Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Taufiqur Rohman 4411414017
2. Gilang Wahyu Ramadhani 4411414022
3. Eni Widya Ningsih 4411414019
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
KEGIATAN 6
PEWARISAN SIFAT YANG DITENTUKAN OLEH ALEL GANDA
Semarang, 15 April 2016
A. Tujuan
1. Mengenal beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri
alel ganda.
2. Mengetahui distribusi golongan darah sistem ABO pada populasi kelas
Biologi.
3. Mengetahui frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis (ruas jari
tangan) kedua pada populasi kelas.
B. Landasan Teori
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup tingkat tinggi
yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia dari hasil metabolisme, serta sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (Notoatmodjo, 2003).
Darah pada manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang
mengandung besi dalam bentuk Heme, yang merupakan tempat terikatnya
molekul-molekul oksigen (Rustam, 1998).
Darah merupakan medium transport dari sistem sirkulasi. Darah tidak hanya
mengangkut O2 dan CO2 ke jaringan dan dari jaringan dan paru-paru, tetapi juga
mengangkut bahan lainnya di seluruh badan, diantaranya molekul-molekul
makanan (seperti gula dan asam amino), limbah metabolism (urea), ion-ion dari
macam-macam garam dan hormon-hormon (Waluyo, 2006: 171).
Selain itu, darah juga unit fungsional selular pada manusia yang berperan
untuk membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma
darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari
jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah
sekitar 45%. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit,
leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah (Ferdiansyah.
2012).
Sel-sel darah
1. Sel darah merah (eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama penyusun sel sel-sel
darah yang mengandung hemoglobin (Hb) yang menyebabkan darah berwarna
merah. Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa hemin (zat
besi). Serta hemoglobin juga mempunyai daya ikat terhadap O 2 dan CO2. Sel
darah merah (eritrosit) berbentuk bikonkav. Sel darah merah berguna untuk
mengikat gas pernapasan dan mengangkutnya ke atau dari jaringan (alat
pernapasan) (Waluyo, 2006: 171).
2. Sel darah putih (leukosit)
Sel darah putih (leukosit), jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada sel-sel
darah merah dan rasio perbandingan antara kedua tipe tersebut kira-kira 1:700.
Proses pembentukan pada umumnya terjadi di sumsum tulang. Sebenarnya ada 5
tipe leukosit yang beredar dalam tubuh, namun berdasarkan dengan
perkembangan zaman, sel-sel darah putih dibedakan dalam 3 jenis, diantaranya
1. Granulosit, diantaranya neutrofil, basonofil, eosinofil dan basofil.
Memiliki ciri-ciri mengandung granula, inti besar dibandingkan
sitoplasma. Inti tersebut bersifat polymorphis, yaitu menggembung tidak
teratur.
2. Limfosit, tidak mengandung granula, inti sangat besar dibandingkan
sitoplasma, dapat berubah bentuk dan berpindah (ameboid) dari kapiler ke
jaringan. Untuk kembali lagi ke peredaran darah, limfosit masuk melalui
pembuluh limfe.
3. Monosit, memiliki bentuk yang lebih besar dari kedua jenis diatas, berinti
besar dan tebal membentuk huruf J (Waluyo, 2006: 171).
4. Keping-keping darah (Trombosit).
Keping darah (trombosit) merupakan fragmen-fragmen besar sel yng
disebut megakariosit. Karakteristik keeping darah sebagai berikut .
1. Keping darah berukuran kecil, bentuknya tidak beraturan.
2. Keping darah tidak berinti sehingga berumur pendek.
3. Masa hidup keping darah sekitar 10-12 hari.
4. Dalam setiap mililiter darah terdapat keeping darah sekitar 200.000-400.000
butir (Omegawati, 2010:82).
Keping darah ini berperan ini dalam proses penggumpalan darah
(Omegawati, 2010:82).
3. Plasma darah
Plasma darah merupakan komponen penyusun sel-sel darah yang berbentuk
suatu cairan yang berwarna kekuning-kuningan. Plasma darah terdiri atas berbagai
macam zat makana (glukosa, asam amino, asam lemak, lemak, protein) hormon,
enzim, antibodi, dan garam mineral serta air yang merupakan komponen utama
yang berfungsi sebagai pelarut yang terbaik di dalam plasma darah, sehingga
dapat menyebabkan darah sebagai medium transport yang efektif (Waluyo, 2006:
171).
Protein plasma terdiri atas:
a) Antihemophilic globulin
b) Tromboplastin
c) Fibrinogen
d) Albumin dan immonugen (Waluyo, 2006: 171).
Fungsi darah
1. Sebagai alat transportasi
2. Mempertahankan tubuh terhadap penyakit menular dan infeksi-infeksi
kuman-kuman
3. Pengatur suhu tubuh
4. Memelihara keseimbangan cairan tubuh (Waluyo, 2006: 172).
Golongan darah
Manusia memiliki perbedaan susunan protein yang terdapat dalam
darahnya. Protein yang memegang peranan untuk ini adalah antigen dan aglutinin
(antibodi). Antigen, protein yang terdapat dalam eritrosit, aglutinin dalam plasma.
Aglutinin akan menyerang antigen darah segolongan dengan dia. Aglutinin akan
yang menyerang antigen itu menyebabkan terjadinya penggumpalan (aglutinasi)
(Yatim, 2006:211-212).
Aglutinogen
Dua jenis antigen berbeda tetapi berhubungan tipe A dan tipe B terdapat
pada permukaan eritrosit berbagai orang, karena antigen ini diturunkan, seseorang
dapat tidak mempunyai salah satu dari antigen ini, atau dapat mempunyai salah
satu keduanya (Guyton, 1990:65).
Beberapa darah juga mengandung antibodi kuat yang secara spesifik
bereaksi dengan antigen tipe A dan tipe B dalam sel, menyebabkan aglutinasi dan
hemolisis. Karena antigen tipe A dan tipe B dalam sel membuat sel peka terhadap
aglutinasi atigen-antigen ini dinamakan aglutinogen (Guyton, 1990:68).
Aglutinin
Bila aglutinogen tipe a tidak terdapat dalam sel darah merah seseorang
dalam plasmanya terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti A.
Apabila tidak terdapat aglutinogen tipe B dalam sel darah merah, dalam plasma
terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti B (Guyton, dkk. 1996:
572).
Golongan darah O, meskipun tidak mengandung aglutinogen, tetapi
mengandung aglutinin anti A dan anti B, golongan darah A mengandung
aglutinogen tipe A dan aglutinin anti B, dan golongan darah B mengandung
aglutinogen tipe B dan aglutinin anti A. Akhirnya, golongan darah AB
Mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung agglutinin
sama sekali (Guyton, dkk. 1996: 572).
Sistem golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu sistem ABO,
sistem MN, system Rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut didasarkan
atas kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan
aglutinin. Menurut Bernstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang) golongan darah ini
dikendalikan oleh sepasang gen (Waluyo, 2006: 178).
Sistem ABO
Dalam sistem ABO, golongan darah manusia terbagi atas:
1. Golongan darah A
2. Golongan darah B
3. Golongan darah AB
4. Golongan darah O
Golongan darah A mengandung antigen A dalam eritrosit dan aglutinin
dalam plasma. Golongan darah B mengandung antigen B dalam eritrosit dan
aglutinin pada plasma. Golongan darah ABmengandung antigen A dan B dalam
eritrosit tetapi tidak satupun terdapat aglutinin dan . Sedangkan golongan darah
O tidak mengandung antigen Adan B dalam eritrosit, tetapi terdapat kedua
aglutinin dan dalam plasma (Yatim, 1987: 212).
Sistem MN
Pada tahun 1972, K.Landsteiner dan P.Levine telah menemukan golongan
darah sistem MN pada golongan darah manusia akibat dari ditemukannya antigen
M dan antigen N pada sel darah merah (eritrosit )manusia. System golongan darah
ini terdiri atas 3 jenis, yaitu :
Golongan M, mengandung antigen M
Golongan N, mengandung antigen N
Golongan MN, mengandung antigen M dan antigen N (Waluyo, 2006: 179).
Sistem Rhesus (Rh)
Sistem golongan darah Rhesus (Rh) pertama kali ditemukan pada jenis kera
Macaca Rhesus pada tahun 1940 oleh K. Landsteiner dan Wiener.Pada jenis ini
ditemukan antigen Rhesus pada eritrositnya. Sistem penggolongan darah rhesus
juga berlaku pada manusia karena antigen Rhesus juga dimiliki oleh manusia.
Orang yang memilki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+), sedangkan
yang tidak memilikinya dinamakan rhesus negative (Rh). Sistem rhesus ini
dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap
alel rh (Waluyo, 2006: 180).
Pada wanita Rh kalau mengandung embrio bergolongan Rh+, untuk
kandungan pertama tidak apa-apa. Tetapi untuk kandungan kedua bergolongan
Rh+ juga, maka akan terjadi eritroblastolis fetalis, artinya bayi yang lahir akan
menderita anemia yang parah dan di dalam darah bayi banyak beredar eritroblast,
yaitu eritrosit yang belum matang sehingga tubuh menjadi kuning. Hal ini
disebabkan karena eritrosit janin akan kemasukan zat antibodi Rh+ dari darah dan
mengaglutinasi eritrosit janin (Waluyo, 2006: 181).
Selain pada golongan darah, alel ganda pada manusia juga dapat
ditunjukkan dariletak rambut pada ruas tengah jari tangan. Namun, tidak seluruh
jari tangan yang dapatditumbuhi rambut tersebut. Hanya ibu jari saja yang tidak
mungkin ditumbuhi rambut. Tumbuhnya rambut pada segmen digitalis
kedua dari jari-jari tangan pada manusia ditentukan oleh seri alel
ganda berikut:
H1 = rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dipakai
H2 = rambut terdapat pada jari kelingking, jari manis dan tengah
H3 = rambut terdapat pada jari manis dan tengah
H4 = rambut hanya terdapat pada jari manis
H5 = tidak tumbuh rambut pada semua jari
Seri dominan dari alel-alel tersebut adalah H 1 > H2 > H3 > H4 > H5
(Widianti, 2014).
D. Cara Kerja
Kegiatan 1. Golongan Darah Sistem ABO.
Kegiatan 2. Pengamatan Ada Tidaknya Rambut pada Segmen Digitalis Kedua.
E. Hasil Pengamatan
Data Kelompok
Nama Golongan Darah Alel Ganda pada
Segmen Digitalis
Taufiqur Rohman A H5
Eni Widya Ningsih B H5
Gilang Wahyu Ramadhani B H2
Analisis Data
1
AB 1 Mahasiswa 35 x 100% = 2,9%
11
O 11 Mahasiswa 35 x 100% = 31,4%
Analisis Data
Hasil kelas
Alel Ganda
Jumlah Persentase
0
H1 0 35 x 100% = 0%
5
H2 5 Mahasiswa 35 x 100% = 14,3%
3
H 3
3 Mahasiswa 35 x 100% = 8,6%
4
H4 4 Mahasiswa 35 x 100% = 11,4%
24
H5 24 Mahasiswa 35 x 100% = 68,6%
F. Pembahasan
Kegiatan 1 Golongan Darah Sistem ABO
Praktikum golongan darah dalam mengidentifikasi menggunakan bahan
utama serum anti A, anti B, dan anti AB. Jika darah yang ditetesi serum anti A dan
anti AB terjadi penggumpalan sedangkan yang ditetesi serum anti B tidak terjadi
penggumpalan, maka golongan darah probandus adalah A. Jika darah yang
ditetesi serum anti B dan anti AB terjadi penggumpalan sedangkan yang ditetesi
serum anti A tidak terjadi penggumpalan, maka golongan darah probandus adalah
B. Sedangkan jika darah yang ditetesi serum anti A, anti B, dan anti AB tidak
terjadi penggumpalan, maka golongan darah probandus O.
Golongan darah A memiliki antigen A di dalam eritrositnya dan memiliki zat
anti B di dalam plasma darahnya, sehingga darah akan menggumpal ketika
ditetesi serum anti A, sama halnya dengan serum anti AB akan terjadi
penggumpalan karena di dalam serum anti AB terdapat zat anti A. Golongan darah
B memiliki antigen B di dalam eritrositnya dan memiliki zat anti A di dalam
plasma darahnya, sehingga darah akan menggumpal ketika ditetesi serum anti B,
sama halnya dengan serum anti AB akan terjadi penggumpalan karena di dalam
serum anti AB terdapat zat anti B. Sedangkan orang yang bergolongan darah O
tidak memiliki antigen A dan B di dalam eritrositnya dan memiliki zat anti A dan
B di dalam plasma darahnya, sehingga darah tidak menggumpal ketika ditetesi
serum anti A, anti B, dan anti AB.
Berdasarkan hasil pengamatan kelas yang dilakukan, persentase golongan
darah A dengan jumlah probandus 8 adalah 22,9%. Persentase golongan B dengan
jumlah probandus 15 adalah 40%. Persentase golongan darah AB dengan jumlah
probandus 1 adalah 2,9%. Persentase golongan darah O dengan jumlah probandus
11 adalah 31,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi golongan darah B lebih banyak
dibandingkan golongan darah lainnya di dalam kelas tersebut, yaitu dengan
persentase 40%. Golongan darah A dan O menunjukkan distribusi yang hampir
atau mendekati seimbang, namun lebih banyak distribusi golongan darah O.
Sedangkan golongan darah AB menunjukkan distribusi yang paling sempit atau
sedikit karena hanya ada 1 probandus yang bergolongan darah AB.
Setiap negara, golongan darah seseorang yang paling paling banyak ditemui
tidak selalu sama jumlahnya tergantung etnis yang mendominasi. Namun secara
umum, di seluruh dunia darah golongan O+ paling banyak ditemukan sementara
golongan AB- paling jarang di temui diseluruh dunia di populasi manapun.
Tidak diketahui pasti apa sebabnya, namun masing-masing golongan darah
memiliki dominasi sendiri di wilayah tertentu. AB adalah golongan darah yang
paling jarang dimiliki di seluruh dunia, namun paling banyak ditemukan di
Jepang, Korea dan beberapa wilayah di China. Di beberapa tempat tersebut,
perbandingan jumlahnya tak lebih dari 10 persen dari populasi. Mungkin saja
golongan darah O banyak ditemukan karena adanya kodominansi pada golongan
darah.
Setiap fenotip pada darah memiliki alel ganda didalamnya. Misalnya saja
pada golongan darah A yang memiliki dua kemungkinan alel yaitu I AIA dan IAi dan
golongan darah B juga memiliki dua kemungkinan alel yaitu yaitu I BIB dan IBi.
Golongan darah O memiliki genotip ii. Sehingga pada saat terjadi randomisasi
(perkawinan acak) pada suatu populasi, golongan darah O lah yang paling banyak
karena pada empat golongan darah yang ada yaitu A, B, AB, O, mengandung alel i
kecuali pada golongan darah AB yang mengandung alel IAIB dan sangat jarang
ditemui karena pada saat terjadi randomisasi, banyak terjadi kodominansi
sehingga pewarisan alel IAIB ini sangat jarang ditemui.
Hal ini bertolak belakang atau tidak sesuai dengan hasil praktikum alel
ganda ini. Praktikan dengan golongan darah B yang memiliki jumlah terbanyak
yaitu 15 mahasiswa (40%), bukan golongan darah O. Golongan darah yang paling
sedikit adalah golongan darah AB. Perkawinan antara seseorang bergolongan
darah O dengan golongan darah A atau B tidak mungkin menghasilkan anak
dengan golongan darah AB. Anak dengan golongan darah AB hanya bisa
dihasilkan dari pernikahan orang tua yang memiliki golongan darah A dan B.
Itulah yang menjadi alasan mengapa orang yang bergolongan darah AB sangat
jarang ditemui.
G. Kesimpulan
1. Sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri alel
ganda adalah golongan darah dan ada tidaknya rambut
pada segmen digitalis kedua jari-jari tangan.
2. Distribusi golongan darah pada kelas Biologi paling luas
adalah golongan darah B (40%), distribusi golongan darah
O (31,4%), distribusi golongan darah A (22,9%), dan
distribusi golongan darah paling sempit adalah golongan
darah AB (2,9%).
3. Frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis (ruas jari
tangan) kedua pada populasi kelas yaitu H 1 sebesar 0%, H2
sebesar 14,3%, H3 sebesar 8,6%, H4 sebesar 8,6%, dan H5
sebesar 68,6%.
H. Daftar Pustaka
Guyton, A. C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan.
Jakarta: Kedokteran EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Omegawati, W. 2010. Biologi Umum. Klaten: Intan Pariwara
Rustam, Mochtar. 1998. Darah edisi I. Jakarta: EGC
Santoso. 2010. Golongan Darah Manusia
Waluyo, J. 2006. Biologi Dasar. Jember: University Press
Widianti T, Habibah N. A. 2016. Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universeitas Negeri
Semarang,
Yatim, W. 1990. Biologi Modern Nistologi. Bandung: Tarsito
I. Jawaban Pertanyaan
1. Golongan darah apa yang paling banyak ditemui pada kelas saudara?
Mengapa demikian?
Jawab:
Golongan darah yang banyak dijumpai di kelas kami yaitu
golongan darah B, hal ini terjadi karena daerah asal individu
berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan golongan darah
tidak sesuai dengan teori yang umumnya yang mendominasi adalah
golongan darah O. Di setiap daerah, golongan darah yang
mendominasi tidak selalu sama tergantung etnis yang
mendominasi.
G IA i
IB
J. Lampiran Gambar