Anda di halaman 1dari 14

ANTIKOAGULAN SEBAGAI PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

ANAPLASMOSIS
MAKALAH PRAKTIKUM
MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK

Oleh :
Kelas C
Kelompok 7

WAWAN SETIAWAN 200110160018


INGE KORIMA 200110160059
YVETTE FEVRIER H 200110160166
IHSAN MUHAMMAD E 200110160238
ALI NURJAMAN 200110160250
DANIA MAHARDIKA 200110160295

LABORATORIUM BIOKIMIA DAN FISIOLOGI TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
selesainya makalah. Yang berjudul “ANTIKOAGULAN SEBAGAI
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS ANAPLASMOSIS”. Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas manajemen kesehatan dan kesejahteraan ternak.

Tujuan penyusun dalam menyusun makalah ini adalah mempelajari

tentang penanganan penyakit asidosis pada rumen. Manfaat dari penyusunan

makalah ini adalah menambah wawasan penyusun dan pembaca mengenai

pengaruh antasida. Dan harapan penyusun untuk kedepannya, semoga makalah ini

dapat dijadikan referensi dan dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah agar

menjadi lebih baik lagi.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun terlebih dahulu membaca

sumber-sumber yang berhubungan penanganan penyakit asidosis pada rumen

dengan antasida, untuk memahami apa saja pengaruh antasida terhadap penyakit

asidosis. Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Bapak dosen

manajemen kesehatan dan kesejahteraan ternak Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran selaku pengajar dan pembimbing penyusun dalam menyusun

makalah ini. Kami selaku penyusun menerima kritik dan saran atas makalah ini.

Sumedang, April 2018

Penyusun
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antikoagulan Merupakan zat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya

penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau menghambat

terbentuknya trombin yang diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin.

Antikoagulan dan spesimen harus dicampur dengan segera dan dengan cara yang

baik dan benar untuk mencegah terjadinya pembekuan. Antikoagulan oral

diketahui adanya pendarahan pada ternak pemakan sweet clover 1924 di Dakota

dan Canada Diidentifikasi 1929 ditemukan dikumarol (bishidroksi ,kumarin).

Proses koagulasi dapat terbentuk melalui pembentukan trombosit dan bekuan

fibrin pada tempat cedera sehingga terbentuk pengendalian pendarahan (Kosasih

1982).

Mahasiswa fakultas peternakan sudah seharusnya kita mengetahui tentang

antikoagulan. Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya


trombus dan emboli serta untuk mencegah bekunya darah in vitro pada

pemeriksaan laboratorium atau transfus terutama pada ternak. Pada ternak,

antikoagulan digunakan dalam pegambilan dan pengiriman spesimen untuk

pemeriksaan mikroskopis penyakit anaplamosis. Anaplasmosis adalah penyakit

yang disebabkan oleh parasit darah Anaplasma sejenis protozoa yang

menginfeksi sel darah pada hewan terutama sapi dan ditularkan oleh vektor

sebagai hewan perantara. Untuk pemeriksaan preparat darah natif dapat

dikirimkan darah yang berisi antikoagulan. Darah ini dikirimkan dalam tabung

gelas steril yang sudah berisi antikoagulan (natrium sitrat atau ethylene dimine
tetra acetic acid = EDTA). Tabung gelas kemudian ditutup rapat dengan tutup

steril. Pengiriman di lakukan dalam termos berisi es atau CO kering (dry ice).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian antikoagulan.

2. Bagaimana cara penggunaan antikoagulan.

3. Apa saja manfaat antikoagulan.


1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tentang antikoagulan.

2. Untuk mengetahui tentang cara penggunaan anti koagulan.

3. Untuk mengetahui manfaat antikoagulan.


II

TINJAUAN PUSTAKA

Antikoagulan adalah zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya

pembekuan darah yang umumnya dipakai di klinik maupun di laboratorium

(Gandasoebrata 1992). Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan

darah dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah

(Rosmiati dan Gan 1995). Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk

dan meluasnya trombus dan emboli serta untuk mencegah bekunya darah in vitro

pada pemeriksaan laboratorium atau transfus.

Obat antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan

menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor

pembekuan darah (Syarif dkk., 2011). Antikoagulansia mencegah pembekuan

darah dengan jalan menghambat pembentukan fibrin. Antagonis vitamin K ini

digunakan pada keadaan dimana terdapat kecenderungan darah untuk membeku

yang meningkat, misalnya pada trombosis.

Antikoagulan adalah obat untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan

menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan/

koagulasi. Heparin merupakan obat yang paling sering dihubungkan dengan anti

koagulan. Efek anti koagulan heparin ditemukan oleh McLean pada tahun 1915,

saat ia sedang mencari prokoagulan di hati anjing. Ekstrak hirudin dari lintah obat

yang pertama kali digunakan untuk antikoagulasi parenteral di klinik pada tahun

1909, tetapi penggunaannya terbatas karena efek samping dan kesulitan dalam

mencapai ekstrak sangat murni.

Heparin dan kumarin (misalnya: warfarin, phenprocoumon, acenocoumarol)

telah menjadi andalan terapi antikoagulan selama lebih dari 60 tahun. Selama
dekade terakhir, paradigma penemuan obat telah bergeser ke arah desain rasional

mengikuti pendekatan berbasis target, di mana protein tertentu, atau "target", yang

dipilih berdasarkan pemahaman patofisiologi saat ini. Beberapa obat baru yang

ditemukan berupa trombin inhibitor (DTIs) (yaitu: argatroban, hirudins

rekombinan, bivalirudin), oral DTIs (yaitu: etexilate) dan oral langsung faktor Xa

inhibitor (yaitu: rivaroxaban, apixaban).

Proses koagulasi dapat terbentuk melalui pembentukan trombosit dan bekuan

fibrin pada tempat cedera sehingga terbentuk pengendalian pendarahan (Kosasih

1982). Proses koagulasi di dalam tubuh dapat diimbangi melalui proses

antikoagulasi. Menurut Katzung (2002), pemberian antikoagulasi pada penderita

penyakit tromboemboli berfungsi untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan

menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.

Secara in vitro senyawa antikoagulasi yang digunakan untuk mencegah atau

mengurangi terjadinya pembekuan darah seperti EDTA (Ethylen diamine

tetracetic acid), natrium sitrat, dan heparin (Gandasoebrata 1992). Menurut

Widmann (1994), EDTA mempunyai fungsi sebagai antikoagulasi yang mengikat

ion kalsium sehingga tidak terjadi proses dalam pembekuan darah. Jenis

antikoagulan yang sering digunakan adalah ethylene diamine tetra acetic acid

(EDTA) dan Heparin. EDTA bekerja dengan cara mengikat kalsium yang

dibutuhkan untuk proses koagulasi, sedangkan Heparin bekerja dengan cara

mengikat antitrombin dan menghambat aktivasi trombin (Keohane dkk., 2015).

Berdasarkan jenis antikoagulan, nilai profil eritrosit pada sampel darah-EDTA

lebih rendah daripada sampel darah-Heparin. Sebaliknya pada pemeriksaan profil

leukosit, sampel darah-EDTA memiliki kecenderungan nilai lebih tinggi daripada

sampel darah-Heparin. Walencik and Witeska (2007) menyatakan bahwa EDTA


dapat menyebabkan eritrosit mengalami hemolisis sehingga jumlahnya berkurang.

Oleh karena itu tidak disarankan menggunakan EDTA untuk pemeriksaan profil

eritrosit. EDTA dapat digunakan untuk pemeriksaan profil leukosit, namun

Heparin adalah yang terbaik. Namun demikian, menurut Stokol dkk. (2014),

Heparin juga dapat menyebabkan agregasi sel-sel darah sehingga menganggu

pemeriksaan hematologis. Untuk mengantisipasi terjadinya hemolisisatau agregasi

ini, maka konsentrasi antikoagulan harus diperhatikan, sehingga sesuai dengan

kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh sel-sel darah (Ekanem dkk., 2012).
III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Antikoagulan

Antikoagulan adalah golongan obat yang dipakai untuk menghambat

pembekuan darah. Obat-obat ini tidak melarutkan bekuan darah

seperti trombolotik, tetapi bekerja sebagai pencegah pembentukan bekuan baru.

Antikoagulan digunakan pada orang yang memiliki gangguan


pembuluh arteridan vena yang membuat orang tersebut berisiko tinggi untuk

pembentukan bekuan darah. Gangguan pada vena mencakup trombosis vena

dalam dan emboli paru, dan gangguan arteri mencakup trombosis

koronaria (infark miokardium), adanya katup jantung buatan, dan serangan

pembuluh darah otak (stroke). Untuk gangguan

arteri, antipletelet seperti aspirin, dipiridamol, dan sulfinpirazon dianggap sebagai

obat pilihan.

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara


mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang

diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses

pembekuan . Jika tes membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus

dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Spesimen-

antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk

mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang lembut sangat penting

untuk mencegah hemolisis.

Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis

pemeriksaan tertentu.
3.2 Penggunaan Antikoagulan

Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis

pemeriksaan tertentu.

(1) EDTA ( ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2 )

Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium

(kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium.

EDTA memiliki keunggulan disbanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu

tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi,

seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung

trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb.

(2) Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 •2 H2O )

Citrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium. Trisodium sitrat

dihidrat 3.2% buffered natrium sitrat (109 mmol/L) direkomendasikan untuk

pengujian koagulasi dan agregasi trombosit. Penggunaannya adalah 1 bagian

citrate + 9 bagian darah. Secara komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam

bentuk tabung hampa udara dengan tutup berwarna biru terang.

Spesimen harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk mencegah

aktivasi proses koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang menyebabkan

hasil tidak valid. Pencampuran dilakukan dengan membolak-balikkan tabung

sebanyak 4-5 kali secara lembut, karena pencampuran yang terlalu kuat dan

berkali-kali (lebih dari 5 kali) dapat mengaktifkan penggumpalan platelet dan

mempersingkat waktu pembekuan.

Darah sitrat harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500

rpm dan dianalisa maksimal 2 jam setelah sampling.


Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte

sedimentation rate (ESR) atau KED/LED cara Westergreen. Penggunaannya

adalah 1 bagian sitrat + 4 bagian darah.

(3) Heparin

Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan

cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga

menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga macam heparin:

ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga macam

heparin tersebut, lithium heparin paling banyak digunakan sebagai antikoagulan

karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.

Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT

(osmotic fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah : 15IU/mL +/-

2.5IU/mL atau 0.1 – 0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk

pemeriksaan apusan darah karena menyebabkan latar belakang biru.

Setelah dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6

kali dan dicentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap

dianalisa. Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah

sampling.

(4) Oksalat

Natrium Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat

kalsium. Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya digunakan

untuk pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis.

Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan glukosa.

Kalium oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai


antiglikolisis dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan

urease sehingga kadar glukosa darah stabil.

(5) Pemeriksaan Mikroskopik Dengan Antikoagulan

Sampel dari sapi harus mencakup ulasan darah tipis dan darah dikumpulkan

ke dalam antikoagulan. ulasan darah tipis yang telah dikeringkan dapat disimpan

dengan baik pada suhu kamar selama minimal 1 minggu. Sampel darah dalam

antikoagulan harus tetap disimpan pada suhu 4 ° C, kecuali ia dapat mencapai

laboratorium dalam beberapa jam. Sampel ini berguna untuk mempersiapkan

smear segar jika yang disampaikan tidak memuaskan. Selain itu, PCV yang

rendah dan / atau penghitungan eritrosit dapat membantu untuk membuktikan

keterlibatan A. marginale ketika hanya sejumlah kecil parasit terdeteksi di ulasan,

misalnya selama tahap pemulihan dari penyakit.

Berbeda dengan Babesia bovis , A. marginale tidak menumpuk di pembuluh/

kapiler, sehingga sebaiknya darah diambil dari vena jugularis atau pembuluh

darah besar lainnya. Karena morfologi dari Anaplasma tidak menciri, perlu

disiapkan ulasan darah yang baik dan bebas dari benda asing, seperti bintik-bintik

debris dapat membingungkan diagnosis. Film darah yang tebal terkadang

digunakan untuk diagnosis Babesiosis tidak sesuai untuk diagnosis

anaplasmosis,seperti Anaplasma sulit untuk diidentifikasi setelah dipisahkan dari

eritrosit.

Sampel dari hewan mati harus mencakup ulasan tipis dari hati, ginjal, jantung

dan paru-paru dan dari pembuluh darah perifer. Yang terakhir sangat

direkomendasikan harus ada penundaan sebelum pemeriksaan post-mortem

karena, dalam situasi seperti ini, kontaminasi bakteri dari apusan organ sering
membuat identifikasi Anaplasma menjadi samar. ulasan otak, yang berguna untuk

diagnosis beberapa bentuk Babesiosis, tidak langsung dapat mendiagnosis

anaplasmosis, tetapi harus dimasukkan untuk diagnosis diferensial mana yang

sesuai.
IV

KESIMPULAN

1. Antikoagulan adalah golongan obat yang dipakai untuk menghambat

pembekuan darah. Obat-obat ini tidak melarutkan bekuan darah

seperti trombolotik, tetapi bekerja sebagai pencegah pembentukan bekuan

baru.

2. EDTA ( ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2 ),

Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 •2 H2O ),Heparin,Oksalat,

Pemeriksaan Mikroskopik Dengan Antikoagulan

3. Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara

mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang

diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses

pembekuan .
DAFTAR PUSTAKA

Ekanem, A.P., Udoh, A.J., and Inyang-Etoh, A.P. 2012. Effect of Different
Anticoagulants on Hematological Parameters of Oreochromis niloticus.
IJSAT 2(6): 17-20. ISSN 2221-8386. http://www.ijsat.com
Gandasoebrata, R. 1992. Hematologi. Dalam: Gandasoebrata R. Penuntun
Laboratorium Klinik Cetakan Ketujuh. Dian Rakyat. Jakarta.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta.
1103 hal.
Keohane, E.M., Smith, L.J., and Walenga, J.M. 2015. Rodaks's Hematology:
Clinical Principles and Applications. 5th Ed. Elsevier/Saunders. St. Louis.
Missouri. ISBN 978-0-323-23906-6.
Kosasih, E.N. 1983. Kelainan Hemostatis Kongenital. Capita Selecta Hematologi
Klinik. Alumni. Bandung.
Rosmiati, H. dan V. H. S. Gan. 1995. Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik
dan Hemostatik dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. S. Gan, R.
Setiabudi, U. Sjamsuddin, Z.S. Bustani, (editor). Farmakologi FKUI,
Jakarta.
Stokol, T., Priest, H., Behling-Kelly, E., and Babcock, G. 2014. Samples for
Hematology. Animal Health Diagnostic Center. Clinical Pathology
Laboratory. College of Veterinary Medicine, Cornell University. Ithaca,
New York.
https://ahdc.vet.cornell.edu/sects/clinpath/sample/test/hema.cfm.
Walencik, J. And Witeska, M. 2007. The Effects of Anticoagulants on
Hematological Indices and Blood Cell Morphology of Common Carp
(Cyprinus carpio L.). Comp Biochem Physiol C Toxicol Pharmacol.
146(3): 331-335.
Widmann, F. K. 1994. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
Terjemahan Kresno, S. B., R. Gandasoebrata dan T. Latu. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai