Disusun Oleh:
Kelompok 1B
NAMA NIM
Erin Maytari 1807025052
Darah merupakan cairan yang sangat penting di dalam tubuh. Peran darah
antara lain adalah: sebagai media transportasi sari-sari makanan maupun oksigen
dan karbondioksida, sebagai keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya agar
tetap berada di dalam tubuh, serta sebagai pemelihara keseimbangan cairan dalam
tubuh. Sel darah merah berperan dalam proses pengangkutan. Sel darah putih
berperan dalam sistem imun tubuh, antara lain melawan kuman ataupun materi
asing yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan trombosit merupakan keeping-
keping darah yang berperan dalam penggumpalan darah pada saat terjadi luka
(Hilman et al, 2005).
Darah adalah cairan yang terdapat di dalam tubuh tepatnya berada di dalam
pembuluh darah, dimana darah terdiri dari plasma darah dan sel darah. Di dalam
tubuh, terdapat plasma darah sebanyak 55%, sedangkan sel darah sebanyak 45%.
Sel darah sendiri terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih),
dan juga trombosit (keeping-keping darah). Darah memiliki tekanan osmotic
sebesar 28 mmHg, pH sebesar 7,0-7,8, dan juga viskositas pada suhu 37 derajat
Celcius sebesar 1,7 (Pearce, 2006).
Darah memiliki fungsi antara lain adalah sebagai berikut:
- Sebagai pengangkut oksigen dari sistem pernapasan
- Sebagai alat transportasi yang membawa zat-zat makanan dari sistem
pencernaan
- Sebagai pengatur keseimbangan asam dan basa, untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada jaringan tubuh
- Sebagai pengangkut hasil metabolisme tubuh
- Sebagai pemelihara keseimbangan cairan yang berada di dalam tubuh
- Sebagai pengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran
- Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit serta infeksi kuman
(sebagai antibodi)
(Suryo, 1997)
Sistem golongan darah pada manusia terdapat 3 jenis, yaitu sistem golongan
darah ABO, sistem golongan darah MN, serta sistem shesus (Rh). Dimana ketiga
sistem penggolongan darah tersebut didasarkan pada adanya antigen (aglutinogen)
tertentu yang terdapat pada eritrosit (sel darah merah) dan juga zat anti
(agglutinin). Breinstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang) menyatakan bahwa
golongan darah pada manusia dikendalikan oleh sepasang gen (Oktari, 2016).
Pada penggolongan darah dengan sistem ABO, darah memiliki 4 golongan,
antara lain: golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O, dan juga
golongan darah AB. Dimana golongan darah A memiliki antigen A dan juga anti-
B. Golongan darah B memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah O sediri
memiliki antibody, akan tetapi tidak memiliki antigen. Sedangkan golongan darah
AB memiliki antigen, akan tetapi tidak memiliki antibodi (Oktari, 2016).
Penggolongan darah dengan sistem MN yang merupakan jenis darah. Jenis
darah berbeda dengan golongan darah, dimana jenis darah biasanya tidak berperan
dalam transfuse darah dikarenakan tidak akan menyebabkan masalah transfusi
darah antara darah yang berbeda jenisnya selama memiliki golongan darah yang
sama dan juga mengikuti aturan transfusi darah. Adapun 3 jenis darah yang
terdapat pada sistem MN, antara lain adalah sebagai berikut:
- Jenis M, mengandung antigen M
- Jenis N, mengandung antigen N
- Jenis MN, mengandung antigen M dan juga antigen N
(Waluyo, 2006)
Sistem rhesus (Rh) pertama kali ditemukan pada suatu jenis kera, yaitu Macaca
rhesus pada tahun 1940, yang ditemukan oleh K. Landsteiner dan Weiner. Pada
sistem rhesus, antigen ditemukan pada sel darah merah atau eritrositnya. Sistem
rhesus ini juga dapat digunakan dan diterapkan pada manusia karena manusia juga
memiliki rhesus. Seseorang yang memiliki antigen rhesus, maka seseorang
tersebut memiliki rhesus positif (Rh+), sedangkan seseorang yang tidak memiliki
antigen rhesus, maka seseotang tersebut memiliki rhesus negative (Rh-). Sistem
rhesus ini dikendalikan oleh alel Rh dan rh, dimana alel Rh bersifat dominan
terhadap alel rh (Waluyo, 2006).
Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama dari sel-sel darah sendiri.
Eritrosit memiliki ciri-ciri antara lain, yakni berwarna merah dengan bentuk
melingkar, pipih, dan cakram bikonkaf; memiliki diameter kurang dari 0,01 mm;
sel eritrosit yang telah matang tidak memiliki nucleus atau inti sel; serta elastis.
Pada eritrosit terdapat hemoglobin, yaitu suatu protein yang mengandung senyawa
besi hemin yang memiliki daya untuk mengikat oksigen dan juga karbondioksida.
Haemoglobin berwarna merah. Eritrosit berasal dari sel induk darah dan juga
berasal dari sum-sum tulang merah. Eritrosit yang telah matang akan kehilangan
nucleus atau inti sel nya dan akan memperoleh molekul Hb. Eritrosit memiliki
umur sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah (eritrosit) yang mati tersebut akan
dihancurkan di dalam hati/limpa dan setelah itu ditelan oleh makrofag (Suryo,
1997).
Sel darah putih (leukosit) merupakan sel darah yang tidak berwarna, tidak
memiliki Hb atau kehilangan Hb, memiliki nucleus atau inti sel, bentuknya dapat
berubah, serta dapat bergerak. Perbandingan antara sel darah putih (leukosit)
dengan sel darah merah (eritrosit) adalah 1:700. Leukosit mempunyai fungsi
utama, yakni berperan sebagai pertahanan tubuh dengan memakan kuman
penyakit maupun benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan juga ebagai
pengankut zat lemak. Sel darah putih (leukosit) dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan sel darah putih (leukosit) yang
memiliki nucleus atau inti sel yang banyak dan bersifat fagosit. Sedangkan
agranulosit merupakan sel darah putih (leukosit) yang hanya mengandung nucleus
(inti sel) tetapi tidak semuanya bersifat fagosit (Suryo, 1997).
Keping darah atau trombosit merupakan bagian dari darah yang bentuknya
tidak beraturan, tidak, berwarna, tidak berinti, dan berukuran kecil. Trombosit
atau keping darah berasal dari haril fragmentasi sel megakariosit yang berada pada
sumsum tulang merah. Manusia setiap harinya memproduksi sekitar 200 miliar
keping darah atau trombosit. Trombosit yang tekandung pada darah yaitu sekitar
150-300 ribu/mm3 (Suryo, 1997).
Antikoagulan atau antikoagulasi merupakan suatu bahan yang digunakan untuk
mencegah maupun menghentikan proses pembekuan darah yang sedang terjadi.
Antikoagulan yang sering digunakan antara lain adalah heparin, natrium sitrat,
EDTA (Ethylen Diamin Tetra Acetat), dan juga campuran antara ammonium
oxalate dan kalsium oxalate. Antikoagulan pada darah berfungsi mengikat ion
kalsium sehingga dapat menyebabkan terhambatnya proses koagulasi (Subiyono,
2016).
BAB III
METODE PENELITIAN
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, sampel darah milik Dea Aulia
Frazha dan Karisma Dewi diuji dengan serum anti A dan serum anti B, didapatkan
hasil yaitu terjadi penggumpalan pada darah yang diberi serum anti A, sedangkan
darah yang diberi serum anti B tidak menggumpal. Maka dapat disimpulkan
bahwa golongan darah keduanya adalah A. Eritrositnya mengandung antigen A
dan plasma darahnya mengandung zat anti B. Sampel darah milik Muhammad
Ezra Al-Hasbi dan Muhammad Hafidz Rulimada diuji dengan serum anti A dan
serum anti B, didapatkan hasil yaitu terjadi penggumpalan pada darah yang diberi
serum anti B, sedangkan darah yang diberi serum anti A tidak menggumpal. Maka
dapat disimpulkan bahwa golongan darah keduanya adalah B. Eritrositnya
mengandung antigen B dan plasma darahnya mengandung zat anti B. Sampel
darah milik Julinri Saso’, Mery Feronica, Nurlatifah Yusnita, dan Febri Ariyanto
diuji dengan serum anti A dan serum anti B, didapatkan hasil yaitu tidak terjadi
penggumpalan pada darah yang diberi serum anti A maupun serum anti B. Maka
dapat disimpulkan bahwa golongan darah mereka adalah O. Eritrositnya tidak
mengandung antigen dan plasma darahnya mengandung zat anti A dan zat anti B.
Sesuai dengan literatur (Oktari, 2016) yang menyatakan bahwa pada
penggolongan darah dengan sistem ABO, darah memiliki 4 golongan, antara lain:
golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O, dan juga golongan darah
AB. Dimana golongan darah A memiliki antigen A dan juga anti-B. Golongan
darah B memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah O sendiri memiliki
antibodi, akan tetapi tidak memiliki antigen. Sedangkan golongan darah AB
memiliki antigen, akan tetapi tidak memiliki antibodi.
Berdasarkan percobaan perhitungan eritrosit, leukosit, dan trombosit, pada
sampel darah Fasya Fadhila memiliki jumlah eritrosit 175 dengan rata-rata
1.750.000/mm3. Pada literatur (Chairlan, 2003) yang menyatakan bahwa
konsentrasi normal eritrosit setiap individu sekitar 4-5 x 106/mm3. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa, probandus mengalami kekurangan sel darah merah, karena
jumlah eritrositnya kurang dari 4 juta/mm3.
Pada sampel darah M. H. Rulimada memiliki jumlah leukosit 41 dengan rata-
rata 2050/mm3. Sedangkan sampel darah Karisma Dewi memiliki jumlah leukosit
sebanyak 224 dengan rata-rata 11.200/mm3. Pada literatur (Chairlan, 2003),
menyatakan bahwa konsentrasi normal leukosit setiap individu sekitar 4-13 x 103
/mm 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sampel darah M. H. Rulimada
mengalami kekurangan sel darah putih. Sedangkan pada sampel darah Karisma
Dewi memiliki jumlah leukosit yang normal.
Pada sampel darah Hernanda S memiliki jumlah trombosit 10 dengan rata-
rata 20.000/mm3. Pada literatur (Chairlan, 2003), menyatakan bahwa konsentrasi
normal trombosit setiap individu sekitar 150-450 x 103 /mm 3. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa probandus memiliki jumlah trombosit yang kurang dari
jumlah leukosit normal.
Berdasarkan percobaan perhitungan waktu koagulasi darah, pada sampel
darah Hernanda S dibutuhkan waktu 220 s untuk mengalami pembekuan darah.
Pada literatur (Poedjiaji, 1994) yang menyatakan bahwa kisaran waktu normal
koagulasi darah umumnya 2 menit hingga 5 menit. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa probandus memiliki waktu koagulasi yang normal yaitu sekitar 3 menit.
Berdasarkan percobaan perhitungan waktu pendarahan, pada sampel darah
Hernanda S memiliki waktu 32 detik untuk mengalami pendarahan. Pada literatur
(Frandson, 1992) yang menyatakan bahwa kisaran waktu pendarahan normal
secara umum adalah 200 detik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu
pendarahan probandus adalah normal.
Sistem golongan darah pada manusia didasarkan pada adanya antigen
(aglutinogen) tertentu yang terdapat pada eritrosit (sel darah merah) dan juga zat
anti (agglutinin) (Oktari, 2016).
Sistem penggolongan darah dengan ABO dapat dibagi menjadi 4 macam
golongan darah, yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O,
dan juga golongan darah AB. Dimana golongan darah A memiliki antigen A dan
juga anti-B. Golongan darah B memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah O
sediri memiliki antibody, akan tetapi tidak memiliki antigen. Sedangkan golongan
darah AB memiliki antigen, akan tetapi tidak memiliki antibodi (Rahman, 2019).
Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama dari sel-sel darah sendiri.
Eritrosit memiliki ciri-ciri antara lain, yakni berwarna merah dengan bentuk
melingkar, pipih, dan cakram bikonkaf; memiliki diameter kurang dari 0,01 mll;
sel eritrosit yang telah matang tidak memiliki nucleus atau inti sel; serta elastis.
Sel darah putih (leukosit) merupakan sel darah yang tidak berwarna, tidak
memiliki Hb atau kehilangan Hb, memiliki nucleus atau inti sel, bentuknya dapat
berubah, serta dapat bergerak. Keping darah atau trombosit merupakan bagian
dari darah yang bentuknya tidak beraturan, tidak, berwarna, tidak berinti, dan
berukuran kecil (Suryo, 1997).
Adapun faktor kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan kali ini adalah
sebagai berikut: kulit yang ditusuk masih basah dengan alkohol, sehingga darah
terencerkan dan darah akan melebar menyebabkan sulit dihisap ke dalam pipet;
terlalu kuat dalam menghisap darah dengan menggunakan pipet, sehingga terdapat
gelembung udara di dalam pipet.
Adapun fungsi alat yang digunakan pada percobaan kali ini antara lain:
- Gelas benda, untuk meneteskan darah yang akan diuji golongan darahnya
- Mikroskop, untuk mengamati dan menentukan jumlah eritrosit, leukosit, dan
trombosit darah
- Cawan petri, sebagai wadah larutan
- Haemositometer, untuk membantu menghitung sel darah
- Jarum Francke, untuk mengaduk sel darah dan mengambil darah probandus
dengan bantuan autoklik
- Autoklik, untuk mengambil darah probandus
- Pipet hisap, untuk memasukkan darah probandus ke dalam bilik hitung thoma
- Bilik hitung thoma (Double Improved Neubauer), untuk menghitung eritrosit,
leukosit, dan trombosit darah
- Pipet kapiler, untuk menghisap darah yang ada pada probandus
- Pipet thoma, sebagai pipet yang berhubungan langsung dengan darah
- Stopwatch, untuk menghitung waktu pembekuan dan pendarahan.
Adapun fungsi bahan yang digunakan pada percobaan kali ini antara lain:
- Kit testserum (serum anti A dan serum anti B), untuk menguji golongan darah
dengan sistem ABO
- Larutan turk, untuk menghilangkan sel darah selain leukosit
- Larutan hayem, untuk menghilangkan sel darah selain eritrosit
- Larutan rees ecker, untuk menghilangkan sel darah selain trombosit
- Alkohol 70%, untuk mensterilkan ujung jari probandus
- Kapas, untuk membersihkan ujung jari probandus
- Probandus, sebagai orang yang akan diambil darahnya
Adapun kelainan pada darah antara lain: anemia yang merupakan suau
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan sel darah merah. Leukopenia
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kondisi kekurangan sel
darah putih (Chairlan, 2003).
Seseorang memiliki kisaran waktu normal proses koagulasi darah atau
pembekuan darah umumnya adalah 2 menit hingga 5 menit. Sedangkan seseorang
memiliki kisaran waktu pendarahan normal secara umum adalah 200 detik
(Chairlan, 2003).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
olongan darah A memiliki antigen A dan juga anti-B. Golongan darah B
memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah O sediri memiliki
antibodi, akan tetapi tidak memiliki antigen. Sedangkan golongan darah
AB memiliki antigen, akan tetapi tidak memiliki antibody.
- Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkab hasil yaitu
pada percobaan perhitungan waktu koagulasi darah, pada sampel darah
Hernanda S dibutuhkan waktu 220 s untuk mengalami pembekuan darah.
- Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu
pada sampel darah Fasya Fadhila memiliki jumlah eritrosit 175 dengan
rata-rata 1.750.000/mm3.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya juga menggunakan sistem
penggolongan darah MN dan rhesus agar hasil data yang didapatkan lebih
bervariasi dan dapat dibandingkan dengan praktikum sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
(g) (h)
Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) diisi pipet darah kapiler sampai tepat angka 0,5 (d)
dimasukkan dan diisi larutan turk hingga sampai tanda garis 11 (e)
dihomogenkan (f) diisi bilik hitung (g) diamati dengan mikroskop (h) dihitung
jumlah leukosit
Hitung eritrosit
(g)
(h)
Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) diisi pipet darah kapiler sampai tepat angka 0,5 (d)
dimasukkan dan diisi larutan turk hingga sampai tanda garis 11 (e)
dihomogenkan (f) diisi bilik hitung (g) diamati dengan mikroskop (h) dihitung
jumlah eritrosit
Hitung trombosit
(g)
(h)
Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) diisi pipet darah kapiler sampai tepat angka 0,5 (d)
dimasukkan dan diisi larutan turk hingga sampai tanda garis 11 (e)
dihomogenkan (f) diisi bilik hitung (g) diamati dengan mikroskop (h) dihitung
jumlah trombosit
Pengamatan Waktu Pendarahan
(d)
Keterangan: (a) dibersihkan ujung jari dengan alkohol (b) ditusuk jari
menggunakan autoklik (c) diteteskan pada object glass (d) ditarik-tarik
menggunakan penusuk hingga terbentuk benang fibrin