Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TINGKAH LAKU HEWAN


HABITUASI CACING TANAH

Disusun Oleh :
Nama : Rani Arizki Roshan
NIM : 2032011030
Dosen Pengampun : RIKO IRWANTO, S. Pd., M. Sc.

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN,PERIKANAN DAN
BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cacing tanah termasuk dalam Filum Annelida kelas Oligochaeta
yang memiliki ciri-ciri tubuh bersegmen, simetri bilateral, tubuh
berongga (memiliki selom) yang berisi cairan yang membantu
pergerakan. Cacing tanah sudah memiliki saluran pencernaan yang
lengkap, system peredaran darah tertutup, dan system saraf tangga
tali (Riyanto, 2005). Permukaan tubuh cacing tanah berwarna merah
sampai biru kehijauan. Bentuk tubuh panjang silindris, dengan 2/3
bagian posteriornya sedikit memipih kearah dorsoventral. Permukaan
bagian bawah berwarna lebih pucat, umumnya berwarna merah jambu
dan kadang-kadang putih (Kastawi, 2003). Hewan ini sering dijumpai di
tanah dan tempat lembab, yang banyak mengandung senyawa organik
dan bahan mineral yang cukup baik dari alam maupun dari sampah
limbah pembuangan penduduk sebagaimana habitat alaminya.
Pada Paktikum ini akan dilakukannya percobaan tentang
habituasi cacing tanah dengan berupa ketukan. Selain kegiatan
mengamati habituasi pada cacing tanah juga akan melakukan
pengamatan untuk mengetahui ada tidaknya kelelahan dan adaptasi.
Untuk menguji kelelahan, dapat memberikan stimulus selain getaran
kepada cacing sesudah perlakuan. Stimulus yang diberikan dapat
berupa tiupan atau sentuhan kepada cacing. Apabila cacing tanah
tidak meresponnya maka dikatakan bahwa cacing tersebut mengalami
kelelahan.
B. Dasar Teori
Annelida mempunyai system saraf yang berkembang baik, terdiri
atas neuron aferen (sensorik) dan neuron eferen (motorik) yang jelas.
Pada ujung anterior, tali syaraf ventral terbagi (bercabang-cabang) dan
menuju ke atas di sekeliling saluran pencernaan untuk bersatu
dengan otak yang terdiri atas dua bagian. Dalam tiap segmen tali saraf
yang rangkap terdapat suatu ganglion rangkap, masing-masing
dengan dua pasang saraf (Soebiyanto, 1993).
Habituasi merupakan bentuk belajar sederhana yang ditemukan
hampir pada semua spesies hewan. Pada hewan belajar merupakan
tingkah laku diperoleh yang bersifat tidak permanen dan dapat
mengalami modifikasi sebagai akibat dari pengalaman individu. Bentuk
belajar sederhana lainnya adalah respon bersarat. Habituasi dan
respon bersarat pada dasarnya adalah sama yaitu respon yang
diberikan merupakan hasil dari pengalaman. Habituasi juga dapat
memberikan dampak yang serius bagi kelangsungan hidup hewan
yang bersangkutan. (Sanjaya, 2017).
Selain itu dapat pula dikemukakan bahwa kebiasaan itu sendiri
merupakan respon yang dipelajari secara berulang sehingga menjadi
“otomatis”. Perbedaan penting antara kebiasaan dan respon bersarat
antara lain adalah bahwa (1) pada kebiasaan biasanya lebih kompleks
dalam hal melibatkan urutan aksi secara menyeluruh, dalam arti
bahwa setiap bagian dari urutan kejadian merupakan respon bersarat.
Dalam hal ini berarti bahwa pada satu bagian dari suatu respon
merupakan stimulus untuk respon berikutnya, (2) Selain itu kebiasaan
tidak diperoleh secara pasif, artinya bahwa hewan berpartisipasi
secara aktif dalam perkembangan kebiasaan (Drickhamer, 1984).
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan dapat
dikatakan bahwa habituasi dapat merupakan suatu rangkaian dari
stimulus-respon-stimulus-respon, dan seterusnya. Pada suatu saat
tertentu bila stimulus yang diberikan berulang-ulang kemungkinan
akan terjadi bahwa hewan tidak akan meresponnya. Hal tersebut
dapat pula terjadi pada kelelahan dan adaptasi, akan tetapi tidak sama
dalam hal proses terjadinya kelelahan dan adaptasi tersebut.
C. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan untuk mempelajari habituasi cacing tanah
terhadap stimulus ketukan.
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah cacing tanah
dewasa. Alat yang dibutuhkan meliputi: wadah/nampan yang berfungsi
sebagai papan bedah, selang plastik berlubang berdiameter 0,5 – 1
cm, mangkok pastik kecil yang berfungsi sebagai cawan petri, stop
watch, dan Alarm jam berdering di HP.
B. Cara Kerja
1) Seekor cacing dewasa dimasukkan ke dalam cawan petri. Gambar
rangkaian percobaan seperti di gambar 1. Letak cacing perlakuan
dengan cacing lainnya harus cukup jauh, sehingga tidak ada saling
pengaruh antara kedua stimulus. Biarkan selama kurang lebih 15
menit agar cacing beradaptasi dengan lingkungannya. Tandanya
bahwa cacing sudah beradaptasi adalah cacing sudah tidak
bergerak aktif lagi.
2) Buatlah etogram tingkah laku cacing untuk pemberian stimulus
berupa:
a) Ketukan yang tidak teratur pada bagian tengah mangkok
plastik/cawan petri tersebut diberikan selama 30 detik. sepuluh
detik kemudian ulangi pemberian stimulus pada cacing tersebut.
3) Setelah berhasil membuat etogram yang lengkap, berarti telah siap
untuk melakukan pengamatan habituasi cacing tanah terhadap
getaran.
4) Pengamatan habituasi dilakukan dengan mengulangi langkah 1
sampai 50 kali atau sampai cacing berhenti merespon stimulus
yang diberikan.
5) Dari hasil pengamatan yang dilakukan, buatlah tabel untuk
merangkum data dari cacing.
6) Ujilah ada tidaknya adaptasi dan kelelahan pada cacing uang
digunakan dalam percobaan.
a) Uji adaptasi dilakukan dengan memberikan stimulus yang
intensitas dan lama waktunya berbeda dengan percobaan pada
langkah 1. Perhatikan apakah respon yang ditunjukkan oleh
cacing sama dengan respon perlakuan.
b) Uji kelelahan dengan cara memberi tiupan atau cubitan pada
cacing. Jika cacing tanah tidak merespon maka cacing tersebut
mengalami kelelahan.
7) Ulangi perlakuan seperti pada langkah 2 dan 3 sampai 50 kali atau
cacing tidak memberikan respon sama sekali pada hari berikutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Uji kelelahan pada cacing tanah dewasa :


a. Dicubit : Tidak ada respon
b. Ditiup : Tidak ada respon
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan sebanyak 50 kali
ulangan dengan 7 jenis respon cacing pada stimulus ketukan, yang
dimana pada respon anterior tubuh ke kiri sebanyak 38 kali, respon
anterior tubuh ke kanan sebanyak 19 kali, respon anterior tubuh
diangkat ke atas sebanyak 17 kali, respon berjalan lurus sebanyak 4
kali, respon tubuh melingkar mendatar sebanyak 6 kali, respon tubuh
melingkar meninggi sebanyak 8 kali dan respon tubuh mengeluarkan
cairan seperti buih/busa sebanyak 13 kali.
Sistem saraf cacing tanah berupa sistem saraf tangga tali. Dari
ketukan pada cawan petri, selain menimbulkan bunyi, juga
menimbulkan suatu getaran. Stimulus yang berupa getaran tersebut
diterima oleh organ reseptor epidermal yang terletak pada sisi ventral
maupun sisi lateral tubuh cacing. Reseptor epidermal tersebut
merupakan bagian dari sistem saraf tepi. Stimulus yang diterima oleh
reseptor epidermal pada cacing diubah menjadi impuls saraf dan
diteruskan oleh neuron aferen (sensorik) menuju ke bagian otak.
Setelah sampai di otak impuls saraf akan diterjemahkan, dan diterima
oleh saraf eferen (motorik), gerak akan terjadi sebagai respon dari
stimulus yang diterima (Kastawi, 2003).
Pemberian stimulus yang dilakukan berulang-ulang,
menimbulkan impuls saraf yang diterima oleh reseptor epidermal
untuk diubah menjadi impuls saraf terjadi secara terus-menerus.
Sehingga, energi yang dibutuhkan cacing banyak, apabila energi yang
dibutuhkan kurang, maka hal itu menyebabkan sistem saraf pada
cacing mengalami kelelahan, yang pada akhirnya sistem saraf tidak
mampu lagi untuk menerima, mengubah, dan memberikan respon
terhadap stimulus yang diterima oleh reseptor. Hal itulah yang
menyebabkan, pemberian stimulus pada cacing tanah yang kolaps
tidak menghasilkan suatu respon apapun dan cacing hanya diam saja.
Waktu yang dibutuhkan untuk tidak merespon stimulus getaran
menjadi lebih singkat dari pada awal perlakuan, hal ini terjadi karena
cacing memiliki “memori” terhadap habituasi. Memori pada cacing
tanah didapat dari stimulus yang diterima oleh reseptor epidermal
kemudian diubah menjadi impuls saraf untuk diteruskan ke otak.
Ketika impuls saraf sampai di otak, impuls tersebut diterjemahkan dan
selanjutnya terjadi perintah untuk melakukan gerakan sebagai bentuk
respon sesuai dengan stimulus yang diterima. Selain menterjemahkan
dan memberikan perintah untuk menanggapi respon dengan gerakan,
ganglion di otak juga menyimpan impuls saraf beserta dengan
jawaban/pesan gerakan sebagai respon. Sehingga ketika ada stimulus
yang sama, maka otak langsung memberikan perintah untuk
melakukan gerakan yang sama dengan memori yang tersimpan pada
ganglion otak (Kastawi, 2003). Jadi, uji memori yang dilakukan pada
cacing tanah sebagian besar menunjukkan hasil yang positif, karena
sistem saraf pada cacing tanah sudah berkembang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan di atas bahwa habituasi dapat terjadi


karena kelelahan, jika stimulus yang diberikan secara berulang-ulang.
Habituasi pada cacing tanah dapat ditunjukkan dengan respon cacing
terhadap stimulus ketukan. Namun, lama-kelamaan respon tersebut akan
berkurang bahkan tidak merespon sama sekali pada stimulus ketukan yang
diberikan tersebut, karena sistem saraf pada cacing mengalami kelelahan
sehingga tidak memberikan respon terhadap stimulus yang diterima oleh
reseptor.

Pertanyaan Diskusi

1. Apakah perubahan jumlah respon pada percobaan ini menggambarkan


adanya habituasi? Uraikan jawaban yang Saudara berikan.
Jawaban : Iya, karena cacing tanah memiliki memori terhadap
habituasinya.
2. Berikan contoh habituasi yang terjadi pada hewan-hewan di sekitar kita
beserta uraian yang diperlukan!
Jawaban : Contoh habituasi yang terjadi pada hewan di sekitar seperti
anak ayam yang mengikuti perilaku induknya mengais tanah untuk
mencari makanan.
3. Adakah kelelahan dan adaptasi dalam percobaan ini? Jelaskan indikator
apa yang mendukungnya!
Jawaban : Ada, pada saat setelah 50 kali perlakuan cacing diberi waktu
istirahat untuk adaptasi dan dilakukan uji kelelahan dengan cara ditiup
dan dicubit.
4. Bila terjadi “memori” pada kegiatan praktikum ini, maka uraikan 7 faktor
apa saja yang menyebabkannya!
Jawaban : Faktor yang menyebabkan terjadinya memori yaitu didapat dari
stimulus yang diterima oleh reseptor epidermal kemudian diubah menjadi
impuls saraf untuk diteruskan ke otak, impuls tersebut diterjemahkan dan
selanjutnya terjadi perintah untuk melakukan gerakan sebagai bentuk
respon sesuai dengan stimulus yang diterima, ganglion di otak juga
menyimpan impuls saraf beserta dengan jawaban/ pesan gerakan sebagai
respon. Sehingga ketika ada stimulus yang sama, maka otak langsung
memberikan perintah untuk melakukan gerakan yang sama dengan
memori yang tersimpan pada ganglion otak.

DAFTAR PUSTAKA

Drickamer, Leel. 2002. Animal Behaviour. New York: Mc Graw- Hill Higler
Education

Kastawi, Yusuf. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: FMIPA UM

Sanjaya, dkk. (2017). Pedoman Praktikum Ilmu Kelakuan Hewan. Bandung:


Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Lampiran

Anterior tubuh menoleh ke kiri. Anterior tubuh menoleh ke kiri Anterior tubuh menoleh ke
lalu ke kanan lalu ke kiri kanan

Tubuh melingkar meninggi Berjalan lurus Tubuh melingkar mendatar

Cacing tanah dewasa Cacing di uji kelelahan dengan Tubuh mengeluarkan cairan
cara di cubit dan tidak beraksi seperti buih/busa.

Anda mungkin juga menyukai