quadricarinatus)
Oleh :
Nama
:
NIM
:
Rombongan
Kelompok :
Asisten
:
tanggap
terhadap
ragsangan.
Sesungguhnya
rangsangan
reseptor
dapat
termoreseptor,
dibedakan
menjadi
enam
mekanoreseptor,
yaitu,
fotoreptor,
magnetoreseptor dan elektroreseptor. Secara berturut-turut, masingmasing peka terhadap zat kimia, suhu, mekanik, cahaya, medan megnet,
dan medan listrik. Berdasarkan
lokasi
1.2 Tujuan
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium, gunting
Cara Kerja
(Waktu)
10 Menit
ng
on
Pakan
55
(pertama)
513
652
10 Menit
932
136
(kedua)
239
431
644
658
856
915
929
Flicki
(Waktu)
10 Menit
ng
Withdraw
Rotati
Wipping
Mendekati
on
Pakan
16
(pertama)
10 Menit
115
37
10
(kedua)
118
49
502
153
54
215
302
341
409
540
419
612
450
628
513
644
601
716
620
820
703
835
749
956
940
215
759
850
941
Tabel 3. Pengamatan Chemoreseptor Lobster Pada Perlakuan
Kontrol.
Gerakan
Flicki
Withdraw
(Waktu)
10 Menit
ng
12
18
on
33
136
158
46
311
240
419
55
311
517
617
529
72
(pertama)
Rotati
Wipping
Mendekati
Pakan
89
929
10 Menit
11
951
121
(kedua)
27
138
48
342
150
42
324
413
712
452
720
547
737
612
89
642
821
658
859
712
922"
737
219
248
32
38
313
999
Tabel 4. Pengamatan Chemoreseptor Lobster Pada Perlakuan
Ablasi Antenula
Gerakan
Flicki
(Waktu)
10 Menit
ng
(pertama)
10 Menit
3.2
Withdraw
Rotati
Wipping
Mendekati
on
Pakan
830
41
(kedua)
Pembahasan
Hewan air memiliki dua jenis pertumbuhan yaitu pertumbuhan
pakan, tetapi pada praktikum kali ini lobster tidak mendekati pakan pada
menit kedua dan tidak melakukan wipping (pembersihan) pada menit
pertama. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kondisi fisiologis lobster yang kurang baik, stress, kerusakan pada organ
tubuh reseptor dan efektor, cahaya yang terlalu terang dan adanya suara
yang membuat lobster tidak bergerak (Renate et al., 1998). Lobster yang
diablasi mata pada menit pertaman hanya melakukan mendekati pakan
saja, serta pada menit kedua hampir melakukan semua gerakan
antennula dari mulai flicking, wipping, withdraw, rotation dan mendekati
pakan. Hal ini dikarenakan antennula pada lobster masih utuh dan
berfungsi yang menyebabkan lobster dapat menerima rangsangan dari
lingkungannya, sehingga lobster memerlukan waktu singkat untuk
mendeteksi pakan (Roger, 1978). Hal tersebut kurang sesuai dengan
pernyataan Storer (1975), yang menyatakan bahwa antennula pada
lobster merupakan struktur sensor yang dapat bergerak untuk mencari
perlindungan, makan, dan mencari pasangan serta menghindari predator.
Oleh karena itu, lobster yang tidak diberi perlakuan ablasi antennula akan
berespon terhadap pakan, karena fungsi dari antennula tersebut akan
hilang jika dilakukan ablasi atau pemotongan salah satu organ tertentu.
Lobster yang diablasi total masih bisa bisa bergerak mendekati pakan.
Menurut Devine and Jelle (1982), walaupun mata dan antennula dipotong
tetapi
lama
kelamaan
lobster
tersebut
juga
dapat
menemukan
makanannya karena ada segmen dictylus propandur dari kaki jalan yang
secara fisiologis sama dengan antennula.
Mekanisme stimulus (pakan) sampai pada organ chemoreseptor
lobster yaitu makanan yang dimasukkan ke dalam akuarium akan
berdifusi ke dalam air dalam bentuk ion-ion, kemudian ion-ion tersebut
akan diterima oleh sel-sel chemoreseptor pada antenulla. Impuls dari
antennula akan ditransfer menuju otak oleh neuron afferen. Impuls ini
oleh otak diproses menjadi tanggapan dan diteruskan ke organ reseptor
seperti
yang
terlihat
pada
duri
Panulirus
argus
dapat
2.
3.
Wipping
yaitu gerakan
pembersihan
antennula.
Pembersihan
dengan
mudah
dan
cepat
berdifusi
ke
dalam
sel-sel
chemoreseptor.
Fungsi chempreseptor pada lobster adalah untuk mengetahui
adanya predator, lawan jenis serta makanan. Lokasi makanan, tingkah
laku penghindaran terhadap predator serta lawan jenis diperantarai oleh
antennula. Antennula memiliki sel-sel yang dapat membaui adanya
rangsang kimia dari lingkungan terutama peka terhadap asam amino dan
karbohidrat dari pakan (Radiopoetro, 1977).
IV.
KESIMPULAN
untuk
antar
mendeteksi
adanya
sesamanya
dan
pakan,
untuk
pertahanan
mencari
diri,
pasangannya.
DAFTAR REFERENSI
Campbell, A. N, Reece, J. B, dan Mitchell, L. G.2004. Biologi Edisi Kelima
Jilid Tiga. Erlangga, Jakarta.
Devine, D.V. and A. Jelle. 1982. Fungtion of Chemoreceptor Organs in
Spartial Orientation of Lobster. Boston University Marine Program,
Boston.
Johnson, Meg E., and Jelle Atema. 2005. The Olfactory Pathway for
Individual Recognition in The American Lobster Homarus
americanus. The Journal of Experimental Biology 208, 2865-2872.
Kay, I. 1988. Introduction to Animal Physiology. Bios Scientific Publisher,
London.
Kurniasih, T. 2008. Peranan Pengapuran dan Faktor Fisika Kimia Air
Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Lobster Air Tawar (Cherax
sp.). Media Akuakultur Vol. 3 (2): 126-132
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Renate, S., Dantel, C., Mark, M. 1998. Growth Related and Antenullar
amputation-Induced Changes in The Olfactory Centers of crayfish
Brain. (http://www.jneuroscl.org/). Diakses pada tanggal 10 April
2013.
Richard, W.H and G ordan. 1989. Animal Physiology. Harper-Collins
Publisher. New York.
Roger. 1978. Physiology of Animal. Prentice-Hall Inc. , New York.
Storer, T. I, W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1975. Zoologi Umum. Erlangga,
Jakarta.
Ville, C. A., W. F. Walker dan R. D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga,
Jakarta
Yuwono, E dan Sukardi, P. 2001. Fisiologi Hewan Air. Agung Seto, Jakarta.