Disusun Oleh:
G1B016019
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2017
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia dan kuasa-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan individu praktikum biokimia
pemeriksaan golongan darah ABO dan rhesus tanpa ada halangan suatu apapun.
Penulis juga meminta maaf jika laporan ini masih mengandung kesalahan
yang tidak penulis sengaja, karena penulis hanyalah manusia biasa yang dekat
dengan kesalahan. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun
yang membacanya. Sekian yang dapat penulis sampaikan.
Wassalamulaikum wr.wb.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Darah adalah cairan jaringan yang dialirkan melalui pembuluh darah.
Darah terdiri atas sel-sel merah (sel darah putih dan sel darah merah),
trombosit (keping darah/platelet), dan plasma darah. Golongan darah
merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat yang kemudian disebut antigen
yang terkandung di dalam sel darah merah. (Fitri, 2007)
Ada beberapa sistem penggolongan darah pada manusia, yaitu sistem
ABO, rhesus (Rh), dan MN. Dasar penggolongan darah adalah
adanya aglutinogen (antigen) di dalam sel darah merah
dan aglutinin (antibodi) di dalam plasma (serum). Aglutinogen adalah zat
yang digumpalkan dan aglutinin adalah zat yang menggumpalkan. Darah juga
merupakan jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur
padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira 5 liter.
Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas
sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume darah
yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. (Suryo, 1996)
Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua
kepada anaknya. Land-Steiner (dalam Suryo, 1996) membedakan darah
manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah
ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah
merah). Dr. Landsteiner merupakan penemu sistem ABO. Dalam sistem ABO,
ada tidaknya antigen tipe A dan B di dalam sel darah merah menentukan
golongan darah seseorang. Sistem tersebut mengelompokkan darah manusia
menjadi empat golongan, yaitu, A, B, AB, dan O. (Suryo, 1996)
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
A-B-O dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46
4
jenis antigen selain antigen A-B-O dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
(Alrasyid, 2010)
Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktikan ini
adalah mengetahui teknik uji golongan darah. Untuk lebih memahami
bagaimana kita mengetahui golongan darah seseorang, maka dilakukan
dengan melakukan suatu percobaan atau praktikum.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana “Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus pada salah
satu mahasiswa di jurusan Kedokteran Gigi Unsoed angkatan 2016.”
1.3.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini bagi mahasiswa adalah untuk mengetahui teknik
uji golongan darah, untuk menentukan golongan darah seseorang, dan dapat
membedakan golongan darah A, B, AB, dan O dengan menggunakan teknik
sistem ABO.
1.4.Manfaat
Mahasiswa dapat menerapkan teori pemeriksaan golongan darah ABO
kepada manusia dalam kehidupan sehari-hari dan mampu menentukan golongan
darah seseorang. Hal ini berhubungan dengan tenaga medis yang dituntut selalu
profesional kapanpun dan dimanapun. Mahasiswa juga dapat melatih komunikasi
yang efektif antara tenaga medis dengan pasien yang didapatkan dalam bangku
kuliah ke dalam dunia kerja nyata dan melatih diri dan menambah pengalaman
untuk beradaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
empedu dan saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air).
(Sadikin, 2010)
Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di
dalam arteri dan berwarna ungu gelap di dalam vena, setelah melepas sebagian
oksigen ke jaringan ( menyebabkan perubahan warna ) dan menerima produk sisa
dari jaringan. Pembentukan sel darah berlangsung di dalam sumsum tulang dan
sel-sel yang matang ( matur ) akan dilepas ke dalam aliran darah. Terbentuk 8
macam sel yang berbeda dan semua dihasilkan dari satu jenis sel batang
pluripoten yang akan menurunkan 5 garis keturunan sel yang berbeda. Garis
mieloblas menghasilkan tiga jenis sel granulosit, sedangkan garis monoblas dan
limfoblas menghasilkan sel agranulosit. Eritrosit (sel darah merah ) dan trombosit
dibentuk dari garis keturunannya masing-masing. Darah selalu dihubungkan
dengan kehidupan, baik berdasarkan kepercayaan saja maupun atas dasar bukti
pengamatan. Penggunaan darah yang berasal dari individu lain dan diberikan
secara langsung ke dalam pembuluh darah juga sudah lama pula dilakukan, paling
tidak sejak abad pertengahan. Pada mulanya, pemberian darah seperti ini dan yang
kini dikenal sebagai transfusi tidak dilakukan dengan landasan ilmiah, tidak
mempunyai indikasi yang jelas dan dilakukan secara sembarang saja. Tindakan ini
lebih banyak dilakukan atas dasar yang lebih bersifat kepercayaan, misalnya darah
sebagai lambang kehidupan. Indikasi juga tidak jelas, bukan terutama untuk
mengobati penyakit atau memperbaiki keadaan karena perdarahan. Lebih sering
hal ini dilakukan untuk tujuan seperti peremajaan jaringan (rejuvenilisasi).
(Sadikin, 2010)
Sejak 100 tahun yang lalu ahli-ahli telah berpendapat, bahwa
penderitapenderita yang kekurangan darah seperti orang-orang yang mengalami
perdarahan yang hebat, seperti akibat kecelakaan, peperangan, persalinan ataupun
penyakitpenyakit pendarahan dapat ditolong dengan penambahan darah kedalam
tubuh penderita tersebut. (Sadikin, 2010)
Sel – sel darah merupakan bagian figuratif atau berbentuk sehingga dapat
dilihat oleh mata, meskipun dengan bantuan alat mikroskop. Sel – sel darah terdiri
atas Sel darah merah, lekosit, dan trombosit. Ketiga macam sel ini berasal sel – sel
asal yang sama disumsum tulang. Sel – sel asal di sumsum tulang tersebut
7
selanjutnya berdiferensiasi sehingga mengambil bentuk yang berbeda – beda.
Setelah matang, sel – sel tersebut keluar dari sumsum tulang dan masuk ke dalam
darah dan berada di tempat ini dalam jumlah yang berbeda dan menjalankan
fungsi yang berbeda – beda pula. Bahkan lekosit, seperti yang telah diuraikan
terdiri atas 5 jenis sel dengan morfologi berbeda, ternyata juga mempunyai peran
yang berbeda – beda pula. Morfologi sel darah merah adalah sel yang terbanyak di
dalam darah. Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu
hemoglobin, maka dengan sendirinya darah berwarna merah. (Sadikin, 2010)
8
pembentukan antibodi. Saat ini terdapat 26 sistem golongan darah, yang terdiri
dari 194 antigen yang merupakan produk dari 27 gen. Untuk sebagian kecil
antigen, peran biologiknya sudah diketahui; untuk sebagian kecil lain, komposisi
kimiawi molekul sudah diketahui; dan untuk sebagian besar lainnya, struktur,
fungsi, dan penyebab imunogenisitasnya masih merupakan misteri. Namun, gen-
gen yang menentukan antigen sel darah merah tampaknya mengikuti hukum-
hukum pewarisan mendelian. Apabila individu memiliki suatu pola genetik
spesifik (genotipe), antigen-antigen ini biasanya mengekspresikan diri pada sel
darah merah (fenotipe). Pola pewarisan ini disebut Kodominan. Secara kimiawi,
antigen sel darah merah mungkin berupa protein seperti substansi golongan darah
Rh, M, dan N, atau karbohidrat pada kerangka lemak atau protein seperti
substansi golongan darah ABH, Lewis, Ii, dan P. Antigenisitas berbagai senyawa
ini dipengaruhi oleh sifat biologi dan kimiawi, ukuran molekul, dan konfigurasi
tiga dimensinya. Sebagian substansi golongan darah, seperti antigen Lewis,
tersebar di seluruh jaringan tubuh. Yang lain lebih terbatas di sel darah merah
seperti antigen Rh dan substansi golongan darah Kell. Aspek paling praktis dari
antigen-antigen pada sel darah merah ini adalah kemampuannya memicu
pembentukan antibodi apabila ditransfusikan kepada resipien. Muncul bukti
bahwa beberapa kelainan pada antigen sel darah merah berkaitan dengan
predisposisi penyakit tertentu. (Sadikin, 2010)
9
resipien (penerima) dapat berakibat fatal. Selain itu, golongan darah dapat
bermanfaat untuk kepentingan forensik dan penentuan ayah sebagai metode
penentu paling sederhana. Molekul sebagai penentu golongan darah dalam sistem
ABO ada 4 macam, yaitu D-galactose, N-acetylgalactosamine, N-
acetylglucosamine dan L-fucose.
1. Golongan darah A memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun dari 1
molekul fukosa, 2 molekul galaktosa, 1 molekul N-asetil galaktosamin, dan 1
molekul N-asetil glukosamin.
2. Golongan darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B ini sedikit
berbeda dengan antigen A, dimana antigen ini tersusun dari molekul Nasetil
galaktosamin digantikan oleh 1 molekul galaktosa.
3. Orang dengan golongan darah AB memiliki dua macam antigen permukaan,
yang merupakan kombinasi dari antigen A dan antigen B.
4. Golongan darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan, namun
terbukti bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan karbohidrat pada
permukaan eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul fukosa, 1 molekul N-asetil
glukosamin, dan 2 molekul galaktosa. Gugus ini tidak bersifat imunogenik,
sehingga anggapan golongan darah O tidak memiliki antigen permukaan masih
bisa diterima. (Harper, 1971)
Apabila kelebihan N-acetylgalactosamine akan menjadi golongan A, dan
kelebihan D-galactose menjadi golongan B. Sebelum D-galaktosa dapat menerima
monomer karbohidrat yang menentukan aktivitas A atau B, molekul ini harus
sudah mengikat monomer karbohidrat fukosa. Suatu gugus D-galaktosa yang
sudah mengikat fukosa, tetapi tanpa Nasetilgalaktosamin aktif-A atau D-galaktosa
aktif B, memiliki aktivitas antigenik yang disebut H. Sel-sel yang hanya memiliki
konfigurasi monomer karbohidrat aktif-H tidak memiliki aktivitas A atau B dan
disebut golongan O. Glikosiltransferase yang ditentukan oleh gen A dan B
bergantung pada adanya substansi H prekursor untuk pengaktifannya. Perlekatan
fukosa ke Dgalaktosa menyediakan prekursor ini. Perlekatan fukosa diperantarai
oleh enzim lain, fukosa-transferase, yang keberadaannya ditentukan oleh gen H.
Gen H terletak di luar lokus ABO dan ditemukan di kromosom 19. Gen H sangat
sering dijumpai, dan hampir semua orang memiliki substansi H pada sel darah
10
mereka. Beberapa orang bersifat homozigot untuk suatu gen inaktif di tempat itu,
yang disebut h. Karena orang dengan dua gen h tidak dapat menghasilkan enzim
yang diperlukan untuk melekatkan fukosa, sel-sel darah mereka tidak memiliki
aktivitas. (Harper, 1971)
11
anti-B kelas IgG mudah melewati plasenta dan dapat menyebabkan penyakit
hemolitik pada neonatus. Orang dengan golongan O lebih sering memiliki IgG
anti-A dan Anti-B dibandingkan orang dengan golongan A atau B. Penyakit
hemolitik ABO pada bayi baru lahir hampir seluruhnya mengenai bayi yang lahir
dari ibu dengan golongan O. (Jouvenceaux, 1978)
12
b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe B (golongan darah B)
c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
(Wijaya. 2009)
13
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
B. Metode Praktikum
Menggunakan metode Sistem ABO dan Rhesus.
D. Cara Kerja
Menentukan golongan darah
1. Basahi kapas dengan alcohol 70%, kemudian usapkan ke salah satu jari yang
memiliki kulit epidermis yang tipis supaya darah mudah untu keluar dari jari.
2. Tusuklah jari dengan lancet yang didalamnya terdapat jarum yang sudah steril.
3. Teteskan 1 tetes darah pertama ke kapas, dan teteskan tetes darah selanjutnya ke
objek glass di 4 tempat. Sesuaikan tetesan darah dengan tulisan supaya tidak
tertukar saat dilakukan pengujian golongan darah.
4. Tambahkan masing masing anti A, Anti B, Anti AB dan Rhesus pada objek glass
yang telah terteteskan darah.
14
5. Aduklah masing masing tetes tersebut dengan tusuk gigi yang berlainan.
6. Amatilah yang terjadi pada masig masing tiap tetes yang ada pada objek gelas.
Tentukan golongan darah yang sudah anda gunakan dalam percoban tersebut.
7. Untuk mencari golongan darah, gunakan ketentuan sebagai berikut.
15
BAB IV
A. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh hasil:
Ridwan - + + + B +
Mutaqin
Keterangan:
+ : Menandakan terjadi gumpalan.
- : Menandakan tidak terjadi gumpalan.
Gambar 1.
Hasil Pemeriksaan Golongan Darah Ridwan Mutaqin
16
B. PEMBAHASAN
Percobaan yang telah dilakukan kepada saudara Ridwan Mutaqin
yaitu untuk mengetahui golongan darah. Hal yang dilakukan pertama kali
adalah menyiapkan objek glass yang sudah disterilisasi. Darah yang akan
diamati diperoleh dengan melukai ujung jari tangan menggunakan jarum
atau dengan lancet. Kemudian, teteskan darah di empat tempat pada objek
glass. Namun, pada tetes pertama harus dibuang terlebih dahulu supaya
dalam pengujian golongan darah lebih akurat karena pada tetes pertama
darah biasanya telah terkontaminasi sehingga harus dibuang terlebih
dahulu. Dengan meneteskan anti serum A pada satu tempat, anti serum B,
anti rhesus dan anti serum AB pada tempat yang lain, kita dapat
mengetahui golongan darah melalui ada tidaknya aglutinasi atau
penggumpalan.
Dalam mengidentifikasi golongan darah sistem ABO maupun
sistem Rhesus, dapat menggunakan serum anti A, anti B, anti AB, dan anti
Rhesus. Bagi yang tidak pas atau tidak cocok akan ditunjukkan dengan
keadaan menggumpalnya darah pada objek glass. Seperti yang terlihat
ketika darah ditetesi dengan serum anti A menggumpal, serum anti B tidak
menggumpal, dan serum anti AB terlihat juga gumpalan, maka golongan
darah dapat diindentifikasi golongan A. Begitu juga dengan keadaan
dimana ketika diberikan serum anti A tidak menggumpal, serum anti B
menggumpal, dan serum anti AB menggumpal, terindentifikasi golongan
darah B. Pada golongan darah AB terlihat semua gumpalan pada masing-
masing serum anti A, anti B, dan anti AB. Sedangkan golongan darah O
tidak terjadi gumpalan pada semua serum anti A, anti B, dan anti AB.
Penggumpalan ini terjadi karena adanya pertemuan antara antibodi dan
antigen yang tidak dengan pasangannya. Seperti antigen A yang bertemu
serum anti A akan menggumpal karena golongan A memiliki anti B.
Begitu pula pada golongan darah B, dan AB.
Pada uji rhesus dapat diidentifikasi dengan menggunakan serum
anti rhesus. Karena rhesus positif memiliki antigen, maka akan
menggumpal bila diberikan serum anti rhesus. Sebaliknya bila rhesus
17
negatif tidak memiliki antigen, jadi tidak akan menggumpal bila diberi
serum anti rhesus. Uji golongan darah ini sangat penting untuk mencegah
penggumpalan pada saat transfusi darah ataupun proses genetik ibu kepada
anaknya. Oleh karena itu, biasanya ibu-ibu atau wanita merasa khawatir
jika pada dirinya terdapat rhesus negatif.
Dari percobaan atau praktikum yang saya lakukan dengan saudara
Ridwan Mutaqin, dapat diidentifikasi bahwa saudara Ridwan memiliki
golongan darah B dan rhesus positif. Dapat dilihat dari hasil pengamatan
bahwa ketika darah diberikan serum anti A menghasilkan darah tidak
menggumpal, serum anti B menggumpal, dan serum anti AB menggumpal,
maka terindentifikasi golongan darah B. Sedangkan untuk rhesus, saudara
Ridwan memiliki rhesus positif karena pada saat darah diteteskan serum
anti rhesus, darah tersebut menggumpal. Penggumpalan tersebut karena
rhesus positif memiliki antigen, maka akan menggumpal bila diberikan
serum anti rhesus.
18
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
1. Sebaiknya gunakan peralatan kerja yang lengkap seperti masker,
sarung tangan, dan jas lab sehingga pada saat melakukan praktikum
lebih aman dan higienis.
2. Sebaiknya praktikum tersebut dilakukan minimal dua kali agar
hasilnya lebih valid.
3. Sebelum melakukan praktikum sebaiknya alat dan bahannya
dipersiapkan terlebih dahulu.
4. Ketika praktikum golongan darah, penusukan jarum dilaksanakan
dengan teliti agar tepat ditengah jari sehingga darah tidak melebar
ditengah kuku.
19
DAFTAR PUSTAKA
20