Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH BERDASARKAN SISTEM ABO Bina Christyanti Panggabean 1207025069 Program Sttudi Biologi, Laboratorium Fisiologi

FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur 2014 ABSTRAK Disusun oleh Bina Christyanti Panggabean. Darah adalah suatu jenis jaringan ikat yang terdiri atas beberapa jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma. Golongan darah sangat penting untuk diketahui sehubungan dengan transfusi darah dan proses aglutinasi atau penggumpalan dalam darah seseorang. Praktikum Pemeriksaan dan Penentuan Golongan Darah (Sistem ABO) ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Februari 2014 pukul 14.00-16.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Fisiologi Universitas Mulawarman, Samarinda. Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui golongan darah probandus dengan menggunakan sistem ABO, mengetahui fungsi dari antigen dan antibodi serta mengetahui penyebab terjadinya aglutinasi (penggumpalan) dalam darah seseorang. Metode yang dilakukan adalah menggunakan dua orang probandus untuk diambil sampel darahnya kemudian dibersihkan ujung jari tengah probandus dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%, setelah agak kering ditusuk dengan menggunakan autoklik. Diteteskan darah yang mengalir pada gelas objek 1 dan 2 sebanyak 2 tetes. Selanjutnya, segera ditetesi dengan antiserum A pada gelas objek 1 dan antiserum B pada gelas objek 2. Dihomogenkan dengan menggunakan lidi atau tusuk gigi dengan membuat gerakan memutar. Kemudian diamati apakah terjadi aglutinasi (penggumpalan) atau tidak dan ditentukan golongan darah probandus tersebut berdasarkan uji. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa probandus pertama bergolongan darah A dan probandus kedua bergolongan darah O. Kata kunci: Darah, Golongan darah, Aglutinogen, Aglutinin, Aglutinasi, Sistem ABO, Serum Anti A & B PENDAHULUAN Salah satu ciri makhluk manusia adalah adanya transportasi dan sistem transportasi yang terdapat dalam tubuhnya, tujuannya adalah menyalurkan bahanbahan yang diperlukan tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diperlukan lagi. Darah merupakan salah satu komponen tubuh yang sangat penting. Darah membawa berbagai zat dari luar tubuh ke dalam dan juga sebaliknya membawa zat dari dalam tubuh untuk dikeluarkan. Jika seseorang kehilangan darah dalam jumlah banyak, dalam waktu singkat akan mengakibatkan kematian (Irianto, 2012). Darah adalah salah satu bagian tubuh yang paling mendapat perhatian dan penghargaan yang tinggi. Darah umumnya dipandang sebagai cairan tubuh yang kental, berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang tertutup yang dinamai sebagai sistem pembuluh darah. Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport berbagai bahan serta fungsi homeostasis (Sadikin, 2002). Apabila darah dikeluarkan dari dalam tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein). Apabila pembekuan dicegah maka perbandingan antara unsur berbentuk yang sebagian besar merupakan

sel-sel darah merah dan plasma adalah sekitar 40% - 50% pada lelaki dewasa. Perbandingan ini tergantung pada jenis kelamin dan umur individu (Subowo, 1992). Fungsi sistem kardiovaskuler adalah menyediakan darah untuk melayani kebutuhan sel dan jaringan, mentranspor nutrien dan oksigen ke semua sel, mentranspor limbah yang tidak berguna serta mentranspor hormon dari bagian tubuh satu ke bagian tubuh lainnya. Ada beberapa hal yang berperan dalam sistem peredaran darah: a. jantung yang memompa darah b. pembuluh darah sebagai pipa penyalur darah c. saraf yang mengatur, dan d. substansi kimia yang dapat mempengaruhi (Irianto, 2012). Darah diedarkan ke seluruh tubuh oleh jantung. Darah dipompakan ke semua bagian tubuh oleh kontraksi otot jantung. Jantung berkontraksi untuk memompakan darah sepanjang hidup tanpa berhenti untuk kelangsungan hidup seseorang (Irianto, 2012). Golongan darah sangat penting untuk diketahui sehubungan dengan transfusi darah, yaitu memasukkan darah seseorang ke dalam tubuh orang lain melalui pembuluh darah vena. Jika ke dalam darah manusia dimasukkan sel-sel darah binatang maka, sel darah tersebut tidak akan lama beredar tetapi akan berkumpul dan akhirnya mengendap. Peristiwa ini disebut aglutinin atau penggumpalan, yang mengakibatkan pembuluh darah akan tersumbat sehingga dapat membahayakan atau menimbulkan kematian. Di dalam serum darah manusia terdapat suatu zat yang disebut aglutinin/zat penggumpal yang terdiri dari 2 macam, yaitu aglutinin alfa dan aglutinin beta. Sedangkan di dalam eritrosit terdapat pula zat lain yang disebut aglutinogen A dan aglutinogen B (Syaifuddin, 2006). Berdasarkan faktor tersebut di atas maka Landsteiner membagi darah ke dalam empat golongan, yaitu: 1. Golongan darah A yang mempunyai aglutinogen A dalam eritrositnya dan

mengandung aglutinin beta dalam serumnya. 2. Golongan darah B yang mempunyai aglutinogen B dalam eritrositnya dan mengandung aglutinin alfa dalam serumnya. 3. Golongan darah AB, yaitu darah yang mempunyai aglutinogen A dan B dalam eritrositnya dan tidak mengandung alfa dan beta dalam serumnya. 4. Golongan darah O, yaitu darah yang tidak mengandung aglutinogen (antigen) dan mengandung aglutinin alfa dan beta dalam serumnya Untuk menentukan golongan darah diperlukan suatu serum penguji yang disebut tes serum yang terdiri dari tes serum A dan tes serum B (Syaifuddin, 2006). Sistem penamaan golongan darah yang paling kita kenal adalah sistem ABO. Sistem ini sebenarnya berasal dari antigen (protein yang memproduksi antibodi) yang ditemukan pada permukaan sel darah merah. Antigen tersebut bisa dibagi ke dalam tiga kategori sederhana, yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB atau golongan darah O (Darmawati dkk., 2005). Kita semua pernah mengalami luka dan terpotong atau tergores selama hidup kita, akan tetapi kita tidak mengalami pendarahan yang menyebabkan kematian karena darah kita mengandung materi yang dapat menyumbat kebocoran atau luka dalam pembuluh darah kita. Bahan perekat itu selalu ada dalam darah kita dalam bentuk inaktif yang disebut fibrinogen (Campbell et al., 2004). Oleh karena itu, berdasarkan hal-hal di atas maka yang melatarbelakangi diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui golongan darah probandus dengan menggunakan sistem ABO, mengetahui fungsi dari antigen dan antibodi serta mengetahui penyebab terjadinya aglutinasi (penggumpalan) darah. Sehingga dapat diketahui prinsip yang digunakan dalam transfusi darah.

METODE Waktu dan Tempat Praktikum Pemeriksaan Golongan Darah (Sistem ABO) ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Februari 2014 pukul 14.0016.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Fisiologi Universitas Mulawarman, Samarinda. Alat dan Bahan Adapun beberapa alat dan bahan yang diperlukan antara lain dua orang praktikan sebagai probandus untuk diambil sampel darahnya, kit testserum (serum Anti A dan serum Anti B), gelas objek (object glass), jarum Francke atau autoklik, kapas, tissue, alkohol 70%, lidi atau tusuk gigi, kamera dan alat tulis. Cara Kerja Langkah pertama yang harus dilakukan dalam praktikum Pemeriksaan Golongan Darah (Sistem ABO) ini ialah disiapkan dua orang praktikan sebagai probandus untuk diambil sampel darahnya. Diusahakan probandus yang belum dan telah mengetahui golongan darahnya. Kemudian dibersihkan ujung jari tengah Tabel 1. Golongan Darah ABO
Nama Probandus Anti A Anti B Gol. Darah

probandus dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%, seteelah agak kering tusuklah dengan menggunakan autoklik. Diteteskan darah yang mengalir pada gelas objek 1 dan 2. Masing-masing gelas objek ditetesi 2 tetes darah. Selanjutnya, segera ditetesi dengan antiserum A pada gelas objek 1 dan antiserum B pada gelas objek 2. Diaduk atau dihomogenkan dengan menggunakan lidi atau tusuk gigi dengan membuat gerakan memutar. Kemudian diamati apakah terjadi aglutinasi (penggumpalan) atau tidak. Ditentukan golongan darah probandus tersebut berdasarkan uji. Jika Anti A yang menggumpal maka seseorang bergolongan darah A, jika Anti B yang menggumpal maka seseorang bergolongan darah B dan jika kedua antiserum (Anti A dan Anti B) tidak terlihat adanya gumpalan maka seseorang bergolongan darah O serta jika kedua antiserum (Anti A dan Anti B) menggumpal bersamaan maka seseorang bergolongan darah AB. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan setelah kedua orang probandus diuji maka didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut:

Nama Probandus

Umur

Jenis Kelamin

Gol. Darah

Yuliana M. A. Syahroni Adiatma Keterangan:

+ -

A O

Yuliana M. A. Syahroni Adiatma

22 20

P L

A O

+ = menggumpal - = tidak menggumpal Aglutinogen ini ada dua macam, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Selanjutnya pada tahun 1900, seorang dokter Austria Karl Landsteiner menemukan perbedaan antigen dan antibodi yang dikandung dalam darah manusia. Atas dasar inilah ia membagi golongan darah menjadi empat golongan, yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB dan golongan darah O.

Darah tersusun atas empat bagian utama, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping-keping darah (trombosit) dan cairan darah (plasma darah). Akan tetapi bila kita teliti dengan seksama di bawah mikroskop, ternyata di dalam darah itu terdapat zat-zat yang berbeda-beda. Zat yang berbeda itu antara lain aglutinogen, yaitu sejenis protein yang terdapat di dalam sel darah merah.

Golongan darah A. Seseorang dikatakan bergolongan darah A, bila di dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen A saja. Golongan darah B. Seseorang dikatakan bergolongan darah B, bila di dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen B saja. Golongan darah AB. Seseorang dikatakan bergolongan darah AB, bila di dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen A dan aglutinogen B. Golongan darah A. Seseorang dikatakan bergolongan darah A, bila dalam sel darah merahnya tidak terdapat aglutinogen A maupun aglutinogen B (Irianto, 2012). Setiap orang mewarisi satu gen tipe golongan darah dari masing-masing orangtuanya untuk membentuk golongan darahnya sendiri. Namun, banyak orang yang belum mengetahui bahwa golongan darah yang menenpel pada seseorang sebenarnya terdiri dari kombinasi gen yang disebut dengan alel. Sebagai contoh, seorang anak yang disebut bergolongan darah A sebenarnya bisa memiliki kemungkinan kombinasi genetis berupa AA atau AO. Tipe O selalu bersifat resesif atau tersembunyi ketika menempel dengan tipe A atau tipe B (kecuali dia berpasangan dengan sesama O). Kombinasi gen seperti ini juga bisa memberi kemungkinan anak yang lahir memiliki golongan darah berbeda dari orangtuanya, tapi sama dengan kakek atau neneknya (Irianto, 2012). Bila suspensi sel darah merah yang diperoleh dari bermacam-macam orang dicampur dengan serum darah yang diperoleh dari orang lain maka akan tampak perbedaan yang tegas dalam reaksi. Pada beberapa kasus ada penggumpalan nyata sel darah merah. Penggumpalan tadi disebabkan karena pengikatan zat antigenik tertentu pada permukaan sel darah merah dengan antibodi khusus (imunoglobulin) yang ada dalam serum (Harris, 1994). Banyak zat asing, khususnya protein asing, molekul asam nukleat dan polisakarida, bila dimasukkan ke dalam tubuh akan merangsang produksi protein

-globulin tertentu disebut antibodi. Zat asing yang merangsang produksi antibodi disebut antigen. Antibodi yang dihasilkan bereaksi secara khusus dengan antigen yang merangsang produksinya (karenanya dapat menyerang protein tubuhnya sendiri). Dalam pemberian transfusi darah, penting bahwa plasma resipien tidak boleh mengandung antibodi (aglutinin) yang akan bereaksi dengan antigen (aglutinogen) dalam sel darah donor. Bila hal ini terjadi, sel darah merah donor akan menggumpal kemudian hemolisis (disintegrasi) (Cambridge Communication Limited, 1999). Hewan yang memiliki golongan darah adalah kucing. Ada tiga macam golongan darah pada kucing, yaitu A, B dan AB. Frekuensi golongan darah A lebih dominan dibandingkan golongan darah B, sedangkan golongan darah AB sangat jarang sekali. Kucing golongan darah AB dapat dijumpai pada beberapa kucing Domestic Shorthair. Kucing domestik dari berbagai negara juga menunjukkan bahwa frekuensi golongan darah A lebih banyak dari golongan darah B dan AB (Gunanti dkk., 2013). Antigen golongan darah dicirikan oleh protein spesifik pada membran eritrosit, yaitu NeuGc-NeuGc-Galactose-GlucoseCeramide (NeuGc sebagai NGlycolilneura-minicacid) sebagai mayor glikolipid penyusun golongan darah A (dibawa oleh gen A) dan NeuAc-NeuAcGalactose-Glucose-Ceramide sebagai penyusun golongan darah B (dibawa oleh gen B). Golongan darah AB merupakan bentuk antara golongan darah A dan B. Gen A bersifat dominan terhadap gen B. Dengan demikian, kucing yang bergolongan darah A dapat berupa A homozigot (AA) dan A heterozigot (AB), sehingga protein dalam eritrositnya merupakan gabungan dari gen A dan gen A atau gen A dan gen B. Kucing yang bergolongan darah B, genotip penyusun golongan darahnya hanya bersifat homozigot (BB). Genotip kucing golongan darah AB adalah AB (dengan proteinnya merupakan bentuk antara gen A dan B). Sampai saat ini masih sulit untuk

mendiskripsikan golongan darah AB pada kucing. Kucing yang bergolongan darah AB ditemukan jika golongan darah B sudah benar-benar terdeteksi di daerah tersebut. Biokimia golongan darah AB merupakan bentuk antara gen A dan gen B. Gen AB resesif terhadap gen A tetapi dominan terhadap gen B. Anak kucing dengan golongan darah AB yang dikandung oleh induk golongan darah B mempunyai risiko neonatal erythrolysis karena antiserum A dari golongan darah B mengenali golongan darah AB (Gunanti dkk., 2013). Pada praktikum ini menggunakan dua orang sebagai probandus untuk diambil sampel darahnya, yaitu Yuliana M. A. (22 tahun) dan Syahroni Adiatma (20 tahun). Setelah 2 tetes darah diteteskan pada masing-masing object glass, kemudian segera ditetesi dengan antiserum (Anti A dan Anti B) yang berbeda pada masingmasing tetes. Dihomogenkan dan diamati apakah terjadi aglutinasi atau tidak. Darah probandus Yuliana M. A. menunjukkan terjadinya aglutinasi pada Anti A sedangkan Anti B tidak menggumpal. Hal ini berarti probandus Yuliana M. A. bergolongan darah A karena seseorang yang bergolongan darah A hanya terdapat aglutinogen A di dalam sel darah merahnya. Sedangkan darah probandus Syahroni Adiatma tidak memperlihatkan terjadinya aglutinasi pada kedua antiserum (Anti A dan Anti B). Hal ini menunjukkan bahwa probandus tersebut bergolongan darah O karena seseorang dikatakan bergolongan darah O apabila di dalam sel darah merahnya tidak terdapat aglutinogen A maupun aglutinogen B melainkan memiliki aglutinin A dan B. sehingga aglutinasi (penggumpalan) tidak terjadi pada saat darah tersebut dihomogenkan dengan kedua antiserum. Adapun faktor-faktor kesalahan yang terjadi adalah kesalahan pada saat menggunakan autoklik sehingga harus dilakukan lebih dari satu kali pengulangan penggunaan autoklik. Selain itu, kegugupan probandus yang mengakibatkan darah tidak menetes dengan baik dan keterbatasan alat dalam menghomogenkan

darah sehingga tusuk gigi dipakai untuk menghomogenkan darah tersebut. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa probandus Yuliana M. A. bergolongan darah A dan probandus Syahroni Adiatma memiliki golongan darah O. Fungsi dari antigen adalah merangsang produksi antibodi dalam proses penggumpalan darah yang terdiri dari molekul asing berupa protein, polisakarida dan molekul asam nukleat. Sedangkan fungsi dari antibodi adalah bereaksi secara khusus dengan antigen yang merangsang produksinya bilamana makromolekul asing masuk dalam ke tubuh. Adapun penyebab terjadinya aglutinasi (penggumpalan) adalah pengikatan zat antigenik tertentu pada permukaan sel darah merah dengan antibodi khusus (imunoglobulin) yang ada dalam serum. SARAN Diharapkan dalam praktikum selanjutnya digunakan sampel darah hewan, seperti kucing dan anjing agar dapat diketahui perbedaan penggolongan darahnya jika dibandingkan dengan golongan darah manusia. DAFTAR PUSTAKA Campbell, N. A., J. B Reece and L. G Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta. Erlangga. Cambridge Communication Limited. 1999. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan dan Sistem Kardiovaskular Edisi 2. Jakarta. EGC. ISBN: 979-448-445-8 Darmawati, E. Suryawati dan E. Suhendri. 2005. Frekuensi dan Penyebaran Alel Golongan Darah A B O Siswa SMUN 1 Suku Bangsa Melayu di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Riau. Jurnal Biogenesis: Vol. 1(2):66-69, 2005. ISSN: 1829-5460 66

Gunanti., D. Endrawati., H. R. Supriadi., R. Siswandi dan S. Agungpriyono. 2013. Identifikasi Golongan Darah dan Kemungkinan Hubungannya dengan Warna Rambut pada Kucing Domestik Indonesia (Felis familiaris). Jurnal Kedokteran Hewan: Vol. 7 No. 1, Maret 2013. ISSN: 1978-225X. Harris, H. 1994. Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia Edisi Ketiga Diperbarui. Yogyakarta. Gadjah Mada University. ISBN: 979-420295-9 Irianto, K. 2012. Anatomi & Fisiologi untuk Mahasiswa. Bandung. Alfabeta. Sadikin, M. 2002. Biokimia Darah. Jakarta. Widya Media. Subowo. 1992. Histology Umum. Jakarta. Bumi Aksara. ISBN: 979-526079-0 Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai