Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
KOAGULASI DARAH DAN UJI IMUNOLOGI:
KOMPOSISI DARAH PADA PREPARAT APUS DARAH

Nama : Nurul Hafidhoh


NIM : 1908086092
Kelas / Keloter : Pendidikan Biologi 4 C / 2

Dosen Pengampu : Dwimei Ayudewandari Pranatami, S.si.,


M.sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2021
ACARA 7
KOAGULASI DARAH

A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi darah.
2. Mengetahui waktu koagulasi darah.

B. Alat dan Bahan


1. Gelas benda
2. Tusuk gigi
3. Stopwatch
4. Darah segar hewan vertebrata (Gallus gallus domesticus/ Mus musculus
L/Carvia porcellus)
5. EDTA 1%
6. Na oksalat

C. Cara Kerja
1. Ambil darah sebagai sample
2. Siapkan 3 gelas benda, pada gelas benda pertama tetesi EDTA 1%, pada
gelas benda kedua tetesii Na oksalat dan pada gelas benda ketiga
dibiarkan kosong
3. Pada masing masing gelas benda ditetesi dengan darah sampel
4. Pada interval waktu tertentu tarik lah darah yang ada pada gelas benda
hingga darah mengental

D. Hasil Pengamatan
No Perlakuan Hasil (Waktu
Pembekuan)
1 Darah + EDTA 1% 15 menit
2 Darah + Na Oksalat 15 menit
3 Darah 8 menit

E. Pembahasan
Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri,
kapiler dan vena). Jika terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah
tersebut, baik ke dalam maupun ke luar tubuh. Sehingga tubuh mencegah atau
mengendalikan perdarahan melalui beberapa cara (homeostatis). Hemostasis
adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh darah yang
mengalami cedera. Kelangsungan hemostasis dipertahankan melalui proses
keseimbangan antara pendarahan dan trombosis yang melibatkan komponen
sistem vaskular, trombosit, faktor koagulasi, fibrinolisis dan antifibrinolisis (Umar
dan Sujud, 2020).
Koagulasi adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang
memicu partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan dan
membentuk trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari hemostasis, yaitu saat
penambalan dinding pembuluh darah yang rusak oleh keping darah dan faktor
koagulasi (yang mengandung fibrin) untuk menghentikan pendarahan dan
memulai proses perbaikan (Durachim dan Astuti, 2018).
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi proses koagulasi darah dan mengetahui waktu koagulasi darah.
Pada perlakuan pertama darah dicampur dengan EDTA 1% dan didapatkan waktu
pembekuan darah ialah 15 menit. Pada perlakuan ke dua darah dicampur dengan
Na oksalat dan didapatkan waktu pembekuan darah ialah 15 menit, dan pada
darah yang tidak diberi perlakuan atau campuran didapatkan waktu pembekuan
darah ialah 8 menit. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa EDTA dan Na
oksalat yang dicampur dengan darah dapat mempengaruhi waktu pembekuan
darah, karena EDTA dan Na oksalat merupakan salah satu senyawa antikoagulan.,
yaitu ditandai dengan waktu yang dibutuhkan untuk pembekuan darah yaitu 15
menit. Pada umumnya waktu normal masa pembekuan darah yaitu 2-8 menit.
Pemeriksaan masa pembekuan darah ini merupakan salah satu tes penyaring
dalam pemeriksaan faal hemostasis (Rochmah, 2018).
Antikoagulan adalah senyawa yang dapat mencegah terjadinya penggumpalan
darah. Dalam pemeriksaan laboratorium dapat digunakan macam-macam
antikoagulan, tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan karena
setiap antikoagulan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada
beberapa macam antikoagulan seperti Trisodium citrate, Double okxalate,
Heparim, EDTA (Ethylendiamine Tetraacetic Acid) dan Matrium okxalate
(Sadikin, 2002).
Faktor Pembekuan Darah (Koagulasi) (Rochmah, 2018):
a. Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma
dan diubah menjadi fibrin melalui aksi thrombin. Kekurangan faktor ini
menyebabkan, masalah pembekuan darah afibrinogen emiaatauhypo
fibrinogenemia.
b. Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan
diubah menjadi bentuk aktif thrombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) dijalur umum dari pembekuan. Fibrinogen thrombin
kemudian memotong ke bentuk aktif tibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
c. Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang
berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; jaringan tromboplastin penting
dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di jalur
koagulasi ekstrinsik disebut juga faktor jaringan.
d. Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan
darah. Kalsium dapat diikat oleh senyawa antikoagulan. Antikoagulan yang
bekerja dengan cara mengikat kalsium yaitu klorida, oksalat dan sitrat, ada pula
senyawa yang bersifat sebagai pencekal kation bivalve yaitu EDTA.
e. Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas
yang hadir dalam plasma tetapi tidak dalam serum dan fungsi baik di intrinsik dan
ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothombin
thrombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah
pada kecendrungan berdarah yang langka yang disebut parahemofilia, dengan
berbagai derajat keparahan disebut juga akselerator globulin.
f. Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V,
tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
g. Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relative stabil dan
panas dan berpartisipasi dalam jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh
kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.
Defisiensi faktor proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau di
peroleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecendrungan perdarahan. disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
h. Antihemofilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil
dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser
dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor 10.
defisiensi, sebuah resesif terkait-10 sifat, penyebab hemophilia A. disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
i. Tromboplastin plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relative stabil dan terlibat dalam jalur intrinsic dari pembekuan. Setelah aktivasi,
diaktifkan defisiensi faktor 10. hasil di hemophilia B. disebut juga faktor natal dan
faktor antihemophilic B.
F. Kesimpulan
1. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembekuan darah salah
satunya yaitu pemberian senyawa antikoagulan. Antikoagulan adalah
senyawa yang dapat mencegah terjadinya penggumpalan darah. Dalam
pemeriksaan laboratorium dapat digunakan macam-macam antikoagulan,
tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan karena setiap
antikoagulan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada
beberapa macam antikoagulan seperti Trisodium citrate, Double okxalate,
Heparim, EDTA (Ethylendiamine Tetraacetic Acid) dan Matrium
okxalate.
2. Pada umumnya waktu normal masa pembekuan darah yaitu 2-8 menit.
dan pada saat darah bercampur dengan EDTA atau bercampur Na oksalat
yaitu 15 menit. Karena EDTA dan Na oksalat termasuk senyawa
antikoagulan.

G. Daftar Pustaka
Durachim, Adang dan Dewi Astuti. 2018. Bahan Ajar Teknik Laboratorium
Medik (TLM) HEMOSTASIS. KemenKes RI: Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan
Sadikin, M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya medika

Rochmah, Siti. 2018. Perbedaan Waktu Pembekuan Darah Kapiler Dan Vena
Pada Ibu Hamil Trimester III. Manuskrip Diploma IV
Umar, Ibnu dan Sujud, Reza Widianto. 2020. Hemostasis dan Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC). Journal of Anaesthesia and Pain,
2020, Volume: 1, No.2: 19-32
H. Lampiran
Journal of Anaesthesia and Pain, 2020, Volume: 1, No.2: 19-32
https://jap.ub.ac.id

Hemostasis dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)


Ibnu Umar1, Reza Widianto Sujud2
1
Fellow Intensive Care, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran-RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung, Indonesia. 2Konsultan Intensive Care, Fakultas
Kedokteran, Universitas Padjadjaran-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung,
Indonesia

SUMMARY
Hemostasis is a mechanism that works to protect the body from bleeding and
blood loss. This system involves the plasma, platelets, and blood vessel walls. The
hemostasis defines as the balance between the procoagulant and anticoagulant
mechanisms associated with fibrinolysis. Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC) is a serious disease characterized by the increase, persistent, and
generalized coagulation activation. DIC causes the formation of microthrombi in
microvascular. At the same time, the consumption of platelets and coagulation
proteins can induce massive bleeding. DIC always has an underlying disease such
as severe infection, hematological malignancies, trauma, or obstetric disorders.
DIC management consists of the underlying disease management, anticoagulant
therapy, and supportive care in the form of transfusion of blood components.
According to pathophysiological knowledge, the therapeutic option is chosen to
reduce thrombin formation or coagulation activation regulation. However, the
clinical benefits of these therapies have yet to be established.
Keyword: DIC, DIC management, hemostasis
RANGKUMAN
Hemostasis merupakan mekanisme tubuh yang bekerja untuk melindungi tubuh
dari perdarahan dan kehilangan darah. Sistem ini melibatkan faktor plasma,
trombosit dan dinding pembuluh darah. Oleh karna itu, mekanisme hemostasis
mencerminkan keseimbangan antara mekanisme prokoagulan dan antikoagulan
yang dikaitkan dengan proses fibrinolisis. Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC) merupakan penyakit serius dimana terjadi aktivasi koagulasi yang
meningkat, persisten, generalisata serta biasanya menyebabkan pembentukan
mikrotrombus pada mikrovaskular. Pada saat yang sama, konsumsi trombosit dan
protein koagulasi dapat menginduksi perdarahan masif. DIC selalu memiliki
penyakit yang mendasarinya seperti infeksi berat, keganasan hematologi, trauma
atau gangguan obstetrik. Tatalaksana DIC berupa manajemen penyakit yang
mendasarinya, terapi antikoagulan, dan supportive care berupa transfuse
komponen darah. Wawasan patofisiologi tentang koagulopati konsumtif saat ini
mengarahkan pada pilihan terapi yang ditujukan untuk mengurangi pembentukan
thrombin atau regulasi aktivasi koagulasi. Akan tetapi, keuntungan klinis terapi
tersebut masih belum dapat ditetapkan.
Kata kunci: DIC, hemostasis, manajemen DIC
Manuskrip Diploma IV, 2018

PERBEDAAN WAKTU PEMBEKUAN DARAH KAPILER DAN


VENA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
Siti Rochmah
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
Sitirochmah130@gmail.com

Abstract
Time of blood clotting is one of the examinations to look for abnormalities in the
hemostasis phyla. In pregnant women this test is necessary for early diagnosis of
bleeding abnormalities, so it can be anticipated if there is a history of bleeding.
Examination can use venous blood samples and capillaries. Capillary blood
volume of 55% and venous blood by 75% in the third trimester pregnant women.
The purpose of this study was to determine the difference of capillary blood
bleeding time in the third trimester pregnant women. This type of research is a
quantitative research with research type with cross sectional study design which is
aimed to know the difference of capillary blood venous and venous time in
pregnant women Trimester III. The results of Clotting Time venous blood count
longer than Clotting Time capillary blood, the average Clotting Time venous
blood of 3.72 minutes and average Clotting Time capillary blood of 2.69 minutes.
Normality Test Results with Saphiro-Wilk Test obtained value of significance for
Clotting Time of venous blood was 0.036 while Clotting Time capillary blood
was 0.102, due to significance of Clotting Time venous blood and Clotting Time
capillary blood> 0.005, it can be concluded that venous Blood Clotting Time data
and Clotting Time capillary blood were normally distributed. Paired t-test results
showed that there was a significant difference between venous Blood Clotting
Time higher than Clotting Time capillary blood with P 0.001 <0.05

Keywords: Clotting Time Capillary Blood, Clotting Time Venous Blood


ACARA 8
UJI IMUNOLOGI: KOMPOSISI DARAH PADA PREPARAT

APUS DARAH

A. Tujuan Praktikum
Mengetahui komposisi darah pada hewan dilihat dari preparat apus darah.

B. Alat dan Bahan


1. Mikroskop
2. Object glass dan kaca penutup
3. Blood lancet
4. Hand counter
5. Darah hewan percobaan/probandus
6. Giemsa fluka
7. Etanol
8. Metanol
9. Kapas

C. Cara Kerja
1. Ambil setetes darah dari hewan percobaan/probandus, lalu teteskan pada
ujung object glass yang telah disterilkan.
2. Tipiskan darah dengan teknik apusan menggunakan object glass yang
lain. Tunggu hingga darah kering.
3. Tetesi apusan darah dengan menggunakan metanol hingga merata dan
tunggu kering (± 1 jam). Penetesan dilakukan dengan cara memiringkan
object glass.
4. Warnai sel darah dengan pewarna Giemsa (campuran Giemsa fluka dan
etanol dengan perbandingan 1:5). Teteskan pada apusan darah dan
tunggu hingga ada perubahan warna menjadi ungu.
5. Bilas dengan air mengalir sehingga tidak ada pewarna Giemsa
yang tertinggallalu keringkan.
6. Amati apusan darah di bawah mikroskop.
7. Lihatlah komposisi darah yang ada di preparat apusan. Gambar hasil
pengamatan.
D. Hasil Pengamatan
Preparat 1

Preparat 2

Preparat 3

E. Pembahasan
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang berada dalam ruang
vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian
tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru
kejaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan,
membawa zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan
hormon dan materi-materi pembekuan darah (Desmawati, 2013).
Setelah dilakukan pengamatan di mikroskop dapat terlhat eritrosit, trombosit
dan leukosit. Karakteristik umum darah meliputi warna, vsikositas, pH, volume,
dan komposisinya (Desmawati, 2013).
a. Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berkaitan
dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena berwarna merah
tua/gelap karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah arteri.
b. Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048
sampai 1.066.
c. pH
pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral 7.00).
d. Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB, atau
sekitar 4 sampai 5 liter darah.
e. Komposisi Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu:
1) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri dari
92% air, 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan,
enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-garam organik.
Protein-protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin,
alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen,
protombin, dan protein esensial untuk koagulasi. Serum albumin dan
gamma globulin sangat penting untuk mempertahankan tekanan osmotik
koloid dan gamma globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin)
seperti IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme.
2) Sel-sel darah/butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas
eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red blood cell (RBC), leukosit
atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC), dan trombosit
atau platelet. Sel darah merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah
(44%) sedangkan sel darah putih dan trombosit 1%. Sel darah putih terdiri
dari Basofil, Eusinofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit.
Berkaitan dengan praktikum acara 7, trombosit memiliki peran dalam sistem
hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh untuk melindungi diri terhadap
kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama trombosit adalah
melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma
kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding
pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan
trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka)
danagregasi (perlekatan antar sel trombosit). Bahan pemeriksaan yang dianjurkan
untuk pemeriksaan hitung trombosit adalah EDTA. Antikoagulan ini mencegah
pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium dan juga dapat menghambat
agregasi trombosit (Garini, 2013).
F. Daftar Pustaka
Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi. Edited by D. Juliastuti.
Jakarta: Penerbit In Media

Garini, Ardiya. 2013. Perbandingan Hasil Hitung Jumlah Trombosit Secara


Otomatik Pada Darah Yang Ditambahkan Anti Koagulan Na2EDTA
10% Dengan K2EDTA Vacutainer

G. Lampiran
Jural Kesehatan, Volume 1 No. 11 Juni 2013
ISSN 0126-107X
PERBANDINGAN HASIL HITUNG JUMLAH TROMBOSIT SECARA
OTOMATIK PADA DARAH YANG DITAMBAHKAN ANTIKOAGULAN Na2
EDTA 10 % DENGAN K2 EDTA VACUTAINER
Ardiya Garini
Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang
ABSTRAK
Pemeriksaan jumlah trombosit sangat dipengaruhi ketepatan perbandingan pemberian
dosis EDTA dengan volume darah. Ketepatan dosis Na2 EDTA 10 % sangat tergantung
dari ketrampilan, ketelitian dan pengalaman petugas laboratorium, sedangkan K2 EDTA
vacutainer mempunyai perbandingan dosis antikoagulan dengan volume darah yang tepat.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan membandingkan jumlah trombosit pada darah
yang ditambahkan antikoagulan Na2 EDTA 10 % dengan K2 EDTA vacutainer dengan
menggunakan alat otomatik Sismex XT 2000i. Metoda yang digunakan adalah Electronik
impedance dengan laser optik dan fluorescence. Tujuan penelitian untuk mengetahui
perbedaan jumlah trombosit pada pemberian antikoagulan Na2 EDTA 10 % dengan K2
EDTA vacutainer. Analisa data menggunakan uji t paired. Sampel pemeriksaan dalam
penelitian adalah pasien yang datang melakukan check up kesehatan dimana penelitian
dilakukan di Laboratoriun Rumah Sakit RK Charitas Palembang dari tanggal 2 - 30
januari 2011. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan kedua antikoagulan
tersebut di atas didapat hasil thit = 14.060 dan t tab = 1.960 yang berarti ada perbedaan
yang bermakna. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan pada laboratorium agar
menggunakan antikoagulan K2 EDTA vacutainer, karena ditemukan perbedaan yang
bermakna pada perhitungan jumlah trombosit.
Kata kunci : Trombosit, Na2 EDTA 10 %, K2 EDTA vacutainer

Anda mungkin juga menyukai