Anda di halaman 1dari 25

PSU 17

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI, FISIOLOGI HEWAN
“PENENTUAN GOLONGAN DARAH DAN APUSAN DARAH”

Oleh
Kelompok 2 :
1. Nurul Amaliyah 17030654010
2. Mirza Roma Apsari 17030654030
3. Ericha Ayusepta M 17030654045
4. Ilmi Firdaus 17030654075

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 PENDIDIKAN SAINS
2019

ABSTRAK
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah merupakan kompoen yang berfungsi dalam sistem transportasi
pada tubuh manusia. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair
yang disebut plasma darah dan bagian padat yang berisi sel-el darah. Sel-sel
darah terdiri dari sel darah merah (Eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
juga keping darah (trombosit),

Setiap orang rata-rata memiliki 70 mL arah setiap kilogram berat


badan. sebanyak 50-60% darah terdiri atas plasma darah dan sisanya berupa
sel-sel darah. Salah satu teknis pemeriksaan sel-sel darah menggunakan
mikroskop yaitu apusan darah. Dengan membuat apusan darah, maka darah
dapat diamati dan dianalisis serta mengetahui perbandingan jumlah masing-
masing sel darah.

Sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan


menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat
dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang,
tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari
menggumpalnya eritrosit tadi adalah adanya reaksi antigen antibodi. Melalui
dasar inilah, seseorang dapat menentukan golongan darah yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah pengamatan


penentuan golongan darah dan apusan darah untuk mengetahui keadaan darah
setelah ditetesi serum serta perbedaan bentuk masing-masing komposisi sel
darah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Penentuan Golongan Darah
Rumusan masalah pada percobaan kali ini adalah:
a. Bagaimana cara menentukan golongan darah?
b. Bagaimana perbedaan keadaan pada darah setelah ditetesi
serum alfa, beta, dan alfa-beta (menggumpal atau tidak
menggumpal) ?
2. Apusan Darah
Rumusan masalah pada percobaan kali ini adalah:
a. Bagaimana membuat preparat apusan darah dengan
menggunakan zat warna giemsa?
b. Bagaimana perbedaan bentuk masing-masing komposisi sel
darah?
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
1. Penentuan Golongan Darah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari percobaan
ini adalah untuk:
a. Mengetahui cara menentukan golongan darah.
b. Mengetahui poerbedaan keadaan pada darah setelah ditetesi serum
alfa, beta, dan alfa-beta (menggumpal atau tidak menggumpal).
2. Apusan Darah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari percobaan
ini adalah:
a. Mengetahui cara membuat preparat apusan darah dengan
menggunaan zat warna giemsa.
b. Mengetahui perbedaan bentuk masing-masing komposisi sel darah.
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Sel Darah
Darah berbentuk cairan dengan tingkat kekentalan (viskositas)
tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh kandungan yang ada di dalam darah.
Secara garis besar, kandungan darah yang dikenal terbagi menjadi dua.
Pertama ialah sel – sel darah seperti sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit) dan keping darah (tombosit/platelet). Kedua, sel-sel darah
tersebut berenang dalam suatu cairan yang disebut dengan plasma darah.
Cairan ini mengandung sejumlah besar air dan nutrien-nutrien terlarut
(asam amino, asam lemak, gliserol, substansi imunogen, vitamin, glukosa,
dan senyawa hasil biotransformasi, misalnya obat).

Gambar 1. Komponen Darah


(Sumber: https://hellosehat.com)

Darah terdiri atas beberapa komponen, yaitu:


a) Plasma darah. Plasma darah mengisi sekitar 55-60 persen dari volume
darah dalam tubuh. Tugas utama plasma darah adalah mengangkut sel-sel
darah untuk kemudian diedarkan ke seluruh tubuh bersama nutrisi, hasil
limbah tubuh, antibodi, protein pembekuan darah, dan bahan kimia,
seperti hormon dan protein yang bertugas untuk membantu menjaga
keseimbangan cairan tubuh.
b) Sel darah merah (eritrosit). Sel darah merah bertugas membawa oksigen
dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sel darah ini juga
bertugas mengangkut kembali karbon dioksida dari seluruh tubuh ke
paru-paru untuk dikeluarkan. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia
berbentuk sebagai cakram bikonkaf tanpa meimiliki inti.
c) Sel darah putih (leukosit). Meski memiliki jumlah yang lebih sedikit
dibanding sel darah merah, sel darah putih mengemban tugas yang tak
main-main. Sel darah putih bertanggung jawab untuk melawan infeksi
virus, bakteri, dan jamur yang memicu perkembangan penyakit. Hal ini
disebabkan karena sel darah putih memproduksi antibodi yang akan
membantu memerangi zat asing tersebut.
d) Keping darah (trombosit). Trombosit memiliki peran penting proses
pembekuan darah (koagulasi) saat tubuh terluka. Tepatnya, trombosit
akan membentuk sumbatan bersama benang fibrin guna menghentikan
perdarahan sekaligus merangsang pertumbuhan jaringan baru di area
luka. Pada sediaan apus darah, trombosit sering terdapat bergumpal,
setiap keping tampak bagian tepi yang berwarna biru muda.
2. Apusan Darah
Pemeriksaan apusan darah tepi mampu menilai morfologi sel
(eritrosit, leukosit, trombosit), menentukan jumlah dan jenis leukosit,
mengestimasi jumlah trombosit dan mengidentifikasi adanya parasit
(Ardina,2018).
Salah satu pewarnaan sediaan apus adalah pewarnaan giemsa.
Pewarnaan disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini
banyak dipakai untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel
sumsum, dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari
jenis protozoa seperti Tripanosoma, Leismanies dan Plasmodia.
Hasil pewarnaan pada sediaan apus darah manusia: eritrosit bewarna
merah muda, nukleus leukosit bewarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma
leukosit bewarna sangat ungu muda, granula dari leukosit eosinofil
bewarna ungu tua, granula dari elukosoit neutrofil dan leukosit basofit
ungu muda. Menurut pengalaman di laboratorium Biologi UGM, sediaan
oles dengan pewarnaan tersebut dapat bertahan 2-5 tahun (Suntoro, 1983).
3. Penemuan Golongan Darah

Pada tahun 1901 Dr. Karl Landsteiner menemukan, bahwa sel-sel


darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan menggumpal
(beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dengan mata
telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak
dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari
menggumpalnya eritrosit tadi adalah adanya reaksi antigen antibodi.
Apabila suatu substansi asing (disebut antigen) disuntikkan kedalam aliran
darah dari seekor hewan akan mengakibatkan terbentuknya antibodi
tertentu yang akan bereaksi dengan antigen (Suryo, 2001: 345-346).
Mengikuti penemuan Karl Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel
darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka
penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua
antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan
eritrosit. Seseorang dapat membentuk salah satu atau kedua antibodi itu
atau sama sekali tidak membentuknya demikian pula dengan antigennya.

Dua antigen itu disebut antigen A dan antigen B, sedangkan dua


antibodi itu disebut anti A dan anti B. Melalui tes darah maka setiap orang
dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen
A dan B merupakan mukopolisakarida, terdiri dari protein dan gula.
Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya
merupakan dasar kekhasan antigen antibodi (Suryo, 2001: 346-347).

4. Golongan Darah

Sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan


menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat
dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari
beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui
bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi adalah adanya reaksi
antigen antibodi. Melalui dasar inilah, seseorang dapat menentukan
golongan darah yang dimilikinya.
Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang
didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Sedikitnya ada 48 jenis
antigen yang menjadi dasar dalam penggolongan darah. Tetapi yang
paling umum digunakan adalah sistem penggolongan darah ABO.
Pembagian golongan darah sistem ABO didasarkan pada adanya
perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) yang
terkandung dalam darah (Tenriawaru, 2016: 42).
Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya
zat antigen pada sel darah merah dan plasma darah. Antigen berfungsi
seperti tanda pengenalan sel tubuh Anda. Ini supaya tubuh bisa
membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar tubuh. Jika
sel dengan antigen yang berlawanan masuk ke dalam tubuh, maka sistem
kekebalan tubuh akan memulai perlawanan terhadap sel yang dianggap
asing tersebut dengan memproduksi antibodi.
Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu: golongan darah A
dimana golongan darah A mempunyai antigen A dan anti - B, golongan
darah B yaitu golongan darah yang memiliki antigen B dan anti A,
golongan darah O golongan darah yang memiliki antibodi tetapi tidak
memiliki antigen, dan golongan darah AB golongan darah yang memiliki
antigen tetapi tidak memiliki antibodi (Oktari, 2016: 49).
5. Mekanisme Penggumpalan Darah
Golongan darah A pada saat ditetesi serum α menggumpal dan pada
saat ditetesi serum β tidak menggumpal. Individu dapat dikatakan
bergolongan darah A apabila di dalam sel darah seseorang mengandung
aglutinogen A dan menghasilkan aglutinin β.
Donor Resipien
A (aglutinogen A, Aglutinin β)
A B (aglutinogen B, aglutinin α)
(Aglutinogen A, AB (aglutinogen Adan B, aglunin -)
Aglutinin β) O (aglutinogen -, aglutinin α dan β)
Keterangan :
Donor : yang diperhatikan aglutinogennya
Resipien : yang diperhatikan aglutininnya
Penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen A bertemu dengan
Aglutinin α (Anti A), golongan darah A mendonorkan darahnya pada
individu yang bergolongan darah A dan AB.
Golongan darah B pada saat ditetesi serum α tidak menggumpal
dan pada saat ditetesi serum β menggumpal. Individu dapat dikatakan
bergolongan B apabila di dalam sel darah seseorang terdapat aglutinogen
B dan menghasilkan aglutinin α.
Donor Resipien
A (aglutinogen A, Aglutinin β)
B B (aglutinogen B, aglutinin α)
(Aglutinogen B, AB (aglutinogen Adan B, aglunin -)
Aglutinin A) O (aglutinogen -, aglutinin α dan β)
Keterangan :
Donor : yang diperhatikan aglutinogennya
Resipien : yang diperhatikan aglutininnya
Penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen B bertemu dengan
Aglutinin β (anti-B) golongan darah A mendonorkan darahnya pada
individu yang bergolongan darah B dan AB.
Golongan darah AB pada saat ditetesi serum α menggumpal dan
pada saat ditetesi serum β menggumpal pula. Individu dapat dikatakan
bergolongan AB apabila di dalam sel darah seseorang terdapat
aglutinogen A dan B dan tidak menghasilkan aglutinin.
Donor Resipien
A (aglutinogen A, Aglutinin β)
AB B (aglutinogen B, aglutinin α)
(Aglutinogen A & B, AB (aglutinogen Adan B, aglunin -)
Aglutinin -) O (aglutinogen -, aglutinin α dan β)
Keterangan :
Donor : yang diperhatikan aglutinogennya
Resipien : yang diperhatikan aglutininnya
Penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen A dan B bertemu
dengan Aglutinin α (anti-A) dan Aglutinin β (anti-B) golongan darah A
mendonorkan darahnya pada individu yang bergolongan darah AB saja,
tetapi AB dapat menerima dari golongan darah apa saja. Itu sebabnya
mengapa golongan darah AB disebut sebagai resipien universal.
Golongan darah O pada saat ditetesi serum α tidak menggumpal
dan pada saat ditetesi serum β tidak menggumpal pula. Individu dapat
dikatakan bergolongan AB apabila di dalam sel darah seseorang tidak
terdapat aglutinogen dan menghasilkan aglutinin α dan β.
Donor Resipien
A (aglutinogen A, Aglutinin β)
O B (aglutinogen B, aglutinin α)
(Aglutinogen -, AB (aglutinogen Adan B, aglunin -)
Aglutinin α dan β) O (aglutinogen -, aglutinin α dan β)
Keterangan :
Donor : yang diperhatikan aglutinogennya
Resipien : yang diperhatikan aglutininnya
Penggumpalan darah tidak terjadi apabila Aglutinogen A dan B bertemu
dengan Aglutinin α (anti-A) dan Aglutinin β (anti-B) golongan darah A
mendonorkan darahnya pada individu yang bergolongan darah A, B, AB,
dan O tetapi AB dapat menerima dari golongan darah O saja. Itu
sebabnya mengapa golongan darah O disebut sebagai donor universal.
6. Kandungan dalam Serum α, β, dan αβ
Membran eritrosit mengandung dua antigen yaitu antigen A dan
antigen B. Antigen ini pada umumnya disebut aglutinogen. Sebaliknya,
antigen yang terdapat dalam plasma akan bereaksi pada antigen A atau
antigen B yang akan menyebabkan aglutinin. Ada dua macam aglutinin
yaitu aglutinin a (anti – A) dan aglutini b (anti – B).
Aglutinin A mempunyai enzim glikosil transferase yang
mengandung asetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan
aglutinogen B mengandung enzim galaktosa pada rangka
glikoproteinnya. Aglutinogen AB adalah golongan yang memiliki kedua
jenis enzim tersebut.
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Metode Penelitian
Praktikum yang berjudul “Penentuan golongan darah dan apusan
darah” menggunakan metode pengamatan yaitu pada penentuan golongan
darah dan apusan darah melalui pengambilan sampel darah untuk diamati.
Pada proses pengamatan penentuan golongan darah menggunakan mata
telanjang sedangkan untuk apusan darah menggunakan mikroskop
B. Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum Penentuan Golongan darah dan Apusan darah
dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Februari 2019 pukul 09.30-12.00 WIB
di Laboratorium IPA Gedung C12 Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
C. Alat dan Bahan :
1. Penentuan Golongan Darah
a) Alat :
1) Jarum lanset 4 buah
2) Kaca preparat 4 buah
3) Lidi 1 buah
b) Bahan
1) Alkohol 70 % 15 mL
2) Kapas steril 1 lembar
3) Kertas tisu 1 lembar
4) Reagen anti A, B dan AB 5 mL
5) Sampel darah 12 tetes
2. Apusan Darah
a) Alat
1) Jarum lanset 4 buah
2) Kaca benda 6 buah
3) Pipet tetes 1 buah
4) Mikroskop elektrik 1 buah
b) Bahan
1) Alkohol 70% 15 mL
2) Kapas steril 1 lembar
3) Kertas tisu 1 lembar
4) Pewarna Giemsa3% 10 mL
5) Methanol absolut 10 mL
6) Sampel Darah 4 tetes
D. Langkah Percobaan
1. Penentuan Golongan Darah
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Membersihkan kaca benda menggunakan alkohol 70%
c. Menusukkan ujung langset pada jari dan menekan ujung jari tersebut
sehingga keluar darah yang akan digunakan sebagai sampel
d. Menempatkan tetesan darah pada kaca benda di tiga tempat yang
berbeda
e. Meneteskan serum alfa pada sampel darah yang pertama kemudian
diaduk menggunakan lidi
f. Mengulangi langkah poin e untuk penetesan serum beta dan alfa-beta
g. Mengamati perubahan warna
2. Apusan Darah
a. Menyiapkan semua alat dan bahan.
b. Membersihkan kaca benda dengan menggunakan alkohol 70 atau
90% dan mengeringkannya.
c. Mengambil sampel darah dengan menggunakan jarum laset
(biasanya jari tengah atau jari manis). Sebelum itu, jari dibersihkan
dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi alkohol 70%.
d. Menusuk ujung jari dengan jarum lanset.

e. Membersihkan darah yang keluar pertama kali dengan menggunakan


kertas tisu.
f. Menyentuhkan tetesan darah berikutnya pada kaca benda (1 cm dari
ujung). Ini diulang pada beberapa kaca benda yang lain. Jika darah
tidak keluar, jari hendaknya dipencet.
g. Untuk membuat apusan, kaca benda lain diperlukan; meletakkan
kaca benda (yang ada tetesan darahnya) dan kaca benda lain dengan
sudut 45o satu sama lain. Ujung kaca benda yang bersih menyentuh
sample darah dan menekannya; menarik kaca benda tersebut sedikit
ke belakang, kemudian mendorongnya ke depan hingga terbentuk
lapisan darah yang tipis sebagaimana diperlihatkan pada gambar
berikut.

h. Mengeringkan lapisan darah (blood smear) dengan cara mengangin-


anginkannya.
i. Setelah kering, lapisan darah ditetesi dengan metanol absolut dua
hingga tiga tetes dan ditunggu selama 5 menit. Jika belum kering,
bisa dengan mengering-anginkan.
j. Meneteskan pewarna Giemsa 3% sebanyak dua hingga tiga tetes dan
menunggunya hingga 30 menit.
k. Mencuci sediaan dengan menggunakan air mengalir (dapat
dilakukan dengan pipet agar aliran tidak terlalu deras).
l. Kemudian sediaan dikering-anginkan kembali sehingga sediaan siap
diamati dengan mikroskop.

E. Alur percobaan
a. Penentuan Golongan Darah

Darah
 Diambil menggunakan jarum lancet
 Diteteskan ke plat tetes di tiga tempat yang
berbeda
 Ditetesi serum alfa, kemudian diaduk dengan lidi
 Dilakukan cara yang sama untuk penetesan serum
beta dan alfa-beta
 Diamati perubahan warna yang terjadi

Hasil
b. Apusan Darah
Darah
 Diambil dengan menusukkan jarum lancet ke jari
tengah/manis.
 Diteteskan pada dua buah kaca benda berbeda
yang sudah dibersihkan menggunakan alkohol.
 Ditutup dengan kaca benda lain dengan sudut 45 o
satu sama lain. Kaca ditariksedikit kebelakang
kemudian didorong kedepan.
Lapisan darah
(blood smear)
 Diangin-anginkan hingga kering.
 Ditetesi dengan metanol absolut dua hingga tingga
tetes dan ditunggu selama 5 menit.
 Ditetesi pewarna Giemsa 3% sebanyak dua hingga
tiga tetes dan ditunggu hingga 30 menit.
 Dicuci menggunakan air mengalir dengan pipet.
 Diangin-anginkan. Kemudian diamati bentuk tiap
sel darah menggunakan mikroskop.

Hasil
BAB IV
DATA DAN ANALISIS

A. Data
Tabel 4.1 Tabel pengamatan Penentuan Golongan Darah

No Sampel Darah Gambar Keterangan


1. Nurul O Tidak menggumpal di
semua serum
2. Ilmi B Menggumpal pada serum
beta dan alfa-beta
3. Ericha O Tidak menggumpal di
semua serum
4. Mirza B Menggumpal pada serum
beta dan alfa-beta

Tabel 4.2 Tabel pengamatan Apusan Darah

No. Sampel Gambar Keterangan


Darah

1 Mirza Perbesaran : 40x10


3 2
Roma = 400 x
1. Leukosit (Sel
Apsari
darah putih)
2. Keping Darah
(Trombosit)
3. Eritrosit (Sel
darah merah)

B. Analisis
Pada penentuan golongan darah setelah dilakukan penetesan serum α,
serum β, dan serum αβ maka diperoleh hasil demikian : Nurul mempunyai
golongan darah O karena tidak menggumpal di serum α, serum β, dan serum
αβ. Sedangkan Ilmi mempunyai golongan darah B karena menggumpal pada
serum β dan serum αβ. Ericha mempunyai golongan darah O karena tidak
menggumpal di serum α, serum β, dan serum αβ. Sedangkan Mirza
mempunyai golongan darah B karena menggumpal pada serum β dan serum
αβ.
Pada pembuatan apusan darah setelah dilakukan penetesan metil alkohol
dan pemberian pewarna giemsa 3% diperoleh hasil pada salah satu sampel
darah yaitu terlihat sel darah merah (Eritrosit) yang bulat, tidak berinti dan
agak bening transparan, sel darah putih (Leukosit) dengan inti yang berwarna
keunguan dalam jenis limfosit, ditemukan juga trombosit (keping darah) yang
berbentuk seperti kepingan-kepingan sitoplasma berukuran sangat kecil terlihat
seperti titik atau bercak yang berada di luar sel dan berwarna ungu. dan pada
pengamatan tersebut tidak ditemukan basofil,eisonofil,monosit karena sel
darah masih banyak yang bergerombol dan saling bertumbuk
C. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, golongan darah seseorang
dapat ditentukan dengan melihat zat antigen yang terdapat pada sel darah
merah dan plasma darah. Antigen ini berfungsi sebagai tanda pengenal sel
tubuh yang mana dapat membedakan sel tubuh sendiri dan sel yang berasal
dari luar tubuh.
Mekanisme penggumpalan darah setelah ditetesi serum α, serum β, dan
serum αβ adalah sebagai berikut. Nurul dan Ericha dikatakan bergolongan
darah O karena sel darahnya tidak terdapat aglutinogen sehingga darahnya
dapat membuat aglutinin anti-A dan aglutinin anti-B dengan kata lain tidak
menggumpal. Sedangkan Ilmi dan Mirza bergolongan darah B yang mana
darahnya menggumpal atau dengan kata lain mengalami aglutinasi setelah
diberi serum β (anti-B). Aglutinasi terjadi karena di dalam sel darah tersebut
mengandung aglutinogen B dan dapat membuat aglutinin anti-A.
Aglutinin A mempunyai enzim glikosil transferase yang mengandung
asetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen B
mengandung enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya. Aglutinogen AB
adalah golongan yang memiliki kedua jenis enzim tersebut.
Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu: golongan darah A
dimana golongan darah A mempunyai antigen A dan anti - B, golongan darah
B yaitu golongan darah yang memiliki antigen B dan anti A, golongan darah
O golongan darah yang memiliki antibodi tetapi tidak memiliki antigen, dan
golongan darah AB golongan darah yang memiliki antigen tetapi tidak
memiliki antibodi (Oktari, 2016: 49). Pembagian golongan darah sistem ABO
didasarkan pada adanya perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin
(antibodi) yang terkandung dalam darah (Tenriawaru, 2016: 42).
Berdasarkan percobaan apusan darah yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa apusan darah tepi mampu menilai morfologi sel (eritrosit,
leukosit, trombosit), menentukan jumlah dan jenis leukosit, mengestimasi
jumlah trombosit dan mengidentifikasi adanya parasit (Ardina,2018). Hasil
pewarnaan pada sediaan apus darah manusia : eritrosit berwarna merah muda,
nukleus leukosit bewarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma leukosit bewarna
sangat ungu muda, granula dari leukosit eosinofil bewarna ungu tua, granula
dari elukosoit neutrofil dan leukosit basofit ungu muda. Menurut pengalaman
di laboratorium Biologi UGM, sediaan oles dengan pewarnaan tersebut dapat
bertahan 2-5 tahun (Suntoro, 1983).

Menurut Sloane (2003), eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya


bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm. Eritrosit
terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini
elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler
(pembuluh darah terkecil).

Sel darah putih (Leukosit) jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan


sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis
utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme
utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibodi.
Dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula
sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit
sedangkan sel tanpa granula disebut agranulosit.
Menurut Junquiera (1997) Plantelet (Trombosit) merupakan partikel yang
menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah merah atau sel
darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk
menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami
perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan,
trombosit akan melekat satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk
sumbatan yang membantu menutup pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan. Pada saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang
membantu mempermudah pembekuan.

Setelah dilakukan percobaan apusan darah dengan perbesaran 400 x telah


berhasil ditemukan sel darah merah (Eritrosit),keping darah (Trombosit) dan
sel darah putih (leukosit). Pada sel darah merah ditemukan ukuran eritrosit
yang kecil ,berbentuk bulat bikonkaf tidak berinti, dan berwarna ungu bening.
Warna ungu ini akibat pewarnaan dengan giemsa, sehingga warna darah yang
semula merah, setelah diamati di mikroskop berubah menjadi ungu. Hal ini
sesuai dengan literatur yaitu eritrosit berbentuk cakram bikonkaf atau cakram
pipih, sel tidak berinti dan tidak punya organel seperti sel-sel lain. Eritrosit
berukuran sekitar 7,5µm dan bagian pusat lebih tipis dan lebih terang dari
bagian tepinya. Selain itu, eritrosit mengandung hemoglobin yang berfungsi
untuk mentransport O2 (Dikaamelia, 2008).
Pada sel darah putih juga ditemukan, inti yang berwarna keunguan dalam
jenis limfosit dimana menurut Efendi (2003) limfosit merupakan sel utama
pada sistem getah bening yang berbentuk sferis, berukuran yang relatif lebih
kecil daripada makrofag dan neutrofil. Selain itu, limfosit bergaris tengah 6-8
µm, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar, bulat sedikit
cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan kandungan basofilik dan
azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat digolongkan berdasarkan asal,
struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat imunologisnya,
siklus hidup dan fungsi.
Pada apusan darah tersebut juga ditemukan trombosit (Keping darah)
dengan ciri yaitu berbentuk seperti kepingan-kepingan sitoplasma berukuran
sangat kecil terlihat seperti titik atau bercak yang berada di luar sel dan
berwarna ungu seperti apa yang dijelaskan oleh Junquiera (1997) Plantelet
(Trombosit) merupakan partikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih
kecil daripada sel darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari
mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit
berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami
pengaktivan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada pengamatan golongan darah didapatkan hasil bahwa


a. Untuk menentukan golongan darah seseorang yaitu dengan melihat ada
atau tidaknya zat antigen pada sel darah merah dan plasma darah.
Antigen berfungsi seperti tanda pengenalan sel tubuh supaya tubuh
bisa membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar
tubuh. Jika sel dengan antigen yang berlawanan masuk ke dalam
tubuh, maka sistem kekebalan tubuh akan memulai perlawanan
terhadap sel yang dianggap asing tersebut dengan memproduksi
antibodi. Sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan
menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat
dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari
beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui
bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi adalah adanya reaksi
antigen antibodi.
b. Melalui dasar inilah, seseorang dapat menentukan golongan darah
yang dimilikinya melalui pemberian serum α, β, dan αβ dimana :
a. Golongan darah A pada saat ditetesi serum α menggumpal dan
pada saat ditetesi serum β tidak menggumpal
b. Golongan darah B pada saat ditetesi serum α tidak menggumpal
dan pada saat ditetesi serum β menggumpal
c. Golongan darah AB pada saat ditetesi serum α menggumpal dan
pada saat ditetesi serum β menggumpal pula
d. Golongan darah O pada saat ditetesi serum α tidak menggumpal
dan pada saat ditetesi serum β tidak menggumpal pula
2. Pada Pengamatan apusan darah didapatkan hasil bahwa
a. Pembuatan sediaan apus darah dilakukan dengan menggunakan
bahan darah segar yang berasal dari kapiler. Pada praktikum ini
digunakan sampel darah Mirza. Pertama praktikan mengambil
darah dari ujung jari telunjuk tangan kiri menggunakan blood
lancet atau slat suntik. Setelah itu praktikan menaruhnya ke kaca
objek. Kemudian menyentuhkan kaca penutup ke tetesan darah
hingga darah melebar. Selanjutnya membentuk sudut 30-400
dengan kaca penutup, lalu digerakkan ke kiri membentuk apusan
darah yang tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal karena jika
terlalu tebal maka saat pengamatan di bawah mikroskop akan
terlihat tidak jelas karena sel darah bertumpuk . Pewarnaan preparat
menggunakan larutan giemsa harus ditunggu sampai kering
terlebih dahulu baru dicuci dengan air mengalir sebab apabila
belum kering tetapi sudah dicuci maka ketika diamati
menggunakan mikroskop maka darah akan terlihat menggumpal.
Eritrosit yang diamati berbentuk butiran-butiran kecil berwarna
merah dalam jumlah yang banyak dan pada bagian tengahnya
seperti terdapat lekukan.

b. Pada praktikum apusan darah yang tampak bagian eritrosit (sel


darah merah), Leukosit (Sel darah putih) dan Trombosit (Keping
darah. Sel darah merah merupakan salah satu komponen darah
yang berbentuk padat, ukuran partikelnya sangat kecil yang
mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen.
Eritrosit tampak berdiri sendiri dan berada dalam sebuh cairan
yang disebut dengan plasma darah yaitu cairan tempat seluruh sel-
sel darah. Untuk sel darah putih diantaranya ditemukan limfosit
dengan inti yang berwarna keunguan ditemukan juga trombosit
(keping darah) yang berbentuk seperti kepingan-kepingan
sitoplasma berukuran sangat kecil terlihat seperti titik atau bercak
yang berada di luar sel dan berwarna ungu.

B. Saran
Sebaiknya saat praktikan melakukan pengamatan penentuan golongan darah
dengan proses meneteskan serum harus lebih berhati-hati agar serum tidak
tercampur dan untuk apusan darah sebaiknya praktikan mengapus setipis
mungkin sehingga komponen sel di dalam darah yang ingin diamati dapat
terlihat
DAFTAR PUSTAKA

Ardina, Rinny dan Rosalinda, Sherly. 2018. “Morfologi Eosinofil pada


Apusan Darah Tepi Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright, dan
Kombinasi Wright-Giemsa”. Jurnal Surya Medika.
Frandson, 1992. Anatomi dan fisiologi ternak. Gadjah mada university
press.yogyakarta.
Kadaryanto, S.Pd. dkk, 2007. Biologi 3 Megungkap rahasia alam
kehidupan. Yudhistira. Jakarta.
Kadaryanto, S.Pd. dkk, 2004. Biologi 2 Megungkap rahasia alam
kehidupan. Yudhistira. Jakarta.
Kelley, R., 1995. Histologi dasar . EGC. Jakarta.
Oktari, Anita dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide Dengan Reagen Serum Golongan darah A, B, O.Jurnal
Teknologi Laboratorium.Vol. 5 No. 2: 49–50. Bandung: Sekolah
Tinggi Analis Bakti Asih
Pearce, E.,2004. Anatomi dan fisiologi manusia untuk paramedis.
Gramedia pustaka utama.jakarta.
Tenriawaru, E.P dkk. 2016. “Analisis Korelasi Antara Golongan Darah
Tipe ABO Dengan Modalitas Dan Gaya Belajar Mahasiswa”. Jurnal
Dinamika. Vol. 7 No. 1: 42. Palopo: Universitas Cokroaminoto
Palopo
Tim Anatomi Fisiologi Hewan. 2019. Penuntun Praktikum Anatomi,
Fisiologi Hewan. Unesa: Unipress
Wati, Novi Sulistia dan Firdaus, Yusra (Ed.). 2018. “Kenapa, Sih, Kita
Perlu Tahu Golongan Darah Diri Sendiri?”. Artikel Online. (Diakses
dalam https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/perlu-tahu-
golongan-darah-sendiri/ pada Sabtu, 16 Februari 2019)
DOKUMENTASI

Gambar 1. Menyiapkan alat dan bahan. Gambar 2. Menusukkan jarum lanset


pada jari yang suudah
dibersihkan.

Gambar 3. Menekan jari agar darah Gambar 4. Mengaduk sampel darah


keluar ke kaca benda agar bercampur dengan
serum.

Gambar 5. Hasil sampel penggolongan Gambar 6. Penampang preparat apusan


golongan darah dan preparat apusan darah perbesaran 1000x

Anda mungkin juga menyukai