Oleh :
FAKULTAS VOKASI
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar belakang dari penulisan makalah ini didasarkan pada penugasan fisiologi secara
kelompok dengan materi Penggolongan Darah, Hematokrit, Kadar HB, Rasa Nyeri, dan
Urine. Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran lebih lanjut
pada mata kuliah fisiologi.
Dalam makalah ini akan dipaparkan materi lebih lanjut mulai dari pengertian,
penggolongan, pengelompokan, mekanisme, dan lain-lain. Dengan penulisan makalah ini
diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran lebih lanjut bagi para pembaca, sehingga
para pembaca dapat memehami lebih lanjut mengenai Golongan Darah, Hematokrit,
Kadar HB, Rasa Nyeri, dan Urine.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan rumusan
masalahnya sebagai berikut ini :
1. Sebagai bahan pembelajaran fisiologi mengenai materi Penggolongan Darah,
Hematokrit, Kadar HB, Rasa Nyeri, dan Juga Urine.
2. Memahami dan mempelajari lebih dalam mengenai pengertian, pengelompokan,
dan mekanisme yang terjadi.
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan membantu para
pembaca memahami lebih lanjut mengenai materi yang kami sajikan dalam makalah ini.
Selain itu diharapkan penulisan makalah ini juga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
para pembaca.
BAB II
KAJIAN TEORI
SISTEM PEREDARAN
DARAH
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan
ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah tersebut.
Ada beberapa sistem golongan darah yang paling umum dikenal, yaitu sistem
golongan darah ABO dan sistem golongan darah Rhesus (Rh). Di dunia ini sebenarnya
dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai.
Perlu diketahui bahwa transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal,
syok, dan kematian.
Frekuensi
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah
AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang
paling jarang dijumpai di dunia.
E. Kecocokan plasma
Kecocokan plasma darah terbalik dengan kecocokan sel darah merah. Hal ini
disebabkan karena antibodi yang mampu untuk bereaksi dibawa di dalam plasma: plasma
tipe AB membawa antibodi anti-A maupun anti-B dan bisa ditranfusikan pada individu
dari grup manapun; tetapi pasien tipe AB hanya bisa menerima plasma tipe AB.
Sebaliknya, plasma tipe O membawa antibodi keduanya, sehingga individu dengan
golongan darah O bisa menerima plasma darah dari grup manapun, tetapi plasma tipe O
hanya bisa digunakan untuk pasien dengan golongan darah O
Hematokrit
Kadar hematokrit tinggi yang melebihi batas normal, misalnya pria dewasa memiliki
kadar 60%, menandakan adanya kondisi medis yang perlu diperhatikan. Tingginya kadar
hematokrit dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi berikut:
• Dehidrasi
Ketika tubuh kehilangan cairan secara berlebihan, misalnya melalui keringat,
muntah, atau diare, hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar hematokrit.
Dehidrasi terjadi karena komposisi plasma darah berkurang sehingga menyebabkan
konsentrasi sel darah merah meningkat. Keadaan serupa dapat terjadi pada kondisi
hipovolemia yakni saat volume cairan tubuh berkurang akibat dehidrasi maupun
perdarahan.
• Polisitemia vera
Gangguan atau penyakit kelainan darah yang ditandai dengan produksi sel darah
merah yang berlebihan dari sumsum tulang. Polisitemia vera dapat menyebabkan
terjadinya pengentalan darah, meningkatkan pembekuan darah, dan komplikasi lain
B. Kadar Hematokrit Rendah
Kadar hematokrit yang rendah umumnya dialami pada penderita anemia. Adapun
beberapa kondisi lainnya yang menyebabkan rendahnya kadar hematokrit adalah
sebagai berikut:
• Leukemia
Pada kondisi ini, sel-sel darah putih yang berlebihan di sumsum tulang pada
penyakit leukemia dapat menggantikan sel darah merah. Sehingga terjadi penurunan
jumlah sel darah merah dan kadar hematokrit menjadi rendah.
•Hiponatremia
Hiponatremia adalah kondisi di mana terdapat kelebihan cairan dalam tubuh,
sehingga menyebabkan pengenceran darah. Pengenceran ini dapat mengakibatkan
kadar hematokrit menjadi rendah.
•Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah mengalami kerusakan atau
penghancuran. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
Definisi nyeri
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan
sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan
berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial (O’Neil, 2008). Nyeri
dapat timbul dimana saja pada bagian tubuh sebagai respon terhadap stimulus yang
berbahaya bagi tubuh seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, tertusuk benda
tajam, atau patah tulang. Rasa nyeri yang timbul apabila terjadi kerusakan jaringan akan
menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan posisi tubuhnya (Guyton &
Hall, 2006).
Klasifikasi nyeri
Berdasarkan patofisiologinya, nyeri terbagi menjadi :
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri dengan durasi sensasi nyeri pendek dan bertahan kurang dari 3
hingga 6 bulan. Nyeri akut memiliki fungsi peringatan pada tiap individu akan adanya
penyakit maupun rangsangan yang akan membahayakan dan mengakibatkan kerusakan
jaringan (Le Bars et al., 2001).Nyeri akut pada perlukaan biasanya hilang seiring
sembuhnya perlukaaan. Nyeri akut meliputi nyeri nosiseptif, nyeri somatis atau viseral
pramedikasi, nyeri pra dan pasca operasi, nyeri pasca traumatis, nyeri pasca melahirkan,
sakit kepala akut, nyeri pada neuralgia terminal (Tic Doloreux), nyeri intervensional
(akibat prosedur diagnostik dan terapetik), pankreatitis dan nyeri kolik lainnya (Kumar,
2007).
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis bertahan lebih lama hingga tenggang waktu lebih dari 6 bulan dan berkisar
antara intensitas ringan hingga berat. Nyeri ini muncul karena adanya kerusakan atau
perubahan patofisiologi pada sistem saraf, baik sentral maupun perifer. Nyeri kronis yang
berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai perubahan yang signifikan
dalam hal perilaku, kemampuan dan gaya hidup (Jennings, 2003). Nyeri
kronis yang diasosiasikan dengan keganasan meliputi nyeri akibat kanker, Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS), multipel sklerosis, anemia sel sabit, sklerosis,
obstruksi paru yang parah, gagal jantung yang parah dan Parkinson. Nyeri kronis yang
tidak terkait dengan keganasan dapat disebabkan oleh penyakit yang diketahui
maupun tidak diketahui. Nyeri tipe ini meliputi nyeri yang diasosiasikan dengan berbagai
kelainan neuropati akibat penekanan pada saraf (Kumar, 2007). Nyeri kronis yang
disebabkan oleh inflamasi dapat berlanjut mejadi nyeri nueropati karena adanya lesi pada
saraf perifer maupun saraf pusat yang disebabkan oleh sensitisasi terus-menerus dari
mediator inflamasi. Keadaan nyeri dapat bertambah parah seiring adanya stres, emosi,
dan kondisi fisik namun dapat mereda oleh relaksasi (O’Neil, 2008).
Kadar hematokrit tinggi yang melebihi batas normal, misalnya pria dewasa memiliki
kadar 60%, menandakan adanya kondisi medis yang perlu diperhatikan. Tingginya kadar
hematokrit dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi berikut:
• Dehidrasi:
Ketika tubuh kehilangan cairan secara berlebihan, misalnya melalui keringat, muntah,
atau diare, hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar hematokrit. Dehidrasi terjadi
karena komposisi plasma darah berkurang sehingga menyebabkan konsentrasi sel darah
merah meningkat. Keadaan serupa dapat terjadi pada kondisi hipovolemia yakni saat
volume cairan tubuh berkurang akibat dehidrasi maupun perdarahan.
• Polisitemia vera
Ini adalah gangguan atau penyakit kelainan darah yang ditandai dengan produksi sel
darah merah yang berlebihan dari sumsum tulang. Polisitemia vera dapat menyebabkan
terjadinya pengentalan darah, meningkatkan pembekuan darah, dan komplikasi lain.
Kadar Hematokrit Rendah
Kadar hematokrit yang rendah umumnya dialami pada penderita anemia. Adapun
beberapa kondisi lainnya yang menyebabkan rendahnya kadar hematokrit adalah sebagai
berikut:
• Leukemia
Pada kondisi ini, sel-sel darah putih yang berlebihan di sumsum tulang pada penyakit
leukemia dapat menggantikan sel darah merah. Sehingga terjadi penurunan jumlah sel
darah merah dan kadar hematokrit menjadi rendah.
•Hiponatremia
Hiponatremia adalah kondisi di mana terdapat kelebihan cairan dalam tubuh, sehingga
menyebabkan pengenceran darah. Pengenceran ini dapat mengakibatkan kadar
hematokrit menjadi rendah.
• Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah mengalami kerusakan atau
penghancuran. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
Urine adalah cairan limbah yang diproduksi oleh ginjal dan dikeluarkan melalui saluran
kemih. Warna urine dapat bervariasi, mulai dari kuning pucat hingga kuning gelap,
tergantung pada banyak faktor seperti kadar hidrasi tubuh, makanan atau minuman yang
dikonsumsi, penggunaan obat-obatan, dan kondisi medis tertentu.