Anda di halaman 1dari 2

Laporan Praktikum Fisiologi Tanggal Praktikum : 8 September 2022

Veteriner Minggu ke-4 Siang Dosen Pembimbing : Drh. Ronald Tarigan, M.Si
Kelompok Praktikum : P9.3
Asisten :Aurelia Huriyah Fathin
Darmawan (B04190014)

SISTEM SARAF PUSAT II


(Aksi Integratif dan Susunan Saraf)

Disusun oleh :
1. M. Risky Munandar B0401201074
2. Adiba Fairuz Syakira B0401211071
3. M. Nur Irfan B0401211082
4. Richard Fisabilillah H. B0401211083

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR SEMESTER GANJIL
2022-2023
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih yaitu inputsensoris, integrasi,
dan output motoris. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal daristimulasi reseptor
sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon tubuh yangsesuai (Sonjaya 2013).
Proses koordinasi dan integrasi fungsi alat-alat tubuh dilaksanakan oleh sistem syaraf dan sistem
endokrin. Susunan syaraf sendiri dapat dibagi tiga, yaitu susunan syaraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang), susunan syaraf tepi yang terdiri (saraf kranial dan saraf spinal), serta susunan syaraf otonom
(syaraf simpatis dan parasimpatis) (Choirunnisa 2017). Sistem ini saling berkaitan dengan kompleks
satu sama lain dalam menerima, menghantarkan, hingga memberikan respon terhadap rangsangan.
Inilah mengapa apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bagian-bagian tubuh lain juga bisa ikut
bereaksi.
Apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian tubuh itu saja yang bereaksi
terhadap rangsangan tersebut, tetapi dapat juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal initerjadi karena
suatu reseptor dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf afferen
berpusat. Dipusat rangsangan diteruskan kebeberapa saraf asesori menuju ke beberapa saraf afferen dan
lebih dari satu afektor. Jadi, bila saraf afferent terangsang, efektor- efektor tersebut akan serempak
bereaksi (Adam et al. 2017).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari reaksi-reaksi integratif beberapa bagian tubuh sebagai
respon terhadap perangsangan pada suatu bagian tubuh tertentu.

METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu papan gabus, sonde, gunting, tali, dan statif.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu katak/kodok sawah (Fejervarya cancrivora), larutan
H2SO4 0,2%, dan larutan H2SO4 0,4%.
Prosedur Kerja
A. Katak normal
Dilakukan pengamatan terhadap reaksi-reaksi yang terjadi pada katak normal. Katak diletakkan
secara terbalik pada punggungnya untuk melihat reaksi keseimbangan (reflek bangkit). Katak
selanjutnya diletakkan pada papan, kemudian papan tersebut diangkat secara tiba-tiba untuk melihat
reaksi katak terhadap pengangkatan. Katak kemudian diletakkan di atas papan, lalu papan tersebut
diputar untuk melihat reaksi katak terhadap pemutaran papan. Reaksi lainnya yang diamati yaitu sikap
badan (posisi tubuh normal), gerakan-gerakan spontan, frekuensi napas, serta cara mengambang dan
berenang di air. Hasil yang didapat kemudian dicatat pada isian-isian yang telah disediakan.
B. Hambatan terhadap reflek-reflek katak normal
Kedua kaki katak diikat erat menggunakan tali. Katak kemudian diberi perlakuan yang sama seperti
prosedur pada percobaan A (katak normal). Hasil yang didapat kemudian dicatat. Selanjutnya tali pada
katak dilepaskan, kemudian katak dibiarkan kembali normal. Katak kembali diberi perlakuan seperti
prosedur percobaan A, kemudian hasil yang didapat dicatat pada isian yang telah disediakan.
C. Katak spinal
Otak pada katak yang digunakan dalam percobaan B dirusak, kemudian diberi pelakuan seperti pada
percobaan A. Reaksi-reaksi yang terjadi diamati dan hasil yang didapat segera dicatat pada isian yang
telah disediakan.
D. Reflek-reflek sederhana
Katak spinal yang dilakukan dalam percobaan C digantungkan pada rahang bawahnya. Salah satu jari
kaki katak kemudian diberi cubitan sedang menggunakan penjepit, lalu reaksi yang terjadi pada katak
dicatat. Ketika katak kembali tenang, kaki katak kembali diberi cubitan yang lebih kuat. Reaksi yang
terjadi diamati kemudian dicatat. Katak selanjutnya dilukai lalu kaki yang dilukai tersebut dicelupkan
ke dalam larutan H2SO4 0,2%. Reaksi yang terjadi dan berapa lama katak merespon dicatat, kemudian
kaki katak dicuci dengan air. Kaki katak kemudian dicelupkan kembali ke dalam larutan H2SO4 0,4%,
lalu berapa lama katak merespon dicatat kembali.

Anda mungkin juga menyukai