Anda di halaman 1dari 21

Nama : Pindi Lestari

Kelas : 2A
NPM : 411118012

GOLONGAN DARAH A,B,O


Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan
darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan
komersial. Darah dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun. Pelayanan transfusi darah
sebagai salah satu upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan sangat membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup,
aman, mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas
pelaksanaan pelayanan transfusi darah yang aman, bermanfaat, mudah diakses, dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.

Darah dan produk darah memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan.
Ketersedian, keamanan dan kemudahan akses terhadap darah dan produk darah harus
dapat dijamin. Terkait dengan hal tersebut, sesuai dengan World Health Assembly (WHA)
63.12 on Availability, safety and quality of blood products, bahwa kemampuan untuk
mencukupi kebutuhannya sendiri atas darah dan produk darah (self sufficiency in the supply
of blood and blood products) dan jaminan keamanannya merupakan salah satu tujuan
pelayanan kesehatan nasional yang penting. Darah adalah cairan tubuh yang terbuat
dari jaringan hidup, mengalir di seluruh bagian tubuh melalui kumpulan jaringan
pembuluh darah.

Darah memiliki bagian cair dan padat. Bagian cair yang mengisi lebih dari separuh
bagian darah disebut plasma, terbuat dari campuran air, protein, dan garam.
Sedangkan bagian padat terbuat dari sel darah putih dan merah, serta trombosit. Sel-
sel ini terus diproduksi oleh sumsum tulang untuk mengganti sel-sel tua yang mati. Sel
darah merah hidup selama 120 hari, sel darah putih hanya hidup untuk satu hari,
sedangkan trombosit bertahan hingga enam hari.

Darah memegang beberapa peran penting, termasuk:

 Mengirimkan nutrien atau zat gizi pada sel-sel di dalam tubuh.


 Membuang limbah proses metabolisme dari dalam sel.
 Sel darah merah mengantarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh organ dan jaringan
tubuh.
 Sel darah putih melindungi tubuh dari infeksi.
 Trombosit memproduksi gumpalan darah jika terdapat luka atau goresan.
Darah dan komponen darah merupakan bahan pengobatan oleh karenanya harus
diproduksi di dalam bangunan atau ruangan yang berlokasi, didisain, dikonstruksi,
digunakan dan dipelihara, hal ini dimaksudkan yang akan: 1. menjaga darah dan komponen
darah dari kontaminasi. 2. memungkinkan alur kerja yang sesuai bagi SDM, donor dan
komponen darah untuk meminimalkan risiko kesalahan produksi. 3. memungkinkan kegiatan
pembersihan dan perawatan yang efisien. Ketentuan atau persyaratan terkait bangunan dan
fasilitas secara rinci meliputi kondisi; kualifikasi; pengawasan lingkungan; kondisi lantai;
dinding dan fittings, pembagian area kerja, serta tindakan pembersihan mengacu pada
memenuhi sistem manajemen mutu untuk unit penyedia darah.
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah
pada manusia. Penentuan golongan darah ABO pada umumnya dengan menggunakan
metode Slide. Metode ini didasarkan pada prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen) pada
permukaan eritrosit dengan aglutinin yang terdapat dalam serum/plasma yang membentuk
aglutinasi atau gumpalan. Metode slide merupakan salah satu metode yang sederhana,
cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan darah.
Antigen – antigen golongan darah yang sangat penting adalah antigen A, dan B. Ciri
antigen itu berada pada ujung gula – gula yang melekat langsung pada dinding sel atau
melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari hamparan bilipid.
Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan golongan darah
ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal dari hibridisasi
immunoglobulin sel tikus, dan hasil pemeriksaanya akan terbentuk aglutinasi. Misalnya pada
golongan darah A ketika ditambahkan reagen antisera A, reagen antisera B, dan reagen
antisera AB, maka terjadi aglutinasi pada darah yang di tetesi reagen antisera B dan AB,
sedangkan pada reagen antisera AB tidak terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode ini
kurang ekonomis, maka serum dapat dijadikan sebagai reagen pada pemeriksaan golongan
darah ABO.
Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Didalam serum terdapat dua
protein yaitu albumin dan globullin. Antibodi berada di dalam serum dikarenakan Antibodi
golongan darah merupakan protein globulin, yang bertanggung jawab sebagai kekebalan
tubuh alamiah untuk melawan antigen asing.
Komposisi serum sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein, dan 0,9% mineral.
Akan tetapi didalam serum tidak ada faktor pembekuan (fibrinogen). Dikarenakan serum
tidak diberi anti koagulan, fibrinogen dapat diubah menjadi benang – benang fibrin sehingga
terjadi pembekuan darah. Dimana antikoagulan ini mengikat kalsium sebagai faktor
pembekuan sehingga fibrinogen tidak di ubah menjadi benang – benang fibrin.
Ethylene Diamine Tetra Acetik Acid (EDTA) adalah antikoagulan yang paling sering
digunakan. EDTA dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu berupa larutan atau cair dan
berupa zat padat (serbuk). Pemakaian antikoagulan EDTA yaitu 1 mg/1mL darah untuk
EDTA kering (serbuk ) 10µL/1mLdarah untuk EDTA cair.
Telah dilakukan uji pendahuluan, ketika sampel golongan darah A ditambahkan serum
golongan darah B dan O diperoleh hasil aglutinasi, sedangkan ketika di tambahkan serum
golongan darah A tidak terjadi aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi disebabkan karena adanya
reaksi antigen antibodi yang sama karena di dalam antibodi terdapat paratop yaitu bagian
dari antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen sedangkan di dalam antigen terdapat
epitop yang merupakan bagian dari antibodi yang dapat bereaksi dengan antibodi.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian tentang Pemeriksaan
Golongan Darah Abo Dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O Metode Slide.

Jenis-jenis Penyakit Darah


 Perdarahan – Kondisi saat darah keluar dari pembuluh yang pecah. Perdarahan dapat
terjadi secara eksternal, seperti darah yang keluar dari luka terbuka, atau internal, yang
disebabkan oleh trauma.
 Leukimia - Leukimia adalah jenis kanker darah, dimana sel darah putih berkembang
biak dengan sangat cepat. Kondisi ini dapat merusak jaringan tubuh dan mengancam
nyawa penderita.

 Anemia – Anemia adalah kondisi dimana kadar sel darah merah sangat rendah,
sehingga organ-organ tubuh kemungkinan tidak mendapat oksigen yang cukup. Oleh
karena itu, kondisi ini cenderung membuat nafas menjadi pendek dan mudah lelah.

 Hemofilia – Gangguan yang memengaruhi protein gumpalan darah pada trombosit.


Tanpa protein yang cukup, darah tidak akan mampu membeku dengan baik sehingga
menyebabkan pendarahan tak terkendali.

Pengertian Pembuluh Darah dan Jenisnya


Dalam menjalankan fungsinya, otot jantung membutuhkan aliran darah yang menyuplai
kebutuhan oksigen dan nutiris serta zat lain yang dibutuhkan untuk otot jantung. Dilansir
dalam buku Sistem Kardiovaskuler (2018) karya Riza Fikriana, pembuluh darah adalah
bagian dari sistem peredaran yang mengedarkan darah ke seluruh bagian tubuh. Pembuluh
ini mengedarkan sel-sel darah, nutrisi, dan oksigen ke jaringan tubuh serta mengangkut
limbah. Selain itu juga mengambil karbon dioksida untuk dikeluarkan dari tubuh. Pembuluh
darah sangat penting, karena banyak jaringan tubuh yang bergantung padanya.
Terdapat tiga lapisan dinding pembuluh darah kecuali kapiler, yaitu:
1. Tunika intima, merupakan lapisan pembuluh darah bagian dalam
2. Tunika media, merupakan lapisan pembuluh darah bagian tengah
3. Tunika adventisia, merupakan lapisan pembuluh darah bagian luar.

Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan


ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting
adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar
46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis
yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam
bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara
penggolongan darah ABO. Jan Janskýdi pada tahun 1907 mengklasifikasikan darah
manusia ke dalam empat grup, yang hingga kini masih digunakan.
Rhesus Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus
yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang
tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-.
Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki
golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini sering kali digabungkan dengan penggolongan
ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah
tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi
dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya
donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi
terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada
perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi
janin pada saat kehamilan.

Kecocokan sel darah merah


 membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
 Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif
dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.
 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan
golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-
positif.
 Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan
darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan
darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan
Setiap orang memiliki golongan darah yang berbeda-beda. Seperti yang sudah diketahui
banyak orang, ada empat tipe golongan darah, yaitu A, B, O dan AB.

Empat golongan darah tersebut dibedakan berdasarkan ada tidaknya antigen pada sel
darah merah dan plasma darah. Selain itu, status rhesus (Rh) darah dibagi menjadi dua,
yaitu negatif dan positif. Darah berperan penting bagi tubuh, maka penting bagi untuk
mengetahui lebih lanjut tentang karakteristik golongan darah.

Dilansir dari American Society of Hematology, darah yang mengalir di dalam tubuh manusia
umumnya mengandung komponen dasar yang sama, yaitu sel darah merah, sel darah putih,
trombosit, dan plasma. Sel darah merah diproduksi di sumsum tulang belakang dan
bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Di permukaan sel darah merah dan plasma darah, terdapat zat antigen yang berfungsi
seperti tanda pengenal sel tubuh, sehingga tubuh membedakan yang mana sel tubuh
sendiri dan yang berasal dari luar tubuh. Bila sel dengan antigen yang berbeda masuk ke
dalam tubuh, maka sistem kekebalan tubuh secara otomatis akan melawan sel yang
dianggap asing ini dengan memproduksi antibodi.

Pengelompokan darah bisa dilakukan dengan menggunakan sistem ABO maupun rhesus
(Rh). Bila menggunakan sistem ABO, maka golongan darah dibagi menjadi 4 jenis golongan
darah. Dilansir dari American Red Cross, berikut ini penjelasan tiap jenis golongan darah:

 Golongan darah A: memiliki antigen A pada sel darah merah dan memproduksi
antibodi B dalam plasma darah.

 Golongan darah B: memiliki antigen B pada sel darah merah dan memproduksi
antibodi A dalam plasma darah.

 Golongan darah AB: memiliki antigen A dan B pada sel darah merah, namun tidak
memiliki antibodi A dan B pada plasma darah.

 Golongan darah O: tidak memiliki antigen A atau B pada sel darah merah, namun
memproduksi antibodi A dan B di plasma darah.

Berdasarkan ABO

Pemilik golongan darah O dulu disebut sebagai pendonor universal, karena bisa
mendonorkan darahnya kepada siapa saja, namun sekarang sudah tidak dianjurkan lagi.
Pasalnya, golongan darah O negatif mungkin memiliki antibodi yang bisa memicu reaksi
serius selama transfusi darah berlangsung. Sedangkan golongan darah O positif hanya
boleh diberikan bila situasi sudah mendesak, seperti sudah tidak ada lagi persediaan darah
yang sesuai atau pasien sedang terancam jiwanya.

Pemilik golongan darah AB disebut juga sebagai penerima universal, karena ia bisa
menerima transfusi darah dari A, B, AB, dan O. Namun, pemilik golongan darah AB hanya
bisa mendonorkan darahnya ke orang yang memiliki golongan darah AB saja.

Umumnya, sebelum melakukan transfusi darah, tim medis akan melakukan pengecekan
ulang terhadap jenis golongan darah penerima donor darah, kesalahan jenis darah yang
didonorkan dapat sebabkan berbagai gangguan kesehatan, salah satunya inkompatibiltas
ABO. Inkompatibilitas ABO yang tidak diatasi dapat sebabkan penggumpalan darah, gagal
jantung serta penurunan tekanan darah.

Berdasarkan Faktor Rhesus (Rh)

Orang yang memiliki rhesus negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang
memiliki rhesus negatif dan rhesus positif. Namun, orang yang memiliki rhesus positif hanya
bisa mendonorkan darah ke orang yang rhesusnya positif juga.
Sistem golongan darah ABO

Darah manusia dikelompokkan berdasarkan kehadiran atau absensi antigen A dan B.


Dalam membran sel darah merah (RBCs) jenis A mengandung antigen A; grup B membran
eritrositnya mengandung antigen B; golongan darah AB memiliki A dan B pada permukaan
membran sel darah merah; dan golongan darah O tidak memiliki A atau B dalam membran
sel darah merah. Biasanya, serum seseorang mengandung antibodi untuk antigen sehat
pada permukaan sel darah merah. Itu artinya bahwa antigen A (grup A) tidak memiliki anti-A;
namun mereka akan memiliki antibodi anti-B. Ini berkebalikan pada orang yang memiliki
antigen B. golongan darah O akan memiliki anti-A dan anti-B. Antibodi ini yang bertarung
melawan antigen A dan B yang terbentuk pada 3 bulan pertama setelah lahir ketika
membongkar antigen yang sama pada permukaan sel darah merah dalam bakteri perut.

Transfusi darah berarti pemberian darah dari satu orang ke orang lain. Penting bagi
penerima donor untuk tidak memiliki antibodi melawan eritrosit donor. Jika terjadi, hal ini
dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas, yang menyebabkan demam ringan atau
hipersensitivitas dengan hemolysis intravascular serius.

Orang-orang dengan golongan darah O dianggap bisa memberikan darah ke semua


golongan darah (untuk umum) karena tidak ada antigen pada sel darah mereka. Orang-
orang dengan golongan darah AB dianggap bisa menerima semua golongan karena tidak
memiliki antibodi yang merespon transfusi. Golongan darah O sering transfusi dalam situasi
darurat, dalam kasus kehilangan darah dengan cepat dan mengancam nyawa, dan bagi
pasien yang membutuhkan transfusi darah segera. Kasus reaksi transfusi jarang terjadi
ketika menggunakan golongan darah O. Bayi yang baru lahir dan wanita sebaiknya
menerima golongan darah O negatif, dan pria sering mendapatkan golongan darah O positif
saat dilakukan transfusi darah darurat sebelum reaksi silang terjadi.

Golongan darah ABO tidak memerlukan transfusi darah sendiri (darah diberikan kepada
pasien untuk beberapa minggu sebelum melakukan transfusi besar atau transfusi darah
setelah operasi). Namun dalam banyak rumah sakit, tes ABO dilakukan untuk pasien yang
memerlukan stok darah untuk melanjutkan transfusi ketika diperlukan.

Golongan Darah Antigen

A A

B B

AB (penerima) A, B

O (pendonor) Tidak ada

Faktor Rh

Kehadiran atau absensi antigen Rh pada permukaan sel darah merah menentukan
klasifikasi apakah Rh Anda positif atau negatif. Selain kecocokan golongan darah ABO,
antigen Rh adalah hal penting selanjutnya untuk kesuksesan transfusi darah. Elemen
penting Rh adalah Rho (D). Ada juga beberapa faktor Rh yang kurang penting. Tanpa Rho
(D), antigen Rh (yang kurang penting) digunakan untuk tes. Jika negatif, pasien dianggap
sebagai Rh negatif (Rh-).

Sistem golongan darah lainnya

Ada 9 kode genetika berbeda ketika menganalisis sampel darah. Banyak di antaranya
kurang penting dan tidak secara signifikan untuk memengaruhi penentuan klinis. Namun
dalam beberapa kasus klinis, antigen darah yang kurang penting pun bisa menjadi penting.
Ini sering terjadi ketika transfusi darah untuk pasien dengan leukemia atau lymphoma.

Analisis PCR berkelipatan microarray dapat diidentifikasi untuk beberapa varian yang
terkait dengan sistem golongan darah dan sangat berguna dalam memantau pasien.

Sistem Golongan Darah ABO

Sistem golongan darah ABO ini ditemukan oleh Karl Landsteiner. Pada sistem ABO,
golongan darahnya ditentukan oleh aglutinogen dan aglutinin. Wah, apa sih aglutinogen
itu? Aglutinogen adalah jenis protein yang dapat menggumpal (aglutinasi) dan terdapat
pada eritrosit, sedangkan aglutinin adalah jenis serum antibodi yang dapat menggumpalkan
aglutinogen. Aglutinin terdapat pada plasma darah.

Baik Aglutinogen maupun aglutinin terbagi menjadi 2 jenis. Aglutinogen terbagi menjadi
aglutinogen A dan aglutinogen B, sedangkan aglutinin terbagi
menjadi α dan β. Aglutinin α menggumpalkan aglutinogen A dan
aglutinin β menggumpalkan B. Supaya lebih jelas, simak tabel di bawah ini!

Tabel aglutinogen dan aglutinin sistem ABO

NO. Golongan Darah Aglutinin Aglutinogen

1 A β A

2 B α B

3 AB - A dan B

4 O α dan β -

Sistem Golongan Darah Rhesus

Sistem golongan darah rhesus ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener. Berdasarkan
sistem ini, ada 2 jenis rhesus, yaitu rhesus positif dan rhesus negatif. 

 Tabel aglutinogen dan aglutinin sistem Rhesus

Golongan Darah Aglutinogen/antigen Aglutinin/antibodi

Rhesus positif Ada -


Rhesus Negatif - Ada

Berdasarkan tabel di atas, rhesus positif tidak bisa memberikan darahnya ke rhesus


negatif karena akan terjadi penggumpalan antigen donor oleh antibodi resipien. Namun
sebaliknya, rhesus negatif tetap dapat mendonorkan darahnya ke rhesus positif.

Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen pada
sel darah merah dan plasma darah. Antigen berfungsi seperti tanda pengenalan sel tubuh
Anda. Ini supaya tubuh bisa membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar
tubuh. Jika sel dengan antigen yang berlawanan masuk ke dalam tubuh, maka sistem
kekebalan tubuh akan memulai perlawanan terhadap sel yang dianggap asing tersebut
dengan memproduksi antibodi.
Ada dua teknik yang dipakai untuk mengelompokkan darah, yaitu menggunakan sistem
ABO dan rhesus (Rh). Kedua sistem ini bisa sangat membantu jika Anda ingin
melakukan transfusi darah.
Melalui sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 tipe, yaitu A, B, AB dan O.

 Jika Anda memiliki golongan darah A, maka Anda memiliki antigen A pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen
 Jika Anda memiliki golongan darah B, maka Anda memiliki antigen B pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi A untuk melawan sel darah merah dengan antigen
A.
 Jika Anda memiliki golongan darah AB, maka Anda memiliki antigen A dan B pada
sel darah merah. Ini juga berarti Anda tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma
darah.
 Jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda tidak memiliki antigen A atau B
pada sel darah merah. Orang bergolongan darah O memproduksi antibodi A dan B di
plasma darah.

Dulu, pemilik golongan darah O bisa mendonorkan darahnya kepada siapa pun, namun
kini tidak lagi dianjurkan. Golongan darah O negatif kemungkinan memiliki antibodi yang
bisa menyebabkan reaksi serius selama transfusi darah berlangsung. Sedangkan golongan
darah O positif hanya boleh diberikan dalam situasi darurat, yaitu jika pasien sedang
terancam jiwanya atau persediaan tipe darah yang sesuai tidak mencukupi.
Sebaliknya, golongan darah AB tergolong penerima universal. Kalangan ini bisa
mendapat transfusi darah dari jenis A, B, AB, atau O. Namun kalangan ini hanya bisa
mendonorkan darahnya kepada mereka dengan darah jenis AB saja.
Faktor resus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika darah
memiliki faktor Rh maka dikatakan resus positif, dan jika tidak memiliki faktor Rh maka
dikatakan resus negatif.
Orang yang memiliki Rh negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang
memiliki status Rh negatif dan Rh positif. Pendonor dengan Rh positif hanya bisa
memberikan darahnya kepada orang dengan status Rh positif.

Secara garis besar golongan darah manusia dibagi menjadi empat kelompok
utama yaitu A, B, AB dan O. Golongan darah ini dipengaruhi oleh gen
yang diwarisi dari ke dua orang tua.
Setiap golongan darah di atas, dikelompokkan juga berdasarkan Rhesusnya, apakah
positif (Rh +) atau negatif (Rh+), sebagai contoh golongan darah A bisa A Rh+ atau A Rh-,
dengan demikian maka total penggolongan darah manusia menjadi delapan golongan yang
masing-masing memiliki karakteristik berbeda. Inilah yang akan menentukan cocok tidaknya
antara darah yang satu dengan yang lainnya ketika ingin dilakukan transfusi darah.

Memahami komponen darah manusia

Tubuh manusia memiliki sekitar 4-6 liter darah yang terus mengalir dalam pembuluh
darah untuk menjamah ke seluruh tubuh. Darah manusia terdiri dari sel-sel darah (sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) dalam cairan yang disebut plasma.

Plasma terdiri dari sekitar 90% air, tetapi juga mengandung protein, nutrisi, hormon dan
produk-produk limbah. Darah terdiri dari sekitar 60% plasma dan 40% sel-sel darah.

Ketiga jenis sel darah memiliki peranan khusus dalam tubuh, sebagai berikut:

 Sel darah merah disebut juga sebagai eritorit, fungsinya adalah membawa oksigen ke


seluruh tubuh dan membawa karbon dioksida dan produk limbah lainnya untuk dikeluarkan
dari tubuh melalui proses pernafasan dalam paru-paru; eritorist inilah yang memberikan
warna merah pada darah.

 Sel darah putih disebut juga sebagai leukosit adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh
(mekanisme pertahanan alami tubuh) dan membantu melawan infeksi.

 Trombosit disebut juga sebagai platelet atau keping darah fungsi utamanya


adalah membantu pembekuan darah untuk menghentikan pendarahan.

Kaitannya dengan Golongan Darah

Golongan darah ditentukan oleh antigen dan antibodi yang ada di dalam


darah. Antibodi adalah bagian dari pertahanan alami tubuh terhadap zat-zat asing yang
berbahaya seperti kuman, antibodi terdapat dalam plasma. Sedangkan Antigen
Darah adalah molekul protein yang ditemukan pada permukaan sel darah merah. Antibodi
yang ada dalam plasma akan mengenali zat apa pun yang asing menurut tubuh dan
akan mengingatnya sehingga akan menghancurkan zat asing (antigen) yang masuk tubuh
dengan cepat.
Rumus = Antibodi akan Menghancurkan Antigen yang sesuai. Contoh: antibodi A bertemu
dengan Antigen A, maka terjadilah reaksi antigen-antibodi yang berujung pada
penghancuran antigen. Lebih lanjut dijelaskan di bawah.

Sistem Golongan Darah ABO

Pada sitem ABO, ada empat golongan utama darah manusia yang di dasarkan pada antigen
antibodi, yaitu:

 Golongan darah A = Memiliki antigen A pada sel-sel darah merah, memiliki antibodi anti-B
dalam plasma.

 Golongan darah B = Memiliki antigen B pada sel-sel darah merah, memiliki antibodi anti-
A dalam plasma.

 Golongan darah O = Tidak memiliki antigen, tetapi keduanya memiliki antibodi anti-A dan
anti-B dalam plasma.

 Golongan darah AB = Memiliki antigen A dan B, tetapi tidak memiliki antibodi.

tabel golongan darah ABO

Seseorang yang menerima darah (tansfusi darah) dari kelompok ABO yang tidak
sesuai, bisa berakibat fatal dan mengancam nyawa. Sebagai contoh, penerima memiliki
golongan darah B, si pemberi memiliki golongan darah A dengan antibodi anti-B. Jika kedua
darah ini dipertemukan dalam proses transfusi darah maka bisa berakibat fatal. Inilah
kenapa, golongan darah A tidak boleh diberikan kepada orang memiliki golongan darah B.

Sedangkan bagi yang memiliki golongan darah O, karena sel darah merah tidak memiliki
antigen A atau B, maka bisa dengan aman memberikan darahnya (donor darah) kepada
orang yang memiliki golongan darah apapun.

Sistem Golongan Darah Rh

Sel darah merah juga bisa memiliki antigen lain, yaitu protein yang dikenal sebagai
antigen RhD. Jika golongan darah memiliki antigen ini, maka disebut RhD positif. Jika
antigen ini tidak ada, maka golongan darahnya disebut sebagai RhD negatif.

Dengan demikian, secara keselurahan manusia memiliki delapan tipe golongan darah:

 Golongan darah A, Rh Positif (A+)

 Golongan darah A, Rh Negatif  (A-)


 Golongan darah B, Rh Positif (B+)

 Golongan darah B, Rh Negatif (B-)

 Golongan darah O, Rh Positif ( O+)

 Golongan darah O, Rh Negatif (O-)

 Golongan darah AB, Rh Positif (AB+)

 Golongan darah AB, Rh Negatif(AB-)

Dalam kebanyakan kasus, Golongan darah O, Rh Negatif (O-) dapat dengan aman


mendonorkan darahnya kepada siapa pun. Ini sering digunakan dalam keadaan darurat
medis ketika jenis darah yang sesuai ( A dengan A) tidak kunjung didapat. Cara ini aman
untuk sebagian besar pengguna karena darah O- tidak memiliki antigen A, B atau RhD pada
permukaan sel, dan kompatibel dengan setiap golongan darah ABO dan RhD lainnya. 

SISTEM PENGGOLONGAN DARAH ABO dan RHESUS

1. Sistem Golongan Darah ABO

 Membagi individu dalam 4 golongan darah, yaitu golongan darah A, B, O, dan AB.
 Klasifikasi ABO didasarkan pada ditemukannya 2 jenis antigen A atau B di eritrosit dan 2
antibodi (anti-A dan anti-B) di serum
 Antigen golongan darah ABO pembentukannya diatur oleh gen A, gen B yang terletak di
kromosom 9 dan gen H yang terletak di kromosom 19.
 Gen H mengkonjugasikan prekursor antigen ABO dengan fucose membentuk antigen H.
 Gen A mengatur konjugasi molekul N-acetyl galactosamine ke antigen H membentuk
antigen A.
 Gen B mengatur konjugasi D-galactose ke antigen H membentuk antigen B
 Individu yang tidak memiliki gen H tidak dapat membentuk antigen H, mempunyai
genotip hh dan tidak dapat mengkonjugasikan fucose ke prekursor antigen ABO, dan
memunjukan antigen BOMBAY.
 Individu yang memiliki antigen bombay di dalam plasma darahnya memiliki antigen A, B,
dan H sehingga hanya dapat menerima transfusi darah dari phenotip bombay lainnya.

2. Sistem Golongan Darah Rhesus

 Terdapat 5 jenis rhesus yang berperan dalam proses transfusi, yaitu antigen C, antigen c,
antigen E, antigen e, dan antigen D.
 Rhesus diatur oleh gen Rh di kromosom 1
 Antibodi Rh D hanya terjadi bila orang dengan Rh (-) terpapar dengan eritrosit Rh (+),
melalui transfusi atau pada kehamilan dimana daerah fetus Rh (+) masuk melalui plasenta
ke sirkulasi darah ibu Rh (-).

Indikasi Cek Golongan Darah


Pasien disarankan untuk menjalani pemeriksaan golongan darah baik saat ingin
mendonorkan darah ataupun saat ingin menerima transfusi darah. Hal ini bertujuan
menghindari komplikasi fatal saat transfusi darah, yaitu penghancuran sel darah (hemolisis).
Sistem imun yang dimiliki seseorang akan melihat antigen yang tidak cocok dengan dirinya
sebagai benda asing, sehingga antibodi dalam tubuh akan menyerang serta
menghancurkan sel darah. Penghancuran sel darah ini dapat menyebabkan anemia, gagal
ginjal, gangguan paru-paru, hingga syok anafilaktik.
Selain untuk keperluan transfusi, cek golongan darah juga diperlukan saat ingin
mendonorkan atau menerima organ donor. Bagi wanita hamil, cek golongan darah penting
dilakukan untuk mencegah inkompabilitas Rhesus pada bayi yang akan dilahirkan. Hal ini
bisa terjadi ketika wanita hamil memiliki golongan darah Rh- dan memiliki antibodi Rhesus,
namun suaminya memiliki golongan darah Rh+. Terdapat kemungkinan anaknya memiliki
golongan darah Rh+, sehingga ketika dilahirkan, bayi tersebut akan mengalami anemia
hemolitik berat akibat serangan antibodi Rhesus dari ibunya.

Sebelum Cek Golongan Darah


Tidak ada persiapan khusus sebelum melakukan pemeriksaan golongan darah. Tes ini
dapat langsung dilakukan di laboratorium, klinik, atau rumah sakit.

Prosedur Cek Golongan Darah


Cek golongan darah dilakukan dengan mengambil sampel darah terlebih dahulu.
Petugas laboratorium akan mengikat tali elastis di sekitar lengan atas pasien, agar
pembuluh darah pada lipat siku terbendung dan mudah dilihat. Setelah itu, dokter akan
membersihkan kulit di sekitar pembuluh darah tersebut dengan alkohol untuk menghindari
kontaminasi kuman pada kulit dengan jarum. Setelah itu, jarum suntik akan ditusukkan ke
dalam pembuluh darah melalui kulit untuk mengambil sampel darah. Pasien akan
merasakan sedikit nyeri pada proses ini. Setelah sampel darah diambil, jarum suntik akan
ditarik keluar secara perlahan, dan titik suntikan akan ditutup dengan kapas serta plaster
untuk menghentikan darah yang keluar. Selain dari pembuluh darah vena, sampel darah
juga bisa diambil dari pembuluh darah kapiler di ujung jari tangan.
Terdapat 2 tahap yang akan dilakukan oleh analis laboratorium untuk memeriksa jenis
golongan darah, yaitu:

 Yang pertama darah pasien akan dicampur dengan antibodi A atau B. Sebagai
contoh, apabila pasien memiliki golongan darah A, ketika diberi antibodi A maka
darahnya akan akan hancur. Atau apabila seseorang memiliki golongan darah AB,
ketika diberi antibodi A maupun B maka darah orang tersebut akan hancur.
 Yang kedua adalah pemeriksaan dibalik, oleh karena itu disebut sebagai back typing.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa serum atau plasma darah pasien
(yang berisi antibodi) dan dicampur dengan darah orang lain yang memiliki antigen A
atau B. Apabila darah pasien tersebut bergolongan darah B (dalam plasma darah
memiliki antibodi A), ketika dicampur dengan darah golongan A (memiliki antigen A),
akan terjadi penghancuran. Atau apabila pasien memiliki golongan darah O (dalam
plasma memiliki antibodi A dan B), ketika dicampur dengan darah golongan A atau
B, juga akan terjadi penghancuran.

Pemeriksaan Rhesus dilakukan dengan metode yang sama dengan golongan ABO di tahap
pertama. Darah akan dicampur dengan antibodi Rh (anti-Rh). Jika pasien memiliki golongan
darah Rh+, akan hancur ketika diberikan anti-Rh.
Sesudah Cek Golongan Darah
Hasil pemeriksaan golongan darah umumnya dapat diterima dalam hitungan menit, dan
orang tersebut dapat mendonorkan darahnya atau menerima transfusi darah dari darah
yang cocok dengan golongan darahnya.

Efek Samping dan Komplikasi Cek Golongan Darah


Meskipun jarang, efek samping atau komplikasi yang dapat timbul setelah melakukan
pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah adalah:

 Merasa pusing
 Pingsan
 Infeksi pada titik yang disuntik
 Perdarahan
 Perdarahan di bawah kulit (hematoma)

Segera temui dokter jika efek samping tidak mereda atau justru memburuk, untuk
mendapatkan penanganan.

A. Penetapan Golongan Darah

1. Setiap kantong harus diperiksa untuk:

a. golongan darah ABO.

b. golongan darah Rhesus.

2. Golongan darah ABO dan Rhesus harus diverifikasi pada setiap kantong darah yang
didapat dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan terdahulu.

3. Jika terjadi ketidak sesuaian hasil, komponen darah dari penyumbangan tersebut harus
dikarantina hingga ketidak sesuaian hasil telah diselidiki dan diperbaiki hingga tidak ada lagi
keraguan.

4. Pelabelan golongan darah ABO dan Rhesus dari penyumbangan asal donor baru harus
dikonfirmasi menggunakan dua pemeriksaan ABO/Rhesus yang independen.

5. Donor baru dan donor dengan riwayat kehamilan atau transfusi sejak penyumbangan
darah terakhir harus diperiksa untuk antibodi yang signifikan secara klinis.

6. Pemeriksaan harus dilakukan menurut instruksi pabrik, SPO dan kriteria penerimaan
ditetapkan dengan jelas.

7. Peralatan harus dikualifikasi dan metoda pemeriksaan divalidasi.

8. Semua reagen harus diberi tanggal dan bubuhkan inisial petugas yang membuka, atau
menyiapkan dan menyimpan sesuai instruksi pabrik.

9. Kinerja laboratorium pemeriksaan harus dinilai secara teratur melalui keikut sertaan di
dalam program pemantapan mutu eksternal.
Pemeriksaan golongan darah standar dilakukan menggunakan reagen golongan darah
yang sebenarnya kurang ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
serum golongan darah dapat dijadikan sebagai reagen golongan darah. Telah dilakukan
penelitian tentang antibodi yang ada di dalam serum golongan darah A, B, dan O. Serum
golongan darah akan bereaksi dengan antigen yang ada di dalam darah, ditunjukkan
dengan adanya aglutinasi. Metode penelitian bersifat eksperimen yaitu dengan melakukan
pemeriksaan golongan darah dengan diteteskan serum golongan darah A, B, dan O
kemudian dilihat grade aglutinasi yang terjadi.

Data diolah secara statistik menggunakan metode statistik non parametrik Kruskal
Wallis. Hasil penelitian menunjukkan serum golongan darah A, B dan O dapat dijadikan
alternatif pengganti reagen anti A, anti B, dan anti AB dalam menentukan golongan darah.
Berdasarkan analisis data, kualitas penggumpalan yang dihasilkan oleh serum tidak sama
dengan aglutinasi yang dihasilkan oleh reagen anti A, anti B, dan anti AB dalam menentukan
golongan darah.

Golongan darah merupakan pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan


ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah.
Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu: golongan darah A yang memiliki antigen A
dan antibodi B, golongan darah B yang memiliki antigen B dan antibodi A, golongan darah O
yang tidak memiliki antigen tetapi memiliki antibodi A dan B, dan golongan darah AB yang
memiliki antigen A dan B tetapi tidak memiliki antibodi (Yuni, 2015). Gold Standar untuk
pemeriksaan golongan darah menurut World Health Organization (WHO, 2002) adalah
dengan menggunakan metode tabung.

Pemeriksaan golongan darah menggunakan metode tabung ada dua cara, yaitu serum
grouping dan cell grouping. Cell grouping merupakan pemeriksaan golongan darah dengan
cara sel darah merah pasien diperiksa dengan serum yang antibodinya telah diketahui untuk
menentukan antigen pada sel eritrosit yang sedang diperiksa (WHO, 2013). Interpretasi dari
hasil pemeriksaan golongan darah metode tabung berupa derajat aglutinasi. Reaksi yang
terjadi antara antigen dan antibodi akan membentuk suatu ikatan ditandai dengan
munculnya aglutinasi.

Reaksi aglutinasi terjadi jika antigen bertemu dengan antibodi yang sesuai. Kadar dari
antigen dan antibodi berperan dalam pembentukan aglutinasi. Semakin banyak antigen-
antibodi yang berikatan, akan membentuk aglutinasi yang semakin besar, jelas, dan
semakin kuat reaksi yang terjadi (Faruq, n.d.). Maka semakin tinggi derajat aglutinasi yang
terbentuk. Hal ini akan mempermudah dan mengefektifkan waktu petugas laboratorium
untuk mengetahui apakah sampel terjadi aglutinasi atau tidak.

Pemeriksaan golongan darah metode tabung menggunakan suspensi sel yang dibuat
dari eritrosit dan pelarut NaCl 0,9%. Semakin tinggi konsentrasi suspensi sel yang dibuat,
maka semakin banyak eritrosit di dalam suspensi sel itu, dan semakin tinggi pula kadar
antigen di dalam suspensi selnya. Semakin tinggi kadar antigennya, maka semakin tinggi
reaksi antigen dan antibodi yang dapat terjadi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
adanya perbedaan derajat aglutinasi pemeriksaan golongan darah metode cell grouping
berdasarkan tingkat konsentrasi suspensi sel.

PERBANDINGAN METODE PADA PEMERIKSAAN PENGGOLONGAN DARAH ABO


DAN RHESUS.

Penggolongan darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang berdasar terjadinya


reaksi antigen-antibodi invitro, yang dideteksi dengan adanya hemaglutinasi pada akhir
reaksi. Golongan darah ABO dan Rhesus merupakan penggolongan darah yang rutin
dikerjakan dalam pelayanan kesehatan, khususnya transfusi darah. Cara kerja konvensional
adalah metode tube dan/atau metode slide. Dalam perkembangan teknologi laboratorium
telah diperkenalkan metode aglutinasi dalam gel, atau yang dikenal sebagai metode gel atau
gel test. Metode gel merupakan cara kerja yang lebih mudah dan pembacaan hasil reaksi
lebih jelas, sehingga diharapkan dapat mengganti cara kerja konvensional.

Penggolongan darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang berdasar terjadinya


reaksi antigen-antibodi invitro, yang dideteksi dengan adanya hemaglutinasi pada akhir
reaksi. Golongan darah ABO dan Rhesus merupakan penggolongan darah yang rutin
dikerjakan dalam pelayanan kesehatan, khususnya transfusi darah. Cara kerja konvensional
adalah metode tube dan/atau metode slide. Dalam perkembangan teknologi laboratorium
telah diperkenalkan metode aglutinasi dalam gel, atau yang dikenal sebagai metode gel atau
gel test. Metode gel merupakan cara kerja yang lebih mudah dan pembacaan hasil reaksi
lebih jelas, sehingga diharapkan dapat mengganti cara kerja konvensional. Tujuan
penelitian: Untuk membandingkan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus antara
metode aglutinasi dalam gel dengan metode aglutinasi tube dan metode aglutinasi slide.
Sistem Penggolongan Darah ABO

Sistem penggolongan darah ABO – golongan darah adalah salah asatu sifat keturunan
(herediter) dari ketentuan alel ganda. Sampai sekarang ini, sangat vanyak sistem
penggolongan darah namun yang sangat dikenal ialah sistem ABO. Sistem penggolongan
tersebut menurut peristiwa aglutinasi (pengumpulan darah) pada sel darah merah (eritrosit).
Berikut ini akan dibahas tentang sistem penggolongan darah ABO.

Sistem Penggolongan Darah ABO


Penelitian berikutnya menemukan bahwa aglutinasi eritrosit adalah hasil dari reaksi
antigen-antibodi. Ada dua jenis antigen atau aglutinogen alamiah yang dapat dijumpai di
membrane eritrosit dan dua antibody atau agglutinin alamiah yang ada dalam serum darah
seseorang. Antigen alamiah ini ialah antigen A dan antigen B, sedangkan antibody alamiah
ini dikenal dengan anti α dan anti β.

Berikut ini adalah sistem penggolongan darah ABO, golongan darah seseorang bergantung
dengan antigen dan juga antibody yang terdapat dalam darahnya.

 Golongan darah A mempunyai antigen A dan antibody β.


 Golongan darah B mempunyai antigen B dan antibody α
 Golongan darah AB mempunyai antigen A dan B serta tidak mempunyai antibody
 Golongan darah O tidak mempunyai antigen dan mempunyai antibodi α dan β.

Pencampuran Golongan Darah Sistem ABO


Jika antigen A tercampur bersama dengan anti α atau bisa pula anti B tercampur anti β.
Maka akan mengalami gumpakan darah dan bisa mengalami kematian. Menurut hal
tersebut, golongan darah berperan penting untuk diperhatikan khususnya di dalam transfuse
darah. Sebelum melakukan transfuse darah, seharusnya golongan darah pendonor dan juga
golongan darah resipen yang harus diperiksa terlebih dahulu guna menghindari terjadinya
aglutunasi.

Interaksi alel (I)


Interaksi alel golongan darah jenis O ialah dengan genotip ii
Interaksi alel goongan darah jenis A ialah dengan genotip IA IA atau IA i
Interaksi alel golongan darah jenis B ialah dengan genotip IB IB atau IB i
Interaksi alel golongan darah jenis AB ialah dengan genotip IA IB
Alel penentu dari golongan darah dalam kromosom seseorang yakni warisan dari
orangtuanya.

Penggolongan Darah Sistem Rh (Rhesus)


Sistem penggolongan darah Rh lumayan terkenal kecuali sistem penggolongan darah
ABO, yang mana sistem tersebut dikenal sebab adanya hemolysis pada bayi yang masih
lahir. Kasus pertama penyebabnya terdapat “faktor Rh” yang diketahui sejak tahun 1939 di
wilayah new York lewat sebuah kasus seorang ibu yang melahirkan terjadi hemolysis akibat
darahnya ditransfusi oleh suaminya. Dari kasus ini, telah diketahui bahwa hemolysis pada
ibu itu dialami sebab reaksi imun pada antigen dari sang ayah atau paternal antigen, selain
itu bayi yang telah dilahirkan terjadi gejala penyakit kuning atau jaundice yang dikenal
dengan erythroblastosis fetalis yang bisa berujung kematian.
Memahami Karakteristik Penggolongan Darah ( A, B, AB Dan O )
Terdapat dua teknik yang digunakan untuk mengelompokkan darah, yakni memakai
sistem ABO dan rhesus (Rh). Kedua sistem tersebut paling membantu bila kalian ingin
melaksanakan transfuse darah.
Melalui sistem ABO, maka golongan darah dibedakan menjadi empat tipe, yakni A, B, AB
dan O, diantaranya :

1. Bila kalian mempunyai golongan darah A, maka kalian mempunyai antigen A dalam
sel darah merah serta memproduksi antibody guna melawan sel darah merah
dengan antigen.
2. Bila kalian mempunyai golongan darah B, maka kalian mempunyai antigen B dalam
sel darah merah dengan antigen A.
3. Bila kalian mempunyai golongan darah AB, maka kalian mempunyai antigen A dan B
dalam sel darah merah. Itu berarti pula bahwa kalian mempunyai antibody A dan B
dalam plasma darah.
4. Bila kalian mempunyai golongan darah O, maka kalian dapat mendonorkan
darahnya pada siapa saja, tetapi saat ini sudah tidak dianjurkan lagi. Golongan darah
O negative mungkin mempunyai antibody yang dapat mengakibatkan reaksi serius
pada transfuse darah saat berlangsung. Sementara golongan darah 0 yang postif
hanya diperbolehkan memberikannya saat situasi yang darurat, yakni bila pasien
sedang mengalami ancaman jiwa maupun tipe darah yang sesuai ini tidak
mencukupi.

Dan sebaliknya pula pada golongan darah AB yang termasuk sebagai penerima universal.
Kalangan tersebut dapat memperoleh transfuse darah yang berasal dari jenis A, B, AB
maupun O. Tetapi, kalangan tersebut hanya dapat mendonorkan darahnya untuk mereka
yang mempunyai jenis darah AB pula.

Faktor Resus ialaj jenis antigen yang terdapat dalam sel darah merah. Bila darah
mempunyai faktor Rh maka bisa disebut resus positif, dan bila tidak mempunyai faktor Rh
maka dapat disebut dengan resus negative.

Apa itu golongan darah rhesus?

Berbeda dengan golongan darah yang biasanya Anda ketahui, golongan darah A, B,
O, dan AB memberitahukan ada tidaknya antigen dan antibodi A atau B dalam darah,
sementara golongan darah rhesus merujuk pada ada tidaknya protein Rh atau rhesus
dalam darah.

Golongan darah rhesus positif berarti orang tersebut memiliki protein Rh di dalam
darahnya dan golongan darah rhesus negatif menandakan bahwa orang tersebut
tidak memiliki protein Rh dalam darahnya.

Oleh karenanya, jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda bisa memiliki
golongan darah O rhesus positif (O+) atau golongan darah O rhesus negatif (O-).
Setiap golongan darah A, B, O, dan AB akan memiliki golongan darah rhesus positif
ataupun negatif.

Jika Anda memiliki golongan darah rhesus negatif, Anda tidak perlu khawatir karena
memiliki golongan darah rhesus negatif tidak berarti Anda memiliki kondisi medis
tertentu atau mengalami cacat. Golongan darah rhesus hanya mengindikasikan ada
tidaknya protein Rh dalam darah.
Mengapa golongan darah rhesus perlu diketahui?

Tidak hanya jenis golongan darah A, B, O, dan AB yang perlu diketahui saat akan
melakukan transfusi darah, dalam donor darah, golongan darah rhesus juga perlu
diketahui untuk memastikan bahwa seseorang bisa menerima donor darah yang
diberikan.

Saat transfusi darah, golongan darah rhesus positif bisa diberikan darah orang yang
memiliki golongan darah rhesus negatif maupun positif. Namun, orang yang memiliki
golongan darah rhesus negatif hanya bisa diberikan darah dari orang yang memiliki
golongan darah rhesus negatif. Jika tidak, bisa terjadi komplikasi yang berbahaya.

Selain pertimbangan dari rhesus, tentunya orang yang akan menerima transfusi
darah harus memiliki golongan darah A, B, O, atau AB yang sama dengan golongan
darah rhesus yang sesuai.

Contohnya, orang yang memiliki golongan darah A rhesus negatif hanya bisa
diberikan darah dari orang yang memiliki golongan darah A rhesus negatif pula.

Selain untuk keperluan transfusi darah, mengetahui golongan darah rhesus juga
penting untuk kehamilan dan kelahiran. Tiap calon ibu akan menjalani tes darah
untuk mengetahui golongan darah rhesusnya saat masa kehamilan.

Pentingnya golongan darah rhesus saat kehamilan

Calon ibu yang memiliki golongan darah rhesus negatif dengan anak yang memiliki
golongan darah rhesus positif memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Hal ini
karena terdapat kemungkinan darah dari anak bisa bercampur dengan darah sang ibu
saat sedang proses melahirkan atau saat calon ibu mengalami pendarahan.

Saat darah dari bayi yang memiliki golongan darah rhesus positif tercampur dengan
darah ibu yang memiliki rhesus negatif, tubuh sang ibu akan menghasilkan antibodi
Rh yang bisa membahayakan bayi yang akan dikandung berikutnya.

Bila bayi berikutnya yang dikandung oleh sang Ibu juga memiliki golongan darah
rhesus positif, maka antibodi Rh dalam tubuh sang ibu yang diproduksi karena
paparan darah bayi yang pertama kali dikandung dapat melewati plasenta dan
merusak sel darah merah pada bayi kedua. Kerusakan sel darah merah ini bisa
memicu anemia yang membahayakan bayi kedua. Gejala yang dialami bayi bisa
berupa kuning pada kulit dan bagian putih mata, penurunan kesadaran dan
kelemahan otot.

Oleh karenanya, calon ibu akan diberikan tes darah saat trimester pertama, minggu
ke-28 masa kehamilan, dan saat akan melahirkan. Jika calon ibu belum
menghasilkan antibodi Rh, maka dokter akan menyuntikkan Rh immune globulin
untuk mencegah produksi antibodi Rh saat kehamilan.

Seusai melahirkan, apabila bayi yang dilahirkan memiliki golongan darah rhesus
negatif, maka sang ibu tidak perlu mendapatkan suntikan Rh immune globulin. Akan
tetapi, jika bayi yang lahir memiliki golongan darah rhesus positif, maka sang ibu
akan disuntikkan Rh immune globulin.
Selalu konsultasikan ke dokter kandungan apabila Anda memiliki golongan darah
rhesus negatif dan pasangan memiliki golongan darah rhesus positif.

Golongan darah ABO pada manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, yaitu golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A dipermukaan eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Golongan darah B memiliki antigen B di permukaan eritrositnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Golongan darah AB
memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B di permukaan eritrositnya serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun antigen B dalam serum darahnya.
Sedangkan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tetapi dalam serumnya
terdapat antibodi terhadap antigen A dan B.

Pengambilan darah vena: disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dipasang
torniquet kira-kira 10 cm diatas siku, dilakukan perabaan untuk mengetahui posisi vena,
setelah itu posisi tangan yang akan diambil darahnya dibersihkan dengan menggunakan
kapas alkohol 70% dan didiamkan hingga kering. Bagian vena ditusuk dengan spuit dengan
posisi sudut 45 derajat, torniquet dilepas pada saat darah mulai masuk kedalam spuit.
Kapas yang kering dan steril diletakkan saat volume darah sudah penuh. dilepaskan
spuitnya dan darah dimasukkan kedalamtabung reaksi melalui dinding.

Pemeriksaan golongan darah metode slide: darah dipipet sebanyak 20µL (golongan
darah A, B AB dan O), darah diteteskan pada kertas golongan darah, ditambahkan reagen
anti A, reagen anti B, dan reagen anti AB. Darah pada kertas golongan darah diratakan
dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian digoyangkan, dilihat dan diamati hasil
aglutinasinya. Pembacaan golongan darah dibaca tidak boleh lebih dari 2 menit. Penilaian
menggunakan skoring (likert scale). Skoring yang dilakukan terbagi menjadi 5 peringkat
yaitu:

0 : Tidak terjadi gumpalan, cairan homogen.

1 : Terjadi gumpalan yang sangat banyak dan halus

Pemeriksaan golongan darah menggunakan serum adalah menggunakan golongan


darah A sebagai anti B, golongan darah B sebagai anti A dan golongan darah O sebagai
anti AB. Penggunaan serum untuk pemeriksaan golongan darah sebenarnya jarang
dilakukan karena biasanya pemeriksaan golongan darah sistem ABO menggunakan reagen
antisera. Pemeriksaan golongan darah pada prinsipnya yaitu antigen yang direaksikan
dengan antibodi yang sama maka akan terbentuk aglutinasi. Antibodi terdapat di dalam
serum karena antibodi golongan darah merupakan protein globulin yang ber-tanggung jawab
sebagai komponen kekebalan tubuh alamiah.

Dalam proses pengujian sampel darah ABO, sampel darah akan diteteskan suatu
reagen, kemudian pada sampel darah akan terjadi proses aglutinasi atau penggumpalan
darah. Penggumpalan darah disebabkan karena adanya interaksi antibodi dengan antigen
yang terikat pada eritrosit. Dalam sel darah manusia terdapat aglutinogen yang jika ditetesi
dengan antisera akan menghasilkan penggumpalan, hal ini terjadi karena di dalam anti-sera
terdapat aglutinin spesifik yang sifatnya menggumpalkan.

Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen pada
sel darah merah dan plasma darah. Antigen berfungsi seperti tanda pengenalan sel tubuh
Anda. Ini supaya tubuh bisa membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar
tubuh. Jika sel dengan antigen yang berlawanan masuk ke dalam tubuh, maka sistem
kekebalan tubuh akan memulai perlawanan terhadap sel yang dianggap asing tersebut
dengan memproduksi antibodi.
Ada dua teknik yang dipakai untuk mengelompokkan darah, yaitu menggunakan sistem
ABO dan rhesus (Rh). Kedua sistem ini bisa sangat membantu jika Anda ingin
melakukan transfusi darah.
Melalui sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 tipe, yaitu A, B, AB dan O.

 Jika Anda memiliki golongan darah A, maka Anda memiliki antigen A pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen
 Jika Anda memiliki golongan darah B, maka Anda memiliki antigen B pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi A untuk melawan sel darah merah dengan antigen
A.
 Jika Anda memiliki golongan darah AB, maka Anda memiliki antigen A dan B pada
sel darah merah. Ini juga berarti Anda tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma
darah.
 Jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda tidak memiliki antigen A atau B
pada sel darah merah. Orang bergolongan darah O memproduksi antibodi A dan B di
plasma darah.

Dulu, pemilik golongan darah O bisa mendonorkan darahnya kepada siapa pun, namun kini
tidak lagi dianjurkan. Golongan darah O negatif kemungkinan memiliki antibodi yang bisa
menyebabkan reaksi serius selama transfusi darah berlangsung. Sedangkan golongan
darah O positif hanya boleh diberikan dalam situasi darurat, yaitu jika pasien sedang
terancam jiwanya atau persediaan tipe darah yang sesuai tidak mencukupi.
Sebaliknya, golongan darah AB tergolong penerima universal. Kalangan ini bisa mendapat
transfusi darah dari jenis A, B, AB, atau O. Namun kalangan ini hanya bisa mendonorkan
darahnya kepada mereka dengan darah jenis AB saja.
Faktor resus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika darah memiliki
faktor Rh maka dikatakan resus positif, dan jika tidak memiliki faktor Rh maka dikatakan
resus negatif.
Orang yang memiliki Rh negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang memiliki
status Rh negatif dan Rh positif. Pendonor dengan Rh positif hanya bisa memberikan
darahnya kepada orang dengan status Rh positif.
Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan golongan darah
ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal dari hibridisasi
immunoglobulin sel tikus, dan hasil pemeriksaanya akan terbentuk aglutinasi. Misalnya pada
golongan darah A ketika ditambahkan reagen antisera A, reagen antisera B, dan reagen
antisera AB, maka terjadi aglutinasi pada darah yang di tetesi reagen antisera B dan AB,
sedangkan pada reagen antisera AB tidak terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode ini
kurang ekonomis, maka serum dapat dijadikan sebagai reagen pada pemeriksaan golongan
darah ABO.
Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Didalam serum terdapat dua
protein yaitu albumin dan globullin. Antibodi berada di dalam serum dikarenakan Antibodi
golongan darah merupakan protein globulin, yang bertanggung jawab sebagai kekebalan
tubuh alamiah untuk melawan antigen asing.
Komposisi serum sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein, dan 0,9% mineral. Akan
tetapi didalam serum tidak ada faktor pembekuan (fibrinogen). Dikarenakan serum tidak
diberi anti koagulan, fibrinogen dapat diubah menjadi benang – benang fibrin sehingga
terjadi pembekuan darah. Dimana antikoagulan ini mengikat kalsium sebagai faktor
pembekuan sehingga fibrinogen tidak di ubah menjadi benang – benang fibrin.
Daftar Pustaka :
1. Fitri. (2007). Manfaat Mengetahui Golongan Darah. 8 April 2010. [Online]
http://www.wikimu.com (Diakses 20 april 2016).
2. Sartika, Argasih (2015). Laporan Pemeriksaan Golongan Darah. Politeknik
Kesehatan Jakarta. [ONLINE]
http://www.academia.edu/12000142/Laporan_Pemeriksaan_Golongan_Darah
(diakses 10 Agustus 2016)
3. Kiswari Rukman. (2014). Hematologi Dan Transfusi. Erlangga. Jakarta
4. Sindu Ellyani, (2002). Immunohematologi dan Sistim Golongan Darah, Depkes RI,
Jakarta.
5. https://www.biology.co.id/sistem-penggolongan-darah-abo/

Anda mungkin juga menyukai