Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK

SISTEM SYARAF

Oleh :

Nama : Yudis Mahfuri


NIM : D1B020007
Kelompok :4A
Asisten : Abra Yodha Raya

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK TERAPAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNKAN
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem syaraf merupakan salah satu organ yang melakukan kordinasi kegiatan
tubuh. Sistem syaraf pusat memiliki peranan penting dalam mengatur berbagai aktivitas
tubuh. Sistem syaraf pusat mempunyai fungsi utama untuk mendeteksi, menganalisa,
mengolah dan menghantarkan informasi.
Sistem syaraf merupakan system yang khas bagi hewan, karena system ini tidak
dimiliki oleh tumbuhan. Sistem syaraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin
tinggi tingkatan hewan maka semakin komplek system syarafnya. Sistem syaraf merupakan
kumpulan serabut-serabut saraf atau neuron-neuron yang panjang dan dapat mengirimkan
implus syaraf.
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan
terjadi jauh leboh cepat dari gerak sadar. Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan
dua macam perlakuan. Perlakuan yang dilakukan pada praktikum yaitu refleks pada katak
dan pengaruh macam-macam pacu dan memacu syaraf otot.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui refleks pada katak
2. Mengetahui pengaruh macam-macam pacu dan memacu syaraf otot.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Fisiologi Ternak acara “Sistem Syaraf” dilaksanakan pada hari
Senin 12 April 2021 pukul 19.00 WIB sampai dengan selesai melalui Google Classroom dan
Wathsapp Grup.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Refleks merupakan respons stereotip terhadap rangsangan tertentu dan dilakukan


tanpa keterlibatan otak yang mengendalikan kesadaran. Jalur saraf ini dibentuk oleh
sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf
untuk refleks tertentu (Puspita, 2014). Refleks dapat digambarkan sebagai respons yang
spontan dan otomatis dan refleks juga dapat terjadi bila ada lengkung refleks yang meliputi
reseptor, saraf sensorik, saraf pusat, saraf motorik dan efektor (Hartati, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak refleks tubuh, diantaranya adalah ada
tidaknya rangsangan atau stimlus. Rangsangan tersebut dapat berasal dari luar maupun
dari dalam tubuh. Rangsangan dari luar, contohnya adalah derivate dari temperatur,
kelembapan, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Sedangkan rangsangan dari dalam,
yaitu dari makanan, oksigen, air, dan lainnya. Faktor yang kedua adalah berfungsi atau
tidaknya sumsum tulang belakang, saat sumsum belakang tidak berfungsi maka gerak
reflek yang dihasilkan lambat atau bahkan tidak merespon akibat kerusakan sumsum tulang
belakang (Santoso, 2009).
Polarisasi terjadi dalam keadaan istirahat, artinya otot bagian luar bermuatan positif,
bagian dalam bermuatan negatif. Polarisasi merupakan keadaan dimana sel saraf tidak
mendapat rangsangan (Safrida, 2018). Rangsangan galvanis adalah salah satu rangsangan
terkuat dan tercepat dalam memberikan respon pada saat proses penelitian otot syaraf
katak (Suryani dkk, 2014).
Nervus isdhiadius mensarafi otot-otot hamstrings dan kulit bagian posterior paha.
Nervous ischiadius merupakan sebuah cabang dari plekus sakralis yang meninggalkan regio
glutea dengan berjalan turun di garis tengah tungkai atas. Nervous ischiadius tertutup oleh
pinggir m. biceps femoris dan m. semimembranosus. Saraf ini terletak pada aspek posterior
m. adductor magnus. Saraf ini kadang-kadang membagi menjadi dua bagian terminal di
tingkat yang lebih tinggi yaitu pada bagian atas tungkai, di regio glutea, atau bahkan di
dalam pelvis (Wibowo dan Paryana, 2007).
III. MATERI DAN CARA KERJA

3.1. Melihat Refleks pada Katak dan Pengaruh Macam-macam Pacu


3.1.1. Materi
Alat :
1. Alat pembunuh katak
2. Papan operasi
3. Pipet
4. Statif dan pinset
Bahan :
1. Katak sawah
2. Asam sulfat pekat (H2SO4)
3.1.2. Cara kerja
Melihat Pengaruh Decerebrasi

Katak dibuka mulutnya, daun gunting yang satu dimasukkan ke dalam mulut
dari samping, daun gunting yang satunya taruh diatas leher.

Kemudian guntinglah tengkorak sampai lepas dari tubuhnya. Dengan demikian


katak tidak lagi mempunyai otak.

Katak diletakkan telentang di atas meja, akan tampak bahwa tidak berusaha
membalikkan tubuhnya (membetulkan sikap).

Melihat Pengaruh Pacuan Chemis

Katak masih tergantung bebas di statif.

Kemudian ujung salah satu kakinya di berikan larutan asam sulfat pekat, dan
perhatikan apa yang terjadi.
3.2. Memacu Syaraf Otot
3.2.1. Materi
Alat :
1. Alat pembunuh katak
2. Papan operasi katak
3. Pinset galvanis
4. Kertas filter
5. Gelas arlpji
Bahan :
1. Katak sawah
2. Larutan ringer
3. Asam cuka pekat
4. Gliserin, NaCl
3.2.2. Cara kerja
Membuat Preparat Syaraf Otot

Katak dirusak sistem syarafnya, difiksir telungkup pada papan operasi.

Kemudian dikedua kaki tulang sisi punggul akan kita lihat akar akar nervous
ischiadius yang berwarna putih.

Preparat hendaknya selalu dibasahi dengan larutan NaCl Fisiologis.

Memacu Syaraf Otot

Rangsangan galvanis, kedua kaki ditekankan pada syaraf menggunakan pinset


galvanis, dan saat ditarik otot juga akan berkontraksi, perhatikan yang terjadi.

Rangsangan panas, panaskan sebuah jarum yang akan dipakai sebagai


perangsang syaraf lalu otot akan berkontraksi.

Rangsangan osmosis, ujung syaraf dari preparat syaraf otot ditaburkan garam (NaCl)
dan perhatikan apa yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Melihat Refleks pada Katak dan Pengaruh Macam-macam Pacu


4.1.1 Hasil
Perlakuan Reaksi
Melihat pengaruh decerebrasi + (tidak berbalik)
Melihat pacuan mekanis ++ (reflek sedang)
Melihat pengaruh pacuan chemis +++ (reflek kencang)
Melihat pengaruh medula sepinalis Tak pengaruh

4.1.2 Pembahasan
Refleks adalah kegiatan jaringan pedefer yang tidak disadari hingga adanya pacuan
terhadap reseptor atau serabut aferen. Menurut Puspita (2014) bahwa refleks merupakan
respons stereotip terhadap rangsangan tertentu dan dilakukan tanpa keterlibatan otak
yang mengendalikan kesadaran. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,
interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk refleks tertentu.
Hartati (2013) menambahkan bahwa refleks dapat digambarkan sebagai respons yang
spontan dan otomatis dan refleks juga dapat terjadi bila ada lengkung refleks yang meliputi
reseptor, saraf sensorik, saraf pusat, saraf motorik dan efektor.
Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disadari karena rangsangan dari luar.
Menurut Suharto (2012) bahwa gerakan refleks terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau
tanpa disadari terlebih dahulu. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan
pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf
sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam
otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot
atau kelenjar. Islamuddin (2015) menambahkan bahwa refleks adalah respon yang tak
sadar (unconscious) terhadap suatu rangsangan, misalnya kita terkena api atau tertusuk
jarum.
Berdasarkan data praktikum, terdapat tiga jenis rangsangan yaitu mekanis, kimiawi
dan fisik. Faktor yang mempengaruhi gerak refleks yaitu ada atau tidaknya rangsangan dari
dalam ataupun dari luar dan rusak tidaknya medulla spinalis. Pertanyaan tersebut sesuai
dengan pendapat Santoso (2009) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gerak refleks
tubuh, diantaranya adalah ada tidaknya rangsangan atau stimlus. Rangsangan tersebut
dapat berasal dari luar maupun dari dalam tubuh. Rangsangan dari luar, contohnya adalah
derivate dari temperatur, kelembapan, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Sedangkan
rangsangan dari dalam, yaitu dari makanan, oksigen, air, dan lainnya. Faktor yang kedua
adalah berfungsi atau tidaknya sumsum tulang belakang, saat sumsum belakang tidak
berfungsi maka gerak reflek yang dihasilkan lambat atau bahkan tidak merespon akibat
kerusakan sumsum tulang belakang.
4.2 Memacu Syaraf Otot
4.2.1 Hasil
Rangsangan frekuensi
Galvani + Sedikit
Panas (-) Tidak ada
Osmosis +++ Kencang
Kimiawi +++ Kencang

4.2.2 Pembahasan
Polarisasi merupakan keadaan dimana sel syaraf tidak dapat rangsangan, dikatakan
juga sebagai fase istirahat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Safrida (2018)
bahwa polarisasi terjadi dalam keadaan istirahat, artinya otot bagian luar bermuatan positif,
bagian dalam bermuatan negatif. Polarisasi merupakan keadaan dimana sel saraf tidak
mendapat rangsangan.
Depolarisasi merupakan keadaan reseptor menerima rangsangan, sedangkan
repolarisasi merupakan kondisi saat membrane sel kembali ke fase isirahat. Letak otot yang
dipacu yaitu terletak di paha dengan menarik nervous ischiadius. Menurut Wibowo dan
Paryana (2007) bahwa nervus isdhiadius mensarafi otot-otot hamstrings dan kulit bagian
posterior paha. Nervous ischiadius merupakan sebuah cabang dari plekus sakralis yang
meninggalkan regio glutea dengan berjalan turun di garis tengah tungkai atas. Nervous
ischiadius tertutup oleh pinggir m. biceps femoris dan m. semimembranosus. Saraf ini
terletak pada aspek posterior m. adductor magnus. Saraf ini kadang-kadang membagi
menjadi dua bagian terminal di tingkat yang lebih tinggi yaitu pada bagian atas tungkai, di
regio glutea, atau bahkan di dalam pelvis.

Perlakuan pada saat praktikum yaitu percobaan rangsangan galvanis, rangsangan


panas dan rangsangan osmosis. Percobaan rangsangan galvanis dilakukan dengan
menekankan pinset. Rangsangan panas dilakukan dengan menempelkan logam yang sudah
dipanaskan, sedangkan rangsangan osmosis dilakukan dengan memasukkan garam dapur
(NaCl). Menurut Suryani dkk (2014) Rangsangan galvanis adalah salah satu rangsangan
terkuat dan tercepat dalam memberikan respon pada saat proses penelitian otot syaraf
katak.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Refleks pada Katak dan Pengaruh Macam-macam Pacu
1. Refleks adalah kegiatan jaringan pedefer yang tidak disadari hingga adanya
pacuan terhadap reseptor atau serabut aferen.
2. Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disadari karena rangsangan dari luar.
3. Berdasarkan data praktikum, terdapat tiga jenis rangsangan yaitu mekanis,
kimiawi dan fisik.
4. Faktor yang mempengaruhi gerak refleks yaitu ada atau tidaknya rangsangan dari
dalam ataupun dari luar dan rusak tidaknya medulla spinalis.
5.1.2 Memacu Syaraf Otot
1. Polarisasi merupakan keadaan dimana sel syaraf tidak dapat rangsangan,
dikatakan juga sebagai fase istirahat.
2. Depolarisasi merupakan keadaan reseptor menerima rangsangan.
3. Repolarisasi merupakan kondisi saat membrane sel kembali ke fase isirahat. Letak
otot yang dipacu yaitu terletak di paha dengan menarik nervous ischiadius.
4. Perlakuan pada saat praktikum yaitu percobaan rangsangan galvanis, rangsangan
panas dan rangsangan osmosis.
5.2 Saran
1. Praktikum sudah berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Hartati, M. P. 2013. Eksplorasi Jenis-Jenis Katak Beracun Endemik Sulawesi Selatan. Jurnal
Bionature. 8 (1) : 1- 9.
Islamuddin. 2015. Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki, Daya Ledak tungkai, Dan Kelentukan
Dengan Keterampilan Smash Sepaktakraw. Jurnal Sport Pedagogy 5 (1) : 36-40.
Puspita, W. A. 2014. Pengembangan Program Stimulasi Gerak untuk Mengoptimalkan
Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 0-< 12 Bulan. Jurnal Ilmiah Visi 9 (1): 36-
46.
Safrida. 2018. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh.
Santoso, P. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Universitas Andalas. Padang.
Suharto, A. 2012. Sistem Latihan Gerak Reflek Berbasis Mikrokontroler Studi Kasus Atlet
Bulutangkis. Jurnal Teknologi Informasi ESIT. 8 (2) : 33-46.
Suryani, L., S.D.A. Budiyono., O.D. Astari., W.S. Rahmah dan Apriyani. 2014. Berbagai
Rangsangan pada Sediaan Otot Syaraf. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pakuan. Bogor.
Wibowo, D.S. dan W. Paryana. 2007. Anatomi Tubuh Manusia. Graha Ilmu. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai