FA2241
Praktikum 4
Sistem Pencernaan
Kelompok 2
11619006 Fakhri Dhiya Hidayat
11619013 Maureen Stefani Valentina
11619020 Alfina Mithwa Anisa
11619028 Muhammad Ricko Nugroho
11619035 Safira Santosa
11619042 Edwin Evryandi Gultom
IV. KESIMPULAN
1.Secara mikroskopik, komponen saliva yang terdapat pada saliva diantaranya adalah sel-
sel epitel, butir-butir lemak, leukosit, dan bakteri.
2.Pada hasil pengujian menggunakan pH indikator, diperoleh pH saliva normal, yaitu pada
pH 7. PH yang diperoleh berada pada rentang pH normal yaitu, sekitar 6,2-7,6.
3.Pada data hasil percobaan terdapat mucin dan protein dalam saliva yang ditandai dengan
terbentuknya endapan putih pada reaksi dan adanya perubahan warna menjadi warna
ungu dan merah pada uji biuret.
4.Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase diantaranya adalah suhu,
pendidihan, dan pH. Enzim amilase bekerja pada suhu sekitar suhu tubuh norml yaitu
370C, dan pada rentang pH 5-7.
5.Peran pepsin adalah untuk mengubah protein menjadi protease dan pepton yang ditandai
dengan terbentuknya warna merah merah keunguan saat ditambahkan uji biuret pada
uji In Vitro
6.Pepsin bekerja pada suhu dilingkungan optimal 40°C dan pada pH asam, yaitu sekitar 1,5
– 2.
7.Albumin pada putih telur lebih cepat dicerna oleh enzim pancreatin dibandingkan serum
darah, karena ukuran substrat dapat mempengaruhi kerja enzim sebab albumin pada
putih telur memiliki ukuran yang lebih kecil (42700 Da) dibanding ukuran albumin
pada serum darah (66500 Da).
8.Garam empedu bekerja untuk mengemulsikan lemak dan membentuknya menjadi globul-
globul yang lebih kecil untuk mempermudah proses pencernaan lemak. Proses ini
dibantu dengan adanya enzim lipase dalam pencernaan lemak menjadi asam lemak dan
gliserol untuk diabsorbsi.
9.Garam katartik MgSO4 25% bersifat hipertonis akan meningkatkan volume cairan
segmen usus sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan konstipasi, NaCl 0,9%
bersifat isotonis tidak menghasilkan perubahan atau pergerakan cairan, sedangkan
larutan hipotonis MgSO4 0.2% , justru akan menyebabkan volume cairan pada segmen
bergerak masuk ke sel intestinal pada system pencernaan tikus.
10. Morfin sebagai obat diare bekerja dengan berikatan dengan reseptor sehingga akan
terjadi inhibisi jalur neural yang dapat menekan aktivitas peristaltik usus, serta
meningkatkan aktivitas otot saluran pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J., & Fessenden, J. S. (1994). Organic Chemistry (5th ed.). Belmont, California,
USA.: Wadsworth, Inc.
Makarim, F. (2020). Berguna Secara Medis Ini Efek Samping Morfin pada Tubuh. Retrieved
April 2, 2021, from Halodoc: http://www.halodoc.com
Martini, Frederic H., Nath, Judi L. (2012). Fundamentals of Anatomy & Physiology (9th ed.).
Boston: Pearson Education, Inc. Hal 862-913,
Neal, M. J. (2012). Medical Pharmacology at a Glance (7th ed.). London: Wiley-Blackwell.
Hal 64-64.
Poedjiadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sudarmadji, dkk. (1996). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Libery
Yogyakarta.
Tortora, G., & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy and Physiology (13th ed.). United
States of America: John Wiley & Sons, Inc. Hal 974-976.
LAMPIRAN
Tabel 1. Pengujian saliva
Pengujian Hasil
Uji pH
pH 7
Uji mucin
5°C
37°C
70°C
6,8
Hari 0
pH = 2
pH Hari 1
pH = 1,5
Hari 2
pH = 1,5
Hari 3
pH = 1,5
Hasil Uji
Biuret
Tikus Zat Uji Jarak Transit Tinta (cm) Panjang Usus (cm)
5 40
Morfin 0,04 mg/g bb 12 64
6,5 39,5
1
23,5 52
NaCl 0,9% 20,5 42
12,5 48,5
9 52
Morfin 0,04 mg/g bb 21 70
12 70
2
26 57
NaCl 0,9% 13,5 63
22,5 75
12 60
Morfin 0,06 mg/g bb 10 63
9 58
3
11,5 51,5
NaCl 0,9% 54 70
16,5 56,5
t-Test: Two-Sample
Assuming Equal
Variances
Variable 1 Variable 2
Mean 0,181718 0,383882
Variance 0,00241 0,032105
Observations 9 9
Pooled Variance 0,017258
Hypothesized Mean
Difference 0
df 16
t Stat -326,452
P(T<=t) one-tail 0,002435
t Critical one-tail 1,745,884
P(T<=t) two-tail 0,00487
t Critical two-tail 2,119,905