Anda di halaman 1dari 11

MODUL PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU (BI-3201)

PENGAMATAN RESPON CACING TANAH

Jumat, 2 Februari 2018

1. PENDAHULUAN

Pada organisme, secara umum, dikenal dua macam gerakan, yakni taksis dan kinesia. Taksis
adalah perilaku organisme bergerak mendekati atau menjauhi suatu stimulus. Konsep perilaku
taksis berlawanan dengan konsep perilaku kinesis. Pergerakan perilaku taksis amat dipengaruhi
oleh arah datangnya stimulus, sementara pergerakan perilaku kinesis bersifat acak dan biasanya
unidireksional. Stimulus yang mampu menarik objek mendekat (atraktan) disebut sebagai stimulus
positif positif, sementara stimulus yang mampu membuat objek menjauh, disebut sebagai stimulus
negatif (Ramot et al, 2008). Pergerakan tersebut melibatkan seluruh anggota tubuh dari makhluk
hidup dan dikendalikan sepenuhnya oleh stimulus. Taksis itu sendiri dapat dikategorikan
berdasarkan jenis atau bentuk rangsangan, yang antara lain adalah:

 Termotaksis
Merupakan suatu pergerakan dari makhluk hidup yang dipengaruhi oleh stimulus kondisi
suhu lingkungan
 Kemotaksis
Merupakan suatu pergerakan dari makhluk hidup yang dipengaruhi oleh stimulus berupa
senyawa kimia tertentu
 Fototaksis
Merupakan suatu pergerakan dari makhluk hidup yang dipengaruhi oleh stimulus cahaya
 Mekanotaksis
Merupakan suatu pergerakan dari makhluk hidup yang dipengaruhi oleh stimulus getaran
 Rheotaksis
Merupakan suatu pergerakan dari makhluk hidup yang dipengaruhi oleh stimulus
pergerakan atau arus air

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 1


Pada praktikum kali ini, mahasiswa akan mempelajari dan melakukan percobaan mengenai taksis
dari cacing tanah terhadap beberapa jenis stimulus, yaitu sentuhan, getaran, dan senyawa kimia.
Secara umum, cacing tanah akan mengeluarkan suatu respon, yaitu menjauhi atau mendekati suatu
stimulus. Beberapa tujuan dari praktikum kali ini antara lain adalah (1) mendeskripsikan pola
pergerakan cacing, (2) mengidentifikasi respon cacing tanah akibat stimulus berupa sentuhan, (3)
mengidentifikasi respon cacing tanah terhadap getaran; (4) mengidentifikasi respon cacing tanah
akibat stimulus berupa senyawa kimia yang juga merupakan suatu sinyal stress dari hewan
tersebut, dan (5) mengidentifikasi pemilihan tipe habitat dari cacing tanah.

2. TEORI DASAR
2.1. Taksonomi Cacing Tanah

Cacing tanah termasuk ke dalam kelompok hewan filum Annelida dan kelas Oligochaeta. Hewan
tersebut memiliki ciri tubuh berupa cincin annulus (Erdwards and Lofty, 1977). Saat ini, para
peneliti memperkirakan bahwa terdapat 3.500 jenis cacing tanah, yang terbagi ke dalam 18 famili.
Salah satu famili cacing tanah yang saat ini banyak dipelajari adalah Lumbricidae. Beberapa genus
cacing tanah yang relatif umum dijumpai di wilayah indonesia antara lain seperti Pheretima yang
tersebar luas di Asia Tenggara; Archipheretima yang tersebar luas di Pulau Kalimantan;
Metapheretima yang dapat dijumpai di beberapa lokasi pada wilayah Papua dan Pulau Lombok;
Planapheretima yang banyak dijumpai di wilayah Kalimantan dan Sulawesi; Pontoscolex yang
tersebar di Sumatera dan Jawa; dan Polypheretima yang tersebar di wilayah Sumatera bagian
tengah, Sulawesi, dan Kalimantan (Fragoso and Patrick, 1992). Berikut merupakan taksonomi dari
cacing tanah.

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 2


Organisme Lumbricidae, Lumbricus rubellus
(Pacyana, 2003)

Filum Annelida

Subfilum/Superkelas Clitellata

Kelas Oligochaeta

Ordo Haplotaxida

Sub ordo Lumbricina

Superfamili Lumbricoidea

Famili Lumbricidae

2.2. Morfologi dan Anatomi Cacing Tanah

Cacing tanah tidak memiliki organ indera seperti mata, hidung, telinga, dan alat gerak. Sebagai
gantinya, reseptor sensori cacing tanah tersebar di seluruh tubuhnya. Reseptor ini sensitif pada
cahaya, sentuhan, listrik, dan beberapa zat kimia dengan sensitivitas paling tinggi pada bagian
anteriornya. Fotoreseptor membantu cacing tanah menilai intensitas dan durasi pemaparan cahaya
karena ia memberikan respon negatif pada cahaya (Russell et al., 2011). Pembukaan pada ujung

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 3


anterior cacing tanah adalah mulut yang diselubungi oleh prostomium. Prostomium ini juga
berperan sebagai reseptor sensori (Erdward and Lofty, 1977).

Organ sensori pada cacing terdiri dari sel ektodermal yang terspesialisasi. Cacing tanah memiliki
tiga macam reseptor yaitu reseptor epidermal, reseptor buccal, dan fotoreseptor. Reseptor
epidermal berfungsi menangkap sinyal dari stimulus taktil, kimia, serta suhu. Reseptor buccal
bekerja sebagai reseptor untuk stimulus gustatori, olfaktori, dan stimulus kimia. Sementara itu,
fotoreseptor berperan dalam menangkap sinyal dari stimulus cahaya dan hanya berada di bagian
dorsal tubuh cacing, tidak ditemukan di klitelum (Mahri, 2007). Berikut merupakan morofologi
dari cacing tanah.

2.3. Pola Pergerakan Cacing Tanah

Pada dasarnya cacing tidak memiliki kerangka tulang, namun bersifat hydrostatic. Karena struktur
tersebut, cacing bergerak dengan cara memampatkan segmen tertentu pada tubuhnya, lalu bagian
tersebut akan tergerak ke belakang dan membuat bagian anterior cacing memanjang agar dapat
mencapai titik baru yang berada di depannya. Lalu bagian depan akan berkontraksi untuk menarik
bagian belakang tubuh sehingga bagian belakang tubuh akan tertarik ke depan.

2.4. Komunikasi pada Cacing Tanah

Cacing berkomunikasi antar satu dengan yang lain menggunakan suatu cairan mukus. Cairan ini
dihasilkan oleh suatu kelenjar mukus epidermal. Fungsi dari cairan ini adalah untuk menjaga
kelembaban tubuh cacing. Selain untuk menjaga kelembaban tubuh, cairan mukus ini juga
berfungsi untuk membantu pergerakan cacing tanah. Fungsi lain dari cairan ini adalah sebagai
media komunikasi dengan cacing yang lain dalam kondisi normal. Cairan ini bersifat spesifik,
sehingga hanya dapat dideteksi oleh kemoreseptor sensitif yang terdapat pada cacing lain (Mahri,
2007).

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 4


Namun cacing juga menghasilkan suatu cairan lain yang dinamakan cairan selom. Cairan ini
dihasilkan oleh korpuskula selom, bersifat alkaline, dan tidak berwarna. Sifat alkali pada cairan
selom ini berfungsi sebagai racun untuk melakukan pertahanan diri. Cairan selom ini hanya akan
dikeluarkan saat cacing tanah merasa dalam keadaan terancam. Dikeluarkannya cairan selom ini
dapat dijadikan sebagai penanda bahaya bagi cacing lain yang mendeteksi cairan selom tersebut.
Cairan ini dapat bertahan aktif pada suatu tempat dalam waktu yang cukup lama. ((Mahri, 2007).

2.5. Preferensi Habitat dari Cacing Tanah

Secara umum, cacing tanah dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan ekologi dan distribusinya,
yaitu (1) epigeic yaitu cacing tanah yang hidup dan mencari makan di permukaan tanah (0-10 cm
dari permukaan tanah; (2) endogeic yaitu cacing tanah yang hidup dan mencari makan di dalam
tanah dengan membuat lubang horizontal hingga kedalaman 5-20 cm; dan (3) anesic yaitu cacing
tanah yang mencari makan di permukaan tanah dan kemudian membawanya ke dalam tanah
hingga mencapai 20 cm (Coleman et al., 2004). Pemilihan habitat oleh cacing tanah erat kaitannya
dengan kondisi lingkungan, seperti ketersediaan bahan organik, suhu, kelembapan, kadar air,
tekstur tanah, dan juga derajat keasaman tanah. Pada dasarnya, cacing tanah akan menghindari
habitat yang tercemar oleh senyawa-senyawa kimia.

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 5


3. TEKNIS PRAKTIKUM
3.1. Pengamatan Morfologi

Tujuan Mendeskripsikan morfologi


Alat dan Bahan Cacing tanah, mikroskop stereo, cawan petri; kamera
Tata Cara  Cacing tanah ditempatkan pada cawan petri lalu diamati dibawah
mikroskop stereo.
 Morfologi dari cacing tanah dideskripsikan dan digambar
Jenis Data  Gambar deskripsi morfologi cacing tanah

Hasil Pengamatan

Ventral Dorsal

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 6


3.2. Respon Terhadap Sentuhan

Tujuan Mendeskripsikan pola pergerakan dan respon dari cacing tanah terhadap
sentuhan benda tumpul dan tajam.
Alat dan Bahan Cacing tanah, cawan petri, cotton bud, jarum jara
Tata Cara  Cacing tanah ditempatkan pada cawan petri
 Berikan stimulasi pada tubuh cacing dengan menyentuh bagian
Anterior, Posterior dan klitelum dengan menggunakan cotton bud,
catat respon yang terjadi.
 Diulangi kembali menggunakan Jarum Jara. Pengamatan dilakukan
sebanyak 3 Kali Pengulangan Pada 3 Individu Cacing yang bebeda.
 Stimulus diberikan maksimal 10 kali sentuhan dengan interval waktu
antar stimulus, yaitu 5 detik.
 Skema pengulangan, yaitu Ind A (Anterior; Klitelum; Posterior –
Cotton bud); Ind B (Anterior; Klitelum; Posterior – Cotton bud);
…Ind C (Anterior; Klitelum; Posterior – Jarum Jara)
 Setiap perlakuan pada 1 individu, diberi jeda 10 detik.
 Catat respon cacing (1 untuk merespon, dan 0 untuk tidak merespon).
Deskripsikan respon yang muncul seperti apa.
Jenis Data  Respon cacing tanah
 Rangkaian lokomosi cacing tanah

Hasil Pengamatan

Bagian Tubuh Stimulus Respon Rangkaian Lokomosi

Kepala Cotton bud

Jarum jara

Klitelum Cotton bud

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 7


Jarum jara

Posterior Cotton bud

Jarum jara

3.3. Mekanotaksis

Tujuan Mendeskripsikan respon cacing tanah terhadap getaran.


Alat dan Bahan Cacing tanah, Botol 1.5 lt, Stopwatch
Tata Cara  Botol diisi terlebih dahulu dengan tanah hingga mencapai ketinggian
5 cm.
 1 ekor cacing tanah dimasukkan ke dalam botol tersebut dan
kemudian ditutup oleh tanah hingga ketinggian 10 cm.
 Botol dipegang dengan 1 tangan dan kemudian diberikan tepukan di
bagian bawah botol dengan tangan lainnya.
 Respon cacing tanah dicatat (1: muncul ke permukaan; 0: tidak
muncul ke permukaan)
 Latensi cacing dicatat hingga muncul di permukaan (batas waktu
pengamatan adalah 3 menit)
 Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan individu berbeda.
Jenis Data  Respon cacing tanah
 Latensi cacing tanah untuk mencapai permukaan

Hasil Pengamatan

Pengulangan Respon Latensi (detik) Catatan

Individu 1

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 8


Individu 2

Individu 3

3.4. Respon Cacing Tanah Terhadap Sinyal Stress

Tujuan Mendeskripsikan respon cacing tanah terhadap sinyal stress berupa


senyawa kimia yang dihasilkan.
Alat dan Bahan Cacing tanah, cawan petri, cotton bud, larutan garam, Stopwatch
Tata Cara  Masukkan individu 1 ke dalam cawan petri dan berikan sentuhan
menggunakan cotton bud pada bagian anterior yang telah diberi
larutan garam hingga cacing mengeluarkan lendir.
 Individu 1 kemudian dipindahkan ke cawan petri lain.
 Masukkan Individu 2 ke dalam cawan petri yang sudah terdapat
lendir dari Individu 1.
 Catat respon yang dikeluarkan oleh Individu 2 (1: menjauh; 0:
mendekat)
 Latensi cacing dicatat hingga mendekati/menjauhi sumber senyawa
kimia (batas waktu pengamatan adalah 2 menit)
 Individu 2 kemudian dipindahkan dan cawan petri dibersihkan.
 Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan menggunakan
rangkaian di atas (Individu 2-Individu 3; Individu 3-Individu 4)
Jenis Data  Respon cacing tanah
 Latensi cacing tanah untuk menjauhi stimulus

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 9


Hasil Pengamatan

Stimulus Pengulangan Respon Latensi (detik) Catatan

Individu 1 Individu 2

Individu 2 Individu 3

Individu 3 Individu 4

3.5. Preferensi Habitat Cacing Tanah

Tujuan Mendeskripsikan respon cacing tanah terhadap perbedaan kondisi habitat.


Alat dan Bahan Cacing tanah, cawan petri, larutan garam, Stopwatch
Tata Cara  Cawan petri dibagi menjadi 2 bagian menggunakan marker di bagian
bawah, kemudian ditandai bagian kontrol dan larutan garam.
 Pada bagian perlakuan, tanah didedahkan oleh larutan garam dengan
menggunakan botol semprot sebanyak 2 kali dan kemudian
didiamkan selama 10 menit untuk mengering.
 Pada bagian kontrol, tanah didedahkan oleh air dengan menggunakan
botol semprot sebanyak 2 kali.
 Satu ekor cacing yang kemudian dimasukkan pada area tengah antara
kontrol dan perlakuan.
 Respon cacing tanah dicatat sampai 2 menit (1: kecenderungan tubuh
cacing ke daerah kontrol; 0: ke daerah perlakuan)
 Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada individu yang sama dan
juga pengulangan menggunakan 3 individu berbeda.
 Skema pengulangan yaitu Ind I (pengulangan ke-1); Ind II
(pengulangan ke-1);…Ind III (pengulangan ke-3)
Jenis Data  Respon cacing tanah

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 10


Hasil Pengamatan

Pengulangan Respon Catatan

Individu 1

Individu 2

Individu 3

4. REFERENSI

Coleman, D., Crossley, D., dan Hendrix, P. 2004. Fundamental of Soil Ecology, second ed.
Georgia: Elseivier Academic Press.
Erdward, C., A., dan Lofty, J., R. 1977. Biologu of Earthworms, second ed. London: Chapman
and Hall Ltd.
Fragoso, C. dan Partick L. 1992. Earthworm Communities of Tropical Rain Forest, second ed.
Oxford University Press.
Mahri, Jain. 2007. Annelida – Earthworm. Competitive Science Version Magazine.
Mulyawan, D., W., Annawaty, dan Fahri.2016. Preferensi Habitat Cacing Tanah (Oligochaeta) di
Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Online Journal of Natural Science 5(3):
251-257.
Ramot, D. et al. 2008. Thermotaxis is a Robust Mechanism for Thermoregulation in
Caenorhabditis elegans Nematodes. The Journal of Neuroscience 28(47): 12546-12557
Russell, Peter J., Hertz, Paul E., Beverly, McMillan. 2011. Biology: The Dynamic Science.
Cengage Learning

Praktikum Biologi Perilaku (BI-3201) – 2018 11

Anda mungkin juga menyukai