Anda di halaman 1dari 9

JURNAL HUTAN LESTARI (2020)

Vol. 8 (2) : 230 – 238

JENIS-JENIS LUMUT (Bryophyta) DI HUTAN SEKUNDER DESA SEPANDAN


KECAMATAN BATANG LUPAR KABUPATEN KAPUAS HULU

(Moss Species (Bryophyta) in Secondary Forest Area of Spandan Village, Batang Lupar District,
Kapuas Hulu Rregency)

Rifaldi Azwad, Gusti Eva Tavita, Hari Prayogo


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Daya Nasional, Pontianak 78124
Email: rifaldi96aswad@gmail.com

Abstract
Moss is an important pioneer plant that acts as vegetation fillers on deforested land and helps to
stabilize eroded soil surfaces. The secondary forest area, Sepandan village is a forest area that
is dominated by trees and has a variety of flora and fauna. One of the flora or plants in the forest
is various species of mosses. The purpose of this research was to identify species of moss in the
Secondary Forest Area of Sepandan Village, Batang Lupar District, Kapuas Hulu Regency. The
research was conducted by the survey method and made an observation plot. The observation
plot played systematically, and this research was conducted at 3 different heights namely 100,
150 and 200 masl. The results of the research identified that there are 15 types of mosses from 15
families. The species found at this height is Treubia lacunose. Based on the calculation of the
presence frequency can be seen that Treubia lacunose was the species most found at the study
site with a frequency of 28.12%.
Keyword: Identification, Moss, Secondary forest, Sepandan village.

PENDAHULUAN melekatkan diri pada substrat tanah,


Tumbuhan Lumut (Bryophyta) bebatuan, atau pepohonan (Damayanti,
merupakan tumbuhan yang penting sebagai 2006). Tumbuhan lumut (Bryophyta)
perintis yang berperan sebagai pengisi dibagi ke dalam tiga divisi, yaitu lumut
vegetasi yang ada pada lahan gundul dan daun atau mosse (Bryopsida), lumut hati
membantu dalam memantapkan atau liverworts (Marchantiophyta), dan
permukaan tanah yang mengalami erosi lumut tanduk atau hornworts
(Polunin, 1990). Lumut (Bryophyta) dapat (Anthocerophyta).
tumbuh subur di tempat lembab, Secara ekologis, keterdapatan lumut
merupakan kelompok tumbuhan berspora dipengaruhi oleh lingkungan berupa faktor
yang memiliki tubuh berupa talus. Lumut biotik dan abiotik. Salah satu bentuk
primitif, talusnya berbentuk lembaran, adaptasi lumut terhadap faktor abiotik
sedangkan pada lumut yang lebih maju berupa ketersediaan air adalah semua
talusnya menyerupai tumbuhan tingkat bagian tubuhnya mampu mengisap dan
tinggi dengan batang tegak dan dikelilingi menyimpan air dari udara. Tumbuhan ini
daun (Nadhifah et al., 2017). memiliki strategi kehidupan berupa lekas
Lumut secara morfologis, memiliki hilang, hidup berkoloni, tumbuh setahun,
struktur mirip akar yaitu (rizoid) sebagai spesies hidup pendek, spesies menahun,
penyerap air sekaligus berfungsi untuk dan tinggal menahun untuk

230
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 230 – 238

mempertahankan eksistensinya (During, METODE PENELITIAN


1979). Penelitian di hutan sekunder Desa
Hutan sekunder di Desa Sepandan Sepandan Kecamatan Batang Lupar
Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat,
Kapuas Hulu merupakan suatu areal dilaksanakan pada tanggal 15 Juli – 15
kawasan hutan yang didominasi oleh Agustus 2019 dan dilanjutkan dengan
pepohonan dan beranekaragaman jenis mengidentifikasi jenis-jenis lumut yang
flora dan fauna di dalamnya. Salah satu telah didapatkan. Alat yang digunakan
flora atau tumbuhan yang berada dalam dalam penelitian adalah plastik specimen,
hutan tersebut adalah berbagai jenis lumut. cawan petri, kamera (lensa makro), pisau
Pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan kecil atau gunting, buku identifikasi,
lumut yang berguna untuk kelestarian alam meteran, tali, GPS, lux meter, higrometer,
masih sangat kurang oleh karena itu, lup, parang, pinset, kertas lebel, tally sheet.
penelitian lumut di Desa Sepandan Metode penelitian adalah survei
Kecamatan Batang Lupar Kabupaten dengan teknik jalur berpetak. Peletakan
Kapuas Hulu dianggap penting untuk titik awal jalur dilakukan secara purposive
dilakukan, mengingat keterdapatannya berdasarkan tempat ditemukannya
yang cukup berguna secara ekologi turut tumbuhan lumut. Jalur berikutnya dibuat
berperan dalam menjaga keseimbangan secara sistematis, dengan jarak 50 m.
siklus air dan unsur hara hutan. Tumbuhan Ukuran plot yang dibuat adalah 2 m x 5 m.
lumut merupakan salah satu kelompok Penelitian dilakukan dengan 2 jalur
tumbuhan yang belum pernah diteliti di memotong kontur pada 3 perbedaan
kawasan hutan sekunder Desa Sepandan ketinggian yaitu 100, 150, dan 200 mdpl.
Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Masing-masing jalur dibuat 2 petak contoh
Kapuas Hulu, dengan harapan dapat pada setiap ketinggian, sehingga total
menjadi sumber informasi mengenai jumlah petak adalah 2 x 3 x 2 = 12 petak
identifikasi jenis lumut (Bryophyta) di pengamatan.
kawasan hutan sekunder Desa Sepandan Langkah-langkah dalam operasional
Kecamatan Batang Lupar Kabupaten metode sebagai berikut:
Kapuas Hulu. 1. Sebagai satuan contoh pengamatan
Penelitian ini bertujuan untuk adalah interval yang terdiri atas plot
mengidentifikasi jenis lumut (Bryophyta) dengan panjang 2 m dan lebar 5 m,
di kawasan hutan sekunder Desa Sepandan objek yang diamati hanya lumut yang
Kecamatan Batang Lupar Kabupaten berada di dalam plot.
Kapuas Hulu, dan manfaat penelitian ini 2. Mencatat jenis tumbuhan lumut yang
diharapkan dapat menjadi sumber didapatkan, melakukan pengambilan
informasi mengenai identifikasi jenis lumut sampel lumut untuk diidentifikasi serta
(Bryophyta) di kawasan hutan sekunder dilakukan dokumentasi setiap jenis
Desa Sepandan Kecamatan Batang Lupar sebagai satuan pengamatan.
Kabupaten Kapuas Hulu.

231
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 230 – 238

3. Data hasil pengamatan lapangan, Kehadiran (FR) merupakan persentasi


selanjutnya dilakukan pengolahan data frekuensi suatu jenis dengan frekuensi
untuk memperoleh nilai frekuensi seluruh jenis dengan rumus:
kehadiran jenis tumbuhan lumut 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑒ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
FR= 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100%
berdasarkan perhitungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data dilakukan secara
A. Jenis-jenis Lumut
deskriptif kualitatif dengan melihat bentuk
Hasil identifikasi tumbuhan lumut
morfologi dari masing-masing jenis lumut.
pada 3 ketinggian yang berbeda didapatkan
Pengolahan data hasil pengukuran dan
15 spesies dari 15 famili dan disajikan pada
pengamatan tumbuhan lumut dilakukan
tabel 1.
dengan rumus dari (Cox, 1967). Frekuensi
Tabel 1. Data Hasil Identifikasi Tumbuhan Lumut pada Ketinggian Berbeda di Kawasan
Hutan Sekunder Desa Sepandan (Moss Plant Identification Data at Different
Altitudes in the Secondary Forest Area of Sepandan Village).

Ketinggian
Total Lumut yang FK
Famili Spesies 100 150 200
di jumpai (%)
mdpl mdpl mdpl
Meteoriaceae Aerobropsis 1 - - 1 3.12**
longissima
Bryaceae Bryum argentium - - 1 1 3.12**
Lophocoleaceae Chiloscypus minor - 1 - 1 3.12**
Dicranaceae Dicranoloma 2 1 - 3 9.37
brauni
Hypnaceae Ectropothecium sp - 1 1 2 6.25
Haplomitriaceae Haplomitrium - - 1 1 3.12**
mnioides
Geocalycaceae Heteroscyphus - - 2 2 6.25
denticulatus
Hypopterygiceae Hypopterygium - 1 1 2 6.25
ceylanicun
Jungermanniaceae Jungermannia - - 1 1 3.12**
tetragona
Marchanticeae Marchantia 1 - - 1 3.12**
emarginata sp
Balantiopsidaceae Pallavicinia lyellii - 4 - 4 12.5
Polytrichaceae Pogonatum - - 2 2 6.25
cirratum
Ptrobryaceae Symphysodon sp 1 - - 1 3.12**
Thuidiaceae Thuidium - 1 - 1 3.12**
glaucinoides
Treubiaceae Treubia lacunose 4 3 2 9 28.12*
Jumlah 15 Species lumut 9 12 11 32 100
∑ Species yang di temukan pada setiap
ketinggian 5 7 8
Keterangan :
* = Species tumbuhan lumut yang dijumpai paling banyak.
** = Species tumbuhan lumut yang dijumpai paling sedikit.
- = Tidak dijumpai species tumbuhan lumut.

232
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 230 – 238

Frekuensi jenis-jenis tumbuhan lumut yang ditemukan pada tiga ketinggian yang
berbeda dapat disajikan pada gambar 1.
30

25

20

15

10

Gambar 1. Diagram Frekuensi Kehadiran Tumbuhan Lumut di Kawasan Hutan Sekunder


Desa Sepandan (Moss Plants Persence Frequency in the Secondary Forest
Area of Sepandan Village).

Berdasarkan hasil perhitungan kehadiran species yaitu 100%, kawasan


Frekuensi Kehadiran (FK) pada masing- ini kurang cocok untuk jenis-jenis
masing species yang ditemukan dapat tersebut. Nilai frekuensi kehadiran
diketahui bahwa dari tiga ketinggian menjadi rendah bisa disebabkan oleh
yang terbagi menjadi 12 plot, species faktor intensitas cahaya yang masuk,
yang sering dijumpai yaitu Treubia mengingat masuknya intensitas cahaya
lacunose dari familia Treubiaceae. juga mempengaruhi kelembaban di suatu
Frekuensi kehadirannya 28% dari nilai kawasan sedangkan tumbuhan lumut
maksimal frekuensi kehadiran species memerlukan kelembaban yang tinggi
yaitu 100%, hal ini menunjukan bahwa untuk nenopang pertumbuhan hidup
kawasan ini cocok untuk jenis Treubia serta perkembangbiakannya.
lacunose. Frekuensi kehadiran species Anggota dari familia Treubiaceae
yang dijumpai paling sedikit yaitu merupakan jenis lumut yang memiliki
species Aerobropsis longissima, Bryum ciri-ciri yaitu lumut ini tumbuh merayap
argentium, Chiloscypus minor, di atas batu dan kayu lapuk yang lembab
Haplomitrium mnioides, Jungermannia dan tumbuh mengelompok dan
tetragona, Marchantia emarginata sp, bertumpuk. Kondisi ini memungkinkan
Symphysodon sp, Thuidium glaucinoides lumut ini dapat mempertahankan
dengan frekuensi kehadiran masing- keberadaan air di lingkungannya,
masing 3% dari nilai maksimal frekuensi sehingga pada saat kekeringan masih

233
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 230 – 238

dapat bertahan hidup, species ini juga Klasifikasi dari jenis lumut Aerobropsis
dijumpai pada tiga ketinggian yaitu 100, longssima
150, 200 mdpl. Kerajaan : Plantae
Klasifikasi dari jenis lumut Treubia Divisi : Bryophyta
lacunose Kelas : Bryopsida
Kerajaan : Plantae ordo : hypnales
Divisi : Marchantiophyta Family : Meteoriaceae
Kelas : Haplomitriopsida Genus : Aerobropsis
ordo : Treubiales
Family : Treubiaceae
Genus : Treubia
Spesies : Treubia lacunose

Gambar 3. Aerobropsis longssima


(Lumut Daun Panjang)
Spesies : Aerobropsis longssima
Jenis lumut ini merupakan salah satu
Gambar 2. Treubia lacunose ( Lumut jenis lumut yang sedikit di dapatkan.
Hati Becek ) Daunnya berbentuk lanset dengan ujung
Jenis lumut ini merupakan jenis lancip, daunnya kecil berukuran 1-5 mm,
yang paling banyak didapatkan. Daun berwarna hijau kekuningan, daunnya
berwarna hijau tua karena memiliki tumbuh melingkari talus, sel-sel
klorofil. Lumut ini tumbuh merayap di daunnya memiliki kloroplas untuk
atas batu dan kayu lapuk yang lembab, berfotosintesis, tumbuh sebagai empifit
panjangnya bisa mencapai 10 cm, pada kayu lapuk serta hanya ditemukan
tumbuh mengelompok dan bertumpuk pada ketinggian 100 mdpl, hal ini sesuai
tumbuh pada batu dan kayu lapuk serta dengan Suhono (2012) .
ditemukan di tiga ketinggian, hal ini B. Faktor Lingkungan
sesuai dengan Suhono (2012). Pengukuran kondisi lingkungan
Salah satu jenis lumut yang jarang pada lokasi penelitian meliputi suhu
ditemukan adalah Aerobropsis udara, kelembaban udara dan intensitas
longssima. cahaya dapat dilihat pada Tabel 2.

234
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 230 – 238

Tabel 2. Data Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Intensitas Cahaya pada
Ketinggian 200, 150 dan 100 mdpl (Average Data of Air Temperature,
Humidity, and Light Intensity at Altitudes of 200, 150 and 100 masl)
Ketinggian (mdpl)
Faktor Lingkungan
200 150 100
Suhu udara (0C) 27,2 C 28,05 C 28.17 C
Kelembaban udara (%) 78 % 76.25 % 65.50 %
Intensitas cahaya (Cd) 608,20 Cd 369.50 Cd 397.25 Cd

Pengambilan data-data faktor sehari yaitu pada siang hari, pengukuran


lingkungan dari ketiga ketinggian 200 dilakukan pada pukul 12.00 WIB. Kurva
mdpl, ketinggian 150 mdpl dan pada faktor lingkungan tersebut dapat
ketinggian 100 mdpl, pengukuran disajikan pada gambar 2.
dilakukan sebanyak satu kali dalam

Suhu Udara Rata- Kelembaban Intensitas Cahaya


rata Udara Rata-rata Rata-rata
30 80 65,5 76,25 78 1000
60 397,2 608,2
28 28,17 28,05 40 369,5
27,2 5
26 100 150 200 0
100 150 200 100 150 200
Kelembaban Udara Rata-
Suhu Udara Rata-rata rata Intensitas Cahaya Rata-rata

a b c
Gambar 4. (a)Kurva Suhu Udara, (b)Kurva Kelembaban Udara dan (c)Kurva Intensitas
Cahaya ((a) Air Temperature Curve, (b) Air Humidity Curve and (c) Light
Intensity Curve).
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui tempat tumbuh dan berkembangnya
bahwa dari 3 ketinggian memiliki lumut. Kisaran intensitas cahaya 300-
0
kisaran suhu 27-28 C. Lumut optimal 600 Cd, lumut optimal tumbuh pada
tumbuh pada suhu 15-25 0C tetapi kisaran 100-1050 Cd (Sulistyowati et al.,
0
toleran pada suhu 40-50 C (Rohmah, 2014). Intensitas cahaya pada lokasi
2018). Suhu pada lokasi penelitian ini penelitian terbilang cocok sebagai
masih efektif sebagai tempat tumbuh dan tempat tumbuh dan berkembang
berkembangnya lumut mengingat lumut tanaman lumut. Menurut pendapat
toleran pada tempat yang memiliki suhu Febrianti (2015) pertumbuhan lumut
0
udara 40-50 C. Kisaran kelembaban dapat dipengaruhi oleh faktor biotik dan
udara 65-78 %, pertumbuhan dan abiotik seperti suhu dan kelembaban
perkembangan lumut akan optimal pada serta dipengaruhi oleh faktor ketinggian
kelembaban di atas 50 % (Musyarofah, tempat, iklim dan ketersediaan unsur
2013). Kelembaban udara pada lokasi hara yang mempengaruhi tingkat
penelitian terbilang cocok sebagai dominansi pertumbuhan lumut.

235
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 230 – 238

C. Substrat Tumbuhan Lumut kayu lapuk terdapat 16 individu dan


Tempat tumbuh lumut dijumpai pohon terdapat 4 individu, data substrat
pada lokasi penelitian terdapat pada batu tumbuhan lumut disajikan pada Tabel 3.
dan tanah masing-masing ada 6 individu,
Tabel 3. Data Substrat Lumut Seluruh Species (Moss Substrate for All Species).
Substrat
Family Species
Batu Kayu lapuk Tanah Pohon
Meteoriaceae Aerobropsis
- 1 - -
longsima
Bryaceae Bryum argentium - 1 - -
Lophocoleaceae Chiloscypus minor - 1 - -
Dicranaceae Dicranoloma
- 1 - 2
brauni
Hypnaceae Ectropothecium sp - 2 - -
Haplomitriaceae Haplomitrium
- 1 - -
mnioides
Geocalycaceae Heteroscyphus
2 - - -
denticulatus
Hypopterygiceae Hypopterygium
- - 2 -
ceylanicun
Jungermanniaceae Jungermannia
- 1 - -
tetragona
Marchanticeae Marchantia
- - - 1
emarginata sp
Balantiopsidaceae Pallavicinia lyellii - - 4 -
Polytrichaceae Pogonatum
- 2 - -
cirratum bridel
Ptrobryaceae Symphysodon sp - - - 1
Thuidiaceae Thuidium
1 - - -
glaucinoides
Treubiaceae Treubia lacunose 3 6 - -
Jumlah 6 16 6 4
Substrat lumut dapat juga disajikan pada gambar 5.
7
6
5
4
3
2
1
0

Tanah Pohon Batu Kayu lapuk

Gambar 5. Substrat Lumut Seluruh Spesies (Moss Substrate for all Species).

236
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 230 – 238

Hasil data yang didapatkan diketahui Kesimpulan


ada 4 objek yang digunakan sebagai tempat Berdasarkan hasil penelitian dan
hidup lumut yaitu batu, kayu lapuk, tanah pembahasan dapat diambil lumut yang
dan pohon. Berdasarkan empat substrat berhasil ditemukan pada lokasi penelitian
tersebut yang banyak ditumbuhi lumut adalah 15 family, 15 spesies dan terdapat
ialah pada kayu lapuk dengan jumlah 32 individu. Hasil perhitungan Frekuensi
sebanyak 16 individu dari 8 family. Jumlah Kehadiran (FK) pada masing-masing
species yang paling sedikit terdapat pada species yang ditemukan dapat diketahui
subtsrat pohon yaitu dengan jumlah 4 bahwa dari tiga ketinggian yang terbagi
individu dari 3 family. Kayu lapuk menjadi 12 plot, species yang sering
merupakan substrat yang mendukung dijumpai yaitu Treubia lacunose dari
untuk pertumbuhan dan perkembangan familia Treubiaceae dengan frekuensi
lumut di bandingkan batu, pohon dan tanah kehadiran 28%. Species yang paling sedikit
karena kayu lapuk memiliki kelembaban yaitu species Aerobropsis longissima,
yang tinggi serta memiliki kemampuan Bryum argentium, Chiloscypus minor,
menyerap air yang baik, dibandingkan Haplomitrium mnioides, Jungermannia
batu, tanah dan pohon. Lumut di batu dan tetragona, Marchantia emarginata sp,
tanah masing- masing ada 6 individu, hal Symphysodon sp, Thuidium glaucinoides
ini menunjukan bahwa kayu lapuk sangat dengan frekuensi kehadiran masing-
ideal sebagai tempat tumbuh lumut. masing 3%.
Penelitian ini membuktikan bahwa Saran
kayu lapuk merupakan substrat yang baik Penelitian mengenai lumut sebaiknya
bagi pertumbuhan dan perkembangan jenis lebih ditingkatkan lagi mengingat belum
lumut, serta penelitian ini juga menegaskan banyak mendapat perhatian karena
bahwa kayu lapuk mempunyai permukaan organisme tersebut tampak tidak menarik
kasar yang memungkinkan dapat perhatian dan bahkan sering dianggap
menampung air dari serat-serat yang sebagai penyebab lingkungan terlihat kotor
terdapat pada kayu lapuk, sehingga dan licin, namun lumut juga memiliki
keadaan seperti ini dapat membuat manfaat lainnya diantaranya dapat
lingkungannya menjadi lembab, dengan digunakan sebagai indikator pencemaran
demikian maka spora lumut yang jatuh udara artinya dia mampu menyerap
pada substrat kayu lapuk serta dukungan karbondioksida yang menyebabkan
dari intensitas cahaya yang masuk lingkungan menjadi sehat.
membuat tumbuhan lumut dapat Ucapan Terima Kasih
melakukan fotosintesis. Kayu lapuk juga Kepala desa sepandan, kepala dusun
menyediakan nutrisi yang penting untuk mungguk murin yang telah memberikan
pertubuhan dan perkembangan jenis-jenis izin penelitian dan Rekan-rekan yang telah
lumut seperti air dan nitrogen (Windadri, banyak membantu mempersiapkan bahan
2014). dan telah memberi masukan dan kritikan
dalam penulisan Sudarso, Yohanes Yopi,

237
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 230 – 238

Rahmat Gusmasri, Dwi Cahyo Nugroho, Gunung Merapi Yogyakarta. Bogor:


Ferdi Dwi Arianto, Riski Obi Januardi, Institut Pertanian Bogor.
Herditus Sangkau, Maya Lestari, Dwi Nadhifah A, Zakiyyah K, Noviady I. 2017.
Agustin Melaponti, Riki Rikardo, Melinda Keanekaragaman lumut epifit pada
Zulpitasari, Muhammad Ramadhan Dwi marga Cupressue di Kebun Raya
Kusuma, Yonatan Wesli, Fitri Wulandari, Cibodas, Jawa Barat. Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon 3: 396-400.
Siti Agus Maulidya yang telah membantu
saya dalam pengambilan data di lapangan Polunin N.1990. Pengantar Geografi
dan bantuan moril, pikiran, serta semangat. Tumbuhan dan Beberapa Ilmu
Serumpun. Yogyakarta: Gajah Mada
DAFTAR PUSTAKA
University Press.
Cox, GW. 1967. Laboratory manual of
general ecology. Minneapolis: Rohmah SN. 2018. Identifikasi Tumbuhan
M.W.C. Brown Company. Lumut Dikawasan Hutan Wisata Air
Terjun Jumong Ngargoyoso
Damayanti L. 2006. Koleksi Bryophyta
Karanganyar. Jawa Tengah.
Taman Lumut Kebun Raya Cibodas.
Electronic Theses and Dissertations.
Bogor : LIPI.
Suhono B. 2012. Ensiklopedia Biologi
During HJ. 1979. Life Strategies of
Dunia Tumbuhan Lumut. Jakarta :
Bryophytes. Lindbergia: A
PT Lentera Abadi.
Preliminary 5: 2-18.
Sulistyowati DA, Perwati LK, Wiryani E.
Febrianti GN. 2015. Identifikasi Tumbuhan
2014. Keanekaragaman
Lumut (Bryophyta) di Lingkungan
Marchantiophyta Epifit Zona
Universitas Jember serta
Montana di Kawasan Gunung
Pemanfaatannya Sebagai Buku
Ungaran. Jawa Tengah. Bioma 16
Nonteks. Bandung: J-ART. 1(2): 1-6
(1): 26-32.
Musyarofah. 2013. Keanekaragaman
Windadri FI. 2014. Lumut Sejati di
Lumut Hati dan Lumut Tanduk
Kawasan Cagar Alam Gunung
pasca Erupsi di Taman Nasional
Papandayan. Garut: Jawa Barat.
Berita Biologi. 13 (3): 309-320.

238

Anda mungkin juga menyukai