Anda di halaman 1dari 3

TUJUAN

Menentukan kemampuan adaptasi terhadap reseptor sentuhan pada daerah tangan


Menentukan kemampuan adaptasi terhadap reseptor suhu pada jari tangan

PROSEDUR
 Adaptasi terhadap reseptor sentuhan
Mata subjek ditutup, kemudian ditempatkan koin pada kulit permukaan ventral lengan.
Diamati waktu sensasi sentuh berlangsung (sampai sensasi menghilang). Setelah sensasi
menghilang, ditambahkan koin dengan ukuran yang sama di atas koin pertama.
 Adaptasi terhadap reseptor suhu
Disiapkan 3 gelas kimia berisi masing-masing air es (0 – 5 °C), air suhu ruang (25 °C),
dan air hangat (45 °C). Kemudian, dicelupkan jari tangan kiri ke dalam air es dan jari
tangan kanan ke dalam air hangat selama dua menit dan diamati waktu untuk masing-
masing jari tangan beradaptasi. Setelah 2 menit, dicelupkan kedua jari tangan ke dalam
air suhu ruang. Diamati, waktu untuk masing-masing jari tangan beradaptasi.
HASIL PENGAMATAN
 Adaptasi terhadap reseptor sentuhan
Koin 1 Koin 2
Waktu (s) 13 10,3

 Adaptasi terhadap reseptor suhu


Sensasi Waktu (s)
Air dingin 2,2
Air hangat 2,5
Air normal 3,2 (dingin)
4,25 (panas)

PEMBAHASAN
Adaptasi merupakan kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Sementara, menurut Frederic H. Martini, adaptasi merupakan pengurangan sensitivitas
dengan adanya stimulus yang konstan. Sebagai contoh, pada saat mengendarai mobil kita
jarang terganggu dengan suara ban atau suara AC, karena sistem saraf kita cepat beradaptasi
dengan rangsangan yang tidak menyakitkan atau konstan (Martini, 497). Stimulus tersebut
behubungan erat dengan reseptor (penerima rangsang).
Reseptor merupakan struktur yang mampu mendeteksi rangsangan tertentu yang
berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Pesan yang diterima oleh reseptor disebut impuls.
Impuls yang diterima reseptor kemudian disampaikan ke efektor sampaike efektor.
Mekanisme hantaran impuls sampai ke efektor yaitu :
Impuls  reseptor  saraf sensorik  otak/sumsum tulang belakang  saraf motoric 
efektor.
Reseptor dibedakan menjadi kemoreseptor, nosireseptor, fotoreseptor,
mekanoreseptor, dan termoreseptor. Kemoreseptor merupakan reseptor yang dapat
mendeteksi perubahan konsentrasi senyawa atau bahan kimia tertentu. Umumnya,
kemoreseptor hanya merespon zat-zat yang larut air dan larut lemak yang larut dalam cairan
tubuh (interstitial fluid, plasma, CSF). Kemoreseptor biasanya terdapat pada hidung.
Fotoreseptor merupakan reseptor yang menerima rangsangan cahaya dan reseptor ini
umumnya terdapat pada mata. Mekanoreseptor merupakan reseptor yang menerima
rangsangan energi mekanik. Mekanoreseptor sensitive terhadap rangsangan yang merusak
membran plasma. Mekanoreseptor biasanya bekerja terhadap sensasi sentuhan (korpuskel
meissner) dan tekanan (korpuskel pacinian). Mekanoreseptor umumnya terdapat pada
kelopak mata, bibir, ujung jari, putting (nipples), genital eksternal, dan telapak kaki.
Nosiresptor adalah reseptor yang menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri dan
hampir seluruh bagian tubuh memiliki reseptor ini. Umumnya nosireseptor sensitive terhadap
suhu ekstrim, kerusakan mekanis, dan zat kimia terlarut (seperti zat kimi yang dilepaskan
oleh sel yang terluka. Nosiresptor memiliki ujung saraf bebas atau terbuka. Termoreseptor
adalah reseptor yang menerima rangsangan suhu memiliki ujung saraf bebas yang terdapat
pada dermis, otot rangka, hati, dan hipotalamus. Contoh dari termoreseptor yaitu korpuskel
krause (dingin) dan ruffini (panas). Jumlah reseptor dingin umumya tiga atau empat kali lebih
banyak dari reseptor panas. Sensasi suhu terjadi di sepanjang jalur yang sama dengan sensasi
nyeri. Termoreseptor merupakan phasic receptors, sangat aktif saat temperature berubah,
tetapi cepat beradaptasi pada suhu stabil.
Pada percobaan adaptasi reseptor dilakukan percobaan adaptasi terhadap reseptor
suhu, reseptor sentuhan, after image, referred pain, dan daya membedakan.
Pada percobaan adaptasi terhadap reseptor sentuhan, prinsip percobaan ini untuk
mengetahui adaptasi reseptor terhadap sensasi sentuhan. Pada saat diletakkan 1 koin pada
kulit permukaan ventral lengan, sensasi sentuhan berlangsung selama 13 detik. Kemudian
pada saat sensasi menghilang, ditambahkan koin dengan ukuran sama dan sensasi sentuhan
berlangsung selama 10,3 detik. Pada saat ditambahkan koin kedua dengan ukuran yang sama,
sensasi sentuhan berlangsung lebih cepat dibandingkan pada saat sebelum ditambahkan koin.
Hal tersebut menunjukkan bahwa reseptor sentuhan pada kulit telah beradaptasi terhadap
stimulus yang diberikan. Adaptasi reseptor ini disebut adaptasi sensori, penyesuaian diri
reseptor terhadap stimulus yang diberikan, sehingga stimulus yang diberikan akan lebih
singkat waktu berlangsungnya sensasi.
Pada percobaan adaptasi terhadap reseptor suhu, prinsipnya untuk menggambarkan
adaptasi reseptor terhadap sensasi panas atau dingin. Berdasarkan hasil percobaan yang
dilakukan, waktu adaptasi jari yang dicelupkan pada air dingin lebih cepat terasa sensasinya
dibandingkan dengan jari yang dicelupkan pada air air hangat. Setelah itu, kedua jari tersebut
dicelupkan pada air suhu normal. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, jari yang
sebelumnya dicelupkan pada air es lebih cepat mengalami adaptasi dibandingkan jari yang
sebelumnya dicelupkan air hangat. Hal tersebut menunjukkan bahwa reseptor dingin
(korpuskel krause) lebih cepat mengalami adaptasi dan sensasi daripada reseptor panas
(korpuskel ruffini). Hal itu dikarenakan jumlah reseptor dingin tiga atau empat kali lebih
banyak dari jumlah reseptor panas, sehingga reseptor dingin lebih cepat terjadi sensasi dan
mengalami adaptasi daripada reseptor panas.
KESIMPULAN
Pada saat koin ditambahkan, sensasi sentuhan berlangsung lebih cepat karena kulit sudah
mengalami adaptasi.
Reseptor dingin lebih cepat terasa sensasinya dan adaptasinya dibandingkan reseptor panas.

Anda mungkin juga menyukai