FISIOLOGI HEWAN
ENZIM PENCERNAAN
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui macam-macam enzim pencernaan makanan yang terdapat
pada usus ikan Mas (Cyprinus caprio)
2. Mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan makanan
D. Hasil Pengamatan
Uji Pembuktian Adanya Enzim Amilase
Tabung A mengalami perubahan warna dari putih bening menjadi merah
bata,
Tabung B dari warna putih bening menjadi hijau kebiruan.
E. Pembahasan
Pada saat proses pencernaan makanan yang dicerna dipecah menjadi
molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding
usus dan masuk kedalam aliran darah. Pencernaan merupakan proses yang
berlangsung terus menerus. Bermula dari pengambilan pakan dan berakhir
dengan pembuangan sisa pakan (Indira, 2011). Enzim adalah satu atau beberapa
gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia.
Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim
hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini
disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap (Campbell,
2004)
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam enzim
pencernaan makanan yang terdapat pada saliva dan usus ikan Mas (Cyprinus
caprio) dan untuk mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan makanan.
Pada percobaan pertama dilakukan pembuatan ekstrak usus yang nantinya
akan digunakan untuk percobaan selanjutnya. Pada praktikum ini digunakan
toluen sebagai pengawet yang menjaga enzim dari kerusakan atau pembusukan
selama penyimpanan. Sedangkan pembungkusan botol berisi ekstrak usus
dengan kertas karbon adalah untuk menjaga suhu botol tetap stabil, ini
dilakukan karena enzim dapat terpengaruh denagn penurunan dan kenaikan
suhu (Chang, 2013).
Percobaan selanjutnya adalah tes pembuktian adanya amylase. Di dalam
usus terdapat enzim amilase yang terdapat pada cairan pancreas, sama dengan
amilase pada saliva (ptyalin), yaitu berfungsi sebagai katalis dalam proses
hidrolisis amilum, dekstrin, dan glikogen menjadi maltosa. Hidrolisis amilum,
dekstrin, dalam usus berjalan dengan cepat sebab maltosa yang dihasilkan
segera dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim maltase yang terdapat dalam cairan
usus (Poedjiadi, 2006). Dalam percobaan ini didapatkan hasil positif bahwa
usus mengandung enzim amilase. Hal ini dibuktikan dengan perubahan warna
yang terjadi saat cairan yang berisi ekstrak usus ditambah reagen benedict
berubah menjadi merah bata dan dibandingkan dengan cairan kontrol.
Penambahan reagen benedict berfungsi untuk menguji adanya karbohidrat.
Dalam percobaan dilakukan pemanasan cairan, hal ini bertujuan untuk
mempercepat reaksi dan untuk merusak gugus glukosa yang ada di dalamnya.
Percobaan selanjutnya adalah tes pembuktian adanya enzim sukrase. Dalam
percobaan ini didapatkan hasil positif bahwa usus mengandung enzim sukrase.
Hal ini dibuktikan dengan perubahan warna yang terjadi saat cairan yang berisi
ekstrak usus ditambah reagen benedict berubah menjadi merah kekuningan dan
dibandingkan dengan cairan kontrol. Penambahan reagen benedict berfungsi
untuk menguji adanya karbohidrat. Dalam percobaan dilakukan pemanasan
cairan, hal ini bertujuan untuk mempercepat reaksi dan untuk merusak gugus
glukosa yang ada di dalamnya.
Percobaan selanjutnya adalah tes pembuktian adanya protein yang terdapat
pada enzim tripsin. Uji biuret merupakan uji umum untuk protein (ikatan
peptida) tetapi tidak dapat menunjukkan asam amino bebas. Jika terbentuk
warna ungu, berarti zat itu mengandung protein (Almatsier, 2003). Pembuktian
adanya enzim proteinase pada putih telur dengan pemanasan agar mengalami
percepatan reaksi dan merusak proteinnya sehingga lebih cepat terlihat
hasilnya. Selain itu, putih telur diencerkan terlebih dahulu agar memaksimalkan
protein yang terdapat didalamnya. Di dalam usus, kelanjutan dari pencernaan
protein dalam lambung, peptid akan mengalami hidrolisis dimana prosesnya
dilakukan oleh enzim karboksipeptidase, tripsin, khimotripsin, elastase sebagai
katalisatornya menjadi polipeptid, tripeptid, dan dipeptid. Selanjutnya
oligopeptid tersebut akan dihidrolisis oleh enzim peptidase menjadi bentuk
tripeptid dan dipeptid hingga akhirnya menjadi asam amino (Fujaya, 2004).
Dalam percobaan ini didapatkan hasil positif yang ditunjukkan dengan
perubahan warna pada larutan yang terdapat ekstrak usus menjadi kuning keruh
dan terdapat cincin berwarna ungu, hal ini sesuai dengan teori bahwa uji biuret
untuk protein akan positif bila terdapat warna ungu. Ini membuktikan bahwa di
dalam usus terdapat enzim tripsin.
Percobaan selanjutnya yaitu tes pengaruh empedu terhadap lemak,
hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk
membantu proses pencernaan lemak. Fungsi getah empedu untuk memperhalus
butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan
diserap oleh usus. Menurut Fujaya (2004) ada dua proses penting dalam
pencernaan lemak yaitu emulsifikasi oleh garam empedu dan pencernaan oleh
lipase. Garam-garam empedu yang berasal dari kantung empedu, lemak dapat
dihidrolisis oleh lipase dengan segera sehingga dapat diserap dan diedarkan ke
seluruh tubuh. Proses emulsifikasi ini merupakan proses pelapisan lemak untuk
memperkecil ukuran lemak sehingga memiliki luas permukaan yang lebih
besar. Dengan luas permukaan yang besar ini enzim lipase akan lebih mudah
menghidrolisis lemak dan lemak dapat dengan mudah diedarkan keseluruh
tubuh. Dalam percobaan ini didapatkan hasil tabung A yang berisi cairan
empedu ditambah dengan minyak goreng yang menghasilkan warna hijau,
sedangkan tabung B terdapat dua fase yaitu pada baian atas berwarna putih
keruh dan bagian bawah berwarna jernih (sebagai kontrol). Hal ini
menunjukkan bahwa butiran lemak lebih banyak di akuades (tabung B) karena
air tidak memiliki enzim pemecah lemak, sedangkan pada empedu terdapat
enzim pemecah lemak sehingga butiran lemak lebih sedikit dan warna berubah
menjadi hijau. Empedu memecah dan memperhalus butiran lemak sehingga
mudah larut, hal ini dibuktikan oleh tabung A.
Percobaan terakhir adalah analisis enzim pada saliva. Di dalam pencernaan,
air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Didalam saliva
terdapat enzim saliva yaitu suatu enzim ptialin yang berfungsi untuk memecah
molekul amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis (Sulastri, 2010). Uji
Iodium digunakan untuk memisahkan amilum atau pati yang terkandung dalam
larutan. Reaksi positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi
biru atau biru keunguan. Warna tersebut merupakan hasil dari ikatan kompleks
antara amilum dengan Iodin (Sumardjo, 2009). Dalam percobaan ini didapatkan
hasil yaitu pada tabung A yang terdapat saliva berubah warna menjadi ungu
pekat ini menandakan bahwa kandungan amilumnya banyak. Pada tabung B
yang ditambah aquades berubah warna menjadi ungu pudar, pada tabung A dan
B terjadi perubahan warna karena adanya reaksi amilum dan iodin sehingga
memberikan warna ungu pada larutan. Pada tabung C larutan menjadi tidak
berwarna atau bening karena pada saat pemanasan terjadi perubahan suhu yang
tinggi yang menyebabkan rantai amilum memanjang dan iod terlepas sehingga
ikatan iod dari amilum terputus.
F. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada pengamatan ini yaitu,
1. Enzim penncernaan yang terdapat pada usus ikan yaitu enzim amilase,
enzim sukrase dan enzim protease atau tripsin. Hasil pengamatan enzim
yang terdapat pada saliva yaitu enzim ptyalin atau amilase, yang
memecah tepung (amylum) menjadi disakarida maltosa dan polimer
glukosa kecil lainnya.
2. Empedu memiliki peran penting dalam sistem pencernaan dan sistem
ekskresi manusia. Terutama untuk membantu penyerapan lemak dan
membantu hati mengeluarkan zat-zat beracun dari dalam tubuh. Fungsi
getah empedu untuk memperhalus butiran-butiran lemak menjadi
emulsi sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus.
G. Daftar Pustaka
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka
Campbell, N. A., Reece, J. B. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga
Chang, Raymond. 2013. Kimia Dasar: Konsep – konsep Inti Jilid I. Alih
Bahasa: Muhammad Abdul Kadir M. Et.al. Jakarta: Erlangga
Fujaya, Yshinta, 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pembangunan Teknik
Perikanan. Jakarta: Rieneka Cipta
Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia
Sumardjo, D. 2009. Pengatur Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1. Kedokteran EGC.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas enzirn amilase air
ludah manusia terhadap pati jagung dan pati ubi kayu serta untuk rnenentukan
besarnya aktivitas enzim amilase air ludah manusia terhadap pati jagung dan pati ubi
kayu pada berbagai variasi konsentrasi substrat. Subjek penelitian adalah pati jagung
dan pati ubu kayu dan objek penelitian 3alah aktivitas enzirn amilase yang terdapat
dalam air ludah terhadap kedua pati tersebut. Penentuan aktivitas enzirn amilase
dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap I aitu uji kualitatif amilase dengan metode
`JVohlgemuth, tahap 2 yaitu penentuan kondisi ptimum komplek iod-amilurn yaitu
penentuan panjang gelombang maksimum dan enentuan walctu kestabilan komplek
berwarna, tahap 3 yaitu penentuan kondisi aktivitas nzim yaitu penentuan suhu
optimum, pH optimum dan waktu inkubasi optimum, dan lhap 4 yaitu penentuan
aktivitas enzim amilase yaitu uji iodin dan uji benedict. enentuan aktivitas enzirn
amilase ditentukan pada berbagai variasi konsentrasi substrat ,25; 0,50; 0,75; 1,00;
1,50 dan 2,00 % b/v, dan dilakukan dengan mencampurkan abstrat pati dan buffer
fosfat pH optimum kemudian diinkubasi dalam penangas air pada ihu optimum dan
wak'tu inkubasi optimum setelah itu ditambahkan enzirn amilase ;lanjutnya didinginkan
dan ditambahkan larutan iodin lalu diukur absorbansinya pada tnjang gelombang
maksimum. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan ANAVA AB.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada aktivitas enzim amilase air
ludah manusia terhadap pati jagung dan pati ubi kayu serta ada perbedaan yang
gnitikan besarnya aktivitas enzim amilase air ludah manusia terhadap pati jabung
besar 0,16; 0,21; 0,38; 0,45; 0,40; dan 0,45 unit yang optimum pada konsentrasi 1 °i°
v dan pada pati ubi kayu sebesar 0,25; 0,38; 0,48; 0,55; 0,55; dan 0,55 unit yang juga
)timum pada konsentrasi substrat 1 % b/v.
Jurnal BIOSCIENTIAE. Vol 8. No. 2
ABSTRACT
This experiment was conducted to compare digestive enzyme activity of of nile tilafia with
feed formulation contain Hydrolyzed and non Hydrolyzed Leucana leucophala Leaf Meal
with Sheep Rumen Liquor Enzyme Extract. Fish were fed isonitrogenous (±32% crude
protein and C/P±9, 25 kkal/kg) diets for 50 days in 18 aquarium with a recirculation water
system. 12 diets were formulated to contain hydrolyzed LLM and non hydrolyzed LLM at
level 10% 15% 20% 25% and 30% and one diet acting as a control (0% LLM). All diets
were isonitrogenous and isoenergy. A seven week feeding trial was carried out on triplicate
groups of eight fish (9.38±0, 41) in 36 aquarium with a recirculating system. Fish were fed
twice daily as satiation. Results of the present study indicate that using hydrolyzed LLMin
fed formulation can be incrase protease, amilase and cellulase enzyme activity in digestive
tract nile tilapia.