2. Landasan Teori
1
golongan darah yang memiliki antigen B dan anti – A, golongan darah O golongan
darah yang memiliki antibodi tetapi tidak memiliki antigen, dan golongan darah AB
golongan darah yang memiliki antigen tetapi tidak memiliki antibodi.
Sistem rhesus pertama kali ditemukan pada jenis kera Macaca rhesus pada tahun
1940 oleh K. Landsteiner dan Weiner. Pada jenis ini ditemukan antigen rhesus pada
eritrositnya. Sistem rhesus juga berlaku pada manusia karena antigen rhesus juga
dimiliki oleh manusia. Orang yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif
(Rh+), sedangkan yang tidak memilkinya disebut rhesus negatif (Rh-). sistem ini
dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh.
2
3. Hasil Praktikum
Nama Serum/Reagen
Anti A Anti B Anti AB Anti Resus
Chynd
ea
Pratiwi
Deskripsi: -
M. Dimal
Alfaris
Deskripsi: -
Diah
Nawang
Wulan
Deskripsi: -
Listyani
Lorenza
Putri
Deskripsi: -
3
Nama Serum/Reagen
Anti A Anti B Anti AB Anti Resus
Gita
Umaroh
Deskripsi: -
Bunga
Pertiwi
Deskripsi -
4. Pembahasan
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairanyang
disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat
dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dansubstansi
interseluler yang berbentuk plasma. Sel sel darah merupakan sel sel hidup,terdapat dua
lapisan dalam sel darah. Lapisan atas berupa cairan darah atau plasmadarah. Lapisan
bawah merupakan sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit (sel-seldarah merah), leukosit
(sel-sel darah putih), trombosit (keping-keping darah atausel pembeku darah). Setiap
bagian dari sel-sel darah ini memiliki bentuk dan fungsiyang berbeda-beda.
5
Dalam praktikum ini menggunakan sampel dari teman sekelas sebanyak 5 orang
yang kemudian sampel darah dilakukan pengujian dengan menggunakan serum A,
serum B, serum AB, dan serum D (Rhesus). Setelah dilakukan pengujian dengan
meneteskan sampel darah yang didapat menggunakan serum pengujian ditemukan
bahwa sampel tidak menunjukkan adanya reaksi terhadap sampel darah yang ada.
Kemudian diselidiki penyebabnya, ditemukan bahwa serum yang digunakan dalam
pengujian telah melewati masa batas pakai (telah kadaluarsa) selama 4 tahun.
Serum tes yang melewati masa batas pakai akan menyebabkan gangguan pada
kualitas dan stabilitas alat uji. Walaupun serum tes yang kadaluarsa tidak berbahaya,
namun hal ini dapat memberikan ketidakakuratan hasil ketika digunakan. Serum
pengujian harus segera diganti pada saat sudah lebih dari satu tahun sejak masa
produksi atau pada saat dimulainya masa uji dimulai dilakukan penggantian serum uji,
yang seharusnya penggantian serum kadaluarsa dilakukan sebelum serum tersebut
menyentuh masa batas pemakaiannya.
5. Kesimpulan
Penggumpalan yang terjadi pada sampel darah yang ditetesi serum A, B, AB,
dan Rh, menunjukkan adanya reaksi terhadap sampel darah yang ada. Hal ini
dapat menjadi acuan dalam penentuan golongan darah seseorang dengan
memperlihatkan penggumpalan yang ada dalam sampel darah.
Penggunaan serum uji yang telah melewati masa batas pakai akan
mempengaruhi hasil uji yang menyebabkan hasil uji menjadi tidak akurat dan
tidak dapat terbaca. Semakin lama serum melewati masa pakainya maka akan
semakin besar pula tingkat ketidakbacaannya.
6
Daftar pustaka
Oktari, dkk. (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide Dengan
Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal Teknologi Laboratorium
5(2):49-50.
Suryo. (1990). Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
Waluyo, J. (2006). Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember.