikan
Koin 1 Koin 2
1 11,17 11,38
2 10,56 10,84
3 15,40 15,50
4 12,06 12,36
5 15,65 15,83
6 13,23 13,34

b. Adaptasi terhadap reseptor suhu


Tabel 5. Hasil Adaptasi Terhadap Reseptor Suhu
Sensasi
Praktikan Saat jari kiri di air es dan jari Setelah kedua jari dicelupkan ke
kanan di air hangat dalam air suhu ruang
Jari kiri terasa dingin dan Jari kiri terasa hangat dan tidak
kebas sedangkan jari kanan kebas lagi sedangkan jari kanan
1 tersa panas dan lama- terasa air tersebut dingin dan
kelamaan terasa nyeri seperti nyeri mulai mereda
iritasi
Jari kiri terasa kaku dan Jari kiri terasa menghangat
dingin serta sedikit rasa nyeri, tetapi ada sensasi yang tak
2
sedangkan jari kanan terasa nyaman, sedangkan jari kanan
hangat dan tidak terasa nyeri. terasa sejuk.
Terasa tidak nyaman seperti Terasa tidak nyaman pada jari
nyeri sengatan pada jari kiri kiri sedangkan jari kanan terasa
yang dicelup air es biasa saja
dibandingkan dengan jari
3
kanan yang dicelup air
hangat, tetapi jari kanan lebih
cepat beradaptasi dengan
suhu air hangat
Pada jari kiri terasa lebih Jari yang awalnya dicelupkan ke
nyeri dibandingkan dengan air dingin terasa lebih nyeri
jari kanan, sementara pada dibandingkan dengan jari yang
4 jari kanan lebih cepat tercelup dalam air panas,
beradaptasi (lebih cepat sementara jari tangan kanan
kebas) dibandingkan dengan terasa biasa saja
jari kiri
Jari kiri terasa sedikit nyeri Jari kiri terasa lebih nyaman dan
lama kelamaan, sementara sedikit berkurang rasa nyerinya,
jari kanan lama kelamaan sementara yang kanan terasa
5
terasa lebih tenang, lebih biasa saja
cepat beradaptasi dengan
lingkungan.
Saat jari kiri dimasukkan Jari yang dimasukkan kedalam
kedalam air dingin, tangan air dingin terasa lebih hangat
terasa kaku dan dingin. saat sedangkan jari yang
dimasukkan kedalam air dimasukkan kedalam air hangat
6
hangat, terasa agak terasa lebih dingin
menyengat tetapi lebih cepat
beradaptasi daripada jari yang
dicelupkan air dingin

c. After image
Tabel 6. Hasil Percobaan After Image
Praktikan Sensasi
Saat diletakkan pensil Setelah pensil dilepas
Terasa sentuhan dan tekanan dari Terasa seperti pensil
1 pensil masih di telinga padahal
sudah dipindahkan
Sensasi sentuhan dan tekanan terasa Terdapat sisa sensasi
2
dengan jelas sentuhan yang terasa
Ada sensasi sentuhan dan tekanan Sensasi sentuhan masih
3
terasa
Terdapat sensasi sentuhan dan Masih terasa sensasi
4
tekanan sentuhan
Sensasi sentuhan dan tekanan dari Sensasi sentuhan masih
5
pensil terasa jelas ada
Terasa ada sentuhan dan tekanan Sesaat terasa masih ada
6
pensil

4) Referred Pain
Tabel 7. Hasil Percobaan Referred Pain
Praktikan Sensasi saat siku didiamkan di dalam air es
Pada siku hanya terasa sedikit dingin tapi lama kelamaan terasa
1
kebas pada jari kelingking dan jari manis
Awalnya terasa dingin sekaligus nyeri kemudian rasa tersebut
2
menjalar hingga telapak dan jari tangan.
Pada awalnya terasa dingin lalu lama kelamaan menjadi kebas
3 hingga akhirnya terasa menjalar seperti sengatan listrik pada jari
kelingking dan jari manis.
Siku terasa kebas setelah beberapa saat didiamkan, lalu mulai
4 timbul sensasi nyeri pada daerah siku yang semakin lama, terasa
menjalar hingga pada jari manis dan kelingking.
Lama kelamaan sensasi rasa nyeri menjalar hingga ke ujung jari
5
tangan
Terasa nyeri dibagian siku tangan, kemudian rasa nyeri tersebut
6
lama kelamaan menjalar ke daerah jari tangan.

5) Daya Membedakan
Tabel 8. Hasil Percobaan Daya Membedakan dengan Ujung Jari
Jenis Sensasi
N
bahan/
o P1 P2 P3 P4 P5 P6
barang
Ampla kasar Kasar Kasar Kasar Sedikit
1 s pada satu kasar
sisi
Mata Halus Halus Halus Halus Bertekstu Tekstu
uang dan dan ada bertekstu dan r r nya
2
(logam sedikit teksturny r sedikit terasa
) dingin a ertekstur
Kunci Bertekstu Halus Halus Halus Sedikit Sedikit
3 r dan dan ada dan licin dan halus
dan
dingin teksturny bertekstu bertekstu kadang
sedikit a r r kasar
Kain Tekstur Lembut Cukup Lembut Lembut Halus
4 drill kain dan lembut dan
halus lembut
Kain halus Halus Halus, Halus Halus Halus
5 katun agak dan licin dan
licin lembut
Kain Licin dan Licin dan Sangat Sangat Sangat Halus
6 sutera halus halus halus, halus halus dan
licin licin
7 Kain Bertekstu Lembut Lembut, Lembut Lembut Lembu
wool r tapi dan halus halus dan halus dan halus t dan
halus halus

Tabel 9. Hasil Percobaan Daya Membedakan dengan Lengan Bawah


Jenis Sensasi
No bahan/
P1 P2 P3 P4 P5 P6
barang
1 Amplas kasar Kasar Kasar kasar Kasar
Mata uang Dingin Tekstur Tidak Teksturtidak Tidak
2 logam tidak terasa terasa terasa
terasa
Kunci Dingin Tekstur Tidak Tekstur Sedikit
3 logam tidak terasa terasa kasar
terasa
Kain drill bertekstur Cukup Agak Agak halus Lembut
4
halus halus
5 Kain katun halus Halus Halus Halus Halus
Kain Licin Licin, Halus Licin dan Halus
sutera halus dan lembut dan
6
agak lembut
licin
7 Kain wool Bertekstur Lembut Lembut Lembut Halus
dan dan
lembut lembut

6) Pengaturan Suhu Melalui Kulit


Tabel 10. Data Pengaturan Suhu Melalui Kulit
Praktikan Sensasi setelah digosok etanol
1 Rasa dingin
2 Rasa dingin
3 Rasa dingin
4 Rasa dingin
5 Rasa dingin
6 Rasa dingin
2. Data Uji Antipiretik

Tabel 11. Data Rata-Rata Suhu


Rata-Rata Suhu
Kelompok
Tikus
To T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8

Kontrol 36.9666 37.5333 41.4666


34.5 38.2 40 39.9 41.2 40.4
positif 6667 3333 6667

Kontrol 34.933 35.2666 35.5666


35.4 35.7 35.6 35.7 36.067 35.5
negatif 33333 6667 6667

36.2333 36.9333 38.1666 38.9333 36.5333


Parasetamol 34.5 38.4 37.6 37
3333 3333 6667 3333 3333

37.2666 37.9666 39.1666 37.0666 36.8666


Ibuprofen 35.1 36.2 38.2 37.6
6667 6667 6667 6667 6667

Na- 34.866 37.0666 37.8333 39.8666


38.9 39.4 39 38.6 38
diklofenak 66667 6667 3333 7

Tabel 12. Hasil T-Test Uji Antipiretik


P(T<=t) two-tail
Variable 1 Variable 2
T5 T6 T7 T8
Kontrol positif Parasetamol 0.117098 0.000983879 0.000990541 0.023533
Kontrol positif Ibuprofen 0.072735 0.000296788 0.000573043 0.022586
Kontrol positif Na-diklofenak 0.973118 0.01620406 0.003561136 0.028334
Parasetamol Ibuprofen 0.613011 1 0.878600746 0.595939
Parasetamol Na-diklofenak 0.107837 0.082794493 0.021378887 0.108343
Ibuprofen Na-diklofenak 0.064092 0.060064898 0.011092464 0.133079

Anda mungkin juga menyukai