SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kimia
Konsentrasi Analis Medis
Oleh :
LENNI NOVIANTI
NIM : 1211C1018
SKRIPSI
Oleh
LENNI NOVIANTI
NIM : 1211C1018
Pembimbing
Lenni Novianti
PENGGUNAAN RINGER LAKTAT SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI
LARUTAN HAYEM PADA PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITROSIT
NIM : 1211C1018
ABSTRAK
Eritrosit merupakan sel yang mempunyai bentuk seperti cakram dan permukaannya
cekung, jumlahnya sekitar 5 juta/mm darah, dan diameter 7,2 m. Prinsip hitung
jumlah eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan pengencer yang
biasa digunakan adalah Hayem. Larutan Hayem mengandung natrium sulfat Kristal,
natrium klorida, merkuri klorida, dan aquadest. Merkuri klorida (HgCl) termasuk Hg
inorganic yang sangat toksik dan bahaya bagi kesehatan. Telah dilakukan penelitian
dengan mengganti larutan Hayem menggunakan alternatif pada hitung jumlah
eritrosit yaitu dengan ringer laktat, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ringer
laktat dapat digunakan sebagai larutan pengencer untuk menghitung jumlah eritrosit
dengan mengetahui konsentrasi optimum dari ringer laktat tersebut. Penelitian
dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan konsentrasi ringer laktat 60%,
55%, dan 50%. Data hasil penelitian diolah secara statistic menggunakan One Way
Anova didapat kesimpulan bahwa ringer laktat dapat digunakan sebagai larutan
pengencer untuk menghitung jumlah eritrosit, dan pada konsentrasi ringer laktat 60%
dan 55% dapat digunakan sebagai larutan pengencer alternatif pengganti larutan
Hayem untuk pemeriksaan hitung jumlah eritrosit. Akan tetapi lebih baik
menggunakan RL dengan konsentrasi 55% karena eritrosit berbentuk bulat bikonkaf,
sedangkan RL dengan konsentrasi 60% eritrosit berbentuk krenasi.
i
THE USED OF RINGER LACTATE AS ALTERNATIVE IN HAYEM SOLUTION
TO COUNT THE NUMBER ERYTHROCYTE
NIM : 1211C1018
ABSTRACT
Erytrhrocyte is a cell that has the form such as discsand the concave surface, number
around 5 million/mm3 blood, and diameter 7,2 m. The principle of manual
erythrocyte count was blood diluted in isotonic solution for easy counting and
prevents hemolysis of erythrocyte. Diluent commonly used solution is Hayem.
Hayem solution containing sodium sulfate crystals, sodium chlorida, mercury
chlorida, dan aquadest. Mercury chlorida (HgCl2) including Hg inorganic that very
toxic and danger for health. Has done research on is replacing the solution hayem,
with alternative solution to count the number of erythrocyte using a solution of ringer
lactate, which aims to knowing that ringer lactate can be used as diluents to calculate
the number of erythrocyte by knowing optimum concentrate from ringer lactate. This
research conducted experiments by using concentration of ringer lactate 60%, 55%,
and 50%. Research data were analyzed statistically use one way ANOVA be
concluded the ringer lactate can be used as a diluting solution to count the number of
erythrocyte and at concentration of ringer lactate is 60%, 55%, and 50% can be used
as a alternative solution for the inseption Hayem to count the number of erythrocytes.
However, can be better if using ringer lactate at concentration 55% because
erythrocytes has biconcave form, mean while ringer lactate at concentration 60%
erythrocytes has crenasi form.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Puji Tuhan penulis panjatkan kehadirat yang telah memberikan kasih
sayang, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberikan kekuatan, keteguhan,
kesabaran dan kesehatan dalam menyelesaikan dan menyusun karya tulis ini, yang
telah menjadi jalan tersampainya risahlah ini.
Dalam menyusun karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak secara moril maupun materil. Untuk itu segala kerendahan hati dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayatnya, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
2. Bapak Suryatmana Tanuwidjaja, Drs., M.Si., selaku ketua Sekolah Tinggi
Analis Bakti Asih Bandung dan Ketua siding.
3. Ibu Eem Hayati, S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing dan penguji IV yang
telah memberikan pengarahan uji pendahuluan, penelitian dan penulisan
skripsi.
4. Bapak Adang Durachim, S.Pd., M.Kes selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis
5. Bapak M. Firman Solihat, Drs., M.T selaku penguji II yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis
6. Ibu Tuti Rustiana, S.Si., M.M. selaku penguji III dan pembimbing akademik
yang telah memberikan masukan dan saran kepada penu
iii
iv
7. Ibu Rani Handriani S.Si dan Ibu Isti Sofia Insani S.Si selaku verifikator saat
penulis melakukan penelitian
8. Seluruh dosen, staf, dan karyawan Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung
atas bantuan dan dukungannya.
9. Papa Lie Tet Meuw dan mama Indri Eka Apriati tercinta atas doa, motivasi
dan dukungan serta materi yang tak ternilai yang diberikan selama menimba
ilmu di Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung.
10. Cici Aini Novalia dan ade Liany Haryati tercinta yang telah memberi motivasi
dan dukungan.
11. Yogi Kusuma Arta, Amd.AK seseorang yang selalu menemani, membantu
dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Om, Tante, Sepupu, Ponakan, Vivi, A Dany, Ibu, Ayah yang telah memberi
motivasi, doa, serta dukungan.
13. Sahabat terbaik Ariella, Mutia, Rofiif, Reinaldo, Kiki, Yuni, Claren, Eka,
Oktaviani, Susi, dan Meilyna yang telah mendukung serta membantu penulis.
14. Teman-teman Orin, Rima, Dewi, Mirdha, Fildzah, Dikdik, Latif, Kusma,
Nurcahya, Uli, Ka Pakoy yang telah mendukung serta membantu penulis.
15. Teman-teman seperjuangan penulis di Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih
Bandung .
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah member doa
dan dukungan.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi perkembangan
ilmu yang kita miliki. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
v
vi
Eritrosit / Sel Darah Merah : Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi
khusus mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh
dan membantu pembuangan karbon dioksida dan
proton yang dihasilkan oleh metabolism jaringan tubuh.
Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil
bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat
dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang
saling bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah
terdapat 5.000.000 sel darah.
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 9 Rata-Rata Larutan Hayem dan Ringer Laktat Pada Hitung Jumlah Eritrosit .. 38
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ........................................................................................................................ 49
Lampiran 2 ........................................................................................................................ 50
Lampiran 3 ........................................................................................................................ 51
Lampiran 4 ........................................................................................................................ 52
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma. Lebih
berat dan lebih kental dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena
membawa garam-garam mineral bau khas (anyir). Darah memiliki pH 7,35
7,45. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung kadar
oksigen yang dibawa. Volume darah total 5 liter pada laki-laki dewasa,
tergantung ukuran tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe
unsur-unsur darah ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih
atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1999).
Darah manusia terdiri atas :
1. Plasma darah yang terdiri atas 92% air, protein plasma 7% dan zat-zat
terlarut lainnya sekitar 1% dan
2. Elemen-elemen darah putih (leukosit) dan keping-keping darah
(trombosit).
Protein plasma antara lain terdiri atas :
1. Albumen 60%
2. Globulin 35%
3. Fibrinogen 4%
4. Protein pengatur seperti enzim, proenzim, hormon yang jumlahnya kurang
dari 1%.
Zat-zat terlarut lainnya adalah:
1. Elektrolit-elektrolit yang penting untuk aktivitas sel itu sendiri dan
menjaga tekanan osmosis cairan tubuh (Na+, K+, Mg2+, Ca-, HCO3-,
HPO42-, SO42-),
5
6
Eritroblast
Normoblast Basophil
Normoblast Asidofil
Retikulosit
A. Mikrosit
Diameter < 6 , biasa disertai dengan warna pucat
(hipokromia). Pada pemeriksaan sel darah lengkap di
dapatkan MCV yang rendah. Sel ini dapat berasal dari
fragmentasi eritrosit yang normal.
B. Makrosit
Diameter rata-rata > 8 . MCV lebih dari normal
dan MCH biasanya tidak berubah.
Ditemukan pada :
C. Anisositosis
Anisositosis tidak menunjukkan suatu kelainan
hematologik yang spesifik. Suatu keadaan dimana ukuran
diameter eritrosit yang terdapat di dalam suatu sediaan apus
berbeda-beda (Bervariasi).
11
A. Hipokromia
Sebagai patokan untuk melihat warna eritrosit yang
mengambil warna normal disebut normokromia.
Hipokromia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi Hb
kurang dari normal sehingga sentral akromia melebar (
>1/2 sel ). Pada hipokromia yang berat lingkaran tepi sel
sangat tipis disebut dengan eritrosit berbentuk cincin
(anulosit). Hipokromia sering menyertai krositosis.
B. Hiperkromik
Hiperkromik adalah eritrosit yang tampak lebih
merah /gelap dari warna normal.
C. Polikromasia
Polikromasia adalah eritrosit yang lebih besar dan
lebih biru dari eritrosit normal. Keadaan dimana terdapat
beberapa warna di dalam sebuah lapangan sediaan apus.
Misalnya ditemukan basophilic dan asidofilic dengan
kwantum berbeda-beda karena ada penambahan retikulosit
dan defek maturasi eritrosit.
A. Poikilositosis
Disebut poikilositosis apabila pada suatu sediaan
apus ditemukan bermacam-macam variasi bentuk
eritrosit.
12
B. Sferosit
Eritrosit yang berbentuk lebih bulat, lebih kecil dan
lebih tebal dari eritrosit normal atau tidak berbentuk
bikonkaf tetapi bentuknya sferik dengan tebal 3 atau
lebih . Diameter biasanya kurang dari 6,5 dan kelihatan
lebih hiperkromik dan tidak mempunyai sentral
akromia.
C. Elliptosis (Ovalosit)
Bentuk sangat bervariasi seperti oval , pensil dan
cerutu dengan konsentrasi Hb umumnya tidak
menunjukkan hipokromik. Hb berkumpul pada kedua
kutub sel.
E. Stomatosis
Sentral akromia eritrosit tidak berbentuk lingkaran
tetapi memanjang seperti celah bibir mulut. Jumlahnya
biasanya sedikit apabila jumlahnya banyak disebut
stomatositosis.
13
E. Benda Heinz
Suatu masa yang terjadi karena denaturasi
Hemoglobin yang berubah sifat. Tidak jelas terlihat dengan
pewarnaan Wrights, tetapi dengan pengecatan kristal
violet seperti benda-benda kecil yang tidak teratur
berwarna dalam eritrosit dan mudah dilihat pada mikroskop
fase kontras, pewarnaan Giemsa atau supravital.
G. Polikromatofilik
Eritrosit muda yang mengambil warna asam dan
basa karena RNA, ribosom dan hemoglobin.
H. Rouleaux formation
Suatu eritrosit yang kelihatan tersusun dari 3-5
eritrosit yang membentuk barisan atau seperti mata uang
logam, oleh karena peninggian kadar hemoglobin yang
normal, karena artefak.
16
I. Autoaglutinasi
Suatu keadaan eritrosit yang terlihat menggumpal.
J. Parasit
Plasmodium malaria, biasanya disertai dengan
tanda-tanda hemolitik.
2.2.6 PENURUNAN DAN PENINGKATAN ERITROSIT
Leukosit adalah bagian dari darah yang berwarna putih dan merupakan
unit mobil dari sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang terdiri dari
granuler dan agranuler. Dimana granuler meliputi basofil, eosinofol, neutrofil
batang dan neutrofil segmen. Sedangkan agranuler meliputi limfosit, monosit
dan sel plasma ( Junqueira dan Carneiro, 1991).
2.3.1 Fungsi Sel Darah Putih atau Leukosit
Sel darah putih mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu :
a. Fungsi defensif : mempertahankan tubuh terhadap benda - benda
asing termasuk kuman penyebab infeksi .
b. Fungsi reparatif : memperbaiki atau mencegah kerusakan terutama
kerusakan vaskuler. Leukosit yang memegang peranan adalah
basofil yang menghasilkan heparin. ( Anonim, 1989 ).
(GandasoebrataR., 2007)
26
2.7.3 Pipet
Pengenceran 200 X
(Gandasoebrata.R,2007)
30
31
32
3.5.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah Darah NaEDTA
33
3.6.1 Alat :
- Batang Pengaduk
- Blue Tip dan Yellow Tip
- Deck Glass
- Gelas Ukur
- Kamar Hitung Improved Neubaur
- Kertas Timbang
- Labu Ukur
- Mikropipet 1000 ul dan 50 ul
- Mikroskop
- Neraca Analitik
- Tabung Serologi
- Tissue
3.6.2 Bahan :
- Aquadest
- Darah NaEDTA
- Merkuri Klorida
- Natrium Klorida
- Natrium Sulfat Kristal
- Ringer Laktat
34
Tabel 3
Data Hasil Penelitian
37
38
3,500,000
3,200,000
2,900,000 2,783,333
2,600,000
2,300,000
2,000,000
Hayem Ringer Laktat 60% Ringer Laktat 55% Ringer Laktat 50%
Konsentrasi
Gambar 9. Rata-Rata Larutan Hayem dan Ringer Laktat Pada Hitung Jumlah
Eritrosit
4.2.1 DESCRIPTIVES
DESCRIPTIVES
Jumlah_Eritrosit_Keseluruhan
Pengambilan keputusan :
Jumlah_Eritrosit_Keseluruhan
1.101 3 20 .372
ANOVA
Jumlah_Eritrosit_Keseluruhan
Sum of
Df Mean Square F Sig.
Squares
Total 8.776 23
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai F-hitung yang diperoleh sebesar
663,935. Dari tabel diatas terlihat bahwa signifikan yang didapatkan sebesar
0,000 < 0,05 yang menunjukan bahwa data tersebut harus dilanjut ke uji post
hoc untuk melihat pada konsentrasi berapa ringer laktat dapat digunakan.
Uji Post Hoc ini bertujuan untuk melihat pada konsentrasi berapa
ringer laktat dapat digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit.
42
Tabel diatas menunjukan dari hasil uji post hoc dimana akan
menunjukan pada kosentrasi berapa ringer laktat dapat digunakan. Dari hasil
tersebut data yang signifikan adalah hayem dengan ringer laktat 60%, yaitu
0,672 > 0,05dan hayem dengan ringer laktat 55%, yaitu 0,879 > 0,05 yang
dapat diartikan bahwa ringer laktat 60% dan 55% yang dapat digunakan
sebagai pengganti hayem pada pemeriksaan hitung jumlah eritrosit.
43
1
( )
4
ALE = x 100%
1
( 46 )
4
= x 100%
5
2 2 60%
% beda =| 2
| x 100%
4.146.667 4.218.333
=| | x 100%
4.146.667
= 1,7 %
2 2 55%
% beda =| 2
| x 100%
4.146.667 4.175.000
=| | x 100%
4.146.667
= 0,6 %
2 2 50%
% beda =| 2
| x 100%
4.146.667 2.791.667
=| | x 100%
4.146.667
= 32,6 %
44
Dari perhitungan nilai ALE untuk hitung jumlah eritrosit adalah 10%,
sedangkan % beda adalah 1,7%, 0,6%, dan 32,6%, dengan demikian secara
klinis ada perbedaan pada ringer laktat konsentrasi 50% karena % beda > 10%
dan tidak ada perbedaan pada ringer laktat konsentrasi 60 dan 55% karena %
beda < 10 %, maka secara klinis tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
4.3 PEMBAHASAN
Eritrosit adalah jenis sel sel darah yang paling banyak dan berfungsi
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Pemeriksaan
eritrosit dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan sel darah merah.
Menghitung jumlah eritrosit yaitu darah diencerkan lalu dihitung jumlah
eritrosit dalam volume tertentu dengan mengalikan faktor perhitungan,
sehingga diperoleh jumlah eritrosit dalam satuan volume darah
(Gandasubrata, 2007)
Untuk mengetahui jumlah eritrosit menggunakan larutan pengencer
yang bersifat isotonis. Larutan pengencer yang digunakan yaitu larutan hayem
sebagai kontrol yang terdiri dari larutan natrium sulfat Kristal 5g, natrium
klorida 1g, merkuri klorida 0,5g, aquadest 200mL. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan larutan ringer laktat sebagai larutan alternatif untuk hitung
jumlah eritrosit karena larutan ini bersifat isotonis.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil yang menunjukan mendekati
kontrol yaitu pada konsentrasi 60% dan 55%. Akan tetapi pada konsentrasi
60%, eritrosit berbentuk krenasi. Pada konsentrasi 55% eritrosit mempunyai
bentuk bulat bikonkaf dan sel selain eritrosit (lekosit dan trombosit) lisis.
Ringer laktat dengan konsentrasi 60% dapat digunakan untuk melisiskan sel
lain selain eritrosit, tetapi eritrosit berubah bentuk (krenasi). Maka disarankan
45
5.1 SIMPULAN
5.2 SARAN
46
DAFTAR PUSTAKA
A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss, Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2005: 221, 295
Handayani, W & Haribowo S., 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika, Jakarta.
Junqueira, L.C., dan Carneiro, J. 1991. Histologi Dasar (Basic Histology). Edisi V.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pearce, Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta
47
48
49
50
LAMPIRAN 2
Gambar 14. Dengan Larutan Hayem Gambar 15. Dengan Ringer Laktat 60%
Mengembung
Bulat Bikonkaf
Gambar 16. Dengan Ringer Laktat 55% 50 Gambar 17. Dengan Ringer Laktat 50%
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN
Ringer Laktat 60%
V1 . %1 = V2 . %2
1000 ul . 60% = V2 . 100%
60000 ul % = V2 . 100%
V2 = 60000 ul % : 100 %
V2 = 600 ul
Ringer laktat 60% = 600 ul (ringer laktat) + 400 ul (aquadest)
51
52
Lampiran 4
Pengenceran (P)
+
Pengenceran =
1000
= 5
200
=
1
= 200 kali
= 50 mm3
Eritrosit = N x P x Kv
= 4.210.000 sel/mm3
52
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Golongan Darah :A
Email : Lenni_lienovianti@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Pribadi
53