FISIOLOGI TERNAK
SISTEM SYARAF
Oleh :
Katak dibuka mulutnya, daun gunting yang satu dimasukkan ke dalam mulut
dari samping, daun gunting yang satunya taruh diatas leher.
Katak diletakkan telentang di atas meja, akan tampak bahwa tidak berusaha
membalikkan tubuhnya (membetulkan sikap).
Kemudian ujung salah satu kakinya di berikan larutan asam sulfat pekat, dan
perhatikan apa yang terjadi.
3.2. Memacu Syaraf Otot
3.2.1. Materi
Alat :
1. Alat pembunuh katak
2. Papan operasi katak
3. Pinset galvanis
4. Kertas filter
5. Gelas arlpji
Bahan :
1. Katak sawah
2. Larutan ringer
3. Asam cuka pekat
4. Gliserin, NaCl
3.2.2. Cara kerja
Membuat Preparat Syaraf Otot
Kemudian dikedua kaki tulang sisi punggul akan kita lihat akar akar nervous
ischiadius yang berwarna putih.
Rangsangan osmosis, ujung syaraf dari preparat syaraf otot ditaburkan garam (NaCl)
dan perhatikan apa yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.2 Pembahasan
Refleks adalah kegiatan jaringan pedefer yang tidak disadari hingga adanya pacuan
terhadap reseptor atau serabut aferen. Menurut Puspita (2014) bahwa refleks merupakan
respons stereotip terhadap rangsangan tertentu dan dilakukan tanpa keterlibatan otak
yang mengendalikan kesadaran. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,
interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk refleks tertentu.
Hartati (2013) menambahkan bahwa refleks dapat digambarkan sebagai respons yang
spontan dan otomatis dan refleks juga dapat terjadi bila ada lengkung refleks yang meliputi
reseptor, saraf sensorik, saraf pusat, saraf motorik dan efektor.
Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disadari karena rangsangan dari luar.
Menurut Suharto (2012) bahwa gerakan refleks terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau
tanpa disadari terlebih dahulu. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan
pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf
sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam
otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot
atau kelenjar. Islamuddin (2015) menambahkan bahwa refleks adalah respon yang tak
sadar (unconscious) terhadap suatu rangsangan, misalnya kita terkena api atau tertusuk
jarum.
Berdasarkan data praktikum, terdapat tiga jenis rangsangan yaitu mekanis, kimiawi
dan fisik. Faktor yang mempengaruhi gerak refleks yaitu ada atau tidaknya rangsangan dari
dalam ataupun dari luar dan rusak tidaknya medulla spinalis. Pertanyaan tersebut sesuai
dengan pendapat Santoso (2009) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gerak refleks
tubuh, diantaranya adalah ada tidaknya rangsangan atau stimlus. Rangsangan tersebut
dapat berasal dari luar maupun dari dalam tubuh. Rangsangan dari luar, contohnya adalah
derivate dari temperatur, kelembapan, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Sedangkan
rangsangan dari dalam, yaitu dari makanan, oksigen, air, dan lainnya. Faktor yang kedua
adalah berfungsi atau tidaknya sumsum tulang belakang, saat sumsum belakang tidak
berfungsi maka gerak reflek yang dihasilkan lambat atau bahkan tidak merespon akibat
kerusakan sumsum tulang belakang.
4.2 Memacu Syaraf Otot
4.2.1 Hasil
Rangsangan frekuensi
Galvani + Sedikit
Panas (-) Tidak ada
Osmosis +++ Kencang
Kimiawi +++ Kencang
4.2.2 Pembahasan
Polarisasi merupakan keadaan dimana sel syaraf tidak dapat rangsangan, dikatakan
juga sebagai fase istirahat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Safrida (2018)
bahwa polarisasi terjadi dalam keadaan istirahat, artinya otot bagian luar bermuatan positif,
bagian dalam bermuatan negatif. Polarisasi merupakan keadaan dimana sel saraf tidak
mendapat rangsangan.
Depolarisasi merupakan keadaan reseptor menerima rangsangan, sedangkan
repolarisasi merupakan kondisi saat membrane sel kembali ke fase isirahat. Letak otot yang
dipacu yaitu terletak di paha dengan menarik nervous ischiadius. Menurut Wibowo dan
Paryana (2007) bahwa nervus isdhiadius mensarafi otot-otot hamstrings dan kulit bagian
posterior paha. Nervous ischiadius merupakan sebuah cabang dari plekus sakralis yang
meninggalkan regio glutea dengan berjalan turun di garis tengah tungkai atas. Nervous
ischiadius tertutup oleh pinggir m. biceps femoris dan m. semimembranosus. Saraf ini
terletak pada aspek posterior m. adductor magnus. Saraf ini kadang-kadang membagi
menjadi dua bagian terminal di tingkat yang lebih tinggi yaitu pada bagian atas tungkai, di
regio glutea, atau bahkan di dalam pelvis.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Refleks pada Katak dan Pengaruh Macam-macam Pacu
1. Refleks adalah kegiatan jaringan pedefer yang tidak disadari hingga adanya
pacuan terhadap reseptor atau serabut aferen.
2. Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disadari karena rangsangan dari luar.
3. Berdasarkan data praktikum, terdapat tiga jenis rangsangan yaitu mekanis,
kimiawi dan fisik.
4. Faktor yang mempengaruhi gerak refleks yaitu ada atau tidaknya rangsangan dari
dalam ataupun dari luar dan rusak tidaknya medulla spinalis.
5.1.2 Memacu Syaraf Otot
1. Polarisasi merupakan keadaan dimana sel syaraf tidak dapat rangsangan,
dikatakan juga sebagai fase istirahat.
2. Depolarisasi merupakan keadaan reseptor menerima rangsangan.
3. Repolarisasi merupakan kondisi saat membrane sel kembali ke fase isirahat. Letak
otot yang dipacu yaitu terletak di paha dengan menarik nervous ischiadius.
4. Perlakuan pada saat praktikum yaitu percobaan rangsangan galvanis, rangsangan
panas dan rangsangan osmosis.
5.2 Saran
1. Praktikum sudah berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, M. P. 2013. Eksplorasi Jenis-Jenis Katak Beracun Endemik Sulawesi Selatan. Jurnal
Bionature. 8 (1) : 1- 9.
Islamuddin. 2015. Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki, Daya Ledak tungkai, Dan Kelentukan
Dengan Keterampilan Smash Sepaktakraw. Jurnal Sport Pedagogy 5 (1) : 36-40.
Puspita, W. A. 2014. Pengembangan Program Stimulasi Gerak untuk Mengoptimalkan
Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 0-< 12 Bulan. Jurnal Ilmiah Visi 9 (1): 36-
46.
Safrida. 2018. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh.
Santoso, P. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Universitas Andalas. Padang.
Suharto, A. 2012. Sistem Latihan Gerak Reflek Berbasis Mikrokontroler Studi Kasus Atlet
Bulutangkis. Jurnal Teknologi Informasi ESIT. 8 (2) : 33-46.
Suryani, L., S.D.A. Budiyono., O.D. Astari., W.S. Rahmah dan Apriyani. 2014. Berbagai
Rangsangan pada Sediaan Otot Syaraf. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pakuan. Bogor.
Wibowo, D.S. dan W. Paryana. 2007. Anatomi Tubuh Manusia. Graha Ilmu. Bandung.