Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang sudah

teridentifikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menjumpai hewan

vertebrata dari pada avertebrata, tetapi sebenarnya jumlah spesies vertebrata

hanya 5% dan selebihnya merupakan avertebrata (Suwignyo, dkk., 2005).

Avertebrata air adalah hewan yang tidak bertulang belakang (backbone),

yang sebagian atau seluruh daur hidupnya di dalam air. Ditinjau dari segi bentuk,

ukuran dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata air mempunyai

keanekaragaman yang tinggi. Sementara itu dari segi ukuran dijumpai mulai dari

yang berukuran kecil sampai besar, dan dari segi bentuk tubuh yang sederhana

sampai yang kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya ada yang di darat, air

tawar, air payau, atau laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti danau garam

(Suwignyo 2005).

Avertebrata air dalam bidang perikanan memiliki peranan sebagai

makanan ikan, pemangsa ikan, parasit ikan. Avertebrata air juga dapat

dimanfaatkan manusia yaitu sebagai konsumsi, obat, indikator biologis, penduga

kualitas kesuburan perairan, dan usaha budidaya (Rikky 2008). Disamping itu

memiliki peranan yang positif, tetapi juga memiliki peranan yang tidak

menguntungkan bagi manusia yaitu, sebagai inang perantara beberapa penyakit.

Berbagai avertebrata air juga merupakan inang perantara parasit ikan (Suwignyo

2005).  

1
Pemahaman mengenai hewan-hewan avertebrata sangatlah penting karena

hewan-hewan tersebut juga mempunyai nilai ekonomi penting di sektor kelautan.

Pemahaman ini meliputi struktur luar, struktur dalam, habitat, cara hidup, ciri-ciri

umum, ciri-ciri khusus, dan pemanfaatannya. Fieldtrip ini dimaksudkan untuk

memberi informasi dan gambaran umum mengenai berbagai bentuk-bentuk dan

habitat asli dari hewan-hewan avertebrata laut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari melakukan praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui

dan mengenal serta mempelajari dan mengidentifikasi jenis-jenis avertebrata air

yang dalam suatu area praktikum.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini yaitu kita dapat membedakan dan mengetahui

serta mempelajri jenis-jenis avertebrata air sesuai kelompok taksonominya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Moluska

Moluska merupakan hewan bertubuh lunak, nama tersebut berasal dari

bahasa latin molis artinya lunak dan digunakan pertama kali oleh Zoologist

Prancis Cuvier tahun 1798, saat mendeskripsikan sotong dan cumi. Sebagian

besar jenis moluska hidup di lingkungan laut, sekitar 25 % hidup diperairan tawar

dan daratan. Moluska dijumpai mulai dari daerah pinggiran pantai hingga laut

dalam, menempati daerah terumbu karang, sebagian membenamkan diri dalam

sedimen, beberapa dapat dijumpai menempel pada tumbuhan laut.

Moluska dikenal juga dengan hewan bertubuh lunak, yaitu hewan yang

berdaging dan tidak bertulang, ada yang dilindungi oleh cangkang atau rumahnya

dan ada pula yang tidak bercangkang (Dharma,1998 dalam Dewiyanti,2004).

Moluska merupakan filum kedua terbesar setelah arthropoda, filum ini dibagi

dalam 7 kelas yang dibedakan berdasarkan perbedaan anatomi secara umum

seperti posisi dan kombinasi serta susunan organ tubuh (kepala, mantel, kaki dan

cangkang). Ketujuh kelas tersebut adalah Bivalia (pelecypoda atau hewan berkaki

tapak), Cephalopoda (hewan berkaki di kepala), Polyplacopora (hewan yang

mempunyai banyak cangkang), Scaphopoda (hewan dengan cangkang seperti

gading), Gastropoda (hewan dengan cangkang tunggal), Monoplacopora (hewan

yang mempunyai satu lempengan cangkang) dan aplacopora (hewan yang tidak

mempunyai lempengan cangkang) (Budiman, 1980 dalam Dewiyanti, 2004).

Gastropoda merupakan kelas yang mempunyai anggota terbanyak dan

merupakan kelas yang paling sukses karena menguasai berbagai habitat yang

3
bervariasi (Barnes 1987, dalam,Irawan 2008). Umumnya dikenal dengan sebutan

siput atau keong. Kebanyakan bentuk kelas Gastropoda asimetris karena

mengalami torsi. Cangkang siput umunya berbentuk kerucut atau konde dari

tabung yang melingkar.

Kelas Bivalvia mencakup berbagai jenis kerang, remis, dan kijing.

Kebanyakan Bivalvia hidup di laut terutama di daerah littoral, sebagian di daerah

pasang surut, dan air tawar. Spesis yang hidup umunya terdapat di dasar perairan

yang berlumpur atau berpasir. Tubuh dan kaki Bivalvia umumnya pipih secara

lateral, seluruh tubuh tertutup mantel dan dua keping cangkang yang berhubungan

di bagian dorsal. Beberapa kerang bersifat sesil, yaitu menempel erat pada benda

padat dengan benang bysus (Brusca & Brusca 1990, dalam Irawan 2008)

2.2 Echinodermata

Echinodermata merupakan hewan yang sering dijumpai pada perairan

intertidal terutama pada ekosistem terumbu. Filum ini terdiri dari 6.000 spesies,

semuanya hidup di laut. Ciri-ciri yang menonjol adalah kulit yang berduri dan

simetri radial, suatu yang paling menarik adalah sistem pembuluh airnya. Air laut

dimasukkan ke dalam sistem saluran dan digunakan untuk menjulurkan kaki

tabung yang berjumlah banyak. Struktur kaki tabung ini mempunyai penghisap di

ujungnya dan membantu hewan melekat di permukaan yang keras. Filum ini

dibagi dalam lima kelas. Kelas Crinoideaea lebih menyerupai tumbuhan, dan

banyak diantaranya bersifat sesil. Kelas Asteroidea (bintang laut) mampu

bergerak kemana-mana dengan bantuan kaki tabungnya tetapi sangat perlahan.

Tubuh bintang laut terdiri atas cawan sentral yang berisi mulut dan dikelilingi

4
oleh lima lengan. Kelas Ophiuroidea berbeda dengan bintang laut karena

mempunyai lengan yang kurus dan panjang yang jelas berbeda dengan cawan

sentral dan dapat bergerak sangat cepat. Kelas Echinoidea mempunyai kerangka

berongga yang kaku mirip kotak. Pada kerangka ini terdapat duri-duri, beberapa

bulu babi memiliki duri sangat panjang. Kelas Holothuroidea mempunyai kulit

keras (bukan berduri), tidak berlengan dan hampir tidak berangka (Lariman, 2011

dalam Nurfajriah,2014). Menurut (Yusron 2006, dalam Nurfajriah 2014), Secara

ekologi fauna Echinodermata berperan sangat penting dalam ekosistem terumbu

karang, terutama dalam rantai makanan (food chain), karena biota tersebut

umumnya sebagai pemakan detritus dan predator.

5
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu

Adapun waktu pelaksanaan pada Kamis 07 Maret 2019 di pantai Leato

Kelurahan Dumbo Raya.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu.

Tabel 1. Alat dan Bahan


No Nama Kegunaan
.
1 Tali rapia Berfungsi sebagai pembatas wilayah
pengamatan dalam praktikum
2 Patok kayu (1 meter) Sebagai tiang pembatas wikayah pengamatan
3 Meteran Digunakan untuk mengukur panjang tali yang
akan digunakan dalam praktikum
4 Alat tulis menulis Sebagai alat untuk mencatat hasil pengamatan
yang di dapat pada praktikum
Digunakan untuk mengambil gambar dari hasil
5 Kamera pengamatan, dan juga sebagai alat pengambil
dokumentasi kerja pada praktikum
6 SCD Digunakan untuk mengukur kedalaman laut
7 Termometer Digunakan untuk mengukur suhu
8 PH Digunakan untuk mengukur kecerahan
9 Botol yang berisi ¼ air Untuk melihat kecepatan arus di sekitar daerah
pengamatan
10 Laut Bahan pengamatan

3.3 Prosedur Pengamatan

Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu:

1. Setiap kelompok praktikum memasang patok, kemudian patok tersebut

diikat dengan tali rapia sehingga berbentuk persegi dengan ukuran 10x10

meter.

2. Kemudia setiap kelompok mencari organisme avertebrata di perairan di

lokasi praktek.

6
3. Setiap kelompok praktikum melakukan identifikasi organisme perairan

(avertebrata air) yang ditemui di lokasi praktek dan mengidentifikasi

organisme avertebrata air yang ditemui sesuai dengan filum serta kelasnya.

4. Mengukur parameter kualitas air (Suhu, Ph, Arus, Kecerahan, Kedalaman,

dan Substrat) di dalam transek.

5. Kemudian menjelaskan ciri-ciri, cara hidup, habitat hidup organisme yang

di temui. Menjelaskan peranan organisme perairan yang di temui

khususnya dalam bidang perikanan.

6. Semua data hasil pengamatan pada lokasi praktek di masukan pada BAB

HASIL DAN PEMBAHASAN sesuai sesuai dengan bidangnya. Serta

mendokumentasikan serta menggambar setiap specimen sampel yang anda

temui di lokasi praktek.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh 2 filum

yaitu filum Moluska dan Echinodermata. Dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Hasil identifikasi hewan avertebrata air


No Nama Organisme Jumlah
(Spesies) Organisme Gambar

1 Landak Laut 1
(Diadema setosum)

1
2 Bintang Laut
(Linckia laevigata)

3 Kerang Darah 1
(Anadara granos)

8
Tabel 3. Parameter kualitas air
No. Parameter Hasil
1 PH 5,0
2 Kecerahan 100%
3 Suhu 29
4 Arus 12 m/s
5 Kedalaman 20 m

4.2 Pembahasan

4.2.1 Landak Laut

Gambar 4.2.1 Diadema setosum


(Sumber Dok pribadi 2019)

Klasifikasi bulu babi menurut menurut (Clark dan Rowe 1971 dalam

Ratna, 2002) adalah:

Filum: Echinodermata
Kelas: Echinoidea
Subkelas: Euchinoidea
Ordo: Echinacea
Famili: Diadematidae
Genus: Diadema
Spesies: Diadema setosum

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa bulu babi D. setosum

memiliki tubuh berwarna hitam, memiliki warna orange dan kebiruan, bentuk

9
tubuh pipih, memiliki duri yang panjang dan tajam yang berfungsi sebagai alat

gerak dan pelindung dari serangan predator.

Hal ini sesuai dengan (Jeng, 1998 dalam Lubis dkk) menyatakan bahwa

bulu babi jenis D. setosum terkenal memiliki duri yang panjang, tajam dan rapuh,

hidup pada daerah yang umumnya mempunyai substrat berpasir atau kerikil di

sekitar terumbu karang. Spesies ini dikenal di seluruh wilayah indo-Pasifik.

Bulu babi hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga)

dan lamun. Bulu babi ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan

merupakan penghuni sejati lautdengan batas toleransi salinitas antara 30-34%

(Aziz, 1995 dalam Ratna,2002). Menurut (Sugiarto dan Supardi 1995, dalam

Ratna,2002), di daerah ekosistem terumbu karang, bulu babi biasanya menempati

daerah rataan karang, daerah pertumbuhan makroalgae dan daerah tubir karang.

Di zona rataan karang dan daerah pertumbuhan makro algae, bulu babi biasanya

hidup secara berkelompok dalam kelompok yang besar. Sedangkan menurut

Vimono (2007), bulu babi sering kali ditemukan pada habitatyang spesifik, seperti

daerah rataan, daerah lamun dan daerah pertumbuhan makro algae. Bulu babi

biasanya ditemukan pada habitat yang spesifik, namun beberapa jenis mampu

hidup pada daerah yang berbeda. D. Setosum yang dapat ditemukan pada hampir

semua daerah mulai dari rataan pasir, padang lamun, rataan karang dan tubir,

hingga ke daerah bebatuan.

10
4.2.2 Bintang Laut

Gambar 4.2.2 Linckia laevigata


(Sumber Dok pribadi 2019)

Taksonomi menurut Triana, dkk (2015:457) klasifikasi Linckia laevigata

adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Famili : Ophidiasteridae
Genus : Linckia
Spesies : Linckia laevigata

Linckia laevigata merupakan salah satu Asteroidea yang termasuk dalam

famili Ophidiasteridae. Bintang laut ini memiliki lima buah lengan berbentuk

silindris dan tumpul pada ujungnya. Pada bagian aboral, L.laevigata memiliki

madreporit sedangkan bukaan ambulaklar dan mulut terdapat di bagian oral.

Bintang laut ini memiliki granul-granul kecil yang menutupi cakramnya.

Bintang laut spesies Linckia laevigata sebaran populasinya mencakup area

terluas jika dibandingkan dengan populasi lain di perairan. Individu-individunya

ditemukan di semua tipe habitat, mulai dari intertidal hingga subtidal kedalaman >

11
10 m. Namun, lebih cenderung tersebar luas dan menempati area mikrohabitat

terumbu karang.

4.2.3 Kerang Darah

Gambar 4.2.3 Anadara granosa L.


(Sumber Dokumentasi pribadi 2019)

Menurut Pratt (1935) dan Barnes (1974) dalam Latifah (2011),dalam

Nagir (2013) klasifikasi dari kerang darah A.granosa adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Pelecypoda/ Bivalvia
Subkelas : Lamellibranchia
Ordo : Taxodonta
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa L.

Kerang darah memiliki cangkang yang tebal, lebih kasar, lebih bulat dan

bergerigi di bagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut. Bentuk

cangkang bulat kipas, agak lonjong, terdiri dari dua belahan yang sama (simetris),

mempunyai garis palial pada cangkang sebelah dalam yang lengkap dan garis

12
palial bagian luar beralur. Bagian dalam halus dengan warna putih

mengkilat.Warna dasar kerang putih kemerahan (merah darah) dan bagian

dagingnya merah (Umbara dan Suseno 2006 dalam Sahara 2011). Cangkang

kerang darah tertutup dua keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal

dengan adanya hinge ligamen, yaitu semacam pita elastik yang terdiri dari bahan

organik seperti zat tanduk. Kedua keping cangkang pada bagian dalam juga

ditautkan oleh satu atau dua buah otot aduktor yang bekerja secara antagonis

dengan hinge ligamen. Bila otot dalam keadaan istirahat, kedua keping cangkang

akan terbuka oleh ligamen yang terdapat pada belakang umbo. Kerang darah

adalah mempunyai 2 keping cangkang yang tebal, elips dan kedua sisi sama,

kurang lebih 20 rib, cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang

berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Ukuran kerang dewasa 6-9

cm (Nurjanah, dkk, 2005 dalam Nagir 2013).

Alat pernapasan kerang berupa insang dan bagian mantel.Insang kerang

berbentuk W dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang.

Pertukaran O2 dan CO2 terjadi pada insang dan sebagian mantel. Mantel terdapat

di bagian dorsal meliputi seluruh permukaan dari cangkang dan bagian tepi.

Antara mantel dan cangkang terdapat rongga yang di dalamnya terdapat dua

pasang keping insang, alat dalam dan kaki. Alat peredaran darah sudah agak

lengkap dengan pembuluh darah terbuka. Sistem pencernaan dari mulut sampai

anus A.granosa memiliki sistem saraf yang terdiri dari 3 pasang ganglion yang

saling berhubungan yaitu ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung,

13
ganglion pedal terdapat pada kaki dan ganglion posterior terdapat disebelah

ventral otot aduktor posterior (Pratt dalam Hitu, 2011 dalam Nagir 2013).

A.granosa merupakan ciliary feeder (sebagai deposit feeder atau filter

feeder). Sebagai filter feeder kerang menyaring makanannya menggunakan insang

yang berlubang-lubang. Makanan utamanya adalah plankton, terutama

fitoplankton. A.granosa merupakan salah satu jenis kerang dari kelas Bivalvia

yang berpotensi dan memiliki nilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai

sumber protein dan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat

Indonesia. A.granosa terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan

kedalaman 10 m sampai 30 m (Umbara dan Suseno 2006 dalam Sahara 2011).

A.granosa hidup dengan cara membenamkan diri di pantai pantai yang

berpasir. A.granosa merupakan salah satu jenis kerang yang berpotensi dan

bernilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral untuk

memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Kerang darah banyak

ditemukan pada substrat yang berlumpur di muara sungai dengan topografi pantai

yang landai sampai kedalaman 20 m. Kerang darah bersifat infauna yaitu hidup

dengan cara membenamkan diri di bawah permukaan lumpur di perairan dangkal

(PKSPL 2004 dalam Nurjanah dkk, 2005).

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Avertebrata air dapat didefinisikan sebagai hewan yang tidak bertulang

belakang, yang sebagian atau seluruh daur hidupnya hidup di dalam air.

Pengetahuan mengenai hewan avertebrata yang hidup di air merupakan salah satu

ilmu dasar dalam mempelajari ilmu-ilmu di bidang perikanan. Avertebrata

memiliki banyak jenis filum dan filum yang sering ditemukan yaitu

Echinodermata dan moluska. Seperti, Landak laut, bintang laut dan kerang.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk tempat pengamatan dilakukan di tempat yang sudah

diketahui terdapat banyak filum avertebrata, agar setiap kelompok mendapatkan

hewan yang berbeda-beda.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewiyanti.I.2004.Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Serta

Asosiasinya Pada Ekosistem Magrove Di Kawasan Pantai Ulee-

Lheue, Banda Aceh, NAD.Skripsi.Program Studi Ilmu Kelautan

Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Irawan.I.2008.Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Serta

Distribusinya Di Pulau Burung Dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau

Pari, Kepulauan Seribu. Departmen Biologi Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor

Nagir.M.T. 2013. Morfometri Kerang Darah Anadara granosa L Pada Beberapa

Pasar Rakyat Makassar,Sulawesi Selatan.Skripsi. Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Hasanuddin.Makassar.

Nurfajriah.D.2014.Struktur Komunitas Echinodermata Di Daerah Budidaya

Karang Hias Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.Skripsi.Departemen

Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor.

Ratna.F.D.2002.Pengaruh Penambahan Gula Dan Lama Fermentasi Gonad Bulu

Babi Deadema setosum dengan Lactobacillus plantarum Sebagai

Kultur Starter.Skripsi.Program Studi Teknologi Gasil Perikanan

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

16
Sahara 2011. Karakteristik Kerang DarahA.granosa. Departemen Teknologi Hasil

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor.

Sulaemi.C.S.2018.Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Yang Berbeda Terhadap

Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup.Skripsi.Program Studi

Budidaya Perairan.Universitas Mataram.NTB

Suwignyo, Sugiarti dkk, Avertebrata Air Jilid 1, Jakarta: Swadaya, 2005.

17
LAMPIRAN

Gambar 1. Landak Laut Diadema setosum


(Sumber.Dok pribadi 2019)

Gambar 2. Bintang Laut Linckia laevigata


(Sumber.Dok pribadi 2019)

Gambar 3. Kerang Darah Anadara granosa L.


(Sumber.Dok pribadi 2019)

18

Anda mungkin juga menyukai