Anda di halaman 1dari 12

AAM30G

Kegiatan ke 1
Tes Golongan
Darah

A. Tujuan Kegiatan
Mahasiswa dapat mengatahui golongan darah sistem ABO dan rhesus
seseorang.

B. Kajian Pustaka
1. Definisi Darah
Darah merupakan bagian esensial dari tubuh manusia yang memiliki
berbagai fungsi. Darah berfungsi untuk mengangkut zat-zat dan oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia
hasil metabolisme, dan berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Darah adalah
cairan tubuh yang terdiri atas beberapa komponen utama, yaitu plasma,
sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Salah satu komponen darah
yang bersirkulasi dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut
oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan sel adalah sel darah merah
(eritrosit). Pada permukaan membran sel darah merah terdapat protein yang
menjadi penentu tipe golongan darah. Golongan darah merupakan sistem
pengelompokkan darah yang didasarkan pada jenis antigen yang dimilik
(Nuraini, 2022: 490). Darah adalah cairan tubuh pada manusia. Darah
mengalirkan zat gizi dan oksigen ke sel dan mengangkut limbah metabolis
menjauh dari sel-sel tersebut. Darah terdiri dari bagian cair (plasma darah)
dan sel unsur-unsur yang terbentuk (eritrosit, leukosit, dan trombosit).
Darah adalah struktur yang
kompleks (Lyashenko, et al., 2017: 17).
Darah adalah kendaraan untuk transportmasal jarak jauh dalam tubuh
untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-
sel itu sendiri. Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen
selular diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit (sel darah
merah) pada hakikatnya adalah kantung hemogoblin terbungkus
AAM30G

membran plasma yang mengangkut 𝑂2 dalam darah. Leukosit (sel darah


putih) satuan pertahanan sistem imun, diangkut dalam darah tempat cedera
atau tempat invasi mikro organisme penyebab penyakit. Trombosit
penting dalam homeostasis, penghentian pendarahan dari pembuluh yang
cedera. Jika darah mengalami gangguan, maka segala proses metabolisme
tubuh akan terganggu juga (Fitryadi, 2016: 1-2).
2. Penggolongan Darah ABO dan Rhesus
a. Penggolongan darah ABO
Penggolongan darah ABO adalah salah satu faktor genetik yang paling
stabil, dan itu adalah sistem golongan darah manusia pertama ditemukan,
seperti yang dilaporkan ole Karl Landsteiner pada tahun 1990.
Penggolongan darah ABO merupakan pemeriksaan rutin sebelum
pengoperasian untuk pasien. Banyak peneliti telah
mengeksplorasihubungan antara sistem golongan darah dengan
keganasan. Misalnya, demonstrasi bahwa risiko kanker pankreas
dikaitkan dengan perubahan genetik pada gen golongan darah ABO (Yu,
et al., 2019: 310).
Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan terdapat di
dalam sistem peredaran darah tertutup dan sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia. Darah berfungsi memasukkan oksigen dan
bahan makanan keseluruh tubuh serta mengambil karbon dioksida dan
metabolik dari jaringan. Mengetahui golongan darah seseorang sangat
penting di ketahui untuk kepentingan medis yaitu salah satunya untuk
transfusi. Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu: golongan darah
A dimana golongan darah A mempunyai antigen A dan anti - B,
golongan darah B yaitu golongan darah yang memiliki antigen B dan anti
– A, golongan darah O golongan darah yang memiliki antibodi tetapi
tidak memiliki antigen, dan golongan darah AB golongan darah yang
memiliki antigen tetapi tidak memiliki antibodi (Oktari, 2016: 49).
Pada permukaan membran sel darah merah terdapat protein yang
menjadi penentu tipe golongan darah. Golongan darah merupakan sistem
AAM30G

pengelompokkan darah yang didasarkan pada jenis antigen yang dimiliki.


Membran eritrosit mengandung dua antigen yang disebut aglutinogen,
yaitu tipe-A dan tipe-B. Aglutinogen berikatan spesifik dengan antibodi
dalam plasma darah (aglutinin) yang menyebabkan penggumpalan
eritrosit. Ikatan spesifik aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi
dasar penggolongan darah (Nuraini, 2022: 490).
b. Penggolongan darah Rhesus
Golongan darah rhesus (Rh) adalah golongan darah terbesar kedua
setelah sistem golongan darah A-B-O, namun penggolongan darah pada
sistem Rh berbeda dengan sistem A-B-O. Pada golongan darah Rh
penentuan didasarkan pada keberadaan antigen-D dan bersifat
imunogenik. Setiap sel darah merah memiliki antigen Rh sejumlah
10.000-
30.000. Antigen Rh termasuk protein intra membran dengan letak yang
tidak terlalu menjorok ke luar membran sehingga reaksi aglutinasi tidak
secepat pada antigen A daln B (Nuraini, 2022: 490-491).
Sistem golongan darah ABO digunakan bersama sistem golongan
darah Rhesus. Sifat pada sistem golongan darah Rhesus dipengaruhi oleh
setidaknya 44 antigen berbeda, namun secara klinis sifat fenotif yang
paling mempengaruhi adalah karena ada atau tidaknya antigen D pada
darah. Sistem golongan Rhesus membagi golongan darah manusia
menjadi dua, yaitu Rhesus positif (Rh +) dan Rhesus negatif (Rh -). Jika
sel darah merahnya mengandung antigen D maka darah tersebut
termasuk Rhesus positif (Rh +) dan jika tidak terdapat antigen D darah
tersebut termasuk Rhesus negatif (Rh -) (Andriko, 2020: 114).
Klasifikasi golongan darah lain yang rutin digunakan adalah Sistem
Rhesus. Sitem rhesus ini mengelompokkan darah dengan menganalisis
adanya protein R dalam hemoglobin atau ada tidaknya antigen D
dipermukaan sel darah merah. Jika darah merah sel menyajikan antigen
Rh, itu akan disebut Rh-positif dan jika tidak, masing-masing akan
disebut Rh-negatif (Ahmadi, 2021: 2).
AAM30G

3. Pemeriksaan Golongan Darah


Golongan darah menjadi salah satu hal penting yang harus dipahami oleh
setiap orang dan dapat dengan mudah diiketahui menggunakan pemeriksaan
khusus. Pemeriksaan golongan darah didasarkan pada pola reaksi antara
antisera dan darah yang merujuk pada sistem penggolongan darah mayor.
Metode pemeriksaan goldar yang paling umum dan sederhana adalah
menggunakan slide-test. Pentingnya dalam mengetahui golongan darah
tidak hanya pada transfusi darah, tetapi juga penting untuk identifikasi
penyakit yang berhubungan dengan sel darah merah (Nuraini, 2022: 489).
Secara manual, pengenalan golongan darah dilakukan dengan cara
mengambil dua tetes darah yang akan diindetifikasi. darah tersebut akan
diletakkan pada sebuah preparat dan dibagi dalam 2 bagian. masing-masing
bagian darah akan ditetesi serum anti-a dan anti-b. setelah di campur, akan
dilakukan pengamatan secara langsung dengan mata telanjang terhadap
reaksi yang terjadi pada darah yang telah ditetesi serum. dari hasil
pengamatan ini akan ditentukan darah tersebut masuk dalam golongan a, b,
ab atau o. secara komputerisasi, golongan darah dapat dikenali melalui
pola dari citra darah yang telah telah ditetesi serum anti-a dan anti-b
(Fitryadi, 2016: 2).
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis
golongan darah pada manusia. Penentuan golongan darah ABO pada
umumnya dengan menggunakan metode Slide. Metode ini didasarkan pada
prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan
aglutinin yang terdapat dalam serum/plasma yang membentuk aglutinasi
atau gumpalan. Metode slide merupakan salah satu metode yang sederhana,
cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan darah. Antigen – antigen
golongan darah yang sangat penting adalah antigen A, dan B. Ciri antigen
itu berada pada ujung gula – gula yang melekat langsung pada dinding sel
atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari hamparan bilipid.
Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan
golongan darah ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang
berasal dari hibridisasi
AAM30G

immunoglobulin sel tikus, dan hasil pemeriksaanya akan terbentuk


aglutinasi. Misalnya pada golongan darah A ketika ditambahkan reagen
antisera A, reagen antisera B, dan reagen antisera AB, maka terjadi
aglutinasi pada darah yang di tetesi reagen antisera B dan AB, sedangkan
pada reagen antisera AB tidak terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode
ini kurang ekonomis, maka serum dapat dijadikan sebagai reagen pada
pemeriksaan golongan darah ABO. Serum merupakan cairan darah yang
berwarna kuning. Didalam serum terdapat dua protein yaitu albumin dan
globullin. Antibodi berada di dalam serum dikarenakan Antibodi golongan
darah merupakan protein globulin, yang bertanggung jawab sebagai
kekebalan tubuh alamiah untuk melawan antigen asing. Komposisi serum
sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein, dan 0,9% mineral. Akan
tetapi didalam serum tidak ada faktor pembekuan (fibrinogen). Dikarenakan
serum tidak diberi anti koagulan, fibrinogen dapat diubah menjadi benang –
benang fibrin sehingga terjadi pembekuan darah. Dimana antikoagulan ini
mengikat kalsium sebagai faktor pembekuan sehingga fibrinogen tidak di
ubah menjadi benang – benang fibrin (Oktari, 2016: 50).

Gambar. 1 Penggolongan Darah


Sumber: https://alirsyadsurabaya.com

4. Penyakit pada Penggolongan Darah ABO dan Rhesus


Sistem golongan darah ABO penting dalam bidang ilmu kedokteran
terutama transfusi dan transplantasi. Sistem ABO paling penting dalam
bidang transfusi, karena transfusi sistem ABO yang inkompatibel akan
mengakibatkan gejala reaksi transfusi hemolitik (HTR) dan mengakibatkan
koagulasi intravaskular diseminata (DIC), gagal ginjal, dan kematian.
AAM30G

Terdapat 2 jenis inkompatibilitas ABO, yaitu Inkompatibilitas Mayor, di


mana antibodi resipien akan menghancurkan eritrosit yang ditransfusikan
(misalnya: A ke O, B ke O, A ke B, B ke A) dan Inkompatibilitas Minor, di
mana antibodi darah donor akan menghancurkan eritrosit resipien.
(misalnya: O ke A, O ke B) (Aliviameita, 2020: 24-25)
Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh
untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu
sendiri. Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selular
diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit (sel darah merah)
pada hakikatnya adalah kantung hemogoblin terbungkus membran plasma
yang mengangkut O2 dalam darah. Leukosit (sel darah putih) satuan
pertahanan sistem imun, diangkut dalam darah tempat cedera atau tempat
invasi mikro organisme penyebab penyakit. Trombosit penting dalam
homeostasis, penghentian pendarahan dari pembuluh yang cedera. Jika
darah mengalami gangguan, maka segala proses metabolisme tubuh akan
terganggu pula. Salah satu penyakit yang terjadi karena gangguan darah
adalah gagal ginjal. Gagal ginjal terjadi karena kesalahan dalam transfusi
darah yang mengakibatkan darah dengan berbeda golongan tercampur dan
membuat kerja ginjal menjadi lebih berat. Kesalahan dalam transfusi darah
ini pernah terjadi karena kesalahan dalam pengambilan data golongan darah
seorang pasien. Kesalahan mendeteksi golongan darah biasanya terjadi
karena kurang teliti dan terburu-buru dalam melakukan pengamatan. Oleh
karena itu, dibutuhkan sebuah metode yang mampu mengenali jenis
golongan darah secara otomatis sehingga diharapkan dapat mempermudah
petugas medis dalam melakukan pemeriksaan golongan darah (Fitryadi,
2016: 1-2).
Wanita Rh negatif yang menghasilkan anti-D cenderung menyebabkan
Penyakit Hemolitik Janin dan Bayi Baru Lahir (HDFN) jika bayi dengan Rh
positif lahir dari ibu Rh negative. Golongan darah Rhesus merupakan salah
satu golongan darah paling kompleks pada manusia. Penemuannya
dinamakan dari salah satu jenis monyet, yaitu Rhesus. Sistem Rhesus telah
menjadi golongan darah terpenting kedua setelah ABO di bidang transfusi
AAM30G

darah. Sistem Rhesus sangat penting dalam bidang obstetri, karena menjadi
penyebab utama penyakit hemolitik pada bayi baru lahir atau Hemolytic
Disease of the Newborn (HDN). (Aliviameita, 2020: 43, 48)
AAM30G

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat tulis 1 set
b. Blood lancet 1 buah
c. Jarum franke 1 buah
d. Kaca objek 1 buah
e. Kertas HVS Secukupnya
f. Kertas label Secukupnya
g. Penggaris 1 buah
h. Tusuk gigi Secukupnya
2. Bahan
a. Alcohol swab
b. Serum anti-A
c. Serum anti-B
d. Serum anti-AB
e. Serum ani-D (anti-Rhesus)

D. Cara Kerja
1. Dipastikan praktikan yang menjadi probandus mengetahui golongan darah
orang tua dan saudaranya.
2. Disiapkan kaca objek dan blood lancet yang telah dibersihkan dengan
alkohol 70%. Setiap orang harus menggunakan kaca objek dan blood lancet
yang berbeda tidak boleh dipakai secara bergantian.
3. Dibersihkan jari yang akan di ambil darahnya (biasanya jari tengah) dengan
menggunakan alkohol swab, dan tusuk ujung jari yang sudah di lap dengan
blood lancet. Kemudian dipijat-pijat ujung jari agar darah mudah keluar.
4. Diteteskan darah pada kaca objek yang disiapkan. Diberi empat tetes darah
dengan jarak tertentu tidak terlalu berdekatan. Lalu dibersihkan ujung jari
bekas tusukan dengan alkohol swab agar tidak terinfeksi.
5. Diberi label pada masing-masing tetesan darah pada kaca objek (empat
label) yaitu label anti -A, anti -B, anti -AB dan anti -D.
AAM30G

6. Diteteskan serum anti -A, anti -B, anti -AB dan anti -D pada masing-masing
tetesan darah sesuai label. Kemudian dihomogenkan menggunakan tusuk
gigi dengan gerak memutar. Tusuk gigi yang digunakan harus berbeda agar
tidak tercampur dengan serum lainnya.
7. Diamati darah dengan cermat, perhatikan ada atau tidaknya penggumpalan.
8. Ditentukan tipe golongan darah berdasarkan hasil analisis reaksi
penggumpalan dan catat hasil pengamatan kedalam tabel.
9. Ditentukan pola hereditas golongan darah yang terbentuk dengan
mengetahui golongan darah orang tua dan saudara probandus.
AAM30G

10

Daftar Rujukan

Ahmadi, H., Alireza, E., and Farhad, G. 2021. The Corelation Between Impacted
Third Molar and Blood Group. Internasional Journal of Dentistry. Vol.
12. No. 21. pp. 2-3. https://doi.org/10.1155/2021/2775913.

Alviameita, A., dan Puspitasari. 2020. Imunohematologi. Sidoarjo: UMSIDA


Press.

Andriko., Mariatul, K., dan Fransiskus, K. 2020. Struktur Aljabar Dalam


Pewarisan Golongan Darah. Jurnal Buletin Imiah. Vol. 9. No. 1. pp. 114.
http://dx.doi.org/10. 26418/bbimst.v9i1.38592.

Fitryadi, K., dan Sutikno. 2016. Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan Perceptro. Jurnal Masyarakat Informatika. Vol.
7. No. 1. pp. 1-2. https://doi.org/10.21456/vol%viss%ipp1-11.

Lyashenko, V., Asaad, M. B., and Valentin, A. L. 2017. The Study of Blood
Smear as the Analysis of Images of Various Objects. Medicine Science
International Medical Journal. Vol. 6. No. 1. pp. 17.
http://dx.doi.org/10.5455/medscience.2016.05.8502.

Nuraini, F. R., Nina, D. M., dan Siti, N. 2022. Pemeriksaan Golongan Darah
Sistem Abo Rhesus Pada Mahasiswa Stikes Rajekwesi Bojonegoro.
Jurnal Abdi Insani. Vol. 9. No. 2. pp. 490-491.
https://doi.org/10.29303/abdiinsani.v9i2.566.

Oktari, A., dan Nida, D. S. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal
Teknologi Laboratorium. Vol. 5. No 2. pp. 49-50.
https://teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/view/78.
AAM30G

11

Yu, H., et al. 2019. Association of ABO Blood Groups and Risk of Gastric
Cancer. Scandinavian Journal of Surgery. Vol. 109. No. 4. pp. 310.
https://journals.sagepub.com /doi/pdf/10.1177/1457496919863886.
AAM30G

12

Anda mungkin juga menyukai