ANAPLASMOSIS
MAKALAH PRAKTIKUM
MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK
Oleh :
Kelas C
Kelompok 7
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
selesainya makalah. Yang berjudul “ANTIKOAGULAN SEBAGAI
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS ANAPLASMOSIS”. Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas manajemen kesehatan dan kesejahteraan ternak.
pengaruh antasida. Dan harapan penyusun untuk kedepannya, semoga makalah ini
dapat dijadikan referensi dan dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah agar
dengan antasida, untuk memahami apa saja pengaruh antasida terhadap penyakit
makalah ini. Kami selaku penyusun menerima kritik dan saran atas makalah ini.
Penyusun
I
PENDAHULUAN
Antikoagulan dan spesimen harus dicampur dengan segera dan dengan cara yang
diketahui adanya pendarahan pada ternak pemakan sweet clover 1924 di Dakota
1982).
menginfeksi sel darah pada hewan terutama sapi dan ditularkan oleh vektor
dikirimkan darah yang berisi antikoagulan. Darah ini dikirimkan dalam tabung
gelas steril yang sudah berisi antikoagulan (natrium sitrat atau ethylene dimine
tetra acetic acid = EDTA). Tabung gelas kemudian ditutup rapat dengan tutup
steril. Pengiriman di lakukan dalam termos berisi es atau CO kering (dry ice).
TINJAUAN PUSTAKA
dan meluasnya trombus dan emboli serta untuk mencegah bekunya darah in vitro
koagulasi. Heparin merupakan obat yang paling sering dihubungkan dengan anti
koagulan. Efek anti koagulan heparin ditemukan oleh McLean pada tahun 1915,
saat ia sedang mencari prokoagulan di hati anjing. Ekstrak hirudin dari lintah obat
yang pertama kali digunakan untuk antikoagulasi parenteral di klinik pada tahun
1909, tetapi penggunaannya terbatas karena efek samping dan kesulitan dalam
telah menjadi andalan terapi antikoagulan selama lebih dari 60 tahun. Selama
dekade terakhir, paradigma penemuan obat telah bergeser ke arah desain rasional
mengikuti pendekatan berbasis target, di mana protein tertentu, atau "target", yang
dipilih berdasarkan pemahaman patofisiologi saat ini. Beberapa obat baru yang
rekombinan, bivalirudin), oral DTIs (yaitu: etexilate) dan oral langsung faktor Xa
ion kalsium sehingga tidak terjadi proses dalam pembekuan darah. Jenis
antikoagulan yang sering digunakan adalah ethylene diamine tetra acetic acid
(EDTA) dan Heparin. EDTA bekerja dengan cara mengikat kalsium yang
Oleh karena itu tidak disarankan menggunakan EDTA untuk pemeriksaan profil
Heparin adalah yang terbaik. Namun demikian, menurut Stokol dkk. (2014),
kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh sel-sel darah (Ekanem dkk., 2012).
III
PEMBAHASAN
obat pilihan.
pemeriksaan tertentu.
3.2 Penggunaan Antikoagulan
pemeriksaan tertentu.
citrate + 9 bagian darah. Secara komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam
sebanyak 4-5 kali secara lembut, karena pencampuran yang terlalu kuat dan
Darah sitrat harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500
(3) Heparin
ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga macam
Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT
2.5IU/mL atau 0.1 – 0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk
kali dan dicentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap
dianalisa. Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah
sampling.
(4) Oksalat
Sampel dari sapi harus mencakup ulasan darah tipis dan darah dikumpulkan
ke dalam antikoagulan. ulasan darah tipis yang telah dikeringkan dapat disimpan
dengan baik pada suhu kamar selama minimal 1 minggu. Sampel darah dalam
smear segar jika yang disampaikan tidak memuaskan. Selain itu, PCV yang
kapiler, sehingga sebaiknya darah diambil dari vena jugularis atau pembuluh
darah besar lainnya. Karena morfologi dari Anaplasma tidak menciri, perlu
disiapkan ulasan darah yang baik dan bebas dari benda asing, seperti bintik-bintik
eritrosit.
Sampel dari hewan mati harus mencakup ulasan tipis dari hati, ginjal, jantung
dan paru-paru dan dari pembuluh darah perifer. Yang terakhir sangat
karena, dalam situasi seperti ini, kontaminasi bakteri dari apusan organ sering
membuat identifikasi Anaplasma menjadi samar. ulasan otak, yang berguna untuk
sesuai.
IV
KESIMPULAN
baru.
pembekuan .
DAFTAR PUSTAKA
Ekanem, A.P., Udoh, A.J., and Inyang-Etoh, A.P. 2012. Effect of Different
Anticoagulants on Hematological Parameters of Oreochromis niloticus.
IJSAT 2(6): 17-20. ISSN 2221-8386. http://www.ijsat.com
Gandasoebrata, R. 1992. Hematologi. Dalam: Gandasoebrata R. Penuntun
Laboratorium Klinik Cetakan Ketujuh. Dian Rakyat. Jakarta.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta.
1103 hal.
Keohane, E.M., Smith, L.J., and Walenga, J.M. 2015. Rodaks's Hematology:
Clinical Principles and Applications. 5th Ed. Elsevier/Saunders. St. Louis.
Missouri. ISBN 978-0-323-23906-6.
Kosasih, E.N. 1983. Kelainan Hemostatis Kongenital. Capita Selecta Hematologi
Klinik. Alumni. Bandung.
Rosmiati, H. dan V. H. S. Gan. 1995. Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik
dan Hemostatik dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. S. Gan, R.
Setiabudi, U. Sjamsuddin, Z.S. Bustani, (editor). Farmakologi FKUI,
Jakarta.
Stokol, T., Priest, H., Behling-Kelly, E., and Babcock, G. 2014. Samples for
Hematology. Animal Health Diagnostic Center. Clinical Pathology
Laboratory. College of Veterinary Medicine, Cornell University. Ithaca,
New York.
https://ahdc.vet.cornell.edu/sects/clinpath/sample/test/hema.cfm.
Walencik, J. And Witeska, M. 2007. The Effects of Anticoagulants on
Hematological Indices and Blood Cell Morphology of Common Carp
(Cyprinus carpio L.). Comp Biochem Physiol C Toxicol Pharmacol.
146(3): 331-335.
Widmann, F. K. 1994. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
Terjemahan Kresno, S. B., R. Gandasoebrata dan T. Latu. EGC. Jakarta.