Kata Sulit
1. Maloklusi
pada
bayi
tetapi pada lainnya merupakan tanda lesi pada sistem saraf pusat, terutama
pada traktus piramidalis.
Pertanyaan
1. Mengapa terjadi cerebrospinal rhinorrhea ?
2. Apa penyebab pupil anisokor ?
3. Mengapa terjadi muntah disertai darah ?
4. Mengapa pasien sempat mengalami keadaan sadar sesaat ?
5. Mengapa frekuensi napas pasien menurun ?
6. Menapa terjadi hemiparesis sinistra ?
7. Mengapa terjadi perdarahan hidung dan telinga pada sisi kanan ?
8. Mengapa tekanan darah meninggi tetapi denyut nadi menurun ?
9. Mengapa pada jalan napas pasien terdapat snorring ?
10. Mengapa terjadi maloklusi gigi ?
11. Mengapa terjadi refleks babinsky ?
12. Mengapa pada perabaan regio wajah terdapat krepitasi ?
13. Apa arti dari penilaian GCS dengan skor 5 ?
14. Mengapa terjadi perbedaan hasil pemeriksaan RCL dan RCTL pada mata
kanan dan mata kiri?
15. Mengapa di dapatkan mobilitas maxilla ?
Jawab
1. Karena terjadi fraktur kepala yang mengenai lamina cribrosa sehingga
mengakibatkan keluarnya cairan serebrospinal melalui rongga hidung.
2. Adanya penekan pada nervus kranial II (opticus) dan III (occulomotorius)
akibat trauma kepala dan hematoma intrakranial.
3. Karena adanya peningkatan tekanan intrakranial
4. Karena terjadi interval lucid yang merupakan salah satu gejala khas pada
perdarahan epidural.
5. Karena fraktur basis cranii dan perdarahan intrakranial terjadi peningkatan
tekanan intrakranial, sehingga terjadi penekanan batang otak yang
menekan pada cervical 3 dan 4, dimana pada cervical tersebut
mempersarafi otot diaphragma.
6. Adnya trauma kepala pada hemisphere kanan sehingga terjadi hemiparesis
kontralateral yaitu pada hemiparesis sinistra.
7. Karena terjadi frkatur basis cranii, pada perdarahan hidung terjadi frakur
yang mengenai lamina cribrosa dan pada perdarahan telinga terjadi fraktur
yang mengenai os petrosum.
8. Karena terjadi trias cushing akibat dari peningkatan tekanan intrakranial.
9. Adanya hambatan jalan napas karena lidah yang menghalangi.
10. Karena adanya fraktur maksilla.
11. Karena terjadi hemiparesis sinistra.
12. Karena terjadi fraktur pada sepertiga tengah regio wajah.
13. GCS dengan nilai skor 5 menandakan koma dan trauma kepala berat.
14. Adanya penekan pada nervus kranial II (opticus) dan III (occulomotorius)
sehingga pada pemeriksaan terlihat adanya kelainan.
15. Karena terjadi fraktur maksilla.
Hipotesis
Trauma kepala
Penurunan GCS
Otorrhea
Cerebrospinal Rhinorrhea
Perdarahan epidural
Interval lucid
Anisokor ipsilateral
Peningkatan TIK
Trias Cushing
Hemiparesis kontralateral
refleks babinsky +
Fraktur sepertiga
Krepitasi
tengah wajah
Maloklusi gigi
Mobilitas maxilla
Trauma
kepala
dapat
menyababkan
fraktur
basis
cranii
yang
Sasaran Belajar
1. Memahami dan mempelajari trauma kepala.
1.1. Menjelaskan definisi trauma kepala.
1.2. Menjelaskan etiologi trauma kepala.
1.3. Menjelaskan klasifikasi trauma kepala.
1.4. Menjelaskan patofisiologi trauma kepala.
1.5. Menjelaskan manifestasi trauma kepala.
1.6. Menjelaskan diagnosis trauma kepala.
1.7. Menjelaskan tatalaksana trauma kepala.
1.8. Menjelaskan komplikasi trauma kepala.
2. Memahami dan memepelajari fraktur basis cranii
2.1. Menjelaskan definisi fraktur basis cranii.
2.2. Menjelaskan klasifikasi fraktur basis cranii.
2.3.Menjelaskan manifestasi fraktur basis cranii.
2.4. Menjelaskan diagnosis fraktur basis cranii.
2.5. Menjelaskan tatalaksana fraktur basis cranii.
2.6. Menjelaskan komplikasi fraktur basis cranii.
3. Memahami dan mempelajari perdarahan intrakranial.
3.1 Menjelaskan definisi perdarahan intrakranial.
3.2. Menjelaskan etiologi perdarahan intrakranial.
3.3. Menjelaskan klasifikasi perdarahan intrakranial.
3.4. Menjelaskan patofisiologi perdarahan intrakranial.
3.5. Menjelaskan manifestasi perdarahan intrakranial.
3.6. Menjelaskan diagnosis perdarahan intrakranial.
3.7. Menjelaskan tatalaksana perdarahan intrakranial.
3.8. Menjelaskan komplikasi perdarahan intrakranial.
4. Memahami dan mempelajari trias cushing.
4.1. Menjelaskan trias cushing.
2009).
Menurut
Brain
Injury Association
of
ataupun
degeneratif,
tetapi
disebabkan
oleh
Abrasi
Luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini tidak
sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri
karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak.
Avulsi
Apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas, tetapi sebagian
masih berhubungan dengan tulang kranial. Intak kulit pada kranial
terlepas setelah kecederaan.
Fraktur linier
Fraktur dengan bentuk garis tunggal. Fraktur linier dapat terjadi
jika gaya langsung yang bekerja pada tulang kepala cukup besar
tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan tidak terdapat
fraktur yang masuk ke dalam rongga intrakranial.
Fraktur diastasis
Jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulang tengkorak yang
menyebabkan pelebaran sutura-sutura tulang kepala. Pada usia
dewasa
sering
terjadi
pada
sutura
lambdoid
dan
dapat
Fraktur kominutif
Jenis fraktur tulang kepala yang memiliki lebih dari satu fragmen
dalam satu area fraktur.
Fraktur impresi
permukaan
dalam
tengkorak
pada
tempat
yang
yang
dapat
diperkirakan,
menyebabkan
berubahnya
10
Cushing
(denyut
jantung
menurun,
hipertensi,
depresi
pernafasan).
Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan
atau posisi abnormal ekstrimitas.
GCS 3-8
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang meliputi kesadaran, tensi, nadi, pola dan frekuensi
respirasi, pupil (besar, bentuk dan reaksi cahaya), defisit fokal serebral dan cedera
ekstrakranial. Hasil pemeriksaan dicatat dan dilakukan pemantauan ketat pada
hari-hari pertama. Bila terdapat perburukan salah satu komponen, penyebabnya
dicari dan segera diatasi.
11
b. Pemeriksaan Penunjang
X-ray tengkorak
Peralatan diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi fraktur dari dasar
tengkorak atau rongga tengkorak. CT scan lebih dipilih bila dicurigai
terjadi fraktur karena CT scan bisa mengidentifikasi fraktur dan adanya
kontusio atau perdarahan. X-Ray tengkorak dapat digunakan bila CT scan
tidak ada ( State of Colorado Department of
Labor and Employment, 2006).
CT-scan
Pemeriksaan CT scan tidak sensitif untuk lesi di batang otak karena
kecilnya struktur area yang cedera dan dekatnya struktur tersebut dengan
tulang di sekitarnya.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI mampu menunjukkan lesi di substantia alba dan batang otak yang
sering luput pada pemeriksaan CT Scan. Ditemukan bahwa penderita
dengan lesi yang luas pada hemisfer, atau terdapat lesi batang otak pada
pemeriksaan MRI, mempunyai prognosa yang buruk untuk pemulihan
kesadaran, walaupun hasil pemeriksaan CT Scan awal normal dan tekanan
intrakranial terkontrol baik (Wilberger dkk., 1983 dalam Sastrodiningrat,
2007).
Pemeriksaan Proton Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) menambah
dimensi baru pada MRI dan telah terbukti merupakan metode yang sensitif
untuk mendeteksi Cedera Akson Difus (CAD). Mayoritas penderita
dengan cedera kepala ringan sebagaimana halnya dengan penderita cedera
kepala yang lebih berat, pada pemeriksaan MRS ditemukan adanya CAD
di korpus kalosum dan substantia alba. Kepentingan yang nyata dari MRS
di dalam menjajaki prognosa cedera kepala berat masih harus ditentukan,
tetapi
hasilnya
sampai
saat
ini
dapat
menolong
menjelaskan
12
Mengontrol
fisiologi
3.
4.
5.
Perdarahan
subdural
(hematoma
subdural/SDH)
dengan
Pneumoencephali
Corpus alienum
Luka tembak
13
14
pernapasan
dapat
disebabkan
oleh
kelainan
sentral
atau
15
jantung, mengganti darah yang hilang, atau sementara dengan cairan isotonik
NaCl 0,9%.
1.8. Menjelaskan komplikasi trauma kepala.
a. Kejang
Kejang yang terjadi dalam minggu pertama setelah trauma disebut early seizure,
dan yang terjadi setelahnya disebut late seizure. Early seizure terjadi pada kondisi
risiko tinggi, yaitu ada fraktur impresi, hematoma intrakranial, kontusio di daerah
korteks; diberi profilaksis fenitoin dengan dosis 3x100 mg/hari selama 7-10 hari.
b. Infeksi
Profilaksis antibiotik diberikan bila ada risiko tinggi infeksi, seperti pada fraktur
tulang terbuka, luka luar, fraktur basis kranii. Pemberian profilaksis antibiotik ini
masih kontroversial. Bila ada kecurigaan infeksi meningeal, diberikan antibiotik
dengan dosis meningitis.
c. Gastrointestinal
Pada pasien cedera kranio-serebral terutama yang berat sering ditemukan gastritis
erosi dan lesi gastroduodenal lain, 10-14% di antaranya akan berdarah. Kelainan
tukak stres ini merupakan kelainan mukosa akut saluran cerna bagian atas karena
berbagai kelainan patologik atau stresor yang dapat disebabkan oleh cedera
kranioserebal. Umumnya tukak stres terjadi karena hiperasiditas. Keadaan ini
dicegah dengan pemberian antasida 3x1 tablet peroral atau H2 receptor blockers
(simetidin, ranitidin, atau famotidin) dengan dosis 3x1 ampul IV selama 5 hari.
maksilofacial, ruda paksa dari arah lateral cranial dan dari arah kubah cranial, atau
karena beban inersia oleh kepala.
16
17
18
merobek dura mater dan arachnoid sehingga LCS bercampur darah akan keluar
dari rongga hidung (Rhinorrhoea)
Fraktur Fossa Media
Fraktur Os Petrossum
Puncak (Apex ) os petrosum sangat rapuh sehingga LCS dan darah masuk
kedalam rongga telinga tengah dan memecahkan Membrana Tympani; dari telinga
keluar LCS bercampur darah (Otorrhoea).
Di atas sella tursica terdapat kelenjar Hypophyse yang terdiri dari 2 bagian pars
anterior dan pars posterior (Neuro Hypophyse). Pada fraktur sella tursica yg biasa
terganggu adalah pars posterior sehingga terjadi gangguan sekresi ADH (Anti
Diuretic Hormone) yang menyebabkan Diabetes Insipidus.
Syndrome ini adalah akibat fraktur basis tengkorak di fossa media yang
memecahkan Arteri Carotis Interna yang berada di dalam Sinus Cavernosus
sehingga terjadi hubungan langsung arteri vena (disebut Arterio-Venous Shunt
dari Arteri Carotis Interna dan Sinus Cavernsus > Carotid Cavernous Fistula).
Mata tampak akan membengkak dan menonjol, terasa sakit , conjunctiva
berwarna merah. Bila membran stetoskop diletakkan diatas kelopak mata atau
pelipis akan terdengar suara seperti air mengalir melalui celah yang sempit yang
disebut Bruit ( dibaca BRUI ).
Gejala-gejala klinis sebagai akibat pecahnya A.Carotis Interna didalam Sinus
Cavernosus , yang terdiri atas : mata yang bengkak menonjol , sakit dan
conjunctiva yang terbendung (berwarna merah) serta terdengar bruit , disebut
Sinus Cavernosus Syndrome,
Fraktur Fossa Posterior.
19
20
Radiografi: Pada tahun 1987, foto x-ray tulang tengkorak merujukan pada
kriteria panel memutuskan bahwa skull film
Pemeriksaan lainnya
Perdarahan dari telinga atau hidung pada kasus dicurigai terjadinya kebocoran
CSF, dapat dipastikan dengan salah satu pemeriksaan suatu tehnik dengan
mengoleskan darah tersebut pada kertas tisu, maka akan menunjukkan gambaran
seperti cincin yang jelas yang melingkari darah, maka disebut halo atau ring
sign. Kebocoran dari CSF juga dapat dibuktikan dengan menganalisa kadar
glukosa dan dengan mengukur transferrin.
21
22
23
24
dan
venous
menghancurkan klot
trombosis.
Kemampuan
obat-obat
ini
yaitu
25
terjadi
defisit
neorologis
berupa
hemiparesis
26
27
28
29
yang sangat sakit biasa terjadi, karena terbukanya jalan dura dari bagian
dalam cranium, dan biasanya progresif bila terdapat interval lucid.Interval
lucid dapat terjadi pada kerusakan parenkimal yang minimal.Interval ini
menggambarkan waktu yang lalu antara ketidak sadaran yang pertama
diderita karena trauma dan dimulainya kekacauan pada diencephalic karena
herniasi
transtentorial.Panjang
dari
interval
lucid
yang
pendek
Hemiparesis
Gangguan neurologis biasanya collateral hemipareis, tergantung dari efek
pembesaran massa pada daerah corticispinal. Ipsilateral hemiparesis sampai
penjendalan dapat juga menyebabkan tekanan pada cerebral kontralateral
peduncle pada permukaan tentorial.
Anisokor pupil
Yaitu pupil ipsilateral melebar. Pada perjalananya, pelebaran pupil akan
mencapai maksimal dan reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif
akan menjadi negatif. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan
bradikardi.pada tahap ahir, kesadaran menurun sampai koma yang dalam,
pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil
tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian.
Perdarahan subdural :
Gejala klinisnya sangat bervariasi dari tingkat yang ringan (sakit kepala)
sampai penutunan kesadaran. Kebanyakan kesadaran hematom subdural tidak
begitu hebat deperti kasus cedera neuronal primer, kecuali bila ada effek massa
atau lesi lainnya.Gejala yang timbul tidak khas dan meruoakan manisfestasi dari
peninggian tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, mual, muntah, vertigo, papil
edema, diplopia akibat kelumpuhan n. III, epilepsi, anisokor pupil, dan defisit
neurologis lainnya.kadang kala yang riwayat traumanya tidak jelas, sering diduga
tumor otak.
30
sutura
terbuka
yang
menyebabkan
kehilangan
darah
yang
Radiografi
o
Radiografi kranium
CT-scan
o
tampilan
lentikular
atau
bikonveks.
Hidrosefalus
31
Tanda
densitas
hematom
dibandingkan
dengan
perubahan
Area lain yang kurang sering terlibat adalah vertex, sebuah area
dimana konfirmasi diagnosis CT-scan mungkin sulit. Perdarahan
epidural vertex dapat disalahtafsirkan sebagai artefak dalam
potongan CT-scan aksial tradisional. Bahkan ketika terdeteksi
dengan benar, volume dan efek massa dapat dengan mudah
disalahartikan. Pada beberapa kasus, rekonstruksi coronal dan
sagital dapat digunakan untuk mengevaluasi hematom pada
lempengan coronal.
32
MRI : perdarahan akut pada MRI terlihat isointense, menjadikan cara ini kurang
tepat untuk mendeteksi perdarahan pada trauma akut. Efek massa, bagaimanapun,
dapat diamati ketika meluas.
33
perdarahan epidural < 30 ml, < 15 mm tebalnya, dan < 5 mm midline shift, tanpa
defisit neurologis fokal dan GCS > 8 dapat ditangani secara non-operatif.
Scanning follow-up dini harus digunakan untukmenilai meningkatnya ukuran
hematom nantinya sebelum terjadi perburukan.Terbentuknya perdarahan epidural
terhambat telah dilaporkan.Jika meningkatnya ukuran dengan cepat tercatat
dan/atau pasien memperlihatkan anisokoria atau defisit neurologis, maka
pembedahan harus diindikasikan.Embolisasi arteri meningea media telah
diuraikan pada stadium awal perdarahan epidural, khususnya ketika pewarnaan
ekstravasasi angiografis telah diamati.
Ketika mengobati pasien dengan perdarahan epidural spontan, proses
penyakit primer yang mendasarinya harus dialamatkan sebagai tambahan prinsip
fundamental yang telah didiskusikan diatas.
Terapi Bedah
Berdasarkan pada Guidelines for the Management of Traumatic Brain
Injury, perdarahan epidural dengan volume > 30 ml, harus dilakukan intervensi
bedah, tanpa mempertimbangkan GCS. Kriteria ini menjadi sangat penting ketika
perdarahan epidural memperlihatkan ketebalan 15 mm atau lebih, dan pergeseran
dari garis tengah diatas 5 mm. Kebanyakan pasien dengan perdarahan epidural
seperti itu mengalami perburukan status kesadaran dan/atau memperlihatkan
tanda-tanda lateralisasi.
Lokasi
juga
merupakan
faktor
penting
dalam
menentukan
34
menyebabkan
infark
serebral.Herniasi
kebawah
batang
otak
ketidakmampuan menggerakkan mata ke arah medial, atas, dan bawah.Pada anakanak < 3 tahun, fraktur kranium dapat menyebabkan kista leptomeningeal atau
fraktur bertumbuh.Kista ini diyakini muncul ketika pulsasi dan pertumbuhan otak
tidak mengijinkan fraktur untuk sembuh, lalu menambah robek dura dan batas
fraktur membesar. Pasien dengan kista leptomeningeal biasanya memperlihatkan
massascalp pulsatil.
Hipertensi
Bradikardi
Depresi pernapasan
35
pusat motor, dan tekanan darah sistemik meningkat, Rangsangan pada pusat
inhibisi
jantung
mengakibatkan
bradikardia
dan
pernapasan
menjadi
36
DAFTAR PUSTAKA
37