Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI
MODUL
GASTROINTESTINAL

Disusun Oleh :

1. Leonardo Dwiko Yurianto I1011171045


2. M. Tegar Nurachman I1011171047
3.Taupan Tagasta Mahardhika I1011171055

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
1. PENDAHULUAN
Setiap manusia memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan tersebut akan diolah dan diubah menjadi energi melalui
proses pencernaan. Proses pencernaan pada manusia dibedakan menjadi dua, yaitu
pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik terjadi di rongga
mulut. Pada proses ini memerlukan bantuan lidah dan gigi. Sedangkan pada
pencernaan kimiawi terjadi di rongga mulut, lambung, dan usus. Proses ini
memerlukan bantuan zat kimiawi yang disebut enzim.8
Saliva merupakan hasil sekret kelenjar yang penting bagi tubuh. Saliva terdiri dari
99,5 % H2O serta 0,5 % protein, glikoprotein dan elektrolit. Protein yang terpenting dari
saliva yaitu amilase, mukus, dan lisozim yang berperan penting dalam fungsi saliva.
Air liur (saliva) mempermudah proses penelanan dengan membasahi partikel-partikel
makanan, sehingga mereka saling menyatu serta dapat menghasilkan pelumasan
karena adanya mukus yang kental dan licin. Selain itu, saliva juga berfungsi untuk
menjaga higiene mulut karena mampu membersihkan residu-residu makanan dalam
mulut karena berfungsi sebagai penyangga bikarbonat yang berfungsi untuk
menetralkan asam dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut
sehingga membantu mencegah karies.3
Digesti (pencernaan) adalah proses pemecahan zat-zat makanan sehingga dapat
diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Alat yang berfungsi untuk menghancurkan
makanan ini disebut alat pencernaan. Agar makanan yang dicerna dapat diserap oleh
tubuh dengan baik, maka alat pencernaan haruslah dalam keadaan sehat. Proses
digesti meliputi:8
(1) pengambilan makanan (Ingesti),
(2) mengunyah (mastikasi),
(3) penelanan (deglutisi),
(4) pencernaan (digesti),
(5) proses penyerapan, terjadi di usus halus (Absorpsi),
(6) pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna ( Defekasi)
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut -turut
dimulai dari 1.Rongga Mulut, 2. Esofagus, 3. Lambung, 4. Usus Halus, 5. Usus
Besar, 6. Rektum, 7. Anus.
Hasil akhir proses pencernaan adalah terbentuknya molekul-molekul atau partikel-
partikel makanan yakni: glukosa, asam lemak, dan asam amino yang siap diserap
(absorpsi) oleh mukosa saluran pencernaan. 8
Selanjutnya, partikel-partikel makanan tersebut dibawa melalui sistem sirkulasi
(tranportasi) untuk diedarkan dan digunakan oleh sel-sel tubuh sebagai bahan untuk
proses metabolisme (assimilasi) sebagai sumber tenaga (energi), zat pembangun
(struktural), dan molekul-molekul fungsional (hormon, enzim) dan keperluan tubuh
lainnya.Karbohidrat yang dapat dibedakan menjadi; glukosa (C6H12O6), glikogen
(C6H10O5)m, pati (amilum, starch), dan molekul sangat panjang (selulose).
1. Lemak dibedakan menjadi; asam lemak, gliserol, lipoprotein, dan kolesterol.
2. Protein dapat dibedakan menjadi; protein sederhana, peptida, asam nukleat (DNA
dan RNA), dan asam amino.
3. Air, dapat dibedakan menjadi air yang didapat secara langsung dari air minum atau
air yang berasal dari makanan yang mengandung air dan yang diproduksi, oleh sel
tubuh pada proses pembakaran seluler.
4. Vitamin dapat dibedakan menjadi: kelompok vitamin yang larut lemak (ADEK) dan
larut air (B, C).\6. Mineral; natrium, kalium, klorida, iodium, zat besi.

1
2. TUJUAN
1. Untuk menentukan saluran pencernaan, kelenjar aksesori, pencernaan,hidrolase,
saliva amilase, karbohidrat, protein, lipid, garam empedu, pepsin, dan lipase
2. Untuk memahami fungsi utama dan proses sistem pencernaan
3. Untuk memahami kekhususan aksi enzim
4. Untuk menjelaskan dampak dari tingkat suhu dan pH pada aktivitas enzim
5. Untuk mengidentifikasi tiga kategori utama dari molekul makanan
6. Untuk menjelaskan bagaimana aktivitas enzim dapat dinilai dengan tes enzim
7. Untuk mengidentifikasi utama enzim, substrat, dan produk dari karbohidrat,
protein, dan pencernaan lemak

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
Alat umum:
1. Komputer/ Laptop
2. Program simulasi Physio Ex 9.0

Alat khusus:
1. Inkubator
2. Pipet tetes
3. Rak tabung
4. Tabung reaksi
5. Penangas
6. Spektrofotometer (aktivitas pepsin)
7. pH meter (aktivitas lipase)

3.2 Bahan
Bahan khusus:
a. Aktivitas 1 dan 2:
1. Amilase
2. Pati
3. Maltosa
4. Buffer pH 2.0
5. Buffer pH 7.0
6. Buffer pH 9.0
7. Air
8. Glukosa
9. Selulosa
10. Peptidase
11. Bakteri
12. IKI
13. Benedict

b. Aktivitas 3:
1. Pepsin
2. BAPNA
3. Buffer pH 2.0
4. Buffer pH 7.0
2
5. Buffer pH 9.0
6. Air
c. Aktivitas 4:
1. Lipase
2. Minyak sayur
3. Garam Empedu
4. Buffer pH 2.0
5. Buffer pH 7.0
6. Buffer pH 9.0
7. Air

3
4. PROSEDUR/ CARA KERJA
4.1 Prosedur/ Cara kerja Umum:
1. Unduh lembar kerja (worksheet) Physio Ex 9.0 Exercise 8.
2. Baca lembar kerja tersebut sebelum memulai praktikum simulasi ini.
3. Jalankan program simulasi Physio Ex 8.0
4. Pilih Exercise 8: Chemical and Physical Process of Digestion pada kotak
yang tersedia dan klik Go.
5. Lakukan praktikum fisiologi sesuai kegiatan simulasi yang tertera pada
lembar kerja
6. Buatlah laporan praktikum dan jawab semua pertanyaan pada lembar kerja
yang diberikan

4.2 Prosedur/ Cara Kerja Khusus:


a. Aktivitas 1:
1. Klik tabung reaksi yang berada dekat inkubator dengan mouse, drag
tabung reaksi tersebut ke kolom 1 diatas inkubator, dan lepaskan.
Tabung reaksiakan terletak secara otomatis pada kolom tersebut.
Ulangi langkah ini isi kolom 2,3, dan seterusnya hingga ke tujuh kolom
telah ditempati oleh semua tabung reaksi diatas inkubator.
2. Isi ke tujuh tabung reaksi tersebut dengan 3 substansi, sebagai berikut:
Tabung reaksi #1: isi dengan pati,deionized water,pH 7.0 buffer
Tabung reaksi #2: amilase,deionized water, pH 7.0 buffer
Tabung reaksi #3: Pati,amilase,pH 7.0 buffer
Tabung reaksi #4: Pati,amilase,pH 7.0 buffer
Tabung reaksi #5: Maltosa,deionized water,pH 7 Buffer
Tabung reaksi #6: Pati,amilase,pH 2.0 buffer
Tabung reaksi #7: Pati,amilase,pH 9.0 buffer
3. Klik nomor 3, dibawah tabung reaksi #3. Tabung reaksi tersebut akan
masuk kedalam alat inkubasi. Kemudian klik ‘Boil’. Tabung reaksi
tersebut akan mendidih dan naik kembali ke atas inkubator.
4. Pastikan suhu inkubasi telah ditetapkan pada suhu 37 0c dan pastikan
pula timer telah di set di 60 menit.
5. Klik “incubate”. Ketujuh tabung reaksi tersebut akan turun ke dalam unit
inkubasi. Saat proses inkubasi telah selesai ,tabung tersebut akan
muncul kembali di atas inkubator.
6. Kliktabung reaksi #1 yang ada diatas inkubator, maka akan tampak
kursor tersebut berubah menjadi miniatur tabung reaksi. Drag miniatur
tabung reaksi ini ke dalam assay kabinet, isi dari miniature tabung
reaksi tersebut akan kosong dan masuk ke dalam tabung assay

4
7. Ulangi langkah 6 pada tabung yang tersisa, lakukan secara berurutan
pada tiap tiap tabung reaksi.
8. Ketika larutan dari setiap tabung telah dipindahkan ke tabung reaksi
dalam assay kabinet, klik tutup botol IKI dan drag tutup botol tersebut
menuju tabung reaksi pertama yang telah dipindahkan sebelumnya.
Tetesan IKI akan tecampur rata. Tutup botol tadi akan secara ototmatis
mengisi tabung reaksi yang tersisa pada kabinet assay. Amati
perubahan warna yang terjadi warna biru-kehitaman atau abu- abu
mengindikasikan reaksi positif pada pati. Warna kuning
mengindikasikan hasil tes yang negative. Klik record
9. Kemudian, klik tutup botol benedict drag ke tabung reaksi #1. Tetesan
benedict akan tercampur kedalam tabung reaksi. Ulangi langkah
tersebut pada tabung reaksi yang tersisa
10. Setelah semua reagen telah diteteskan ke tabung reaksi, klik boil.
Setelah selesai amati perubahan warna yang terjadi. warna
hijau,orange,atau kemerahan menunjukan adanya kehadiran maltosa
yang menujukan hasil positive dari uji benedict. Warna biru
mengindikasikan bahwa tidak terdapt maltosa dan disumpulkan hasil
uji benedictnya negatif. Rekam data dalam Chart1. Gunakan (+) untuk
sample berwarna hijau, tanda (++) untuk sampel yang berwarna merah
kecoklatan,dan tanda (-) untuk sampel berwarna biru.
11. Klik Record Data.
12. Klik dan drag setiap tabung reaksi ke pencuci tabung reaksi, tabung
reaksi akan menghilang

b. Aktivitas 2:
1. Klik tabung reaksi yang menggantung terdekat dengan inkubator, tarik
tabung itu ke slot nomor 1 di atas inkubator, dan lepaskan tombol
mouse. Tabung reaksiakan terletak otomatis ke tempatnya. Ulangi ini
tindakan ini, mengisi slot yang nomor 2, slot nomor 3, dan seterusnya,
sampai semua tujuh slot di atas inkubator berisi tabung reaksi.
2. Isi ke tujuh tabung reaksi dengan 3 substansi , sebagai berikut:
Tabung reaksi #1: amilase, pati, pH 7.0 buffer
Tabung reaksi #2: amilase, pati, pH 7.0 buffer Tabung
reaksi #3: amilase, glucose, pH 7.0 buffer Tabung
reaksi #4: amilase, cellulose, pH 7.0 buffer Tabung
reaksi #5: amilase, cellulose, deionized water Tabung
reaksi #6: peptidase, pati, pH 7.0 buffer Tabung reaksi
#7: bakteri, cellulose, pH 7.0 buffer
3. Klik nomor 1, dibawah tabung reaksi #1. Tabung reaksi tersebut akan
masuk kedalam alat inkubasi. Kemudian klik ‘freeze’. Tabung reaksi
tersebut akan membeku dan naik kembali ke atas inkubator
4. Pastikan temperatur inkubasi adalah 37ᵒ C dan pastikan pula timer di
set 60 menit. Jika tidak, klik (+) atau (-) untuk menyesuaikan.
5. Klik inkubasi. Ketujuh tabung reaksi akan diturunkan ke unit inkubasi.
Di akhir masa inkubasi tabung akan muncul kembali dan pintu kabinet
assay akan terbuka. Sekali lagi Anda akan melihat bahwa ada tujuh
tabung reaksi kosong dan botol penetes IKI dan Benedict dalam kabinet
assay. Ingatlah bahwa tes IKI untuk menguji pati, sementara Tes
Benedict untuk menguji glukosa atau maltosa. IKI menjadi biru-

5
hitam dengan adanya selulosa serta pati. Tambahkan reagen ini untuk
ketujuh tabung uji untuk menentukan apakah ada atau tidaknya proses
pencernaan.
6. Klik tabung reaksi #1 pada slot 1 di inkubator. Kamu akan melihat
kursor berubah menjadi miniatur tabung reaksi. Tarik tabung reaksi
miniatur ini ke tabung reaksi pertama di dalam kabinet assay, kemudian
lepaskan mouse. Isi dari tabung reaksi miniatur akan terisi ke dalam
tabung reaksi assay.
7. Ulangi langkah 6 pada tabung yang tersisa. Pastikan dilakukan dengan
beurutan, diikuti oleh tabung reaksi 2, kemudian tabung reaksi 3, and
seterusnya.
8. Ketika larutan dari setiap tabung telah dipindahkan ke tabung reaksi
dalam kabinet assay, klik tutup botol IKI dan drag tutup botol tersebut
menuju tabung reaksi pertama yang telah dipindahkan sebelumnya.
Tetesan IKI akan tecampur rata. Tutup botol tadi akan secara otomatis
mengisi tabung reaksi yang tersisa pada kabinet assay. Amati
perubahan warna yang terjadi warana biru-kehitaman atau abu- abu
mengindikasikan reaksi positif pada pati. Warna kuning
mengindikasikan hasil tes yang negatif. Simpan hasil IKI pada tabel
berikut.
9. Kemudian, klik tutup botol benedict drag ke tabung reaksi #1. Tetesan
benedict akan tercampur kedalm tabung reaksi. Ulangi langkah
tersebut pada tabung reaksi yang tersisa
10. Setelah semua reagen telah diteteskan ke tabung reaksi, klik boil.
Setelah selesai amati perubahan warna yang terjadi. warna
hijau,orange,atau kemerahan menunjukan adanya kehadiran glukosa
atau maltosa yang menujukan hasil positive dari uji benedict. Warna
biru mengindikasikan bahwa tidak terdapt glukosa atau maltosa dan
disumpulkan hasil uji benedictnya negatif. Rekam data dalam Chart 2.
Gunakan (+) untuk sampel berwarna hijau, tanda (++) untuk sampel
yang berwarna merah kecoklatan,dan tanda (-) untuk sampel berwarna
biru.
11. Klik Record Data.
12. Klik dan drag setiap tabung reaksi ke pencuci tabung reaksi, tabung
reaksi akan menghilang

c. Aktivitas 3:
1. Klik tabung reaksi yang berada dekat inkubator dengan mouse, drag
tabung reaksi tersebut ke kolom 1 diatas inkubator, dan lepaskan.
Tabung reaksi akan terletak secara otomatis pada kolom tersebut.
Ulangi langkah ini isi kolom 2,3, dan seterusnya hingga enam dari ke
tujuh kolom telah ditempati oleh semua tabung reaksi diatas inkubator.
(tidak seperti aktivitas sebelumnya, kali ini hanya mengguanakan enam
tabung reaksi).
2. Isi keenam tabung reaksi dengan tiga substansi, sebagai berikut:
Tabung reaksi #1: pepsin, BAPNA, ph 2,0 buffer
Tabung reaksi #2: pepsin, BAPNA, pH 2,0 buffer Tabung
reaksi #3: pepsin, deionized water, pH 2,0 buffer Tabung
reaksi #4: deionized water, BAPNA, pH 2 buffer Tabung
reaksi #5: pepsin, BAPNA, pH 7,0 buffer

6
Tabung reaksi #6: pepsin, BAPNA, pH 9 buffer
3. Klik nomor 1, dibawah tabung reaksi #1. Tabung reaksi tersebut akan
masuk kedalam alat inkubasi. Kemudian klik ‘Boil’. Tabung reaksi
tersebut akan mendidih dan naik kembali ke atas inkubator
4. Pastikan temperatur inkubasi adalah 37ᵒ C dan pastikan pula timer di
set 60 menit. Jika tidak, klik (+) atau (-) untuk menyesuaikan
5. Klik inkubasi. Ketujuh tabung reaksi akan diturunkan ke unit inkubasi.
Di akhir masa inkubasi tabung akan muncul kembali dan pintu kabinet
assay akan terbuka. Ketika kabinet assay terbuka, akan terlihat
spectrofotometer, sebuah alat untuk menentukan jumlah dari absorpsi
cahaya (dinamakan densitas optik). Gunakan spectrofotometer untuk
menentukan seberapa banyak pewarna kuning yang dilepaskan ketika
BAPNA di “cerna”. Untuk melakukan ini, kamu harus menarik setiap
tabung reaksi ke dalam spectofotometer dan klik analyze.
Spectrophotometer akan memancarkan cahaya melalui solustion untuk
menetukan optical densitynya. Densitas optik terhebat, jika lebih
banyak pencernaan BAPNA oleh pepsin terjadi.
6. Kliktabung #1, tarik ke spectrofotometer, lepaskan tombol mouse.
7. Klik analyze
8. Catat densitas optik yang yang terbaca dari tabung reaksi ini. Simpan
dalam grafik berikut
9. Pindahkan tabung reaksi dan kembalikan tabung reaksi ke slotnya di
atas inkubator
10. Ulangi langkah 6-9 pada tabung reaksi yang tersisa
11. Setelah semua tabung reaksi telah terbaca, klik record data untuk
menyimpan datamu pada screen
12. Tarik setiap tabung reaksi ke dalam pencuci tabung reaksi untuk
membersihkannya
13. Klik tools→print data untuk ngeprint datamu.

d. Aktivitas 4:
1. Klik tabung reaksi yang berada dekat inkubator dengan mouse, drag
tabung reaksi tersebut ke kolom 1 diatas inkubator, dan lepaskan.
Tabung reaksiakan terletak secara otomatis pada kolom tersebut.
Ulangi langkah ini isi kolom 2,3, dan seterusnya hingga ke tujuh kolom
telah ditempati oleh semua tabung reaksi diatas inkubator.
2. Isi ke tujuh tabung reaksi tersebut dengan 3 substansi, sebagai berikut:
Tabung reaksi #1: lipase, minyak nabati, garam empedu ,pH 7.0 buffer
Tabung reaksi #2: lipase, minyak nabati, garam empedu, pH 7.0 buffer
Tabung reaksi #3: lipase, minyak nabati, deionized water, pH 7 buffer
Tabung reaksi #4: lipase, deionized water, garam empedu, pH 9 buffer
Tabung reaksi#5: deionized water, minyak nabati, garam empedu, pH 7,0
buffer
Tabung reaksi #6: lipase, minyak nabati, garam empedu, pH 2,0 buffer

7
Tabung reaksi #7: lipase, minyak nabati, garam empedu, pH 9,0 buffer
3. Klik nomor 1, dibawah tabung reaksi #1. Tabung reaksi tersebut akan
masuk kedalam alat inkubasi. Kemudian klik ‘Boil’. Tabung reaksi
tersebut akan mendidih dan naik kembali ke atas incubator
4. Pastikan temperatur inkubasi adalah 37ᵒ C dan pastikan pula timer di
set 60 menit. Jika tidak, klik (+) atau (-) untuk menyesuaikan
5. Klik inkubasi. Ketujuh tabung reaksi akan diturunkan ke unit inkubasi.
Di akhir masa inkubasi tabung akan muncul kembali dan pintu kabinet
assay akan terbuka. Kamu akan melhat sebuah pH meter dalam
kabinet assay. Pencernaan minyak nabati akan melepaskan asam
lemak, yang mana menurunkan pH. Oleh karena itu kamu akan
menggunakan pH meter untuk membantu kamu mendeteksi
keberadaan dari asam lemak ( dan , karenanya, bukti pencernaan )
dengan membandingkan pH dari sampel yang sekarang dengan pH
awalnya. Kamu harus klik dan menarik tabung reaksi tersebut ke dalam
pH meter. Ketika tabung reaksi telah masuk, klik measure pH. Sebuah
elektroda akan turun ke dalam isi tabung dan menyatakan pH-nya.
6. Clicik dan tarik tabung reaksi #1 ke dalam pH meter
7. Klik measure pH
8. Catat nilai pH pada grafik 4, kemudian kembalikan tabung reaksi ke
dalam slot-nya di inkubator
9. Ulangi langkah 6-8 untuk tabung reaksi yang tersisa
10. Ketika semua tabung reaksi telah di analisa, klik record data
11. Klik tools di atas screen dan print data jika kamu ingin print out hard
copy dari data-mu.
12. Cuci tabung reaksi dengan menariknya ke dalam pencuci tabung
reaksi.

5. HASIL
5.1 Aktivitas 1:
Tub Reagent 1 Reagent 2 Reagent Treatment Time Temp I Benedict
e 3 . K 's
No. I
1 Amylase Starch pH 7.0 Boiled 60 37 + -
Buffer

2 Amylase Starch pH 7.0 Frozen 60 37 - ++


Buffer
3 Amylase Starch pH 7.0 None 60 37 - ++
Buffer

4 Amylase Deionized pH 7.0 None 60 37 - -


Buffer
Water
5 Deionized Starch pH 7.0 None 60 37 + -
Buffer
Water

6 Deionized Maltose pH 7.0 None 60 37 - ++


Buffer
8
Water
7 Amylase Starch pH 2.0 None 60 37 + +
Buffer

8 Amylase Starch pH 9.0 None 60 37 + +


Buffer

5.2 Aktivitas 2:

Tabung Reagen 1 Reagen 2 Reagen 3 Dibekukan Waktu Suhu IKI Benedict


1. Amilase Pati pH 7.0 + 60 37 - ++
2. Amilase Glukosa pH 7.0 - 60 37 - ++
3. Amilase Selulosa pH 7.0 - 60 37 + -
4. Amilase Selulosa Air - 60 37 + -
5. Peptidase Pati pH 7.0 - 60 37 + -
6. Bakteri Selulosa pH 7.0 - 60 37 - ++
5.1 Aktivitas 3:
Tabung Reagen 1 Reagen 2 Reagen 3 Dipanaskan Waktu Suhu Densitas Optik
1. Pepsin BAPNA pH 2.0 + 60 37 0,00
2. Pepsin BAPNA pH 2.0 - 60 37 0,40
3. Pepsin Air yang pH 2.0 - 60 37 0,00
ter-deio
nisasi
4. Air yang BAPNA pH 2.0 - 60 37 0,00
ter-deio
nisasi
5. Pepsin BAPNA pH 7.0 - 60 37 0,03
6. Pepsin BAPNA pH 9.0 - 60 37 0,00

5.2 Aktivitas 4:
Tabung Reagen 1 Reagen 2 Reagen 3 Reagen 4 Dipanaskan Waktu Suhu pH
1. Lipase Minyak Garam pH 7.0 + 60 37 6,21
Sayur empedu
2. Lipase Minyak Garam pH 7.0 - 60 37 7,00
Sayur empedu
3. Lipase Air Garam pH 9.0 - 60 37 9,00
empedu
4. Air Minyak Garam pH 7.0 - 60 37 7,00
Sayur empedu
5. Lipase Minyak Garam pH 2.0 - 60 37 2,00
Sayur empedu
6. Lipase Minyak Garam pH 9.0 - 60 37 8,97
Sayur empedu

9
6. PEMBAHASAN
6.1 Aktivitas 1:
Berdasarkan hasil praktikum, pada tabung nomor 1 menunjukkan bahwa
ditemukan adanya adanya amilum dan tidak ditemukannya maltose, enzim
Amilase bekerja memecah karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin,
akan diurai menjadi molekul yang lebih sederhana maltosa. Maltosa tidak hadir
disebabkan karena tidak terdapat enzim amilase untuk memecah substrat menjadi
maltosa dan dekstrin. Sedangkan pada tabung nomor 2 menunjukan bahwa tidak
terdapat maltosa maupun amilum. maltosa tidak hadir karena hanya terdapat
enzim amilase namun tidak terdapat substrat sehingga tidak akan ada yang
dicerna oleh enzim amilase. Enzim pertama yang ditemukan
dan diisolasi. Jika tubuh mengalami kekurangan enzim, perut mudah berontak
saat mengkonsumsi makanan-makanan tertentu.
Pada tabung nomor 4 tidak ditemukannya amilum dan hanya
menunjukkan bahwa adanya maltosa, karena amilum dipecah oleh enzim amilase
menjadi dekstrin dan maltosa. Pada tabung 5 di dapatkan hasil akhir yaitu maltosa
karena pada tabung nomor tidak terdapat enzim amilase yang dapat digunakan
untuk memecah substrat menjadi hasil akhirnya. Amilase, yaitu enzim yang
menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa (suatu disakarida). 5
Enzim-enzim hingga kini diketahui berupa molekul-molekul besar yang
berat molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkan dalam air, maka akan
menjadi suatu koloid. Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk
mengubah substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali
hasil akhir menjadi substrat jika kondisi lingkungan berubah. 5
Tabung nomor 3 menunjukkan bahwa adanya amilum pada tabung,
karena amilum tidak dipecah oleh enzim amilase. Hal tersebut disebabkan karena
enzim amilase rusak ketika di panaskan pada suhu tinggi. Pada tabung 6 dengan
pH 2 (asam) dan tabung 7 dengan pH 9 (basa), menunjukkan IKI test positif dan
benedict’s test positif, disebabkan karena amilum tidak dipecah seluruhnya oleh
enzim amilase.
Seperti reaksi kimia pada umumnya, maka
reaksi enzimatik dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu sampai optimum akan di
ikuti pula oleh kenaikan kecepatan reaksi enzimatik. Suhu menjadi faktor utama
yang mampu memberikan pengaruh signifikan terhadap aktivitas dan cara kerja
enzim dalam tubuh seseorang. Kenaikan reaksi enzim menjadi dua kali lipat tiap
kenaikan suhu 10ºC dalam batas suhu wajar. Kenaikan suhu tersebut
menstimulasi peningkatan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim
sehingga energi substrat mengalami penurunan saat bertubrukan dengan enzim.
Akibatnya, aktivitas dan cara kerja enzim pun menurun. Pada manusia, suhu
optimum enzim berkisar pada 37ºC, sedangkan tumbuhan mempunyai suhu
optimum yang lebih rendah, yaitu 25ºC.
Kepekaan enzim terhadap suhu pada keadaan suhu melebihi optimum
disebabkan terjadinya perubahan fisikokimia protein penyusun enzim. Apabila
suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga substrat tidak
lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak akan dapat
menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator.

Jawab pertanyaan:

1. List the substrate and the subunit product of amylase.

1
0
Jawaban:
Amilase merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolis amilum (pati)
menjadi gula-gula sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase
dapat digunakan dalam proses pembuatan biskuit, minuman beralkohol, dan
pembuatan sirup glukosa.
Amilase merupakan enzim yang paling penting dan keberadaanya
paling besar, pada bidang bioteknologi, enzim ini diperjual belikan sebanyak
25% dari total enzim yang lainya. Amilase didapatkan dari berbagai macam
sumber, seperti tanaman, hewan dan mikroorganisme. Amilase yang berasal
dari mikroorganisme banyak digunakan dalam industri, hal ini dikarenakan
mikroorganisme periode pertumbuhanya pendek. Amilase pertama kali yang
diproduksi adalah amilase yang berasal dari fungi pada tahun 1894.
Produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber
karbon. Contoh-contoh sumber karbon yang murah adalah sekam, molase,
tepung jagung, jagung, limbah tapioka dan sebagainya. Jika digunakan limbah
sebagai substrat, maka limbah tadi dapat diperkaya nutrisinya untuk
mengoptimalkan produksi enzim. Sumber karbon yang dapat digunakan
sebagai suplemen antara laian: pati, sukrosa, laktosa, maltosa, dekstyrosa,
fruktosa, dan glukosa. Sumber nitrogen sebagai suplemen antara lain: pepton,
tripton, ekstrak daging, ekstrak khamir, amonium sulfat, tepung kedelai, urea
dan natrium nitrat.12

2. What effect did boiling have on enzyme activity? Why? How well did the results
this compare with your prediction?

Jawwaban:

Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada


suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena
enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian
aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim
menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan
suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan
reaksi.13

3. At what pH was the amylase activity the most active? Describe the significance
of this result.

Jawaban:

Pada pH 7,0 aktivitas amilase adalah yang paling aktif, ini karena ketika
enzim adalah yang paling aktif pada pH. Setiap orlower tinggi akan
menyebabkan enzim menjadi tidak aktif atau akan mendenaturasinya. PH ini
juga ditemukan di daerah di mana pencernaan pati terjadi seperti mulut dan
duodenum. 13

4. Briefly describe the need for controls and give an example used in this activity.

Jawaban:

Kontrol diperlukan untuk memvalidasi hasil percobaan. Tube # 5 adalah


contoh di mana enzim yang menguji untuk mengkontaminasi glukosa dalam
pati atau buffer tidak ada
Describe the significance of using a 37°C incubation temperature to test

1
1
5. salivary amylase activity.

Jawaban:

Enzim tidak tahan terhadap perubahan suhu dan pH yang ekstrem.


aktivitas hilang karena denaturasi enzim. suhu optimal untuk enzim amilase
untuk bertindak adalah 37oC karena enzim sangat aktif pada suhu ini. suhu
tubuh manusia rata-rata 37oC.14
6.2 Aktivitas 2:
Dalam praktikum, tersedia 7 tabung yang dimasukkan beberapa reagen
yang berbeda dan diinkubasi pada suhu yang sama (37oC), dan diberikan reagen
IKI dan Benendict sebagai penanda. IKI adalah reagen penanda adanya pati
sedangkan Benedict adalah reagen yang menandakan adanya glukosa dan
maltosa. pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas
amilosa dan amilopektin.6
Pada tabung nomor 1, dicampurkan reagen amilase dan pati dengan pH
7,0 dan dibekukan. Pada tes IKI menunjukan negatif (kuning) yang berarti pati
tercerna dan telah terurai menjadi glukosa dan maltosa yang ditunjukkan dengan
tes Benedict positif yaitu menunjukan perubahan warna menjadi orange. 6
Pada tabung kedua dan ketiga yang masing-masing dimasukan glukosa
dan pati menunjukkan hasil yang sama, yaitu IKI tetap kuning dan Benedict positif.
Ini menunjukkan bahwa pati dan glukosa tercerna oleh optimase secara optimal. 7
Pada tabung 4 dan 5, perlakuan yang diberikan dan reagen yang diberikan
sama, kecuali pada tabung 4 diberi air dan tabung 5 diberi buffer pH 7.0, namun
menunjukkan hasil yang sama, yaitu tes IKI positif dan tes Benedict negatif, ini
menandakan bahwa walaupun terjadi perbedaan pH, amilase tidak bekerja pada
selulosa dan pencernaan tidak terjadi. 7
Pada tabung 6, tidak terjadi pencernaan pati oleh peptidase yang
ditunjukan dengan hasil IKI positif dan benedict negatif, ini sesuai dengan teori
Lock and Key bahwa enzim bekerja pada substrat tertentu, pada kasus ini
peptidase hanya bisa memecah ikatan peptida, bukan ikatan glukosa.
Pada tabung 7, dimasukan bakteri dan selulosa dalam pH basa (pH 9.0),
dalam perlakuan ini terjadi penguraian selulosa oleh bakteri yang ditunjukan oleh
tes IKI yang negatif dan tes Benedict yang positif. 7

Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa hasil dalam tabung 1 dan tabung 2 sama.
Jawabanmu:
Karenaamilase merupakan enzim yang mengkatalisis pemecahan pati menjadi g
ula . Amilase hadir pada manusiaair liur , di mana ia memulai proses
kimia pencernaan . Makanan yang mengandung pati banyak, tetapi sedikit gula,
seperti beras dan kentang , rasa sedikit manis karena mereka mengunyah karena
ternyata beberapa amilase pati mereka menjadi gula di dalam mulut.
Para pankreas juga membuat amilase ( amilase alfa ) untuk menghidrolisis pati
makanan menjadi disakarida dan trisaccharides yang dikonversi oleh enzim lain
untukglukosa untuk memasok tubuh dengan energi.

12
Tumbuhan dan beberapa bakteri juga menghasilkan amilase.
Sebagai diastase , amilase adalah enzim pertama yang ditemukan dan
diisolasi). amilase Khusus protein yang ditunjuk oleh huruf Yunani yang
berbeda. Semua amilase adalahhidrolisis glikosida dan bertindak atas α-1, 4
- obligasi glikosidik. 10
2. Jelaskan hasil dalam tabung 3. Seberapa baik hasil dibandingkan dengan
prediksi Anda?
Jawabanmu:
tidak boleh positif untuk tes ini karena amilase tidak boleh
mencerna selulosa karena Enzim Amilase bekerja memecah karbohidrat
rantai panjang seperti amilum dan dekstrin, akan diurai menjadi molekul
yang lebih sederhana maltosa. 11

6.3 Aktivitas 3:
BAPNA adalah suatu protein sintesi yang digunakan dalam praktikum kali ini.
Tabung 3 dan tabung 4 merupakan tabung kontrol yang dimana diketahui tidak
akan terjadi pencernaan BAPNA (protein) tanpa adanya pepsin pada pH dan suhu
yang sesuai.
Sedangkan pada tabung 2 dengan pH 2 memiliki nilai densitas optik yang
paling tinggi karena pencernaan BAPNA oleh pepsin akan terjadi optimal pada
keadaan asam yaitu dengan nilai pH 2, dimana pepsin sebagai enzim proteolitik
akan aktif pada medium yang sangat asam yakni dengan kisaran (pH optimal 1,8
– 3,5), dan menjadi tidak aktif pada pH dengan kisaran diatas 5.1 Hal ini pula yang
menyebabkan tabung 5 dan tabung 6 dengan pH diatas 5, menghasilkan hasil
yang tidak optimal yakni negatif. Berbeda dengan enzim pencernaan lain, dimana
mereka akan optimal bekerja pada pH 6-8 dan akan terdenaturasi pada pH 2.2
Tabung 1 dilakukan pemanasan dan didapatkan hasil densitas optiknya yakni
0,00. Peningkatan suhu akan meningkatkan laju baik reaksi yang tidak dikatalisis
maupun yang dikatalisis oleh enzim. Namun, energi panas juga dapat
meningkatkan energy kinetik enzim hingga ke suatu titik yang melebihi hambatan
energi untuk merusak interaksi nonkovalen yang mempertahankan struktur tiga
dimensi enzim. Rantai polipeptida enzim akan terurai atau mengalami denaturasi
disertai hilangnya kemampuan katalik enzim. Hal inilah yang menyebabkan hasil
negatif pada tabung yang dipanaskan.
Pepsin bertugas untuk memulai proses pencernaan protein, dan biasanya
hanya menghasilkan 10-20% pencernaan protein total untuk mengubah protein
menjadi proteosa, pepton dan sedikit polipeptida. Pemecahan protein ini terjadi
akibat proses hidrolisis pada ikatan peptida di antara asam-asam amino.
Jawab pertanyaan:
1. Describe the effect that boiling had on pepsin and how you could tell that
it had that effect. Your answer:

Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu
optimal antara 35°C dan 40°C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan
di bawah optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50°C enzim
secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu
100°C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak
benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang (Gaman
& Sherrington, 1994). Enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar 180-
230C atau maksimal 400C karena pada suhu 450C enzim akan
terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein.9
Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya
13
juga akan mendenaturasi enzim. Peningkatan temperatur dapat
meningkatkan kecepatan reaksi karena molekul atom mempunyai energi
yang lebih besar dan mempunyai kecenderungan untuk berpindah. Ketika
temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai berlangsung dan
menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal ini dikarenakan adanya
rantai protein yang tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah
sehingga secara keseluruhan kecepatan reaksi akan menurun.9
2. Was your prediction correct about the optimal pH for pepsin activity?
Discuss the physiological correlation behind your results. Your answer:

prediksi yang benar adalah pH 2.0 ini karena pepsin paling aktif pada pH
jus lambung yaitu sekitar 2,0 pH
3. What do you think would happen if you reduce the incubation time to 30
minutes for tube 5? Your answer:

Mungkin saja tidak ada pencernaan protein yang akan terlihat karena
hanya sedikit yang terlihat

Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa suhu (pemanasan)


dapat mempengaruhi kerja enzim. Seperti yang kita ketahui kerja enzim
dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman,
kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang
dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar
suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau
strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali.

6.4 Aktivitas 4:
Pada tabung 1, tabung 4, tabung 5, dan tabung 6 tidak mengalami pencernaan
lemak oleh lipase garam empedu. Sedangkan pada tabung 2, tabung 3, dan
tabung 7 mengalami pencernaan lemak lipase oleh garam empedu dengan
berbagai tingkatan, dan tabung dengan tingkatan yang paling optimal adalah
tabung ke-2.
Mekanisme ini dapat dijelaskan secara fisiologis yakni pencernaan di lumen
usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim pankreas, pencernaan lemak
ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim pankreas, lemak
direduksi secara sempurna menjadi satuan-satuan monogliserida dan asam lemak
bebas yang dapat diserap. Protein diuraikan menjadi fragmen peptide kecil

14
dan beberapa asam amino, serta karbohidrat direduksi menjadi disakarida dan
beberapa monosakarida. Dengan demikian, pencernaan lemak terjadi secara
optimal dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum
optimal (selesai).3 Terdapat sekitar 1-2 liter sekresi usus halus, sekresi ini
merupakan cairan kuning yang jernih, cairan ini akan disekresikan setiap hari.
Sekresi usus halus mengandung air dan mucus yang mana bersifat sedikit basa
(pH 7,6). Sehingga, dalam mekanisme pencernaan, enzim-enzim tertentu harus
dapat bekerja pada pH yang sesuai dengan lumen usus tersebut. 4 Berdasarkan
hasil praktikum pada tabung ke-6 tidak mengalami pencernaan lemak dan tabung
7 mengalami pencernaan tidak optimal, hal ini dikarenakan enzim lipase
pancreas tersebut tidak aktif dalam suasana pH 2 (asam) dan aktif sebagian pada
pH 9 (basa). Sedangkan pada tabung 2 terjadi pencernaan optimal karena pH
mendekati 7,6.
Kebanyakan lipid pada makanan terdiri atas trigliserida, yang terdiri atas
molekul ikatan gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Enzim yang memecah
trigliserida dan fosfolipid disebut Lipase. Mengingatkan kembali, bahwa ada tiga
jenis lipase yang dapat berpartisipasi dalam pencernaan lipid : lipase lingual, lipase
gastric dan lipase pancreas. Walaupun beberapa pencernaan lipid terjadi di
lambung melalui aksi lipase lingual dan gastric, pencernaan lemak yang teroptimal
terjadi di usus halus melalui aksi lipase pancreas. Trigliserida terurai oleh enzim
lipase ke dalam bentuk asam lemak dan monogliserida. Pelepasan asam lemak
dapat berupa asam lemak rantai pendek (dengan karbon kurang dari 10-12) atau
asam lemak rantai panjang, dengan dihasilkannya asam lemak dapat menjadi
indikator aktivitas enzim lipase dan garam empedu melalui pengukuran pH, jika pH
menurun berarti terjadi pencernaan lemak sebaliknya, jika pH tetap maka tidak
terjadi pencernaan lemak.4
Sebelum globulus besar lipid yang terdiri dari trigliserida dapat dicerna di usus
halus, mereka harus melalui tahap pertama yaitu emulsifikasi. 4 Garam empedu
yang disekresikan kantong empedu ke lumen usus halus, dapat memiliki efek
deterjen pada globulus lipid yang berukuran besar, dengan mengubahnya menjadi
bentukan butir – butir lemak kecil yang terbenam di dalam cairan kimus. Dengan
demikian, luas permukaan yang tersedia untuk aktivitas lipase pankreas
meningkat. Agar dapat mencerna lemak dengan optimal, lipase harus berkontak
langsung dengan molekul trigliserida . Karena tidak larut dalam air, molekul-
molekul lemak cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar dalam lingkungan
lumen usus halus yang banyak mengandung air, molekul – molekul lemak
cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar dalam lingkungan lumen usus
halus yang banyak mengandung air. Jika garam empedu tidak mengemulsifikasi
lemak-lemak ini, lipase hanya dapat bekerja pada lemak yang terdapat
dipermukaan butiran tersebut, dan pencernaan trigliserida akan berlangsung
sangat lama dan kurang optimal. Dari penjelasan tersebut, pada tabung 3 diketahui
terjadi pencernaan lemak tidak optimal karena tidak adanya agen pengemulsi
lemak yaitu garam empedu.3
Beberapa hal lain yang dapat memengaruhi aktivitas enzim adalah temperatur,
temperatur yang tinggi akan menyebabkan enzim yang merupakan protein dapat
dengan mudah terdenaturasi. Ini terbukti dalam hasil paraktikum pada tabung 1.
Sedangkan untuk tabung 4 dan 5 merupakan kontrol positif sehingga tidak terjadi
pencernaan lemak karena tidak terdapat substaat lemak dan enzimnya.

15
Jawab Pertanyaan:
1. Explain why you can't fully test the lipase activity in tube 5.
Jawaban:
Lipase adalah enzim yang menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Salah satu faktor yang mempengaruhi lipase adalah
pH. pH optimum pada enzim lipase adalah pH 7. Kondisi optimum ialah kondisi
lingkungan dimana enzim dapat mengkatalisis substrat pada pH optimum. pH
yang jauh dari kondisi optimum menyebabkan inaktivasi enzim karena enzim
mengalami kerusakan struktur protein sehingga aktivitasnya berkurang dan
bahkan menjadi tidak aktif. Aktivitas lipase diukur dengan penurunan nilai pH.
Dikarenakan pH pada tabung 5 sangat kecil, maka sulit mendeteksi asam
lemak yang terlepas.15
2. Which tube had the highest lipase activity? How well did the results compare
with your prediction? Discuss possible reasons why it may or may not have
matched.
Jawaban:
Aktivitas lipase tertinggi ada di tabung pertama, karena tabung ini
memiliki nilai penurunan pHterbesar, dan mendekati pH pada usus halus.
3. Explain why pancreatic lipase would be active in both the mouth and the
pancreas.
Jawaban:
Karena aktivitas pankreas lipase adalah tertinggi pada pH 6-7, enzim
aktif pada mulut dan pancreas. Pankreas lipase yang mendegradasi
trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol.16
4. Describe the process of bile emulsification of lipids and how it improves lipase
activity.
Jawaban:
Empedu berfungsi untuk secara mekanis menjepit butiran lemak besar
dan menghasilkan tetesan kecil yang secara efektif meningkatkan luas
permukaan dari lipid. Emulsi stabil terbentuk dengan penambahan albumin
sebagai emulgator. Susanti, Wulan., Nur Wal Jiniana, Dessy Rositasari, Nur
Firti, Dan Nuri Purnama. 17

16
7. DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.
2. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biology. 7th Edition. USA: Pearson
Education Benjamin Cummings; 2005.
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.
h. 567, 572, 641-42.
4. Tortora GJ, Derrickson B. Principles Of Anatomy And Physiology: The Digestive
System. 12th Edition. USA: John Wiley & Sons Inc; 2009. p. 953-54.
5. Lieberman M, Marks AD, Smith C. Marks’ Essentials Of Medical Biochemistry: A
Clinical Approach. 2th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p.
319-21.
6. Anna P. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia PRESS; 2006.
7. Swanson TA, Kim SI, Marc. Biokimia Disertai Biologi Molekular dan Genetik. Edisi
5. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2012.
8. Pearce Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia.2006
9. Tranggono dan Setiaji, B., 1989, Biokimia Pangan, 112-113, Pusat Antar
Universitas pangan Gizi UGM, Yogyakarta.
10. Aiyer, P.V. 2005. Amylases and Their Applications. African Journal of
Biotechnology 4: 125–135.
11. Abu, E.A., Ado, S.A., and James, D.B.. 2005. Raw Starch Degrading Amylase
Production by Mixed Culture of Aspergillus niger and Saccharomyces
cerevisae Grown on Sorghum Pomace. African Journal of Biotechnology
4: 8, 785-790,
12. Salisbury, F.B., dan C.W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press,
Bandung.
13. Ciornea, E., Vasile, G., Cojocaru, D., 2008, On The Influence Of The Temperature
And pH Of The Incubation Medium On The Activity Of Total Amylase In Some
Spontaneous And Cultivated poaceae.
14. The Effect of a Brief Salivary α-Amylase Exposure During Chewing on Subsequent
in Vitro Starch Digestion Curve Profiles [Internet]. [cited 2019 Feb 17]. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2996734
15. Tunggala, S., Hasnah N., Nunuk H.S. Optimasi Produksi Enzim Lipase dari Bakteri
Sumber Air Panas Tamalantik, Mamasa Sulawesi Barat. Makassar: Universitas
Hasanudin. 2011.
16. Mukhlisin, Ahmad. Enzim-Enzim Pencernaan pada Lambung, Pankreas, Usus
Halus. 2018
17. Susanti, Wulan., Nur Wal Jiniana, Dessy Rositasari, Nur Firti, Dan Nuri Purnama.
Kelarutan Lipid Serta Pengaruh Emulgator Terhadapkelarutan Lipid. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2011

17
8. LAMPIRAN
8.1 Aktivitas 1:

18
8.2 Aktivitas 2:

19
8.3 Aktivitas 3:

8.4 Aktivitas 4:

20
21

Anda mungkin juga menyukai