Anda di halaman 1dari 26

PEMERIKSAAN DAN PERHITUNGAN DARAH

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Disusun Oleh:
Kelompok 1B
NAMA NIM
Erin Maytari 1807025052

LABORATORIUM FISIOLOGI PERKEMBANGAN DAN


MOLEKULER HEWAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah memiliki peran yang sangat penting di dalam tubuh makhluk hidup.
Darah merupakan suatu cairan yang mengalir di dalam tubuh, yaitu di dalam
pembuluh darah. Golongan darah seseorang sangat penting untuk diketahui, salah
satunya adalah untuk kebutuhan transfusi darah kepada seseorang yang
membutuhkan darah tersebut sesuai dengan golongan darahnya (Oktari, 2016).
Sistem golongan darah merupakan suatu sistem pengelompokkan golongan
darah seseorang yang didasarkan pada jenis antigen yang dimiliki oleh darah
seseorang tersebut. Antigen yang terdapat dalam darah manusia tersebut paling
sedikit sebanyak 48 jenis. Antigen itulah yang akan menjadi dasar pada
penggolongan darah manusia. Pada pembagian atau penggolongan darah dengan
sistem ABO yang didasarkan pada adanya perbedaan antigen atau aglutinogennya
dan aglutinin atau antibodinya yang terdapat di dalam darah tersebut (Tenriawaru,
2016).
Darah memiliki struktur dan komposisi antara lain adalah plasma darah,
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping-
keping darah). Plasma darah merupakan bagian dari darah yang tampak berwarna
kekuningan serta mengandung faktor koagulasi. Faktor koagulasi tersebut yang
berperan dalam proses pembekuan darah. Eritrosit (sel darah merah) merupakan
sel darah yang berperan dalam proses pengangkutan zat-zat makanan dan juga
oksigen serta karbondioksida ke seluruh tubuh, dan juga mengangkut zat-zat sisa
metabolisme. Leukosit (sel darah putih) merupakan sel darah yang memiliki peran
dalam sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit (sistem imun). Sedangkan
trombosit (keping-keping darah) merupakan bagian dari darah yang berperan
dalam proses pembekuan darah. Proses pembekuan darah sangat penting apabila
terjadi luka pada tubuh, sehingga darah berhenti mengalir dan tidak terjadi
kekurangan darah (Suryo, 1997).
Oleh karena itu, dilakukannya percobaan ini antara lain adalah untuk
mengetahui penggolongan darah dengan sistem ABO dengan menggunakan darah
probandus, untuk mengetahui perbedaan antara golongan darah A, B, dan O saat
diberikan serum anti A dan serum anti B, untuk mengetahui cara menghitung
eritrosit, leukosit, serta trombosit pada darah probandus. Untuk mengetahui proses
pembekuan darah. Untuk mengetahui fungsi darah. Untuk mengetahui kelainan
pada darah. Untuk mengetahui fungsi alat, fungsi bahan dan fungsi perlakuan.

1.2 Tujuan Percobaan


Dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui penggolongan darah
sistem ABO, untuk mengetahui waktu darah probandus mengalami pembekuan,
dan untuk mengetahui jumlah eritrosit darah probandus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Darah merupakan cairan yang sangat penting di dalam tubuh. Peran darah
antara lain adalah: sebagai media transportasi sari-sari makanan maupun oksigen
dan karbondioksida, sebagai keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya agar
tetap berada di dalam tubuh, serta sebagai pemelihara keseimbangan cairan dalam
tubuh. Sel darah merah berperan dalam proses pengangkutan. Sel darah putih
berperan dalam sistem imun tubuh, antara lain melawan kuman ataupun materi
asing yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan trombosit merupakan keeping-
keping darah yang berperan dalam penggumpalan darah pada saat terjadi luka
(Hilman et al, 2005).
Darah adalah cairan yang terdapat di dalam tubuh tepatnya berada di dalam
pembuluh darah, dimana darah terdiri dari plasma darah dan sel darah. Di dalam
tubuh, terdapat plasma darah sebanyak 55%, sedangkan sel darah sebanyak 45%.
Sel darah sendiri terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih),
dan juga trombosit (keeping-keping darah). Darah memiliki tekanan osmotic
sebesar 28 mmHg, pH sebesar 7,0-7,8, dan juga viskositas pada suhu 37 derajat
Celcius sebesar 1,7 (Pearce, 2006).
Darah memiliki fungsi antara lain adalah sebagai berikut:
- Sebagai pengangkut oksigen dari sistem pernapasan
- Sebagai alat transportasi yang membawa zat-zat makanan dari sistem
pencernaan
- Sebagai pengatur keseimbangan asam dan basa, untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada jaringan tubuh
- Sebagai pengangkut hasil metabolisme tubuh
- Sebagai pemelihara keseimbangan cairan yang berada di dalam tubuh
- Sebagai pengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran
- Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit serta infeksi kuman
(sebagai antibodi)
(Suryo, 1997)
Sistem golongan darah pada manusia terdapat 3 jenis, yaitu sistem golongan
darah ABO, sistem golongan darah MN, serta sistem shesus (Rh). Dimana ketiga
sistem penggolongan darah tersebut didasarkan pada adanya antigen (aglutinogen)
tertentu yang terdapat pada eritrosit (sel darah merah) dan juga zat anti
(agglutinin). Breinstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang) menyatakan bahwa
golongan darah pada manusia dikendalikan oleh sepasang gen (Oktari, 2016).
Pada penggolongan darah dengan sistem ABO, darah memiliki 4 golongan,
antara lain: golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O, dan juga
golongan darah AB. Dimana golongan darah A memiliki antigen A dan juga anti-
B. Golongan darah B memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah O sediri
memiliki antibody, akan tetapi tidak memiliki antigen. Sedangkan golongan darah
AB memiliki antigen, akan tetapi tidak memiliki antibodi (Oktari, 2016).
Penggolongan darah dengan sistem MN yang merupakan jenis darah. Jenis
darah berbeda dengan golongan darah, dimana jenis darah biasanya tidak berperan
dalam transfuse darah dikarenakan tidak akan menyebabkan masalah transfusi
darah antara darah yang berbeda jenisnya selama memiliki golongan darah yang
sama dan juga mengikuti aturan transfusi darah. Adapun 3 jenis darah yang
terdapat pada sistem MN, antara lain adalah sebagai berikut:
- Jenis M, mengandung antigen M
- Jenis N, mengandung antigen N
- Jenis MN, mengandung antigen M dan juga antigen N
(Waluyo, 2006)
Sistem rhesus (Rh) pertama kali ditemukan pada suatu jenis kera, yaitu Macaca
rhesus pada tahun 1940, yang ditemukan oleh K. Landsteiner dan Weiner. Pada
sistem rhesus, antigen ditemukan pada sel darah merah atau eritrositnya. Sistem
rhesus ini juga dapat digunakan dan diterapkan pada manusia karena manusia juga
memiliki rhesus. Seseorang yang memiliki antigen rhesus, maka seseorang
tersebut memiliki rhesus positif (Rh+), sedangkan seseorang yang tidak memiliki
antigen rhesus, maka seseotang tersebut memiliki rhesus negative (Rh-). Sistem
rhesus ini dikendalikan oleh alel Rh dan rh, dimana alel Rh bersifat dominan
terhadap alel rh (Waluyo, 2006).
Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama dari sel-sel darah sendiri.
Eritrosit memiliki ciri-ciri antara lain, yakni berwarna merah dengan bentuk
melingkar, pipih, dan cakram bikonkaf; memiliki diameter kurang dari 0,01 mm;
sel eritrosit yang telah matang tidak memiliki nucleus atau inti sel; serta elastis.
Pada eritrosit terdapat hemoglobin, yaitu suatu protein yang mengandung senyawa
besi hemin yang memiliki daya untuk mengikat oksigen dan juga karbondioksida.
Haemoglobin berwarna merah. Eritrosit berasal dari sel induk darah dan juga
berasal dari sum-sum tulang merah. Eritrosit yang telah matang akan kehilangan
nucleus atau inti sel nya dan akan memperoleh molekul Hb. Eritrosit memiliki
umur sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah (eritrosit) yang mati tersebut akan
dihancurkan di dalam hati/limpa dan setelah itu ditelan oleh makrofag (Suryo,
1997).
Sel darah putih (leukosit) merupakan sel darah yang tidak berwarna, tidak
memiliki Hb atau kehilangan Hb, memiliki nucleus atau inti sel, bentuknya dapat
berubah, serta dapat bergerak. Perbandingan antara sel darah putih (leukosit)
dengan sel darah merah (eritrosit) adalah 1:700. Leukosit mempunyai fungsi
utama, yakni berperan sebagai pertahanan tubuh dengan memakan kuman
penyakit maupun benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan juga ebagai
pengankut zat lemak. Sel darah putih (leukosit) dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan sel darah putih (leukosit) yang
memiliki nucleus atau inti sel yang banyak dan bersifat fagosit. Sedangkan
agranulosit merupakan sel darah putih (leukosit) yang hanya mengandung nucleus
(inti sel) tetapi tidak semuanya bersifat fagosit (Suryo, 1997).
Keping darah atau trombosit merupakan bagian dari darah yang bentuknya
tidak beraturan, tidak, berwarna, tidak berinti, dan berukuran kecil. Trombosit
atau keping darah berasal dari haril fragmentasi sel megakariosit yang berada pada
sumsum tulang merah. Manusia setiap harinya memproduksi sekitar 200 miliar
keping darah atau trombosit. Trombosit yang tekandung pada darah yaitu sekitar
150-300 ribu/mm3 (Suryo, 1997).
Antikoagulan atau antikoagulasi merupakan suatu bahan yang digunakan untuk
mencegah maupun menghentikan proses pembekuan darah yang sedang terjadi.
Antikoagulan yang sering digunakan antara lain adalah heparin, natrium sitrat,
EDTA (Ethylen Diamin Tetra Acetat), dan juga campuran antara ammonium
oxalate dan kalsium oxalate. Antikoagulan pada darah berfungsi mengikat ion
kalsium sehingga dapat menyebabkan terhambatnya proses koagulasi (Subiyono,
2016).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Hewan mengenai “Pemeriksaan Gologan Darah Sistem
ABO” dilakukan pada hari Rabu tanggal 2 Oktober 2019 pada pukul 10.00-12.00
WITA. Pada praktikum “Perhitungan Darah” dilakukan pada hari Rabu 9
Oktober 2019 pada pukul 10.00-12.00 WITA, bertempat di Laboratorium
Fisiologi Pengembangan dan Molekuler Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah gelas benda,
mikroskop, jarum Francke atau autoklik, cawan petri, pipet hisap, bilik hitung
thoma (Double Improved Neubauer), kamera, mikropipet, dan stopwatch.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah kit
testserum (serum anti A dan serum anti B, Anti Serum AB), alkohol 70%,
kapas, larutan Turk, larutan Hayem, larutan Rees Ecker, dan tisu basah.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Penentuan Golongan darah Sistem ABO
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan ujung jari probandus
dengan menggunakan alkohol 70%. Kemudian setelah agak kering, ditusuk
ujung jari probandus dengan autoklik. Lalu diteteskan darah yang keluar pada
gelas benda pada 3 tempat. Ditetesi segera dengan antiserum A dan antiserum B
dan anti serum AB pada masing-masing. Lalu diaduk dengan gerakan memutar
menggunakan tusuk gigi. Kemudian diamati apakah terjadi aglutinasi atau tidak.
Lalu ditentukan golongan darah probandus berdasarkan uji yang dilakukan.
3.3.2 Penentuan Jumlah Leukosit
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan ujung jari probandus
dengan menggunakan alkohol 70%. Kemudian setelah kering, ditusuk ujung jari
probandus dengan autoklik tegak lurus dengan sidik jari. Dibuang tetes darah
yang pertama keluar dengan menggunakan kapas kering. Kemudian ditekan
ujung jari probandus agar darah keluar dan diisi pipet leukosit sampai angka 0,5.
Lalu dimasukkan ujung pipet ke dalam larutan Turk sambil menahan darah agar
tetap pada angka 0,5. Dihisap larutan Turk sampai garis 11. Diangkat pipet dari
cairan dan ditutup dengan ujung jari, lalu dilepaskan karet penghisap. Kemudian
disiapkan bilik hitung thoma beserta kaca penutupnya dengan terpasang
mendatar diatas meja. Kemudian dikocok darah yang berada di dalam pipet
selama 3 menit terus-menerus, lalu diletakkan ujung pipet di permukaan bilik
hitung thoma, sehingga cairan darah dapat mengalir dengan sendirinya ke dalam
bilik hitung thoma. Dibiarkan 2-3 menit agar leukosit mengendap, kemudian
diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x10, kemudian
dihitung jumlah leukositnya.
3.3.3 Penentuan Jumlah Eritrosit
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan ujung jari probandus
dengan menggunakan alkohol 70%. Kemudian setelah kering, ditusuk ujung jari
probandus dengan autoklik tegak lurus dengan sidik jari. Kemudian ditekan
ujung jari probandus agar darah keluar dan diisi pipet leukosit sampai angka 0,5.
Lalu dimasukkan ujung pipet ke dalam larutan Hayem dan dihisap sampai garis
11. Diangkat pipet dari cairan dan ditutup dengan ujung jari, lalu dilepaskan
karet penghisap. Kemudian disiapkan bilik hitung thoma beserta kaca
penutupnya dengan terpasang mendatar diatas meja. Kemudian dikocok darah
yang berada di dalam pipet selama 3 menit terus-menerus, lalu diletakkan ujung
pipet di permukaan bilik hitung thoma, sehingga cairan darah dapat mengalir
dengan sendirinya ke dalam bilik hitung thoma. Dibiarkan 2-3 menit agar
leukosit mengendap, kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 40x10, kemudian dihitung jumlah eritrositnya.
3.3.4 Penentuan Jumlah Trombosit
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan ujung jari probandus
dengan menggunakan alkohol 70%. Kemudian setelah kering, ditusuk ujung jari
probandus dengan autoklik tegak lurus dengan sidik jari. Dihisap darah sampai
garis 0,5 dan larutan Rees ecker sampai tanda 11, kemudian dikocok segera
selama 3 menit dan diisi ke dalam bilik hitung thoma. Dibiarkan bilik hitung
thoma yang telah diisi ke dalam cawna petri yang telah diisi dengan tisu basah
selama 10 menit agar trombosit mengendap. Kemudian diamati dengan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x10. Digunakan langkah
perhitungan eritrosit. Kemudian dihitung jumlah trombosit dalam bidang besar
ditengah-tengah (1 mm2) menggunakan perbesaran kuat.
3.3.5 Masa Pembekuan Darah
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan ujung jari probandus
dengan menggunakan alkohol 70%. Kemudian setelah kering, ditusuk ujung jari
probandus dengan autoklik tegak lurus dengan sidik jari hingga mengeluarkan
darah. Dihapus dua tetes darah pertama yang keluar, dua tetes berikutnya
berturut-turut diteteskan pada gelas benda. Pada saat ini dihidupkan stopwatch.
Setiap 30 detik tetesan darah pertama diangkat dan ditarik-tarik dengan
menggunakan tusuk gigi. Dicatat waktu yang diperlukan pada waktu mulai
terjadi benang-benang fibrin. Segera setelah terjadi tarikan benang fibrin,
ditarik-tarik pada tetesan kedua. Bila pada tetesan kedua belum terjadi benang-
benang fibrin, diteruskan tarikan setiap 30 detik. Dihitung waktu yang
dibutuhkan darah untuk mengalami pembekuan (koagulasi) dengan membentuk
benang-benang fibrin.
3.3.6 Masa Pendarahan
Dibersihkan ujung jari probandus dengan menggunakan alcohol 70%,
kemudian ditusuk jari tersebut hingga mengeluarkan darah. Dihidupkan
stopwatch. Dihisap darah yang keluar dengan menggunakan kertas tisu. Setiap
30 detik darah dihisap kembali dengan tisu, hingga darah tidak dapat dihisap
lagi, kemudian stopwatch dimatikan.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan


Berdasarkan dari hasil yang telah didapat pada percobaan pemeriksaan dan
perhitungan darah antara lain adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Golongan Darah
No. Probandus Gol. A Gol. B Gol. O Gol. AB
1 Muhammad Ezra Al-Hasbi √
2 Julinri Saso’ √
3 Muhammad Hafidz √
Rulimada
4 Mery Feronica √
5 Nurlatifah Yusnita √
6 Dea Aulia Frazha √
7 Febri Ariyanto √
8 Karisma Dewi √

Tabel 4.1.2 Tabel Penguji Sampel Perhitungan Darah


No. Nama Jenis Berat Umur Jumlah Rata-Rata
Kelamin Badan Eritrosit, Eritrosit,
(kg) Leukosit, Leukosit,
Trombosit Trombosit
1 Fasya Fadhila P 45 19 Eritrosit: Eritrosit:
175 1.750.000/mm3
2 M. H. L 45 19 Leukosit: Leukosit:
Rulimada 41 2050/mm3
3 Hernanda S P 55 19 Trombosit: Trombosit:
10 20.000/mm3
4 Karisma Dewi P 59 19 Leukosit: Leukosit:
224 11.200/mm3
Perhitungan:
Jumlah eritrosit (Fasya Fadhila) = Jumlah eritrosit × 10.000
= 175 × 10.000
= 1.750.000/mm3
Jumlah leukosit (M. H. Rulimada) = jumlah leukosit hitung × 50
= 41 × 50
= 2.050/mm3
Jumlah trombosit (Hernanda S) = jumlah trombosit terhitung × 2000
= 10 × 2000
= 20.000/mm3
Jumlah leukosit (Karisma Dewi) = jumlah leukosit hitung × 50
= 224 × 50
= 11.200/mm3

Tabel 4.1.3 Tabel Pengamatan Waktu Koagulasi


No. Nama Waktu Koagulasi
10 s 20 s 30 s dst
1 Hernanda S 220 s

Tabel 4.1.4 Tabel Pengamatan Waktu Pendarahan


No. Nama Waktu
1 Hernanda S 32 s

4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, sampel darah milik Dea Aulia
Frazha dan Karisma Dewi diuji dengan serum anti A dan serum anti B, didapatkan
hasil yaitu terjadi penggumpalan pada darah yang diberi serum anti A, sedangkan
darah yang diberi serum anti B tidak menggumpal. Maka dapat disimpulkan
bahwa golongan darah keduanya adalah A. Eritrositnya mengandung antigen A
dan plasma darahnya mengandung zat anti B. Sampel darah milik Muhammad
Ezra Al-Hasbi dan Muhammad Hafidz Rulimada diuji dengan serum anti A dan
serum anti B, didapatkan hasil yaitu terjadi penggumpalan pada darah yang diberi
serum anti B, sedangkan darah yang diberi serum anti A tidak menggumpal. Maka
dapat disimpulkan bahwa golongan darah keduanya adalah B. Eritrositnya
mengandung antigen B dan plasma darahnya mengandung zat anti B. Sampel
darah milik Julinri Saso’, Mery Feronica, Nurlatifah Yusnita, dan Febri Ariyanto
diuji dengan serum anti A dan serum anti B, didapatkan hasil yaitu tidak terjadi
penggumpalan pada darah yang diberi serum anti A maupun serum anti B. Maka
dapat disimpulkan bahwa golongan darah mereka adalah O. Eritrositnya tidak
mengandung antigen dan plasma darahnya mengandung zat anti A dan zat anti B.
Sesuai dengan literatur (Oktari, 2016) yang menyatakan bahwa pada
penggolongan darah dengan sistem ABO, darah memiliki 4 golongan, antara lain:
golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O, dan juga golongan darah
AB. Dimana golongan darah A memiliki antigen A dan juga anti-B. Golongan
darah B memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah O sendiri memiliki
antibodi, akan tetapi tidak memiliki antigen. Sedangkan golongan darah AB
memiliki antigen, akan tetapi tidak memiliki antibodi.
Berdasarkan percobaan perhitungan eritrosit, leukosit, dan trombosit, pada
sampel darah Fasya Fadhila memiliki jumlah eritrosit 175 dengan rata-rata
1.750.000/mm3. Pada literatur (Chairlan, 2003) yang menyatakan bahwa
konsentrasi normal eritrosit setiap individu sekitar 4-5 x 106/mm3. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa, probandus mengalami kekurangan sel darah merah, karena
jumlah eritrositnya kurang dari 4 juta/mm3.
Pada sampel darah M. H. Rulimada memiliki jumlah leukosit 41 dengan rata-
rata 2050/mm3. Sedangkan sampel darah Karisma Dewi memiliki jumlah leukosit
sebanyak 224 dengan rata-rata 11.200/mm3. Pada literatur (Chairlan, 2003),
menyatakan bahwa konsentrasi normal leukosit setiap individu sekitar 4-13 x 103
/mm 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sampel darah M. H. Rulimada
mengalami kekurangan sel darah putih. Sedangkan pada sampel darah Karisma
Dewi memiliki jumlah leukosit yang normal.
Pada sampel darah Hernanda S memiliki jumlah trombosit 10 dengan rata-
rata 20.000/mm3. Pada literatur (Chairlan, 2003), menyatakan bahwa konsentrasi
normal trombosit setiap individu sekitar 150-450 x 103 /mm 3. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa probandus memiliki jumlah trombosit yang kurang dari
jumlah leukosit normal.
Berdasarkan percobaan perhitungan waktu koagulasi darah, pada sampel
darah Hernanda S dibutuhkan waktu 220 s untuk mengalami pembekuan darah.
Pada literatur (Poedjiaji, 1994) yang menyatakan bahwa kisaran waktu normal
koagulasi darah umumnya 2 menit hingga 5 menit. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa probandus memiliki waktu koagulasi yang normal yaitu sekitar 3 menit.
Berdasarkan percobaan perhitungan waktu pendarahan, pada sampel darah
Hernanda S memiliki waktu 32 detik untuk mengalami pendarahan. Pada literatur
(Frandson, 1992) yang menyatakan bahwa kisaran waktu pendarahan normal
secara umum adalah 200 detik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu
pendarahan probandus adalah normal.
Sistem golongan darah pada manusia didasarkan pada adanya antigen
(aglutinogen) tertentu yang terdapat pada eritrosit (sel darah merah) dan juga zat
anti (agglutinin) (Oktari, 2016).
Sistem penggolongan darah dengan ABO dapat dibagi menjadi 4 macam
golongan darah, yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O,
dan juga golongan darah AB. Dimana golongan darah A memiliki antigen A dan
juga anti-B. Golongan darah B memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah O
sediri memiliki antibody, akan tetapi tidak memiliki antigen. Sedangkan golongan
darah AB memiliki antigen, akan tetapi tidak memiliki antibodi (Rahman, 2019).
Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama dari sel-sel darah sendiri.
Eritrosit memiliki ciri-ciri antara lain, yakni berwarna merah dengan bentuk
melingkar, pipih, dan cakram bikonkaf; memiliki diameter kurang dari 0,01 mll;
sel eritrosit yang telah matang tidak memiliki nucleus atau inti sel; serta elastis.
Sel darah putih (leukosit) merupakan sel darah yang tidak berwarna, tidak
memiliki Hb atau kehilangan Hb, memiliki nucleus atau inti sel, bentuknya dapat
berubah, serta dapat bergerak. Keping darah atau trombosit merupakan bagian
dari darah yang bentuknya tidak beraturan, tidak, berwarna, tidak berinti, dan
berukuran kecil (Suryo, 1997).
Adapun faktor kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan kali ini adalah
sebagai berikut: kulit yang ditusuk masih basah dengan alkohol, sehingga darah
terencerkan dan darah akan melebar menyebabkan sulit dihisap ke dalam pipet;
terlalu kuat dalam menghisap darah dengan menggunakan pipet, sehingga terdapat
gelembung udara di dalam pipet.
Adapun fungsi alat yang digunakan pada percobaan kali ini antara lain:
- Gelas benda, untuk meneteskan darah yang akan diuji golongan darahnya
- Mikroskop, untuk mengamati dan menentukan jumlah eritrosit, leukosit, dan
trombosit darah
- Cawan petri, sebagai wadah larutan
- Haemositometer, untuk membantu menghitung sel darah
- Jarum Francke, untuk mengaduk sel darah dan mengambil darah probandus
dengan bantuan autoklik
- Autoklik, untuk mengambil darah probandus
- Pipet hisap, untuk memasukkan darah probandus ke dalam bilik hitung thoma
- Bilik hitung thoma (Double Improved Neubauer), untuk menghitung eritrosit,
leukosit, dan trombosit darah
- Pipet kapiler, untuk menghisap darah yang ada pada probandus
- Pipet thoma, sebagai pipet yang berhubungan langsung dengan darah
- Stopwatch, untuk menghitung waktu pembekuan dan pendarahan.
Adapun fungsi bahan yang digunakan pada percobaan kali ini antara lain:
- Kit testserum (serum anti A dan serum anti B), untuk menguji golongan darah
dengan sistem ABO
- Larutan turk, untuk menghilangkan sel darah selain leukosit
- Larutan hayem, untuk menghilangkan sel darah selain eritrosit
- Larutan rees ecker, untuk menghilangkan sel darah selain trombosit
- Alkohol 70%, untuk mensterilkan ujung jari probandus
- Kapas, untuk membersihkan ujung jari probandus
- Probandus, sebagai orang yang akan diambil darahnya
Adapun kelainan pada darah antara lain: anemia yang merupakan suau
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan sel darah merah. Leukopenia
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kondisi kekurangan sel
darah putih (Chairlan, 2003).
Seseorang memiliki kisaran waktu normal proses koagulasi darah atau
pembekuan darah umumnya adalah 2 menit hingga 5 menit. Sedangkan seseorang
memiliki kisaran waktu pendarahan normal secara umum adalah 200 detik
(Chairlan, 2003).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
olongan darah A memiliki antigen A dan juga anti-B. Golongan darah B
memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah O sediri memiliki
antibodi, akan tetapi tidak memiliki antigen. Sedangkan golongan darah
AB memiliki antigen, akan tetapi tidak memiliki antibody.
- Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkab hasil yaitu
pada percobaan perhitungan waktu koagulasi darah, pada sampel darah
Hernanda S dibutuhkan waktu 220 s untuk mengalami pembekuan darah.
- Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu
pada sampel darah Fasya Fadhila memiliki jumlah eritrosit 175 dengan
rata-rata 1.750.000/mm3.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya juga menggunakan sistem
penggolongan darah MN dan rhesus agar hasil data yang didapatkan lebih
bervariasi dan dapat dibandingkan dengan praktikum sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: UGM Press.


Hilman, R. 2005. Hematology in Clinical Practice 4th ed. New York: The
Washington Manual Hematology.
Oktari, A. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan
Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal Teknologi Laboratorium.
5(2): 49-50.
Pearce, C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Poedjiaji, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Rahman, I. 2019. Penentuan Golongan Darah Sistem ABO Dengan Serum dan
Reagen Anti Sera Metode Slide. Jurnal Gaster. 17(1): 83-84
Suryo. 1997. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Tenriawaru, E. 2016. Analisis Korelasi antara Golongan Darah Tipe ABO dengan
Modalitas dan Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal Dinamika. 7(1): 42.
Waluyo, J. 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember.
LAMPIRAN

1.1 Lampiran Laporan Sementara

Keterangan: (a) Laporan Sementara Hasil Pengamatan Golongan Darah


Probandus Dengan Sistem ABO
Keterangan: (b) Laporan Sementara Hasil Perhitungan Eritrosit, Leukosit,
Trombosit, Waktu Pembekuan Darah, dan Waktu Pendarahan.
1.2 Lampiran Alat dan Bahan
Keterangan: (a) autoklik (b) blood lancet (c) serum anti-AB (d) serum anti-A
(e) serum anti-B (f) object glass (g) bilik hitung thoma (h) alkohol 70% (i) larutan
reec ecker (j) larutan turk (k)larutan hayem (l) cawan petri (m) kapas (n)
mikroskop

1.3 Lampiran Cara Kerja


Pemeriksaan golongan darah sistem ABO

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


(g) (h)
Hitung leukosit

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h)
Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) diisi pipet darah kapiler sampai tepat angka 0,5 (d)
dimasukkan dan diisi larutan turk hingga sampai tanda garis 11 (e)
dihomogenkan (f) diisi bilik hitung (g) diamati dengan mikroskop (h) dihitung
jumlah leukosit
Hitung eritrosit

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g)
(h)
Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) diisi pipet darah kapiler sampai tepat angka 0,5 (d)
dimasukkan dan diisi larutan turk hingga sampai tanda garis 11 (e)
dihomogenkan (f) diisi bilik hitung (g) diamati dengan mikroskop (h) dihitung
jumlah eritrosit
Hitung trombosit

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g)
(h)
Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) diisi pipet darah kapiler sampai tepat angka 0,5 (d)
dimasukkan dan diisi larutan turk hingga sampai tanda garis 11 (e)
dihomogenkan (f) diisi bilik hitung (g) diamati dengan mikroskop (h) dihitung
jumlah trombosit
Pengamatan Waktu Pendarahan

(a) (b) (c)


[1] Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) dihitung waktu hingga darah berhenti mengalir

Pengamatan Waktu Koagulasi

(a) (b) (c)

(d)
Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) diteteskan pada object glass (d) ditarik-tarik
menggunakan penusuk hingga terbentuk benang fibrin

Anda mungkin juga menyukai