Anda di halaman 1dari 69

PENGGUNAAN RINGER LAKTAT SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI

LARUTAN HAYEM PADA PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITROSIT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kimia
Konsentrasi Analis Medis

Oleh :
LENNI NOVIANTI
NIM : 1211C1018

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH


BANDUNG
2016
PENGGUNAAN RINGER LAKTAT SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI

LARUTAN HAYEM PADA PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITOSIT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Penunjang Untuk Memperoleh Sarjana


Kimia Konsentrasi Analis Medis

Oleh

LENNI NOVIANTI

NIM : 1211C1018

Pembimbing

Eem Hayati, S.Pd., M.Kes


LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penggunaan Ringer Laktat


Sebagai Alternatif Pengganti Larutan Hayem Pada Pemeriksaan Hitung Jumlah
Erirosit. Ini sepenuhnya karya saya sendiri tidak ada bagian didalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukkan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko sanksi yang
jatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain atas keaslian karya saya
ini.

Bandung, September 2016

Lenni Novianti
PENGGUNAAN RINGER LAKTAT SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI
LARUTAN HAYEM PADA PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITROSIT

Nama : Lenni Novianti

NIM : 1211C1018

Pembimbing : Eem Hayati S.Si., M.Kes

ABSTRAK

Eritrosit merupakan sel yang mempunyai bentuk seperti cakram dan permukaannya
cekung, jumlahnya sekitar 5 juta/mm darah, dan diameter 7,2 m. Prinsip hitung
jumlah eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan pengencer yang
biasa digunakan adalah Hayem. Larutan Hayem mengandung natrium sulfat Kristal,
natrium klorida, merkuri klorida, dan aquadest. Merkuri klorida (HgCl) termasuk Hg
inorganic yang sangat toksik dan bahaya bagi kesehatan. Telah dilakukan penelitian
dengan mengganti larutan Hayem menggunakan alternatif pada hitung jumlah
eritrosit yaitu dengan ringer laktat, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ringer
laktat dapat digunakan sebagai larutan pengencer untuk menghitung jumlah eritrosit
dengan mengetahui konsentrasi optimum dari ringer laktat tersebut. Penelitian
dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan konsentrasi ringer laktat 60%,
55%, dan 50%. Data hasil penelitian diolah secara statistic menggunakan One Way
Anova didapat kesimpulan bahwa ringer laktat dapat digunakan sebagai larutan
pengencer untuk menghitung jumlah eritrosit, dan pada konsentrasi ringer laktat 60%
dan 55% dapat digunakan sebagai larutan pengencer alternatif pengganti larutan
Hayem untuk pemeriksaan hitung jumlah eritrosit. Akan tetapi lebih baik
menggunakan RL dengan konsentrasi 55% karena eritrosit berbentuk bulat bikonkaf,
sedangkan RL dengan konsentrasi 60% eritrosit berbentuk krenasi.

Kata kunci : Larutan Hayem, Ringer Laktat, Hitung Jumlah Eritrosit

i
THE USED OF RINGER LACTATE AS ALTERNATIVE IN HAYEM SOLUTION
TO COUNT THE NUMBER ERYTHROCYTE

Nama : Lenni Novianti

NIM : 1211C1018

Pembimbing : Eem Hayati S.Si., M.Kes

ABSTRACT

Erytrhrocyte is a cell that has the form such as discsand the concave surface, number
around 5 million/mm3 blood, and diameter 7,2 m. The principle of manual
erythrocyte count was blood diluted in isotonic solution for easy counting and
prevents hemolysis of erythrocyte. Diluent commonly used solution is Hayem.
Hayem solution containing sodium sulfate crystals, sodium chlorida, mercury
chlorida, dan aquadest. Mercury chlorida (HgCl2) including Hg inorganic that very
toxic and danger for health. Has done research on is replacing the solution hayem,
with alternative solution to count the number of erythrocyte using a solution of ringer
lactate, which aims to knowing that ringer lactate can be used as diluents to calculate
the number of erythrocyte by knowing optimum concentrate from ringer lactate. This
research conducted experiments by using concentration of ringer lactate 60%, 55%,
and 50%. Research data were analyzed statistically use one way ANOVA be
concluded the ringer lactate can be used as a diluting solution to count the number of
erythrocyte and at concentration of ringer lactate is 60%, 55%, and 50% can be used
as a alternative solution for the inseption Hayem to count the number of erythrocytes.
However, can be better if using ringer lactate at concentration 55% because
erythrocytes has biconcave form, mean while ringer lactate at concentration 60%
erythrocytes has crenasi form.

Keywords : Hayem Solution, Ringer Lactate, Count the number of erythrocyte

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Puji Tuhan penulis panjatkan kehadirat yang telah memberikan kasih
sayang, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberikan kekuatan, keteguhan,
kesabaran dan kesehatan dalam menyelesaikan dan menyusun karya tulis ini, yang
telah menjadi jalan tersampainya risahlah ini.

Skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan dalam menempuh


ujian strata 1 sekolah tinggi analis bakti asih bandung jurusan analis kimia
konsentrasi medis dengan judul Penggunaan Ringer Laktat Sebagai Alternatif
Pengganti Larutan Hayem Untuk Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit.

Dalam menyusun karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak secara moril maupun materil. Untuk itu segala kerendahan hati dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayatnya, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
2. Bapak Suryatmana Tanuwidjaja, Drs., M.Si., selaku ketua Sekolah Tinggi
Analis Bakti Asih Bandung dan Ketua siding.
3. Ibu Eem Hayati, S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing dan penguji IV yang
telah memberikan pengarahan uji pendahuluan, penelitian dan penulisan
skripsi.
4. Bapak Adang Durachim, S.Pd., M.Kes selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis
5. Bapak M. Firman Solihat, Drs., M.T selaku penguji II yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis
6. Ibu Tuti Rustiana, S.Si., M.M. selaku penguji III dan pembimbing akademik
yang telah memberikan masukan dan saran kepada penu

iii
iv

7. Ibu Rani Handriani S.Si dan Ibu Isti Sofia Insani S.Si selaku verifikator saat
penulis melakukan penelitian
8. Seluruh dosen, staf, dan karyawan Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung
atas bantuan dan dukungannya.
9. Papa Lie Tet Meuw dan mama Indri Eka Apriati tercinta atas doa, motivasi
dan dukungan serta materi yang tak ternilai yang diberikan selama menimba
ilmu di Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung.
10. Cici Aini Novalia dan ade Liany Haryati tercinta yang telah memberi motivasi
dan dukungan.
11. Yogi Kusuma Arta, Amd.AK seseorang yang selalu menemani, membantu
dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Om, Tante, Sepupu, Ponakan, Vivi, A Dany, Ibu, Ayah yang telah memberi
motivasi, doa, serta dukungan.
13. Sahabat terbaik Ariella, Mutia, Rofiif, Reinaldo, Kiki, Yuni, Claren, Eka,
Oktaviani, Susi, dan Meilyna yang telah mendukung serta membantu penulis.
14. Teman-teman Orin, Rima, Dewi, Mirdha, Fildzah, Dikdik, Latif, Kusma,
Nurcahya, Uli, Ka Pakoy yang telah mendukung serta membantu penulis.
15. Teman-teman seperjuangan penulis di Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih
Bandung .
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah member doa
dan dukungan.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi perkembangan
ilmu yang kita miliki. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................................... i

ABSTRACT ...................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 RumusanMasalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
1.5 Hipotesa Penelitian ......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Darah ............................................................................................ 5


2.2 Sel Darah Merah atau Eritrosit ....................................................................... 7
2.2.1 Fungsi Eritrosit ...................................................................................... 7
2.2.2 Pembentukan Eritrosit ........................................................................... 8
2.2.3 Masa Hidup Eritrosit ............................................................................. 9
2.2.4 Penghancuran Eritrosit .......................................................................... 9
2.2.5 Kelainan Eritrosit ................................................................................ 10

v
vi

2.2.6 Penurunan dan Peningkatan Eritrosit ............................................... 16


2.2.7 Nilai Normal Eritrosit ...................................................................... 16
2.3 Sel Darah Putih atau Lekosit ........................................................................ 17
2.3.1 Fungsi Lekosit ..................................................................................... 17
2.3.2 Ciri-Ciri Lekosit .................................................................................. 17
2.4 Keping-Keping Darah atau Trombosit ......................................................... 21
2.4.1 Fungsi Trombosit ................................................................................ 21
2.5 Larutan Hayem ............................................................................................. 22
2.5.1 Fungsi Larutan hayem ......................................................................... 22
2.5.2 Merkuri Klorida .................................................................................. 23
2.5.3 Natrium Klorida .................................................................................. 23
2.5.4 Natrium Sulfat ..................................................................................... 24
2.6 Ringer Laktat ................................................................................................ 24
2.7 Hitung Jumlah Eritrosit ................................................................................ 25
2.7.1 Kamar Hitung ...................................................................................... 25
2.7.2 Kaca Penutup ...................................................................................... 26
2.7.3 Pipet .................................................................................................... 26
2.7.4 Perhitungan Jumlah Eritrosit ............................................................... 27
2.7.5 Kesalahan-Kesalahan Pada Tindakan Menghitung Jumlah Eritrosit .. 29
2.8 Kerangka Konsep ......................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 31


3.2 Design Penelitian ......................................................................................... 31
3.3 Tabel Matriks ............................................................................................... 32
3.4 Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 32
3.4.1 Waktu Penelitian ................................................................................. 32
3.4.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 32
3.5 Objek Penelitian dan Sampel ...................................................................... 32
vii

3.5.1 Objek Penelitian .................................................................................. 32


3.5.2 Sampel ................................................................................................. 32
3.6 Alat dan Bahan ............................................................................................. 33
3.6.1 Alat ...................................................................................................... 33
3.6.2 Bahan................................................................................................... 33
3.7 Prosedur Kerja .............................................................................................. 34
3.7.1 Pembuatan Larutan Hayem ................................................................. 34
3.7.2 Pembuatan Larutan Ringer Laktat Dengan Konsentrasi 60% ............ 34
3.7.3 Pembuatan Larutan Ringer Laktat Dengan Konsentrasi 55% ............ 34
3.7.4 Pembuatan Larutan Ringer Laktat Dengan Konsentrasi 50% ............ 34
3.7.5 Cara Kerja Menghitung Jumlah Eritrosit ............................................ 35
3.8 Analisis Data ................................................................................................ 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 37


4.2 Pengolahan Data........................................................................................... 38
4.2.1 Descriptive .......................................................................................... 39
4.2.2 Uji Homogenitas ................................................................................. 40
4.2.3 Uji ANOVA ........................................................................................ 41
4.2.4 UjiPost Hoc ......................................................................................... 41
4.2.5 Uji Ale ................................................................................................. 43
4.3 Pembahasan .................................................................................................. 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 46


5.2 Saran ............................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 47

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 52


DAFTAR ISTILAH

Ringer Laktat : RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang


dapat diberikan pada kebutuhan volume dalam
jumlah besar. RL banyal digunakan sebagai
replacement therapy, antara lain untuk syok
hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar.

Larutan Hayem : Larutan Hayem adalah larutan isotonis yang


dipergunakan sebagai pengencer darah dalam
perhitungan sel darah merah.

Eritrosit / Sel Darah Merah : Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi
khusus mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh
dan membantu pembuangan karbon dioksida dan
proton yang dihasilkan oleh metabolism jaringan tubuh.
Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil
bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat
dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang
saling bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah
terdapat 5.000.000 sel darah.

Hitung Jumlah Eritrosit : Eritrosit yang dihitung dengan mikroskop pada


pembesaran 40x menggunakan improved neubaur.

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Macam Macam Jenis Lekosit ............................................................................ 18

Tabel 2 Tabel Matriks ....................................................................................................... 32

Tabel 3 Data Hasil Penelitian............................................................................................ 37

Tabel 4 Uji Descriptive ..................................................................................................... 39

Tabel 5 Uji Homogenitas .................................................................................................. 40

Tabel 6 Uji ANOVA ......................................................................................................... 41

Tabel 7 Uji Post Hoc ......................................................................................................... 42

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sel-Sel Darah...................................................................................................... 6

Gambar 2 Sel Darah Merah atau Eritrosit ........................................................................... 7

Gambar 3 Pembentukan Eritrosit ........................................................................................ 8

Gambar 4 Keping-Keping Darah atau Trombosit ............................................................. 21

Gambar 5 Larutan Hayem ................................................................................................. 22

Gambar 6 Ringer Laktat .................................................................................................... 24

Gambar 7 Kamar Hitung Improved Neubaur.................................................................... 27

Gambar 8 Cara Menghitung Eritrosit Didalam Kamar Hitung ......................................... 27

Gambar 9 Rata-Rata Larutan Hayem dan Ringer Laktat Pada Hitung Jumlah Eritrosit .. 38

Gambar 10 Alat dan Bahan ............................................................................................... 49

Gambar 11 Ringer Laktat .................................................................................................. 49

Gambar 12 Ringer Laktat Berbagai Konsentrasi .............................................................. 49

Gambar 13 Mikroskop ...................................................................................................... 49

Gambar 14 Dengan Larutan Hayem ................................................................................. 50

Gambar 15 Dengan Ringer Laktat 60% ............................................................................ 50

Gambar 16 Dengan Ringer Laktat 55% ............................................................................ 50

Gambar 17 Dengan Ringer Laktat 50% ............................................................................ 50

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ........................................................................................................................ 49

Lampiran 2 ........................................................................................................................ 50

Lampiran 3 ........................................................................................................................ 51

Lampiran 4 ........................................................................................................................ 52

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan


percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu
fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain. (Emha,2002)
Pengertian lain, laboratorium ialah suatu tempat dimana dilakukan
kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan
suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-
lain. (Sukarso,2005)
Di laboratorium klinik terdapat pemeriksaan hitung jumlah eritrosit
terutama untuk pasien yang mengalami anemia, infeksi kronis, mieloma
multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi
berlebihan, polisitemia, hipertensi, penyakit kardiovaskuler.
Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit secara manual terdiri atas
menggunakan larutan hayem, larutan gower, dan natrium klorida 0,85%.
Tetapi yang sering digunakan adalah dengan menggunakan larutan hayem.
Sementara itu digunakan larutan Hayem sebagai pengencer eritrosit karena
larutan Hayem mengandung zat-zat yang sifatnya tidak merusak eritrosit.
Kandungan larutan Hayem tersebut berupa 5 gr natrium sulfat (Na2SO4), 1 gr
natrium klorida (NaCl), merkuri klorida (HgCl2) dan aquadest. (Syaifuddin,
1997).
Natrium Sulfat merupakan salah satu zat antikoagulan sehingga
mencegah aglutinasi atau penggumpalan darah. Selain itu, natrium sulfat
(Na2SO4) berfungsi untuk mengawetkan atau mempertahankan bentuk discoid
eritrosit. Natrium klorida (NaCl) pada larutan Hayem berfungsi sebagai zat

1
2

isotonis pada eritrosit, sedangkan merkuri klorida (HgCl2) berfungsi


untuk melisiskan trombosit dan leukosit sehingga ketika pengamatan di
bawah lensa objektif mikroskop hanya eritrosit saja yang terlihat.
Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa larutan Hayem
berfungsi : Larutan isotonis bagi eritrosit, pengencer eritosit, merintangi
pembekuan darah (mencegah aglutinasi), memperjelas bentuk eritrosit, dan
mempertahankan bentuk discoid eritrosit. (Syaifuddin, 1997).
Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan larutan
hayem yang berisi natrium sulfat (Na2SO4), natrium klorida (NaCl), merkuri
klorida (HgCl2) dan aquadest. Dengan adanya merkuri klorida (HgCl2) pada
larutan hayem, maka sel lekosit dan trombosit akan lisis. \ Dari hal tersebut
maka perlu alternatif Ringer Laktat untuk mengganti Larutan Hayem sehingga
permintaan untuk pemeriksaan eritrosit tetap bisa dilakukan. Dalam hal ini
peneliti mencoba zat lain yang serupa sifatnya dengan Larutan Hayem yaitu
Ringer Laktat.
Ringer Laktat merupakan salah satu cairan yang sering digunakan
untuk infusan selain itu Ringer Laktat juga harganya ekonomis dan mudah
diperoleh. Ringer Laktat memiliki sifat yang sama dengan Larutan Hayem
yaitu bersifat isotonis.
Komposisi dari Ringer Laktat adalah natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCl), kalsium klorida (CaCl2), natrium laktat (Na Laktat), dan
aquadest. Fungsi dari masing-masing komposisi tersebut adalah natrium
klorida (NaCl) berfungsi sebagai zat isotonis, kalium klorida (KCl) berfungsi
sebagai mempertahankan bentuk sel, kalsium klorida (CaCl2) berfungsi
sebagai antikoagulan, dan natrium laktat (Na Laktat) berfungsi sebagai
melisiskan lekosit dan trombosit. Eritrosit tidak akan berubah bentuk apabila
menggunakan larutan yang bersifat isotonis sehingga peneliti memilih Ringer
Laktat untuk menggantikan Larutan Hayem untuk menghitung jumlah
eritrosit.
3

Telah dilakukan Uji Pendahuluan dengan berbagai konsentrasi yaitu :


Ringer laktat 100%, 65%, 55%, dan 45%. Pada hasil uji pendahuluan Ringer
Laktat konsentrasi 100% menunjukan eritrosit krenasi, Ringer Laktat
konsentrasi 65% menunjukan eritrosit krenasi, Ringer Laktat konsentrasi 55%
eritrosit berbentuk bulat bikonkaf, dan Ringer Laktat konsentrasi 45%
menunjukan eritrosit pecah atau lisis.
Pada penelitian, peneliti akan menggunakan Ringer Laktat dengan
konsentrasi 60%, Ringer Laktat dengan konsentrasi 55%, dan Ringer Laktat
dengan konsentrasi 50%.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti
melakukan penelitian tentang Penggunaan Ringer Laktat Sebagai Alternatif
Pengganti Larutan Hayem Pada Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apakah Ringer Laktat bisa digunakan sebagai alternatif Larutan


Hayem untuk menghitung jumlah eritrosit?
1.2.2 Apakah ada perbedaan hasil yang signifikan antara menggunakan
Ringer Laktat berbagai konsentrasi dengan menggunakan Larutan
Hayem pada pemeriksaan menghitung jumlah eritrosit?
4

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Untuk mengetahui apakah Ringer Laktat bisa digunakan sebagai


alternatif Larutan Hayem untuk menghitung jumlah eritrosit
1.3.2 Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil yang signifikan antara
menggunakan Ringer Laktat berbagai konsentrasi dengan
menggunakan Larutan Hayem pada pemeriksaan menghitung jumlah
eritrosit

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pemeriksaan hitung


jumlah eritrosit dengan penggunaan Ringer Laktat sebagai alternatif pengganti
Larutan Hayem.

1.5 HIPOTESIS PENELITIAN

Ringer Laktat dapat digunakan sebagai alternatif pengganti Larutan


Hayem pada hitung jumlah eritrosi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN DARAH

Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma. Lebih
berat dan lebih kental dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena
membawa garam-garam mineral bau khas (anyir). Darah memiliki pH 7,35
7,45. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung kadar
oksigen yang dibawa. Volume darah total 5 liter pada laki-laki dewasa,
tergantung ukuran tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe
unsur-unsur darah ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih
atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1999).
Darah manusia terdiri atas :
1. Plasma darah yang terdiri atas 92% air, protein plasma 7% dan zat-zat
terlarut lainnya sekitar 1% dan
2. Elemen-elemen darah putih (leukosit) dan keping-keping darah
(trombosit).
Protein plasma antara lain terdiri atas :
1. Albumen 60%
2. Globulin 35%
3. Fibrinogen 4%
4. Protein pengatur seperti enzim, proenzim, hormon yang jumlahnya kurang
dari 1%.
Zat-zat terlarut lainnya adalah:
1. Elektrolit-elektrolit yang penting untuk aktivitas sel itu sendiri dan
menjaga tekanan osmosis cairan tubuh (Na+, K+, Mg2+, Ca-, HCO3-,
HPO42-, SO42-),

5
6

2. Nutrien organik yang penting untuk menghasilkan energi ATP, untuk


pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel, yang antara lain terdiri atas; asam
lemak, kolesterol, karbohidrat, dan protein.
3. Bahan organik sisa metabolisme seperti urea, asam urat, kreatinin,
bilirubin,dan amonia.
4. Elemen seluler yang disebut leukosit terdiri atas : neutrofil 50-70%,
eosinofil 2-4%, basofil < 1%, limfosit 20-30% dan monosit 2-8% (Suripto,
2002)
Darah memiliki dua fungsi utama dari darah ialah mengangkut bahan-
bahan (dan panas) ke dalam dari semua jaringan-jaringan badan dan
mempertahankan badan terhadap penyakit. Fungsi darah secara umum adalah
mengantar oksigen dan antioxidant ke seluruh tubuh, mengantar oksigen
keseluruh tubuh, mengantar nutrisi ke organ-organ tubuh (karbohidrat,
protein, vitamin, mineral, lemak dan lain sebagainya), membuang zat-zat
racun serta bahan-bahan buangan lainnya (Karbondioksida), mengantar
antibody yang dihasilkan oleh sistem limpa kita keseluruh tubuh,
mengantarkan antioxidant yang bersumber dari vitamin, mineral dan enzym
tertentu untuk melindungi tubuh dari radikal bebas yang merusak, membawa
energi yang didapat dari sinar matahari, yang telah diproses oleh limpa,
jantung dan organ tubuh lainnya (Kimball,1999).
Darah terdiri dari berbagai komponen antara lain plasma darah, sel
darah merah (Eritrosit), sel darah putih (Leukosit).

Gambar 1. Sel-Sel Darah


7

2.2 SEL DARAH MERAH ATAU ERITROSIT

Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf,


cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua
buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah
terdapat 5.000.000 sel darah. Bila dilihat satu per satu warnanya kuning pucat,
tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah.
Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma dan berisi masa
hemoglobin. Sel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang
(Pearce, 2002).

Gambar 2. Sel Darah Merah atau Eritrosit

2.2.1 FUNGSI ERITROSIT

Fungsi utama dari eritrosit,adalah mengangkut hemoglobin,


dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan.
Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah
merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka
hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas
yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta
membunuhnya. (Maria K, 2009)
8

2.2.2 PEMBENTUKAN ERITROSIT

Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya


di tulan dada, tulang selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang.
Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada awalnya eritrosit
mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk.
Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat
pembentukannya dan masuk ke dalam sirkulasi darah. (Ira P,
2012). Sel darah merah yang sedang berkembang dalam sumsum
(eritroblas) memiliki nukleus(inti); inti memadat seiring Maturasi,
dikeluarkan sebelum sel darah merah lepas kedalam sirkulasi. (Atul
mehta & Victor Hoffbrand, 2006)

Eritroblast

Normoblast Basophil

Sumsum Tulang Normoblast Polikhromatik

Normoblast Asidofil

Retikulosit

Darah Perifer Eritrosit

Gambar 3. Pembentukan Eitrosit


9

2.2.3 MASA HIDUP ERITROSIT

Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan,


kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin
diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang
memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim
ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit
baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan
dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara
keseluruhan.(Ira P, 2012).

2.2.4 PENGHANCURAN ERITROSIT

Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proses penuaan


(senescence) dan proses patologis (hemolisis). Hemolisis terjadi pada
eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen
hemoglobin menjadi 2 komponen, yaitu :
1. Komponen protein, yaitu globulin yang akan dikembangkan ke
pool protein dan dapat digunakan kembali
2. Komponen hame akan dipecah menjadi 2, yaitu :
Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan
ulang
Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu.
(Handayani dan Haribowo, 2008)
10

2.2.5 KELAINAN ERITROSIT

Ada beberapa kelainan eritrosit, yaitu :


Kelainan ukuran eritrosit
Kelainan warna eritrosit
Kelainan bentuk eritrosi
Kelainan intraseluler eritrosit

2.2.5.1 Kelainan Ukuran Eritrosit

A. Mikrosit
Diameter < 6 , biasa disertai dengan warna pucat
(hipokromia). Pada pemeriksaan sel darah lengkap di
dapatkan MCV yang rendah. Sel ini dapat berasal dari
fragmentasi eritrosit yang normal.

B. Makrosit
Diameter rata-rata > 8 . MCV lebih dari normal
dan MCH biasanya tidak berubah.
Ditemukan pada :

C. Anisositosis
Anisositosis tidak menunjukkan suatu kelainan
hematologik yang spesifik. Suatu keadaan dimana ukuran
diameter eritrosit yang terdapat di dalam suatu sediaan apus
berbeda-beda (Bervariasi).
11

2.2.5.2 Kelainan warna Eritrosit

A. Hipokromia
Sebagai patokan untuk melihat warna eritrosit yang
mengambil warna normal disebut normokromia.
Hipokromia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi Hb
kurang dari normal sehingga sentral akromia melebar (
>1/2 sel ). Pada hipokromia yang berat lingkaran tepi sel
sangat tipis disebut dengan eritrosit berbentuk cincin
(anulosit). Hipokromia sering menyertai krositosis.

B. Hiperkromik
Hiperkromik adalah eritrosit yang tampak lebih
merah /gelap dari warna normal.

C. Polikromasia
Polikromasia adalah eritrosit yang lebih besar dan
lebih biru dari eritrosit normal. Keadaan dimana terdapat
beberapa warna di dalam sebuah lapangan sediaan apus.
Misalnya ditemukan basophilic dan asidofilic dengan
kwantum berbeda-beda karena ada penambahan retikulosit
dan defek maturasi eritrosit.

2.2.5.3 Kelainan Bentuk Eritrosit

A. Poikilositosis
Disebut poikilositosis apabila pada suatu sediaan
apus ditemukan bermacam-macam variasi bentuk
eritrosit.
12

B. Sferosit
Eritrosit yang berbentuk lebih bulat, lebih kecil dan
lebih tebal dari eritrosit normal atau tidak berbentuk
bikonkaf tetapi bentuknya sferik dengan tebal 3 atau
lebih . Diameter biasanya kurang dari 6,5 dan kelihatan
lebih hiperkromik dan tidak mempunyai sentral
akromia.

C. Elliptosis (Ovalosit)
Bentuk sangat bervariasi seperti oval , pensil dan
cerutu dengan konsentrasi Hb umumnya tidak
menunjukkan hipokromik. Hb berkumpul pada kedua
kutub sel.

D. Sel target ( Mexican Het Cell, Bulls eye cell)


Sel sasaran atau leptosit. Eritrosit berbentuk tipis
atau ketebalan kurang dari normal dengan
bentuk target ditengah (target like appearance). Ratio
permukaan / volume sel akan meningkat.

E. Stomatosis
Sentral akromia eritrosit tidak berbentuk lingkaran
tetapi memanjang seperti celah bibir mulut. Jumlahnya
biasanya sedikit apabila jumlahnya banyak disebut
stomatositosis.
13

F. Sel sabit ( Sickle cell; Depanocyte; Cresent cell;


Menyscocyte)
Sel seperti ini di dapatkan pada penyakit sel sabit
yang homozygote (SS). Untuk mendapatkan eritrosit yang
berbentuk sabit, eritrosit di inkubasi dulu dalam keadaan
anoxia dengan menggunakan zat reduktor Na2S2O4

G. Sistosit ( Fragmented cell; Keratocytes)


Merupakan suatu pecahan eritrosit dengan berbagai
macam bentuk. Ukurannya lebih kecil dari eritrosit normal.
Bentuk fragmen dapat bermacam-macam seperti helmet
cell, treagular cell, dan sputnik cell.

H. Sel spikel (sel bertaji)


Ada 2 jenis sel bertaji yaitu Akantosit dan Ekintosit.
1. Akantosit ( spur cell)
Sel ini disebabkan oleh kelainan metabolisme
fosfolipid dari membrane eritrosit. Pada keadaan ini
tepi eritrosit yang pada dinding terdapat tonjolan-
tonjolan sitoplasma yang berbentuk duri (runcing),
disebut tidak merata dengan jumlah 5 -10 buah,
panjang dan besar tonjolan bervariasi.

2. Echynocyte (Burr cell, Crenated cell, Cea-urchin cell)


Sel ini adalah eritrosit yang kecil atau
fragmentosit yang mempunyai duri satu atau lebih
banyak (10 -30 buah), berukuran sama tersebar merata
pada permukaan sel.
14

I. Tear Drop cell


Eritrosit memperlihatkan tonjolan plasma yang
mirip ekor sehingga seperti tetes air mata atau buah pir.

2.2.5.4 Kelainan intra selluler Eritrosit

A. Stipling basofilik atau titik basofil


Pada eritrosit terdapat bintik-bintik granula yang
halus atau kasar berwarna biru ,multiple dan difus.

B. Benda Papanheimer atau granula sideroblastik


Eritrosit dengan granula kasar, dengan diameter 2
yang mengandung Fe, Ferritin, berwarna biru oleh
karena memberikan reaksi Prusian blue positif. Eritrosit
yang mengandung benda inklusi ini disebut sideroblastik
dan bila ditemukan >10% dalam sediaan apus, petanda
adanya gangguan sintesa hemoglobin.

C. Benda Howell Jolly


Merupakan sisa pecahan inti eritrosit (DNA) yaitu
bagian kromosom yang dilepaskan oleh sel saat
membelah diri, diameter pecahan rata-rata 1 , berwarna
ungu kehitaman, biasanya tunggal. Dalam keadaan normal
butir-butir ini dipecahkan oleh limpa.

D. Cincin Cabot ( Cabot Ring)


Merupakan cincin halus, sisa dari membrane inti,
warna biru keunguan, bentuk cincin angka 8. Terdapat
dalam sitoplasma.
15

E. Benda Heinz
Suatu masa yang terjadi karena denaturasi
Hemoglobin yang berubah sifat. Tidak jelas terlihat dengan
pewarnaan Wrights, tetapi dengan pengecatan kristal
violet seperti benda-benda kecil yang tidak teratur
berwarna dalam eritrosit dan mudah dilihat pada mikroskop
fase kontras, pewarnaan Giemsa atau supravital.

F. Eritrosit berinti Nucleated Red Cell


Eritrosit yang mengalami maturasi normal
melepaskan intinya sebelum sel itu meninggalkan sumsum
tulang. Bila aktivitas eritropoetik intensif, sel-sel yang
lebih muda akan masuk ke dalam sirkulasi. Eritrosit muda
berbentuk metarubrisit. Adanya eritrosit berinti ini
menandakan aktivitas eritropoetik dalam sumsum tulang
yang intensif, atau adanya eritropoetik ekstrameduler yang
kurang mampu mengontrol pelepasan sel tersebut ke dalam
sel darah tepi.

G. Polikromatofilik
Eritrosit muda yang mengambil warna asam dan
basa karena RNA, ribosom dan hemoglobin.

H. Rouleaux formation
Suatu eritrosit yang kelihatan tersusun dari 3-5
eritrosit yang membentuk barisan atau seperti mata uang
logam, oleh karena peninggian kadar hemoglobin yang
normal, karena artefak.
16

I. Autoaglutinasi
Suatu keadaan eritrosit yang terlihat menggumpal.

J. Parasit
Plasmodium malaria, biasanya disertai dengan
tanda-tanda hemolitik.
2.2.6 PENURUNAN DAN PENINGKATAN ERITROSIT

2.2.6.1 Penurunan Eritrosit


Penurunan eritrosit dapat menyebabkan anemia, infeksi
kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal
ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan.

2.2.6.2 Peningkatan Eritrosit


Peningkatan eritrosit dapat menyebabkan polisitemia,
hipertensi, hemokonsentrasi/dehidrasi, hipertensi, dan penyakit
kardiovaskuler

2.2.7 NILAI NORMAL ERITROSIT

Dewasa laki-laki : 4.50 6.50 (x106/L)


Dewasa perempuan : 3.80 4.80 (x106/L)
Bayi baru lahir : 4.30 6.30 (x106/L)
Anak usia 1-3 tahun : 3.60 5.20 (x106/L)
Anak usia 4-5 tahun : 3.70 5.70 (x106/L)
Anak usia 6-10 tahun : 3.80 5.80 (x106/L)
17

2.3 SEL DARAH PUTIH ATAU LEUKOSIT

Leukosit adalah bagian dari darah yang berwarna putih dan merupakan
unit mobil dari sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang terdiri dari
granuler dan agranuler. Dimana granuler meliputi basofil, eosinofol, neutrofil
batang dan neutrofil segmen. Sedangkan agranuler meliputi limfosit, monosit
dan sel plasma ( Junqueira dan Carneiro, 1991).
2.3.1 Fungsi Sel Darah Putih atau Leukosit
Sel darah putih mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu :
a. Fungsi defensif : mempertahankan tubuh terhadap benda - benda
asing termasuk kuman penyebab infeksi .
b. Fungsi reparatif : memperbaiki atau mencegah kerusakan terutama
kerusakan vaskuler. Leukosit yang memegang peranan adalah
basofil yang menghasilkan heparin. ( Anonim, 1989 ).

2.3.2 Ciri Ciri Sel Darah Putih atau Leukosit


Sel darah putih berjumlah kurang lebih 6 ribu-9 ribu butir/mm3
Sel darah putih tidak memiliki warna atau tidak berwarna
Mempunyai inti sel atau nucleus
Memiliki bentuk yang banyak atau dapat dikatakan bentuknya
tidak beraturan
Dapat berubah bentuk
Sel darah putih hanya dapat bertahan hidup antara 12-13 hari
Sel darah putih terbuat di dalam sumsum merah tulang pipih,
limpa, dan kelenjar getah bening
Bergerak secara ameboid (seperti dengan amoeba)
Dapat menembus dinding pembuluh darah

Tabel 1. Macam-Macam Jenis Lekosit


18

Tipe Gambar Diagram % dalam Keterangan


tubuh
manusia

Neutrofil 65% Neutrofil berhubungan


dengan pertahanan tubuh
terhadap infeksibakteri serta
proses peradangan kecil
lainnya, serta biasanya juga
yang memberikan tanggapan
pertama terhadap infeksi
bakteri; aktivitas dan matinya
neutrofil dalam jumlah yang
banyak menyebabkan adanya
nanah.

Eosinofil 4% Eosinofil terutama


berhubungan dengan infeksi
parasit, dengan demikian
meningkatnya eosinofil
menandakan banyaknya
parasit.

Basofil <1% Basofil terutama bertanggung


jawab untuk memberi reaksi
alergi dan antigen dengan
jalan mengeluarkan histamin
kimia yang menyebabkan
peradangan.
19

Limfosit 25% Limfosit lebih umum dalam sistem


limfa. Darah mempunyai tiga jenis
limfosit:
Sel B: Sel B membuat antibodi
yang mengikat patogenlalu
menghancurkannya. (Sel B
tidak hanya membuat antibodi
yang dapat mengikat patogen,
tapi setelah adanya serangan,
beberapa sel B akan
mempertahankan
kemampuannya dalam
menghasilkan antibodi sebagai
layanan sistem 'memori').
Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T
mengkoordinir tanggapan
ketahanan (yang bertahan
dalam infeksi HIV) serta
penting untuk menahan bakteri
intraseluler. CD8+ (sitotoksik)
dapat membunuh sel yang
terinfeksi virus.
Sel natural killer: Sel
pembunuh alami (natural killer,
NK) dapat membunuh sel tubuh
yang tidak menunjukkan sinyal
bahwa dia tidak boleh dibunuh
20

karena telah terinfeksi virus


atau telah menjadi kanker.

Monosit 6% Monosit membagi fungsi


"pembersih vakum" (fagositosis)
dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia
hidup dengan tugas tambahan:
memberikan potongan patogen
kepada sel T sehingga patogen
tersebut dapat dihafal dan dibunuh,
atau dapat membuat tanggapan
antibodi untuk menjaga.

Makrofag 6% Monosit dikenal juga sebagai


makrofag setelah dia
meninggalkan aliran darah serta
masuk ke dalam jaringan.

Tabel 1. Macam-Macam Jenis Lekosit


21

2.4 KEPING KEPING DARAH ATAU TROMBOSIT

Trombosit (keping-keping darah) adalah fragmen sitoplasmik tanpa


inti berdiameter 2-4 mm yang berasal dari megakariosit. Hitung trombosit
normal dalam darah tepi adalah 150.000 400.000/l dengan proses
pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit dihasilkan
oleh sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi menjadi megakariosit.
Megakariosit ini melakukan reflikasi inti endomitotiknya kemudian volume
sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi
kelipatannya, kemudian sitoplasma menjadi granula dan trombosit dilepaskan
dalam bentuk platelet/keping-keping. Adanya abnormalitas pada vaskuler,
trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu hemostasis sistem
vaskuler yang mengakibatkan perdarahan abnormal/gangguan perdarahan
(Sheerwood,2001).

Gambar 4. Keping Keping Darah atau Trombosit

2.4.1 Fungsi Keping Keping Darah atau Trombosit

Trombosit memiliki banyak fungsi, khususnya dalam


mekanisme hemostatis. Berikut fungsi dari trombosit : mencegah
kebocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil dengan cara
adhesi, sekresi, agregasi, dan hemostatis. Sititoksis sebagai sel efektor
penyembuh jaringan. (A.V Hoffbrand et al, 2005)
22

2.5 LARUTAN HAYEM

Larutan Hayem adalah larutan isotonis yang dipergunakan sebagai


pengencer darah dalam perhitungan sel darah merah. Apabila sampel darah
dicampur dengan Larutan Hayem maka sel darah putih dan keping keeping
darah akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja.
Komposisi dari larutan hayem adalah 5 gr Natrium sulfat, 1 gr Natrium
Klorida, 0,5 gr Merkuri Klorida, dan 100 ml aquadest.

Gambar 5. Larutan Hayem

2.5.1 Fungsi Larutan Hayem

Larutan Hayem berfungsi untuk :

1. Larutan isotonis bagi eritrosit


2. Pengencer eritosit
3. Merintangi pembekuan darah (mencegah aglutinasi)
4. Memperjelas bentuk eritrosit
5. Mempertahankan bentuk discoid eritrosit
(Syaifuddin, 1997)
23

2.5.2 Merkuri Klorida

Merkuri, Hg (air raksa) adalah logam yang berat atomnya


200,61, titik didihnya 35,7C dan titik cairnya -38,85C. Karena
merkuri titik cairnya rendah, maka pada suhu kamar sudah dapat
mencair serta mudah menguap dan uapnya sangat beracun terhadap
tubuh.
Keracunan oleh senyawa air raksa seperti oleh HgCl
(sublimat) yang termakan atau terminum dapat merusak sel-sel
jaringan faal dalam tubuh seperti rusaknya hepar (hati), ginjal, saluran
pencernaan, lambung, usus, dan lain-lain. Sehingga fungsi pengeluran
atau pertukaran zat kotor (metabolism) dari jaringan-jaringan tubuh
tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya dan orang tersebut dapat
mati disebabkan intoxicate (keracunan disebabkan racun dari tubuh
sendiri).
Didalam larutan Hayem merkuri klorida (HgCl2) berperan
sebagai melisiskan sel selain eritrosit (lekosit dan trombosit). (Ghai,
2013)

2.5.3 Natrium Klorida

Natrium klorida juga dikenal dengan garam dapur atau halit


adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Natrium klorida
adalah garam yang paling bertaggung jawab atas salinitas dari laut dan
dari cairan ekstraselular dari multi sel banyak organism. Natrium
(sodium) merupakan mineral yang amat penting untuk menjaga
keseimbangan asam basa. (Wikipedia, 2013)
24

2.5.4 Natrium Sulfat

Natrium sulfat adalah garam natrium dari asam sulfat.


Senyawa ini berbentuk padatan Kristal putih dengan rumus kimia
NaSO4 atau dikenal dengan mineral termadit. Natrium sulfst tidak
beracun dan tidak mudah terbakar. Denganproduksi sebesar 6 juta per
tahunnya, natrium sulfat merupakan salah satu komoditas bahan kimia
utama. (Wikipedia, 2012)

2.6 RINGER LAKTAT

RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada


kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyal digunakan sebagai
replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan
luka bakar. Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan di metabolism oleh
hati sebagai bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti
asidosis metabolic. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk
pemeliharaan sehari-hari apalagi untuk kasus deficit kalium. Komposisi ringer
laktat, yaitu : natrium laktat (Na Laktat) 1,55 g; natrium klorida (NaCl) 3,0 g;
kalium klorida (KCl) 0,15 g; kalsium klorida (CaCl2) 0,10 g, Air untuk injeksi
ad 500ml. Elektrolit Na+ (130 mEq/L) ; Cl- (109 mEq/L) ; Ca+ (3 mEq/L) ; dan
Laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah
500 ml dan 1.000 ml. (JTPTunimus, 2013)

Gambar 6. Ringer Laktat


25

2.7 HITUNG JUMLAH ERITROSIT

Hitung jumlah eritrosit menggunakan mikropipet, kamar hitung, dan


kaca penutup. Mutu kamar hitung serta mikropipet yang harus memenuhi
syarat-syarat ketelitian adalah :

2.7.1 Kamar Hitung


Kamar hitung yang sebaiknya dipakai adalah Improved
Neubauer. Luas seluruh bidang yang dibagi adalah 9 mm2 dan bidang
ini dibagi menjadi 9 bidang besar yang luasnya masing-masing 1 mm2.
Bidang besar dibagi menjadi lagi menjadi 16 bidang sedang
yang luasnya masing-masing x mm2. Bidang besar yang letaknya
di tengah-tengah berlainan pembaginya, kotak tersebut dibagi menjadi
25 bidang dan tiap bidangnya dibagi lagi menjadi 16 bidang kecil.
Dengan demikian jumlah bidang kecil seluruhnya 400 kotak, masing-
masing luasnya 120 x 120 mm2. Tinggi kamar hitung yaitu jarak
antara permukaan yang bergaris-garis dan kaca penutupnya adalah
1 mm. Maka volume diatas tiap bidang menjadi sbb :
10

1 bidang kecil = 120 X 120 X 110 = 14000 3

1 bidang sedang = 14 X 14 X 110 = 1160 3

1 bidang besar = 1 mm X 1 mm X 110 = 110 3

Seluruh bidang = 3 mm X 3 mm X 110 = 910 3

(GandasoebrataR., 2007)
26

2.7.2 Kaca Penutup

Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukan


bagi kamar hitung. Kaca penutup tersebut lebih tebal dari yang
biasanya, sedangkan kaca tersebut dibuat dengan sangat datar. Hanya
dalam keadaan darurat biasa boleh dipakai.

2.7.3 Pipet

Pipet Thoma untuk pengenceran eritrosit terdiri dari sebuah


pipa kapiler yang bergaris-bagi membesar pada salah satu ujung
menjadi bola. Dalam bola terdapat sebutir kaca merah , pada
pertengahan pipa kapiler ada garis bertanda angka 0,5 dan ada
bagian atasnya, yaitu dekat bola, terdapat garis bertanda 1,0. Diatas
bola ada angka lai lagi, yaitu pada garis tanda 101.
Perhatikan bahwa angka-angka itu bukanlah menandakan satu
volume yang mutlak melainkan pebandingan volume. Yang penting
dan menentukan ialah pengnceran darah yang terjadi dalam pipet itu.
Seandainya lebih dulu diisap darah sampai garis tanda 0,5 kemudian
cairan pengencer sampai gatis-tanda 101, maka darah dalam bola
pipet itu diencerkan 00 kali (Gandasoebrata R,2007).
Pada pemeriksaan hitung jumlah eritrosit seharusnya
menggunakan pipet thoma, tetapi agak sulit digunakannya. Untuk
alternatifnya bisa menggunakan mikropipet agar lebih mudah.
Mikropipet yang digunakan adalah ukuran 1.000 ul dan 50 ul.
27

2.7.4 Perhitungan Jumlah Eritrosit

Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yag terletak dibidang


besar paling tengah. 5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir
dan 1 bidang di tengah (bertanda R) tiap-tiap bidang ini dibagi lagi
menjadi 16 kotak-kotak kecil yang masing-masing luasnya adalah
1
400 2 . Dengan demikian eritrosit dihitung dalam 80 petak-
petak kecil, luas keseluruhan adalah 80 x 1400 2 = 15 2.
(Depkes RI., 1989)

Gambar 7. Kamar Hitung Improved Neubaur

Ket : W = Kotak untuk menghitung jumlah leukosit


R = Kotak untuk menghitung jumlah eritrosit

Gambar 8. Cara Menghitung Eritrosit Didalam Kamar hitung


28

Ket : : Tidak Dihitung


: Tidak Dihitung
: Dihitung

Cara menghitung eritrosit didalam kamar hitung Improved


Neubaur dapat dilihat pada gambar. Mulai menghitung dari sudur kiri
atas, terus ke kanan ; kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri ;
lalu turun lagi ke bawah dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti
ini dilakukan pada 5 bidang sedang tersebut. Semua sel yang
menyentuh garis batas sebelah atas dan kiri, dianggap masuk ke dalam
ruangan dan dihitung. Sedangkan sel yang menyentuh garis batas
sebelah kanan dan bawah dianggap tidak masuk dan tidak dihitung.
(Depkes RI., 1989)

Hitung jumlah eritrosit dapat diperoleh dari perhitungan :

Luas 80 petak kecil = 80 X 1400 2 = 15 2

Tinggi kaca penutup = 110 2

Jadi 80 petak kecil = 15 X 110 = 150 2 yang


di dalamnya terdapat N eritrosit

Pengenceran 200 X

Dari rumus perhitungan jumlah eritrosit :

eritrosit per mm3 =


N X 50 X 200 (Depkes RI., 1989)
29

2.7.5 Kesalahan-kesalahan Pada Tindakan Menghitung Jumlah


Eritrosit
Menghitung jumlah eritrosit memakai lensa obyektif kecil, yaitu
10x, sehingga sangat tidak teliti hasilnya
Jumlah darah yang diisap ke dalam pipet tidak tepat jika,
- Bekerja terlalu lambat ada kebekuan darah.
- Tidak mencapai garis tanda 0,5.
- Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena
melewati garis 0,5.
Pengenceran dalam pipet
- Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali ke
dalam botol berisi larutan hayem.
- Tidak mengisap larutan Hayem tepat sampai garis 101.
- Terjadi gelembung udra dalam pipet pada waktu mengisap
larutan Hayem.
- Terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada
waktu mencabut karet penghisapdaripipet.
- Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan
Hayem.

(Gandasoebrata.R,2007)
30

2.8 KERANGKA KONSEP

Darah Vena + Na EDTA 10%

Perlakuan Menggunakan Perlakuan Menggunakan Ringer


Larutan Hayem Dengan Laktat Dengan Pengenceran
Pengenceran 200x 200x Pada Konsentrasi 60%,
55%, dan 50% dengan Aquadest
Komposisi :
Komposisi :
- Natrium sulfat
- Natrium Klorida - Natrium Klorida
- Merkuri Klorida - Kalium Klorida
- Aquadest - Kalsium Klorida
- Natrium Laktat
- Aquadest

Jumlah Eritrosit dan Jumlah Eritrosit dan


Bentuk Eritrosit Bentuk Eritrosit

Adakah perbedaan hasil penilitian yang dilakukan


dari beberapa konsentrasi antara menggunakan
Larutan Hayem Dengan Ringer Laktat
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Metode penelitian bersifat eksperimen, bertujuan untuk mengetahui


suatu gejala dan pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan
tertentu (Notoatmodjo,2002).

3.2 DESIGN PENELITIAN

Design penelitian perbandingan kelompok statis yaitu


membandingkan pemeriksaan hitung jumlah eritrosit menggunakan larutan
hayem dengan pemeriksaan jumlah eritrosit menggunakan larutan Ringer
Laktat yang dilakukan maka dapat digunakan rumus gomes yaitu :
t (r-1) 20
Keterangan :
r : Pengulangan
t : Jumlah Perlakuan
20 : Nilai Derajat Kebebasan
Jumlah perlakuan dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 perlakuan
maka perhitungan pengulangan datanya sebgai berikut :
t(r-1) 20
4(r1) 20
4r - 4 20
4r 20 + 4
4r 24
r 24 / 4
r 6

31
32

3.3 TABEL MATRIKS


Pengulangan Hayem Ringer Laktat
60% 55% 50%
1 2 1 2 1 2 1 2
1
2
3
4
5
6
Tabel 2. Tabel Matriks
Ket :1 : Jumlah Eritrosit (sel/mm3)
2 : Jumlah Eritrosit Krenasi (sel/mm3)

3.4 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

3.4.1 Waktu Penelitian


Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2016

3.4.2 Lokasi Penelitian


Lokasi Penelitian dilakukan di Laboratorium STABA

3.5 OBJEK PENELITIAN DAN SAMPEL

3.5.1 Objek Penelitian


Ringer Laktat

3.5.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah Darah NaEDTA
33

3.6 ALAT DAN BAHAN :

3.6.1 Alat :
- Batang Pengaduk
- Blue Tip dan Yellow Tip
- Deck Glass
- Gelas Ukur
- Kamar Hitung Improved Neubaur
- Kertas Timbang
- Labu Ukur
- Mikropipet 1000 ul dan 50 ul
- Mikroskop
- Neraca Analitik
- Tabung Serologi
- Tissue

3.6.2 Bahan :
- Aquadest
- Darah NaEDTA
- Merkuri Klorida
- Natrium Klorida
- Natrium Sulfat Kristal
- Ringer Laktat
34

3.7 PROSEDUR KERJA :

3.7.1 Pembuatan Larutan Hayem :


- Ditimbang 5 gram natrium sulfat kristal
- Ditimbang 1 gram natrium klorida
- Ditimbang 0,5 gram merkuri klorida
- Semua bahan dimasukkan kedalam beacker glass
- Diaddkan 200 ml Aquadest, lalu dihomogenkan.
- Larutan disaring sebelum dipakai.

3.7.2 Pembuatan Larutan Ringer Laktat Konsentrasi 60% (V/V)


- Dipipet 600 ul Ringer Laktat murni
- Dimasukan kedalam tabung serologi
- Ditambahkan 400 ul Aquadest
- Dihomogenkan

3.7.3 Pembuatan Larutan Ringer Laktat Konsentrasi 55% (V/V)


- Dipipet 550 ul Ringer Laktat murni
- Dimasukan kedalam tabung serologi
- Ditambahkan 450 ul Aquadest
- Dihomogenkan

3.7.4 Pembuatan Larutan Ringer Laktat Konsentrasi 50% (V/V)


- Dipipet 500 ul Ringer Laktat murni
- Dimasukan kedalam tabung serologi
- Ditambahkan 500 ul Aquadest
- Dihomogenkan
35

3.7.5 Cara Kerja Menghitung Jumlah Eritrosit


3.7.5.1 Dengan Larutan Hayem
- Dipipet Larutan Hayem sebanyak 995 l dimasukan
kedalam tabung serologi.
- Ditambahkan Darah NaEDTA sebanyak 5 l, lalu
homogenkan.
- Dipipet 10 ul, kemudian dimasukan kedalam kamar hitung.
- Eritrosit diperiksa dibawah mikroskop dengan lensa obektif
40 x.

3.7.5.2 Dengan Larutan Ringer Laktat 60%


- Dipipet Larutan Ringer Laktat 60% sebanyak 995 l
dimasukan kedalam tabung reaksi.
- Ditambahkan Darah NaEDTA sebanyak 5 l, lalu
homogenkan.
- Dipipet 10 ul, kemudian dimasukan kedalam kamar hitung.
- Eritrosit diperiksa dibawah mikroskop dengan lensa obektif
40 x.

3.7.5.3 Dengan Larutan Ringer Laktat 55%


- Dipipet Larutan Ringer Laktat 55% sebanyak 995 l
dimasukan kedalam tabung reaksi.
- Ditambahkan Darah NaEDTA sebanyak 5 l, lalu
homogenkan.
- Dipipet 10 ul, kemudian dimasukan kedalam kamar hitung.
- Eritrosit diperiksa dibawah mikroskop dengan lensa obektif
40 x.
36

3.7.5.4 Dengan Larutan Ringer Laktat 50%


- Dipipet Larutan Ringer Laktat 50% sebanyak 995 l
dimasukan kedalam tabung reaksi.
- Ditambahkan Darah NaEDTA sebanyak 5 l, lalu
homogenkan.
- Dipipet 10 ul, kemudian dimasukan kedalam kamar hitung.
- Eritrosit diperiksa dibawah mikroskop dengan lensa obektif
40 x.

3.8 ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianlisis secara stastitik


dengan Uji statistic analisa of varian (Anova).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Darah NaEDTA


pada control (Hayem) dan pada Ringer Laktat berbagai konsentrasi. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada hasil
pemeriksaan antara larutan Hayem dengan larutan ringer laktat. Setelah
dilakukan penelitian dengan menggunakan ringer laktat sebagai alternative
pengganti larutan hayem, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3
Data Hasil Penelitian

Pengulangan Hayem Ringer Laktat


60% 55% 50%
1 2 1 2 1 2 1 2
1 4.000.000 0 4.280.000 4.280.000 4.180.000 0 2.850.000 0
2 4.210.000 0 4.140.000 4.140.000 4.190.000 0 2.780.000 0
3 4.110.000 0 4.240.000 4.240.000 4.220.000 0 2.760.000 0
4 4.200.000 0 4.190.000 4.190.000 4.100.000 0 2.870.000 0
5 4.170.000 0 4.200.000 4.200.000 4.160.000 0 2.650.000 0
6 4.190.000 0 4.260.000 4.260.000 4.200.000 0 2.840.000 0
Rata- Rata 4.146.667 0 4.218.333 4.218.333 4.175.000 0 2.791.667 0

Ket :1 : Jumlah Eritrosit (sel/mm3)


2 : Jumlah Eritrosit Krenasi (sel/mm3)

37
38

4.2 PENGOLAHAN DATA

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui gambaran jumlah eritrosit


menggunakan perlakuan control, ringer laktat 60%, 55%, dan 50% dengan
jumlah replikasi 6 kali.

Rata-Rata Jumlah Eritrosit Dengan Hayem dan


Ringer Laktat Berbagai Konsentrasi
5,000,000
4,700,000
4,400,000 4,146,667 4,218,333 4,175,000
4,100,000
3,800,000
Eritrosit

3,500,000
3,200,000
2,900,000 2,783,333

2,600,000
2,300,000
2,000,000
Hayem Ringer Laktat 60% Ringer Laktat 55% Ringer Laktat 50%
Konsentrasi

Gambar 9. Rata-Rata Larutan Hayem dan Ringer Laktat Pada Hitung Jumlah
Eritrosit

Gambar diatas adalah diagram batang yang menunjukan rata-rata


larutan hayem dan ringer laktat pada hitung jumlah eritrosit. Berdasarkan
diagram diatas adanya perbedaan rata-rata setiap konsentrasi ringer laktat.
39

Data hasil penelitian diolah secara statistic dengan uji


ANOVA, dengan langkah :

4.2.1 DESCRIPTIVES

Analisis deskriptif adalah merupakan analisis data penelitian


untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan 1 sampel.

DESCRIPTIVES

Jumlah_Eritrosit_Keseluruhan

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Hayem 6 4.146.667 80166.49342 4.000.000 4.210.000

RL 60% 6 4.218.333 51542.86242 4.140.000 4.280.000

RL 55% 6 4.175.000 41833.00133 4.100.000 4.220.000

RL 50% 6 2.791.667 81342.89561 2.650.000 2.870.000

Total 24 3.832.916 61772.77775 2.650.000 4.280.000

Tabel 4. Uji Descriptive

Untuk membuktikan apakah jumlah eritrosit yang dihasilkan


menggunakan larutan Ringer Laktat sama dengan larutan Hayem, maka
dilakukan uji kesamaan variasi rata-rata dengan menggunakan uji Anova One
Way. Untuk melakukan uji Anova One Way, ada dua asumsi yang harus
dipenuhi terlebih dahulu yaitu uji homogenitas. Jika data berdistribusi secara
homogen, maka Anova One Way dapat digunakan, tetapi jika data yang
digunakan tidak berdistribusi secara homogen, maka uji perbandingan yang
dipakai adalah Kruskal Wallis.
40

4.2.2 UJI HOMOGENITAS

Analisis ini bertujuan untuk menguji berlaku tidaknya salah satu


asumsi untuk Anova, yaitu apakah ketiga subyek mempunyai varians yang
sama

Hipotesis untuk uji ini :

H0 : Ketiga rata-rata populasi adalah tidak ada perbedaan

H1 : Ketiga rata-rata populasi adalah ada perbedaan

Pengambilan keputusan :

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka H1 diterima

TEST OF HOMOGENEITY OF VARIANCES

Jumlah_Eritrosit_Keseluruhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.101 3 20 .372

Tabel 5. Uji Homogenitas

Tabel diatas menjelaskan hasil pengujian homogenitas varians yang


menggunakan Levene Test. Dari tabel tersebut terlihat bahwa p-value yang
diperoleh sebesar 0,372 > 0,05 yang menunjukan bahwa data yang digunakan
memiliki varians yang homogen. Sehingga uji Anova One Way bisa
digunakan
41

4.2.3 UJI ANOVA

Anova dilakukan untuk menguji apakah ketiga subyek mempunyai


rata-rata (mean) yang sama

ANOVA

Jumlah_Eritrosit_Keseluruhan

Sum of
Df Mean Square F Sig.
Squares

Between Groups 8.689 3 2.896 663.935 .000

Within Groups 8.725 20 4.362

Total 8.776 23

Tabel 6. Uji ANOVA

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai F-hitung yang diperoleh sebesar
663,935. Dari tabel diatas terlihat bahwa signifikan yang didapatkan sebesar
0,000 < 0,05 yang menunjukan bahwa data tersebut harus dilanjut ke uji post
hoc untuk melihat pada konsentrasi berapa ringer laktat dapat digunakan.

4.2.4 UJI POST HOC

Uji Post Hoc ini bertujuan untuk melihat pada konsentrasi berapa
ringer laktat dapat digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit.
42

(I) (J) Mean Difference


Std. Error Sig.
Perlakuan Perlakuan (I-J)

RL 60% -71666.66667 3.81335 .268

Hayem RL 55% -28333.33333 3.81335 .879

RL 50% 1.35500 3.81335 .000

Hayem 71666.66667 3.81335 .268

RL 60% RL 55% 43333.33333 3.81335 .672

RL 50% 1.42667 3.81335 .000


Tukey HSD
Hayem 28333.33333 3.81335 .879

RL 55% RL 60% -43333.33333 3.81335 .672

RL 50% 1.38333 3.81335 .000

Hayem -1.35500 3.81335 .000

RL 50% RL 60% -1.42667 3.81335 .000

RL 55% -1.38333 3.81335 .000

Tabel 7. Uji Post Hoc

Tabel diatas menunjukan dari hasil uji post hoc dimana akan
menunjukan pada kosentrasi berapa ringer laktat dapat digunakan. Dari hasil
tersebut data yang signifikan adalah hayem dengan ringer laktat 60%, yaitu
0,672 > 0,05dan hayem dengan ringer laktat 55%, yaitu 0,879 > 0,05 yang
dapat diartikan bahwa ringer laktat 60% dan 55% yang dapat digunakan
sebagai pengganti hayem pada pemeriksaan hitung jumlah eritrosit.
43

4.2.5 Uji ALE

Rumus ALE adalah :

1
( )
4
ALE = x 100%

1
( 46 )
4
= x 100%
5

= 0,1 x 100% = 10%

Jadi data kesalahan tertinggi untuk perhitungan hitung jumlah eritrosit


adalah 10%

Untuk mengetahui seberapa besar penelitian pemeriksaan hitung


jumlah eritrosit hasil penelitian adalah dengan rumus :

2 2 60%
% beda =| 2
| x 100%

4.146.667 4.218.333
=| | x 100%
4.146.667

= 1,7 %

2 2 55%
% beda =| 2
| x 100%

4.146.667 4.175.000
=| | x 100%
4.146.667

= 0,6 %

2 2 50%
% beda =| 2
| x 100%

4.146.667 2.791.667
=| | x 100%
4.146.667

= 32,6 %
44

Dari perhitungan nilai ALE untuk hitung jumlah eritrosit adalah 10%,
sedangkan % beda adalah 1,7%, 0,6%, dan 32,6%, dengan demikian secara
klinis ada perbedaan pada ringer laktat konsentrasi 50% karena % beda > 10%
dan tidak ada perbedaan pada ringer laktat konsentrasi 60 dan 55% karena %
beda < 10 %, maka secara klinis tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

4.3 PEMBAHASAN

Eritrosit adalah jenis sel sel darah yang paling banyak dan berfungsi
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Pemeriksaan
eritrosit dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan sel darah merah.
Menghitung jumlah eritrosit yaitu darah diencerkan lalu dihitung jumlah
eritrosit dalam volume tertentu dengan mengalikan faktor perhitungan,
sehingga diperoleh jumlah eritrosit dalam satuan volume darah
(Gandasubrata, 2007)
Untuk mengetahui jumlah eritrosit menggunakan larutan pengencer
yang bersifat isotonis. Larutan pengencer yang digunakan yaitu larutan hayem
sebagai kontrol yang terdiri dari larutan natrium sulfat Kristal 5g, natrium
klorida 1g, merkuri klorida 0,5g, aquadest 200mL. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan larutan ringer laktat sebagai larutan alternatif untuk hitung
jumlah eritrosit karena larutan ini bersifat isotonis.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil yang menunjukan mendekati
kontrol yaitu pada konsentrasi 60% dan 55%. Akan tetapi pada konsentrasi
60%, eritrosit berbentuk krenasi. Pada konsentrasi 55% eritrosit mempunyai
bentuk bulat bikonkaf dan sel selain eritrosit (lekosit dan trombosit) lisis.
Ringer laktat dengan konsentrasi 60% dapat digunakan untuk melisiskan sel
lain selain eritrosit, tetapi eritrosit berubah bentuk (krenasi). Maka disarankan
45

untuk menggunakan ringer laktat dengan konsentrasi 55% karena jumlah


mendekati kontrol dan bentuknya bulat bikonkaf.
Kelemahan larutan hayem ini yaitu komposisinya yang terdiri dari
beberapa zat atau bahan, juga terletak pada HgCl yang beracun dan
berpengaruh terhadap lingkungan. Sehingga peneliti menyimpulkan larutan
ringer laktat setelah diolah secara statistic dengan Anova One Way dapat
digunakan sebagai larutan pengencer alternatif untuk hitung jumlah eritrosit
karena larutan ini bersifat isotonis, murah, mudah didapat, dan tidak beracun.
Ringer laktat yang bersifat isotonis memiliki konsentrasi zat terlarut
yang sama pada kedua sisi membrane yaitu antara didalam sel dengan diluar
sel. Air berpindah keluar masuk sel tetapi tidak ada resultan pergerakan air
sehinggan bentuk sel tetap.
Dari hasil penelitian darah yang diencerkan dengan larutan hayem,
maka mempunyai bentuk eritrosit bulat bikonkaf karena bersifat isotonis.
Isotonis adalah konsentrasi zat di luar sel sama dengan konsentrasi zat di
dalam sel sehingga bentuk sel tetap bulat. Darah yang diencerkan dengan
ringer laktat 60%, maka bentuk eritrosit berubah bentuk (krenasi) karena
bersifat hipertonis. Hipertonis adalah konsentrasi zat di luar sel lebih tinggi
daripada konsentrasi zat di dalam sel sehingga cairan di dalam sel keluar dan
menyebabkan eritrosit mengkerut (krenasi). Darah yang diencerkan dengan
ringer laktat 55%, maka mempunyai bentuk eritrosit bulat bikonkaf karena
bersifat isotonis. Darah yang diencerkan dengan ringer laktat 50%, maka
mempunyai bentuk eritrosit mengembung karena bersifat hipotonis. Hipotonis
adalah konsentrasi zat di luar sel lebih rendah daripada di dalam sel sehingga
cairan akan masuk dan menyebabkan eritrosit menggembung hingga pecah
atau lisis.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian mengenai Penggunaan Ringer Laktat


Sebagai Alternatif Pengganti Larutan Hayem Pada Pemeriksaan Hitung
Jumlah Eritrosit diolah secara statistic dengan uji One Way Anova, pada uji
Post Hoc antara Hayem dan Ringer Laktat 60% mempunyai signifikan 0,268
> 0,05, 55% mempunyai signifikan 0,875 > 0,05. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan, yaitu:
1. Ringer Laktat dapat digunakan sebagai pengganti larutan Hayem untuk
pemeriksaan menghitung jumlah eritrosit
2. Konsentrasi Ringer Laktat 60% dan 55% yang dapat digunakan sebagai
pengganti Larutan Hayem untuk pemeriksaan menghitung jumlah eritrosit
tetapi lebih baik menggunakan Ringer Laktat 55% karena eritrosit
berbentuk bulat bikonkaf sedangkan Ringer Laktat 60% eritrosit
berbentuk krenasi.

5.2 SARAN

a. Untuk pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dapat menggunakan larutan


Ringer Laktat 55% sebagai alternatif di laboratorium
b. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan variasi waktu
agar dapat mengetahui kestabilan eritrosit yang di encerkan dengan
menggunakan Ringer Laktat konsentrasi 55%

46
DAFTAR PUSTAKA

A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss, Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2005: 221, 295

Dep.Kes RI.1989.Hematologi.Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Emha, H., (2002), Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, PT Remaja Roesda


Karya, Bandung

Gandasoebrata R, Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan 13, Dian Rakyat, Jakarta,


2007

Handayani, W & Haribowo S., 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika, Jakarta.

Junqueira, L.C., dan Carneiro, J. 1991. Histologi Dasar (Basic Histology). Edisi V.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kimball, Jhon W, (1993). Biologi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta

Komariah, Maria. 2009. Metabolisme Eritrosit. Bandung : Universitas Padjajaran


B.Ac, Drs. H. Syaifuddin, (1997), Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat
(Cetakan 1), Kedokteran EGC, Jakarta

Pangesti, Ira. 2012. Eritrosit. Jakarta : Penerbit UniMus. Dikutip dari :


https://ayamgorengmicho.wordpress.com/2013/06/26/pemeriksaan-jumlah-
eritrosit-metode-hayem/

Pearce, Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta

Sheerwood, Laurale. 2011. FisiologiManusiadariSelkeSistem.EGC. Jakarta.

47
48

Sukarso. 2005. Pengertian dan Fungsi Laboratorium. Dikutip dari :


http://wanmustafa.wordpress.com/2011/06/12/pengertian-danfungsi-
laboratorium/

Suripto. 2002. Fisiologi Hewan. ITB : Bandung. Dikutip dari


http://chumbroo.blogspot.co.id/2011_04_01_archive.html

Wikipedia. (2010). Sel darah putih. Dikutip dari :


https://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih/
LAMPIRAN 1

Gambar 10. Alat dan Bahan Gambar 11. Ringer Laktat

Gambar 12. Kontrol dan Ringer Gambar 13. Mikroskop


Laktat Berbagai Konsentrasi

49
50

LAMPIRAN 2

Bulat Bikonkaf Krenasi

Gambar 14. Dengan Larutan Hayem Gambar 15. Dengan Ringer Laktat 60%

Mengembung
Bulat Bikonkaf

Gambar 16. Dengan Ringer Laktat 55% 50 Gambar 17. Dengan Ringer Laktat 50%
LAMPIRAN 3

PERHITUNGAN
Ringer Laktat 60%
V1 . %1 = V2 . %2
1000 ul . 60% = V2 . 100%
60000 ul % = V2 . 100%
V2 = 60000 ul % : 100 %
V2 = 600 ul
Ringer laktat 60% = 600 ul (ringer laktat) + 400 ul (aquadest)

Ringer Laktat 55%


V1 . %1 = V2 . %2
1000 ul . 55% = V2 . 100%
55000 ul % = V2 . 100%
V2 = 55000 ul % : 100 %
V2 = 550 ul
Ringer laktat 55% = 550 ul (ringer laktat) + 450 ul (aquadest)

Ringer Laktat 50%


V1 . %1 = V2 . %2
1000 ul . 50% = V2 . 100%
50000 ul % = V2 . 100%
V2 = 50000 ul % : 100 %
V2 = 500 ul
Ringer laktat 50% = 500 ul (ringer laktat) + 500 ul (aquadest)

51
52

Lampiran 4

Pengenceran (P)
+
Pengenceran =
1000
= 5
200
=
1

= 200 kali

Konversi Volume (Kv)


Kv = P x L x T x kotak
1 1 1
= x x x 80 kotak
20 20 10
1
= x 80 kotak
4000 3
80
=
4000 3
1
= 50 3
50 3
= 1

= 50 mm3

Perhitungan Jumlah Eritrosit

Eritrosit = N x P x Kv

= 421 sel x 200 kali x 50 mm3

= 4.210.000 sel/mm3

52
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Lenni Novianti

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 November 1994

Golongan Darah :A

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Dewa Ujung No 19 Ciracas Jakarta Timur

No. Handphone : 082216683123

Email : Lenni_lienovianti@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

2001 2007 : SDN Ciracas 13 Pagi Ciracas

2007 2009 : SMP Perguruan Advent XV Ciracas

2009 2012 : SMAK Tunas Harapan Jakarta

2012 2016 : STA Bakti Asih Bandung S1 Kimia Konsentrasi Medis

Pengalaman Pribadi

- Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Rumah Sakit Pelabuhan


Jakarta
- Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung

53

Anda mungkin juga menyukai