Anda di halaman 1dari 6

UJI OBAT YANG BEKERJA PADA DARAH

(ANTIKOAGULAN)

Arif Razan1, Dita Palaridia Putri2, Hamdiah3, Lorenza4, Misna5

Fakultas Kesehatan dan Farmasi, Universitas Adiwangsa Jambi

ABSTRAK- Antikoagulan adalah obat-obat yang digunakan untuk menghambat perkembangan dan pembesaran
bekuan darah. Obat antikoagulan merupakan dasar terapi utama untuk pencegahan dan pengobatan akut dan

jangka pangjang dari berbagai tipe penyakit tromboemboli (VTE). Sementara agen terapeutik yang efektif,

antikoagulan juga dapat menyebabkan perdarahan dan efek samping lainnya. Dengan demikian, pemilihan terapi

antikoagulan harus dipandu oleh risiko, manfaat, dan karakteristik farmakologis dari masing-masing agen untuk

setiap bahan uji. Dimana bahan uji yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit. Penggunaan antikoagulan

yang aman tidak hanya membutuhkan pengetahuan mendalam tentang sifat farmakologisnya tetapi juga

pendekatan komprehensif untuk manajemen dan edukasi. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami mekanisme kerja yang mendasari nenifestasi efek toksititas antikoagulan dan koagulansia dan untuk

memahami bahaya memakai obat-obat tersebut dan obat lain yang berefek pada pembentukan darah.

KATA KUNCI: Antikoagulan, Tromboembai (VTE), Farmakologis, Mekanisme Kerja

ABSTRAC- Anticoagulants are drugs used to inhibit the development and enlargement of blood clots.
Anticoagulant drugs are the mainstay of therapy for the prevention and acute and long-term treatment of various

types of thromboembolic disease (VTE). While effective therapeutic agents, anticoagulants can also cause bleeding

and other side effects. Thus, the selection of anticoagulant therapy should be guided by the risks, benefits, and

pharmacological characteristics of each agent for each test material. Where the test material used in this experiment

was mice. The safe use of anticoagulants requires not only in-depth knowledge of their pharmacological properties

but also a comprehensive approach to management and education. The aim of this experiment is to identify and

understand the mechanisms of action underlying the manifestation of the forcible effects of anticoagulants and

coagulants and to understand the dangers of taking these drugs and other drugs that affect blood formation.

KEY WORDS: Anticoagulants, Thromboembai (VTE), Pharmacology, Mechanism of Action


PENDAHULUAN
Sebagian besar tubuh manusia adalah berupa cairan yang sangat penting dalam proses
sistem metabolisme tubuh, cairan tersebut adalah darah. Darah merupakan jaringan ikat
khusus yang beredar diseluruh tubuh, berperan dalam pengangkutan gas-gas pernafasan, hasil
pencernaan, komponen-komponen fungsional seperti enzim, hormone, dan berbagai molekul
lainnya, serta pembuangan limbah metabolisme. Darah tersusun dari komponen sel dan cairan
yang disebut plasma. Sel-sel darah terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit. Masing-masing
sel memiliki tugas yang penting untuk menunjang aktivitas tubuh (Koehane et al., 2015). Oleh
karena itu, pemeriksaan darah dapat menunjukkan kondisi fisiologi suatu individu sebagai
bentuk tanggapan terhadap perubahan status fisikokimia di lingkungannya (Fitria dan Sarto,
2014).
Antikoagulan adalah terapi utama untuk pencegahan dan pengobatan akut dan jangka
pangjang dari berbagai tipe penyakit tromboemboli (VTE). Atrial fibrilasi merupakan salah satu
penyakit yang banyak menggunakan antikoagulan untuk pencegahan stroke tromboemboli.
Selain itu anti koagulan juga banyak digunakan pada pasien dengan sindrom koroner akut
(Erlanda, 2018). Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya thrombus dan emboli,
maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro. Pada trombus yang sudah terbentuk,
antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan
terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil thrombus (Dellina dakk, 2018).
Koagulasi atau pengumpalan adalah proses dimana perubahan dari cairan menjadi gel. Ini
berpotensi menghasilkan hemostatis, penghentian penghentian kehilangan darah dari
pembuluh yang rusak diikuti dengan perbaikan. Mekanisme koagulasi
melibatkan aktivasi , adhesi dan agregasi trombosit , serta deposisi dan pematangan fibrin.
Koagulasi dimulai segera setelah cedera pada lapisan endotelium pembuluh darah . Paparan
darah ke ruang subendotel memulai dua proses yaitu perubahan trombosit, dan paparan faktor
jaringan subendotel ke faktor VII plasm, yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan
fibrin yang saling terkait. Trombosit segera membentuk sumbat di lokasi cedera, ini
disebut hemostasis primer. Hemostasis sekunder terjadi secara bersamaan, faktor koagulasi
(pembekuan) tambahan di luar faktor VII merespons dalam kaskade untuk membentuk untaian
fibrin, yang memperkuat sumbat trombosit. Gangguan koagulasi adalah keadaan penyakit
yang dapat mengakibatkan masalah dengan perdarahan , memar , atau trombosis (Goundaman
and Gilman, 2012).
Aspirin adalah asam asetil salisitat yang berasal dari pohon willow. Pohon willow adalah
tanaman obat simbolis yang dikaitkan dengan penemuan aspirin, yang secara kimia dikenal
sebagai asam asetilsalisilat. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun demam)
dan anti-inflamasi (mengobati peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat
digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Efek
samping penggunaan asipirin adalah bronkotpsasme dan pendarahan gastrointestinal (Battista,
2015).
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana cara untuk mengetahui dan
memahami mekanisme kerja yang mendasari nenifestasi efek toksititas antikoagulan dan
koagulansia, dan bagaimana cara untuk me mahami bahaya memakai obat-obat antikoagulan
dan obat lain yang berefek pada pembentukan darah. Dan adapun manfaat dari percobaan ini
adalah supaya mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mekanisme kerja, memahami apa saja
bahaya penggunaan obat antikoagulan dan bagaimana cara untuk mencegah efek samping dari
penggunakan obat antikoagulan.
METODOLOGI PENELITIAN
ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Alat
1. Alat suntik
2. Erlenmeyer
3. Pisau operasi/gunting
4. Stopwatch
5. Timbangan hewan
6. Kandang tunggal hewan atau bak hewan
7. Kawat penutup
b. Bahan
1. Air hangat 37 ˚C
2. Asetosal
3. Natrium sitrat
4. Vitamin K
c. Hewan Uji
3 ekor mencit perkelompok
PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah timbang dan tandai hewan (mencit)
untuk tiap kelompok. Selanjutnya hitung dosis untuk masing-masing hewan sesuai yang
ditentukan. Injeksi satu hewan dengan obat, sedangkan untuk hewan yang lainnya dengan
aquadest secara IP sesuai dosis. 15 setelah injeksi potonglah ekor mencit dengan alat pemotong
yang tajam kira-kira 1 meter dari ujung paling distal. Setelah ekor mencit dipotong, lalu
celupkan ekor mencit ke dalam air hangat (37 ˚C). Catat waktu pendarahan, mulai saat
memotong ekor sampai darah berhenti mengalir. Selanjutnya bandingkan waktu pendarahan
antara control dengan perlakuan dari masing-masing kelompok. Terakhir bahaslah hasil
perccobaan dan ambil kesimpulan dan percobaanpun selesai.
DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil pengamatan setiap kelompok
Kelompok Nama Waktu Rata-Rata SD
Obat Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3
1 Na Sitrat 100 mg 100 detik 138 detik 119 detik 119
2 Na CMC 1% 270 detik 180 detik 0 150
3 Vitamin K 10 mg 49 detik 165 detik 372 detik 195
4 Asetosal 100 mg 237 detik 165 detik 0 134
5 EDTA 150 mg 188 detik 64 detik 0 84
Tabel 2. Grafik hasil pengamatan

Gambar 1. Diagram respons atikoagulan pada mencit

Gambar 2. Grafik respons antikoagulan pada mencit


PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji obat yang bekerja pada darah
(antikoagulan) yang bertujuan agar dapat mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang
mendasari menifestasi efek toksititas antikoagulan dan koagulansia serta dapat memahami
bahaya pemggunaan obat-obat antikoagulan dan obat obat lain yang berefek pada pembekuan
darah. Pada praktikum ini, praktikan menggunakan obat koagulan dan anti koagulan yaitu Na
sitrat 100 mg, Na CMC 1%, vitamin K 10 mg, asetosal 100 mg dan EDTA 150 mg. Adapun yang
dimaksud dengan koagulan dan antikoagulan yaitu, dimana antikoagulan merupakan obat
yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah. Obat ini digunakan untuk mengatasi
atau mencegah penyumbatan pembuluh darah yang dapat membahayakan senyawa, seperti
fibrilasi atrium, serangan jantung, penyakit jantung bawaan, stroke, deep vein trombosit (DNT),
atau emboli paru. Obat antikoagulan sering disebut dengan obat pengencer darah, tapi sebutan
ini kurang tepat. Obat ini tidak mengencerkan darah, tetapi menghambat dan memperlambat
proses pembekuan darah. Sedangkan koagulan merupakan zat yang berperan untuk
mempermudah dan mempercepat terjadinya pembekuan darah dalam proses koagulasi,
dimana koagulasi tersebut dapat terjadi karena keberadaan koagulan yang merupakan proses
menjadi keras atau padat baik seluruh ataupun sebagian cairan sebagai akibat perubahan
kimiawi.
Adapun mekanisme kerja dari masing-masing tersebut diatas yaitu: mekanisme kerja dari
natrium sitrat mencegah pembekuan darah dengan cara mengikan ion kalsium dengan
menghambat pembantukan thrombin yang diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi
fibrin dalam pembekuan. Berbanding terbalik dengan Na CMC yang berfungsi sebgai untuk
meningkat viskontas atau kekentalan dari suatu aliran darah. Selanjutnya yaitu vitamin K
bertindak sebagai katalis atau zat yang mempercepat reaksi yang mengubah beberapa protein
anti pembekuan darah. Selanjutnya asetosal berfungsi untuk menghambat biosintesis
staglanding jadi darah, sedangkan EDTA juga bekerja dengan cara menghambat kerja activator
dalam pembekuan darah. Mekanisme obat tersebut, vitamin K merupakan obat yang memiliki
nilai rata-rata tertinggi pada percobaan ini, karena keterkaitan pada waktu yang dialami mencit
dalam mekanisme kerja obat yang diberikan dan vitamin K kurang efektif dalam percobaan ini.
Adapun perbandingan dari masing-masing obat yang paling efektif dalam percobaan
antikoagulan ini yaitu EDTA yang paling efektif karena ampuh dalam menghambat keluarnya
darah, berbanding jauh dengan vitamin K. EDTA menurut (Nadil, 2012), EDTA bekerja dengan
cara menhambat activator pada pembekuan darah. Hal tersebut sesuai dengan hasil percobaan
kali ini efektif yaitu pada kelompok 5.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan kali ini adalah obat yang bekerja kurang efektif yaitu vitamin
K, karena berkaitan dengan waktu yang dialami oleh mencit. Vitamin K memiliki nilai rata-rata
paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Sedangkan obat yang paling efektif pada
percobaan kali ini adalah EDTA karena ampuh dalam menghambat keluarnya darah,
berbanding jauh dengan vitamin K.
DAFTAR PUSTAKA
Battista. 2015. Crash Course Pharmacology, 4 th Edition. Indonesia: Elsevier (diterjemahkan oleh
Dr. Med. Abraham Simatupang, dr., Mkes).
Delina dkk. 2018. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan Kesembilan, 169,129-211.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Erlanda. 2018. Penggunaan Antikoagulan Pada Penyakit Ginjal Kronik. FK UNAND Press.
Fitria dan Sarto. 2014. Praktikum Farmakologi Penuntun. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Goodman and Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi. Edisi 10, Editor Joel. G Hardman and
Lee E. Limbird Konsultan Editor Alfred Godman Gilman. Diterjemahkan oleh tim alih
Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Koehane et al. 2015. Pengaruh Antikoagulan dan Waktu Penyimpanan Terhadap Hematologis
Tikus (Ratus Novergicos Berkenhout 1769) Galur Asistar, Biosfera Vol 33 (1): 22-30.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
34+33
Berat Bdan Mencit 1 = 34 → = 83, 5 gram/bb
2
Berat Badan Mencit 2 = 33
Add EDTA = 150 mg/kg bb
 150 mg = 1000 g/bb
x = 20 g/bb
150 mg+ 20 g /bb
x =
1000 g/bb
3000 mg
x=
1000
x = 3 mg
 3 mg = 20 g/bb
x = 33,5 gram
3 mg. 33 , 5 g /bb
x =
2 0 g/bb
100 .5 mg
x =
2 0 g/bb
x = 5, 0 mg
50 mg = 0,5 ml
x = 5 ml
0 ,5 mg . 5 ml
x =
0 , 5 ml
25 mg
x =
0 ,5
x = 50 mg
= 0,050 ml

Anda mungkin juga menyukai