Kelas : 2A
NPM : 411118012
Darah dan produk darah memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan.
Ketersedian, keamanan dan kemudahan akses terhadap darah dan produk darah harus
dapat dijamin. Terkait dengan hal tersebut, sesuai dengan World Health Assembly (WHA)
63.12 on Availability, safety and quality of blood products, bahwa kemampuan untuk
mencukupi kebutuhannya sendiri atas darah dan produk darah (self sufficiency in the supply
of blood and blood products) dan jaminan keamanannya merupakan salah satu tujuan
pelayanan kesehatan nasional yang penting. Darah adalah cairan tubuh yang terbuat
dari jaringan hidup, mengalir di seluruh bagian tubuh melalui kumpulan jaringan
pembuluh darah.
Darah memiliki bagian cair dan padat. Bagian cair yang mengisi lebih dari separuh
bagian darah disebut plasma, terbuat dari campuran air, protein, dan garam.
Sedangkan bagian padat terbuat dari sel darah putih dan merah, serta trombosit. Sel-
sel ini terus diproduksi oleh sumsum tulang untuk mengganti sel-sel tua yang mati. Sel
darah merah hidup selama 120 hari, sel darah putih hanya hidup untuk satu hari,
sedangkan trombosit bertahan hingga enam hari.
Anemia – Anemia adalah kondisi dimana kadar sel darah merah sangat rendah,
sehingga organ-organ tubuh kemungkinan tidak mendapat oksigen yang cukup. Oleh
karena itu, kondisi ini cenderung membuat nafas menjadi pendek dan mudah lelah.
Empat golongan darah tersebut dibedakan berdasarkan ada tidaknya antigen pada sel
darah merah dan plasma darah. Selain itu, status rhesus (Rh) darah dibagi menjadi dua,
yaitu negatif dan positif. Darah berperan penting bagi tubuh, maka penting bagi untuk
mengetahui lebih lanjut tentang karakteristik golongan darah.
Dilansir dari American Society of Hematology, darah yang mengalir di dalam tubuh manusia
umumnya mengandung komponen dasar yang sama, yaitu sel darah merah, sel darah putih,
trombosit, dan plasma. Sel darah merah diproduksi di sumsum tulang belakang dan
bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Di permukaan sel darah merah dan plasma darah, terdapat zat antigen yang berfungsi
seperti tanda pengenal sel tubuh, sehingga tubuh membedakan yang mana sel tubuh
sendiri dan yang berasal dari luar tubuh. Bila sel dengan antigen yang berbeda masuk ke
dalam tubuh, maka sistem kekebalan tubuh secara otomatis akan melawan sel yang
dianggap asing ini dengan memproduksi antibodi.
Pengelompokan darah bisa dilakukan dengan menggunakan sistem ABO maupun rhesus
(Rh). Bila menggunakan sistem ABO, maka golongan darah dibagi menjadi 4 jenis golongan
darah. Dilansir dari American Red Cross, berikut ini penjelasan tiap jenis golongan darah:
Golongan darah A: memiliki antigen A pada sel darah merah dan memproduksi
antibodi B dalam plasma darah.
Golongan darah B: memiliki antigen B pada sel darah merah dan memproduksi
antibodi A dalam plasma darah.
Golongan darah AB: memiliki antigen A dan B pada sel darah merah, namun tidak
memiliki antibodi A dan B pada plasma darah.
Golongan darah O: tidak memiliki antigen A atau B pada sel darah merah, namun
memproduksi antibodi A dan B di plasma darah.
Berdasarkan ABO
Pemilik golongan darah O dulu disebut sebagai pendonor universal, karena bisa
mendonorkan darahnya kepada siapa saja, namun sekarang sudah tidak dianjurkan lagi.
Pasalnya, golongan darah O negatif mungkin memiliki antibodi yang bisa memicu reaksi
serius selama transfusi darah berlangsung. Sedangkan golongan darah O positif hanya
boleh diberikan bila situasi sudah mendesak, seperti sudah tidak ada lagi persediaan darah
yang sesuai atau pasien sedang terancam jiwanya.
Pemilik golongan darah AB disebut juga sebagai penerima universal, karena ia bisa
menerima transfusi darah dari A, B, AB, dan O. Namun, pemilik golongan darah AB hanya
bisa mendonorkan darahnya ke orang yang memiliki golongan darah AB saja.
Umumnya, sebelum melakukan transfusi darah, tim medis akan melakukan pengecekan
ulang terhadap jenis golongan darah penerima donor darah, kesalahan jenis darah yang
didonorkan dapat sebabkan berbagai gangguan kesehatan, salah satunya inkompatibiltas
ABO. Inkompatibilitas ABO yang tidak diatasi dapat sebabkan penggumpalan darah, gagal
jantung serta penurunan tekanan darah.
Orang yang memiliki rhesus negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang
memiliki rhesus negatif dan rhesus positif. Namun, orang yang memiliki rhesus positif hanya
bisa mendonorkan darah ke orang yang rhesusnya positif juga.
Sistem golongan darah ABO
Transfusi darah berarti pemberian darah dari satu orang ke orang lain. Penting bagi
penerima donor untuk tidak memiliki antibodi melawan eritrosit donor. Jika terjadi, hal ini
dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas, yang menyebabkan demam ringan atau
hipersensitivitas dengan hemolysis intravascular serius.
Golongan darah ABO tidak memerlukan transfusi darah sendiri (darah diberikan kepada
pasien untuk beberapa minggu sebelum melakukan transfusi besar atau transfusi darah
setelah operasi). Namun dalam banyak rumah sakit, tes ABO dilakukan untuk pasien yang
memerlukan stok darah untuk melanjutkan transfusi ketika diperlukan.
A A
B B
AB (penerima) A, B
Faktor Rh
Kehadiran atau absensi antigen Rh pada permukaan sel darah merah menentukan
klasifikasi apakah Rh Anda positif atau negatif. Selain kecocokan golongan darah ABO,
antigen Rh adalah hal penting selanjutnya untuk kesuksesan transfusi darah. Elemen
penting Rh adalah Rho (D). Ada juga beberapa faktor Rh yang kurang penting. Tanpa Rho
(D), antigen Rh (yang kurang penting) digunakan untuk tes. Jika negatif, pasien dianggap
sebagai Rh negatif (Rh-).
Ada 9 kode genetika berbeda ketika menganalisis sampel darah. Banyak di antaranya
kurang penting dan tidak secara signifikan untuk memengaruhi penentuan klinis. Namun
dalam beberapa kasus klinis, antigen darah yang kurang penting pun bisa menjadi penting.
Ini sering terjadi ketika transfusi darah untuk pasien dengan leukemia atau lymphoma.
Analisis PCR berkelipatan microarray dapat diidentifikasi untuk beberapa varian yang
terkait dengan sistem golongan darah dan sangat berguna dalam memantau pasien.
Sistem golongan darah ABO ini ditemukan oleh Karl Landsteiner. Pada sistem ABO,
golongan darahnya ditentukan oleh aglutinogen dan aglutinin. Wah, apa sih aglutinogen
itu? Aglutinogen adalah jenis protein yang dapat menggumpal (aglutinasi) dan terdapat
pada eritrosit, sedangkan aglutinin adalah jenis serum antibodi yang dapat menggumpalkan
aglutinogen. Aglutinin terdapat pada plasma darah.
Baik Aglutinogen maupun aglutinin terbagi menjadi 2 jenis. Aglutinogen terbagi menjadi
aglutinogen A dan aglutinogen B, sedangkan aglutinin terbagi
menjadi α dan β. Aglutinin α menggumpalkan aglutinogen A dan
aglutinin β menggumpalkan B. Supaya lebih jelas, simak tabel di bawah ini!
1 A β A
2 B α B
3 AB - A dan B
4 O α dan β -
Sistem golongan darah rhesus ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener. Berdasarkan
sistem ini, ada 2 jenis rhesus, yaitu rhesus positif dan rhesus negatif.
Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen pada
sel darah merah dan plasma darah. Antigen berfungsi seperti tanda pengenalan sel tubuh
Anda. Ini supaya tubuh bisa membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar
tubuh. Jika sel dengan antigen yang berlawanan masuk ke dalam tubuh, maka sistem
kekebalan tubuh akan memulai perlawanan terhadap sel yang dianggap asing tersebut
dengan memproduksi antibodi.
Ada dua teknik yang dipakai untuk mengelompokkan darah, yaitu menggunakan sistem
ABO dan rhesus (Rh). Kedua sistem ini bisa sangat membantu jika Anda ingin
melakukan transfusi darah.
Melalui sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 tipe, yaitu A, B, AB dan O.
Jika Anda memiliki golongan darah A, maka Anda memiliki antigen A pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen
Jika Anda memiliki golongan darah B, maka Anda memiliki antigen B pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi A untuk melawan sel darah merah dengan antigen
A.
Jika Anda memiliki golongan darah AB, maka Anda memiliki antigen A dan B pada
sel darah merah. Ini juga berarti Anda tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma
darah.
Jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda tidak memiliki antigen A atau B
pada sel darah merah. Orang bergolongan darah O memproduksi antibodi A dan B di
plasma darah.
Dulu, pemilik golongan darah O bisa mendonorkan darahnya kepada siapa pun, namun
kini tidak lagi dianjurkan. Golongan darah O negatif kemungkinan memiliki antibodi yang
bisa menyebabkan reaksi serius selama transfusi darah berlangsung. Sedangkan golongan
darah O positif hanya boleh diberikan dalam situasi darurat, yaitu jika pasien sedang
terancam jiwanya atau persediaan tipe darah yang sesuai tidak mencukupi.
Sebaliknya, golongan darah AB tergolong penerima universal. Kalangan ini bisa
mendapat transfusi darah dari jenis A, B, AB, atau O. Namun kalangan ini hanya bisa
mendonorkan darahnya kepada mereka dengan darah jenis AB saja.
Faktor resus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika darah
memiliki faktor Rh maka dikatakan resus positif, dan jika tidak memiliki faktor Rh maka
dikatakan resus negatif.
Orang yang memiliki Rh negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang
memiliki status Rh negatif dan Rh positif. Pendonor dengan Rh positif hanya bisa
memberikan darahnya kepada orang dengan status Rh positif.
Secara garis besar golongan darah manusia dibagi menjadi empat kelompok
utama yaitu A, B, AB dan O. Golongan darah ini dipengaruhi oleh gen
yang diwarisi dari ke dua orang tua.
Setiap golongan darah di atas, dikelompokkan juga berdasarkan Rhesusnya, apakah
positif (Rh +) atau negatif (Rh+), sebagai contoh golongan darah A bisa A Rh+ atau A Rh-,
dengan demikian maka total penggolongan darah manusia menjadi delapan golongan yang
masing-masing memiliki karakteristik berbeda. Inilah yang akan menentukan cocok tidaknya
antara darah yang satu dengan yang lainnya ketika ingin dilakukan transfusi darah.
Memahami komponen darah manusia
Tubuh manusia memiliki sekitar 4-6 liter darah yang terus mengalir dalam pembuluh
darah untuk menjamah ke seluruh tubuh. Darah manusia terdiri dari sel-sel darah (sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) dalam cairan yang disebut plasma.
Plasma terdiri dari sekitar 90% air, tetapi juga mengandung protein, nutrisi, hormon dan
produk-produk limbah. Darah terdiri dari sekitar 60% plasma dan 40% sel-sel darah.
Ketiga jenis sel darah memiliki peranan khusus dalam tubuh, sebagai berikut:
Sel darah putih disebut juga sebagai leukosit adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh
(mekanisme pertahanan alami tubuh) dan membantu melawan infeksi.
Pada sitem ABO, ada empat golongan utama darah manusia yang di dasarkan pada antigen
antibodi, yaitu:
Golongan darah A = Memiliki antigen A pada sel-sel darah merah, memiliki antibodi anti-B
dalam plasma.
Golongan darah B = Memiliki antigen B pada sel-sel darah merah, memiliki antibodi anti-
A dalam plasma.
Golongan darah O = Tidak memiliki antigen, tetapi keduanya memiliki antibodi anti-A dan
anti-B dalam plasma.
Seseorang yang menerima darah (tansfusi darah) dari kelompok ABO yang tidak
sesuai, bisa berakibat fatal dan mengancam nyawa. Sebagai contoh, penerima memiliki
golongan darah B, si pemberi memiliki golongan darah A dengan antibodi anti-B. Jika kedua
darah ini dipertemukan dalam proses transfusi darah maka bisa berakibat fatal. Inilah
kenapa, golongan darah A tidak boleh diberikan kepada orang memiliki golongan darah B.
Sedangkan bagi yang memiliki golongan darah O, karena sel darah merah tidak memiliki
antigen A atau B, maka bisa dengan aman memberikan darahnya (donor darah) kepada
orang yang memiliki golongan darah apapun.
Sel darah merah juga bisa memiliki antigen lain, yaitu protein yang dikenal sebagai
antigen RhD. Jika golongan darah memiliki antigen ini, maka disebut RhD positif. Jika
antigen ini tidak ada, maka golongan darahnya disebut sebagai RhD negatif.
Membagi individu dalam 4 golongan darah, yaitu golongan darah A, B, O, dan AB.
Klasifikasi ABO didasarkan pada ditemukannya 2 jenis antigen A atau B di eritrosit dan 2
antibodi (anti-A dan anti-B) di serum
Antigen golongan darah ABO pembentukannya diatur oleh gen A, gen B yang terletak di
kromosom 9 dan gen H yang terletak di kromosom 19.
Gen H mengkonjugasikan prekursor antigen ABO dengan fucose membentuk antigen H.
Gen A mengatur konjugasi molekul N-acetyl galactosamine ke antigen H membentuk
antigen A.
Gen B mengatur konjugasi D-galactose ke antigen H membentuk antigen B
Individu yang tidak memiliki gen H tidak dapat membentuk antigen H, mempunyai
genotip hh dan tidak dapat mengkonjugasikan fucose ke prekursor antigen ABO, dan
memunjukan antigen BOMBAY.
Individu yang memiliki antigen bombay di dalam plasma darahnya memiliki antigen A, B,
dan H sehingga hanya dapat menerima transfusi darah dari phenotip bombay lainnya.
Terdapat 5 jenis rhesus yang berperan dalam proses transfusi, yaitu antigen C, antigen c,
antigen E, antigen e, dan antigen D.
Rhesus diatur oleh gen Rh di kromosom 1
Antibodi Rh D hanya terjadi bila orang dengan Rh (-) terpapar dengan eritrosit Rh (+),
melalui transfusi atau pada kehamilan dimana daerah fetus Rh (+) masuk melalui plasenta
ke sirkulasi darah ibu Rh (-).
Yang pertama darah pasien akan dicampur dengan antibodi A atau B. Sebagai
contoh, apabila pasien memiliki golongan darah A, ketika diberi antibodi A maka
darahnya akan akan hancur. Atau apabila seseorang memiliki golongan darah AB,
ketika diberi antibodi A maupun B maka darah orang tersebut akan hancur.
Yang kedua adalah pemeriksaan dibalik, oleh karena itu disebut sebagai back typing.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa serum atau plasma darah pasien
(yang berisi antibodi) dan dicampur dengan darah orang lain yang memiliki antigen A
atau B. Apabila darah pasien tersebut bergolongan darah B (dalam plasma darah
memiliki antibodi A), ketika dicampur dengan darah golongan A (memiliki antigen A),
akan terjadi penghancuran. Atau apabila pasien memiliki golongan darah O (dalam
plasma memiliki antibodi A dan B), ketika dicampur dengan darah golongan A atau
B, juga akan terjadi penghancuran.
Pemeriksaan Rhesus dilakukan dengan metode yang sama dengan golongan ABO di tahap
pertama. Darah akan dicampur dengan antibodi Rh (anti-Rh). Jika pasien memiliki golongan
darah Rh+, akan hancur ketika diberikan anti-Rh.
Sesudah Cek Golongan Darah
Hasil pemeriksaan golongan darah umumnya dapat diterima dalam hitungan menit, dan
orang tersebut dapat mendonorkan darahnya atau menerima transfusi darah dari darah
yang cocok dengan golongan darahnya.
Merasa pusing
Pingsan
Infeksi pada titik yang disuntik
Perdarahan
Perdarahan di bawah kulit (hematoma)
Segera temui dokter jika efek samping tidak mereda atau justru memburuk, untuk
mendapatkan penanganan.
2. Golongan darah ABO dan Rhesus harus diverifikasi pada setiap kantong darah yang
didapat dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan terdahulu.
3. Jika terjadi ketidak sesuaian hasil, komponen darah dari penyumbangan tersebut harus
dikarantina hingga ketidak sesuaian hasil telah diselidiki dan diperbaiki hingga tidak ada lagi
keraguan.
4. Pelabelan golongan darah ABO dan Rhesus dari penyumbangan asal donor baru harus
dikonfirmasi menggunakan dua pemeriksaan ABO/Rhesus yang independen.
5. Donor baru dan donor dengan riwayat kehamilan atau transfusi sejak penyumbangan
darah terakhir harus diperiksa untuk antibodi yang signifikan secara klinis.
6. Pemeriksaan harus dilakukan menurut instruksi pabrik, SPO dan kriteria penerimaan
ditetapkan dengan jelas.
8. Semua reagen harus diberi tanggal dan bubuhkan inisial petugas yang membuka, atau
menyiapkan dan menyimpan sesuai instruksi pabrik.
9. Kinerja laboratorium pemeriksaan harus dinilai secara teratur melalui keikut sertaan di
dalam program pemantapan mutu eksternal.
Pemeriksaan golongan darah standar dilakukan menggunakan reagen golongan darah
yang sebenarnya kurang ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
serum golongan darah dapat dijadikan sebagai reagen golongan darah. Telah dilakukan
penelitian tentang antibodi yang ada di dalam serum golongan darah A, B, dan O. Serum
golongan darah akan bereaksi dengan antigen yang ada di dalam darah, ditunjukkan
dengan adanya aglutinasi. Metode penelitian bersifat eksperimen yaitu dengan melakukan
pemeriksaan golongan darah dengan diteteskan serum golongan darah A, B, dan O
kemudian dilihat grade aglutinasi yang terjadi.
Data diolah secara statistik menggunakan metode statistik non parametrik Kruskal
Wallis. Hasil penelitian menunjukkan serum golongan darah A, B dan O dapat dijadikan
alternatif pengganti reagen anti A, anti B, dan anti AB dalam menentukan golongan darah.
Berdasarkan analisis data, kualitas penggumpalan yang dihasilkan oleh serum tidak sama
dengan aglutinasi yang dihasilkan oleh reagen anti A, anti B, dan anti AB dalam menentukan
golongan darah.
Pemeriksaan golongan darah menggunakan metode tabung ada dua cara, yaitu serum
grouping dan cell grouping. Cell grouping merupakan pemeriksaan golongan darah dengan
cara sel darah merah pasien diperiksa dengan serum yang antibodinya telah diketahui untuk
menentukan antigen pada sel eritrosit yang sedang diperiksa (WHO, 2013). Interpretasi dari
hasil pemeriksaan golongan darah metode tabung berupa derajat aglutinasi. Reaksi yang
terjadi antara antigen dan antibodi akan membentuk suatu ikatan ditandai dengan
munculnya aglutinasi.
Reaksi aglutinasi terjadi jika antigen bertemu dengan antibodi yang sesuai. Kadar dari
antigen dan antibodi berperan dalam pembentukan aglutinasi. Semakin banyak antigen-
antibodi yang berikatan, akan membentuk aglutinasi yang semakin besar, jelas, dan
semakin kuat reaksi yang terjadi (Faruq, n.d.). Maka semakin tinggi derajat aglutinasi yang
terbentuk. Hal ini akan mempermudah dan mengefektifkan waktu petugas laboratorium
untuk mengetahui apakah sampel terjadi aglutinasi atau tidak.
Pemeriksaan golongan darah metode tabung menggunakan suspensi sel yang dibuat
dari eritrosit dan pelarut NaCl 0,9%. Semakin tinggi konsentrasi suspensi sel yang dibuat,
maka semakin banyak eritrosit di dalam suspensi sel itu, dan semakin tinggi pula kadar
antigen di dalam suspensi selnya. Semakin tinggi kadar antigennya, maka semakin tinggi
reaksi antigen dan antibodi yang dapat terjadi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
adanya perbedaan derajat aglutinasi pemeriksaan golongan darah metode cell grouping
berdasarkan tingkat konsentrasi suspensi sel.
Sistem penggolongan darah ABO – golongan darah adalah salah asatu sifat keturunan
(herediter) dari ketentuan alel ganda. Sampai sekarang ini, sangat vanyak sistem
penggolongan darah namun yang sangat dikenal ialah sistem ABO. Sistem penggolongan
tersebut menurut peristiwa aglutinasi (pengumpulan darah) pada sel darah merah (eritrosit).
Berikut ini akan dibahas tentang sistem penggolongan darah ABO.
Berikut ini adalah sistem penggolongan darah ABO, golongan darah seseorang bergantung
dengan antigen dan juga antibody yang terdapat dalam darahnya.
1. Bila kalian mempunyai golongan darah A, maka kalian mempunyai antigen A dalam
sel darah merah serta memproduksi antibody guna melawan sel darah merah
dengan antigen.
2. Bila kalian mempunyai golongan darah B, maka kalian mempunyai antigen B dalam
sel darah merah dengan antigen A.
3. Bila kalian mempunyai golongan darah AB, maka kalian mempunyai antigen A dan B
dalam sel darah merah. Itu berarti pula bahwa kalian mempunyai antibody A dan B
dalam plasma darah.
4. Bila kalian mempunyai golongan darah O, maka kalian dapat mendonorkan
darahnya pada siapa saja, tetapi saat ini sudah tidak dianjurkan lagi. Golongan darah
O negative mungkin mempunyai antibody yang dapat mengakibatkan reaksi serius
pada transfuse darah saat berlangsung. Sementara golongan darah 0 yang postif
hanya diperbolehkan memberikannya saat situasi yang darurat, yakni bila pasien
sedang mengalami ancaman jiwa maupun tipe darah yang sesuai ini tidak
mencukupi.
Dan sebaliknya pula pada golongan darah AB yang termasuk sebagai penerima universal.
Kalangan tersebut dapat memperoleh transfuse darah yang berasal dari jenis A, B, AB
maupun O. Tetapi, kalangan tersebut hanya dapat mendonorkan darahnya untuk mereka
yang mempunyai jenis darah AB pula.
Faktor Resus ialaj jenis antigen yang terdapat dalam sel darah merah. Bila darah
mempunyai faktor Rh maka bisa disebut resus positif, dan bila tidak mempunyai faktor Rh
maka dapat disebut dengan resus negative.
Berbeda dengan golongan darah yang biasanya Anda ketahui, golongan darah A, B,
O, dan AB memberitahukan ada tidaknya antigen dan antibodi A atau B dalam darah,
sementara golongan darah rhesus merujuk pada ada tidaknya protein Rh atau rhesus
dalam darah.
Golongan darah rhesus positif berarti orang tersebut memiliki protein Rh di dalam
darahnya dan golongan darah rhesus negatif menandakan bahwa orang tersebut
tidak memiliki protein Rh dalam darahnya.
Oleh karenanya, jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda bisa memiliki
golongan darah O rhesus positif (O+) atau golongan darah O rhesus negatif (O-).
Setiap golongan darah A, B, O, dan AB akan memiliki golongan darah rhesus positif
ataupun negatif.
Jika Anda memiliki golongan darah rhesus negatif, Anda tidak perlu khawatir karena
memiliki golongan darah rhesus negatif tidak berarti Anda memiliki kondisi medis
tertentu atau mengalami cacat. Golongan darah rhesus hanya mengindikasikan ada
tidaknya protein Rh dalam darah.
Mengapa golongan darah rhesus perlu diketahui?
Tidak hanya jenis golongan darah A, B, O, dan AB yang perlu diketahui saat akan
melakukan transfusi darah, dalam donor darah, golongan darah rhesus juga perlu
diketahui untuk memastikan bahwa seseorang bisa menerima donor darah yang
diberikan.
Saat transfusi darah, golongan darah rhesus positif bisa diberikan darah orang yang
memiliki golongan darah rhesus negatif maupun positif. Namun, orang yang memiliki
golongan darah rhesus negatif hanya bisa diberikan darah dari orang yang memiliki
golongan darah rhesus negatif. Jika tidak, bisa terjadi komplikasi yang berbahaya.
Selain pertimbangan dari rhesus, tentunya orang yang akan menerima transfusi
darah harus memiliki golongan darah A, B, O, atau AB yang sama dengan golongan
darah rhesus yang sesuai.
Contohnya, orang yang memiliki golongan darah A rhesus negatif hanya bisa
diberikan darah dari orang yang memiliki golongan darah A rhesus negatif pula.
Selain untuk keperluan transfusi darah, mengetahui golongan darah rhesus juga
penting untuk kehamilan dan kelahiran. Tiap calon ibu akan menjalani tes darah
untuk mengetahui golongan darah rhesusnya saat masa kehamilan.
Calon ibu yang memiliki golongan darah rhesus negatif dengan anak yang memiliki
golongan darah rhesus positif memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Hal ini
karena terdapat kemungkinan darah dari anak bisa bercampur dengan darah sang ibu
saat sedang proses melahirkan atau saat calon ibu mengalami pendarahan.
Saat darah dari bayi yang memiliki golongan darah rhesus positif tercampur dengan
darah ibu yang memiliki rhesus negatif, tubuh sang ibu akan menghasilkan antibodi
Rh yang bisa membahayakan bayi yang akan dikandung berikutnya.
Bila bayi berikutnya yang dikandung oleh sang Ibu juga memiliki golongan darah
rhesus positif, maka antibodi Rh dalam tubuh sang ibu yang diproduksi karena
paparan darah bayi yang pertama kali dikandung dapat melewati plasenta dan
merusak sel darah merah pada bayi kedua. Kerusakan sel darah merah ini bisa
memicu anemia yang membahayakan bayi kedua. Gejala yang dialami bayi bisa
berupa kuning pada kulit dan bagian putih mata, penurunan kesadaran dan
kelemahan otot.
Oleh karenanya, calon ibu akan diberikan tes darah saat trimester pertama, minggu
ke-28 masa kehamilan, dan saat akan melahirkan. Jika calon ibu belum
menghasilkan antibodi Rh, maka dokter akan menyuntikkan Rh immune globulin
untuk mencegah produksi antibodi Rh saat kehamilan.
Seusai melahirkan, apabila bayi yang dilahirkan memiliki golongan darah rhesus
negatif, maka sang ibu tidak perlu mendapatkan suntikan Rh immune globulin. Akan
tetapi, jika bayi yang lahir memiliki golongan darah rhesus positif, maka sang ibu
akan disuntikkan Rh immune globulin.
Selalu konsultasikan ke dokter kandungan apabila Anda memiliki golongan darah
rhesus negatif dan pasangan memiliki golongan darah rhesus positif.
Golongan darah ABO pada manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, yaitu golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A dipermukaan eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Golongan darah B memiliki antigen B di permukaan eritrositnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Golongan darah AB
memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B di permukaan eritrositnya serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun antigen B dalam serum darahnya.
Sedangkan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tetapi dalam serumnya
terdapat antibodi terhadap antigen A dan B.
Pengambilan darah vena: disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dipasang
torniquet kira-kira 10 cm diatas siku, dilakukan perabaan untuk mengetahui posisi vena,
setelah itu posisi tangan yang akan diambil darahnya dibersihkan dengan menggunakan
kapas alkohol 70% dan didiamkan hingga kering. Bagian vena ditusuk dengan spuit dengan
posisi sudut 45 derajat, torniquet dilepas pada saat darah mulai masuk kedalam spuit.
Kapas yang kering dan steril diletakkan saat volume darah sudah penuh. dilepaskan
spuitnya dan darah dimasukkan kedalamtabung reaksi melalui dinding.
Pemeriksaan golongan darah metode slide: darah dipipet sebanyak 20µL (golongan
darah A, B AB dan O), darah diteteskan pada kertas golongan darah, ditambahkan reagen
anti A, reagen anti B, dan reagen anti AB. Darah pada kertas golongan darah diratakan
dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian digoyangkan, dilihat dan diamati hasil
aglutinasinya. Pembacaan golongan darah dibaca tidak boleh lebih dari 2 menit. Penilaian
menggunakan skoring (likert scale). Skoring yang dilakukan terbagi menjadi 5 peringkat
yaitu:
Dalam proses pengujian sampel darah ABO, sampel darah akan diteteskan suatu
reagen, kemudian pada sampel darah akan terjadi proses aglutinasi atau penggumpalan
darah. Penggumpalan darah disebabkan karena adanya interaksi antibodi dengan antigen
yang terikat pada eritrosit. Dalam sel darah manusia terdapat aglutinogen yang jika ditetesi
dengan antisera akan menghasilkan penggumpalan, hal ini terjadi karena di dalam anti-sera
terdapat aglutinin spesifik yang sifatnya menggumpalkan.
Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen pada
sel darah merah dan plasma darah. Antigen berfungsi seperti tanda pengenalan sel tubuh
Anda. Ini supaya tubuh bisa membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar
tubuh. Jika sel dengan antigen yang berlawanan masuk ke dalam tubuh, maka sistem
kekebalan tubuh akan memulai perlawanan terhadap sel yang dianggap asing tersebut
dengan memproduksi antibodi.
Ada dua teknik yang dipakai untuk mengelompokkan darah, yaitu menggunakan sistem
ABO dan rhesus (Rh). Kedua sistem ini bisa sangat membantu jika Anda ingin
melakukan transfusi darah.
Melalui sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 tipe, yaitu A, B, AB dan O.
Jika Anda memiliki golongan darah A, maka Anda memiliki antigen A pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen
Jika Anda memiliki golongan darah B, maka Anda memiliki antigen B pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi A untuk melawan sel darah merah dengan antigen
A.
Jika Anda memiliki golongan darah AB, maka Anda memiliki antigen A dan B pada
sel darah merah. Ini juga berarti Anda tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma
darah.
Jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda tidak memiliki antigen A atau B
pada sel darah merah. Orang bergolongan darah O memproduksi antibodi A dan B di
plasma darah.
Dulu, pemilik golongan darah O bisa mendonorkan darahnya kepada siapa pun, namun kini
tidak lagi dianjurkan. Golongan darah O negatif kemungkinan memiliki antibodi yang bisa
menyebabkan reaksi serius selama transfusi darah berlangsung. Sedangkan golongan
darah O positif hanya boleh diberikan dalam situasi darurat, yaitu jika pasien sedang
terancam jiwanya atau persediaan tipe darah yang sesuai tidak mencukupi.
Sebaliknya, golongan darah AB tergolong penerima universal. Kalangan ini bisa mendapat
transfusi darah dari jenis A, B, AB, atau O. Namun kalangan ini hanya bisa mendonorkan
darahnya kepada mereka dengan darah jenis AB saja.
Faktor resus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika darah memiliki
faktor Rh maka dikatakan resus positif, dan jika tidak memiliki faktor Rh maka dikatakan
resus negatif.
Orang yang memiliki Rh negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang memiliki
status Rh negatif dan Rh positif. Pendonor dengan Rh positif hanya bisa memberikan
darahnya kepada orang dengan status Rh positif.
Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan golongan darah
ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal dari hibridisasi
immunoglobulin sel tikus, dan hasil pemeriksaanya akan terbentuk aglutinasi. Misalnya pada
golongan darah A ketika ditambahkan reagen antisera A, reagen antisera B, dan reagen
antisera AB, maka terjadi aglutinasi pada darah yang di tetesi reagen antisera B dan AB,
sedangkan pada reagen antisera AB tidak terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode ini
kurang ekonomis, maka serum dapat dijadikan sebagai reagen pada pemeriksaan golongan
darah ABO.
Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Didalam serum terdapat dua
protein yaitu albumin dan globullin. Antibodi berada di dalam serum dikarenakan Antibodi
golongan darah merupakan protein globulin, yang bertanggung jawab sebagai kekebalan
tubuh alamiah untuk melawan antigen asing.
Komposisi serum sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein, dan 0,9% mineral. Akan
tetapi didalam serum tidak ada faktor pembekuan (fibrinogen). Dikarenakan serum tidak
diberi anti koagulan, fibrinogen dapat diubah menjadi benang – benang fibrin sehingga
terjadi pembekuan darah. Dimana antikoagulan ini mengikat kalsium sebagai faktor
pembekuan sehingga fibrinogen tidak di ubah menjadi benang – benang fibrin.
Daftar Pustaka :
1. Fitri. (2007). Manfaat Mengetahui Golongan Darah. 8 April 2010. [Online]
http://www.wikimu.com (Diakses 20 april 2016).
2. Sartika, Argasih (2015). Laporan Pemeriksaan Golongan Darah. Politeknik
Kesehatan Jakarta. [ONLINE]
http://www.academia.edu/12000142/Laporan_Pemeriksaan_Golongan_Darah
(diakses 10 Agustus 2016)
3. Kiswari Rukman. (2014). Hematologi Dan Transfusi. Erlangga. Jakarta
4. Sindu Ellyani, (2002). Immunohematologi dan Sistim Golongan Darah, Depkes RI,
Jakarta.
5. https://www.biology.co.id/sistem-penggolongan-darah-abo/