Anda di halaman 1dari 15

PETUNJUK PRAKTIKUM

BIOLOGI LAUT

Tim Teaching :
Dr. Tjahjo Winanto, M.Si.
Dr. Rose Dewi, S.Kel., M.Si.
Purwo Raharjo, S.Pi, M.Si.

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
DESKRIPSI

Kegiatan praktek lapang bertujuan untuk membantu mahasiswa memahami teori-teori yang
telah diberikan saat kuliah. Harapannya setelah mengikuti praktikum mahasiswa memiliki
beberapa hal berikut:
1. Pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan tentang struktur dan organisasi biota laut,
serta proses proses biologis yang berlangsung di laut.
2. Mengenal secara lebih dalam biota dan komponen penyusun dari ekosistem.

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum;


2. Mahasiswa wajib datang 15 menit sebelum praktikum;
3. Selama pelaksanaan, mahasiswa wajib berpakaian rapi dan membawa perlengkapan
yang telah ditentukan;
4. Kuiz dilaksanakan pada 10 menit di awal praktikum, jika mahasiswa terlambat lebih
dari 10 menit, maka nilai kuiz dianggap 0;
5. Praktikan yang terlambat dapat mengikuti praktikum setelah mendapat izin dari asisten,
dan mendapat tugas khusus;
6. Praktikan wajib menggunakan jas lab dan tanda pengenal yang memuat nama lengkap
(untuk praktikum di laboratorium);
7. Praktikan wajib membawa buku petunjuk praktikum;
8. Praktikan dilarang meningalkan ruang praktikum tanpa seizin asisten;
9. Praktikan wajib mengikuti kegiatan praktek lapangan pada waktu yang telah
ditentukan.
ACARA PRAKTIKUM 1

1. GASTROPODA

Kata Gastropoda ini berasal dari bahasa Yunani diantaranya ialah gaster yang
memiliki arti perut serta juga podos yang memiliki arti kaki. Untuk Gastropoda sendiri ini pun
juga dikenal sebagai siput (siput telanjang), yang juga masuk kelas taksonomi didalam filum
Mollusca. Kelas ini melingkupi segala macam jenis siput serta juga disebut siput telanjang itu
dengan segala macamukuran, dari ukuran mikroskopis itu sampai pada ukuran yang besar.
Terdapat banyak sekali spesies dari siput laut serta juga siput laut telanjang, dan juga begitu
dengan limpet, siput darat, siput air tawar,serta siput telanjang darat.

Gastropoda berarti hewan bertubuh lunak yang berjalan dengan cara menggunakan
perutnya. Hewan ini meliputi 50.000 spesies, namun 15.000 di antaranya itu sudah atau telah
punah. Gastropoda tersebut tersebar di seluruh dunia, baik di darat, di air tawar, maupun juga
di air laut. Pada umumnya, hewan ini memiliki sifat herbifor, atau pemakan tumbuhan.

Tujuan : Untuk mengetahui morfologi dan anatomi gastropoda


Bahan : Beberapa jenis siput/ kerang dari kelas Gastropoda

Prosedur :
1. Amati satu sampel siput/ kerang
2. Amati dan gambarlah morfologi luar dari siput/ kerang tersebut beserta bagian-bagiannya.
3. Selanjutnya untuk pengamatan anatomi bukalah cangkang dari kerang hingga organ
dalamnya terlihat dengan jelas. Beri formalin pada bagian organ dalam tersebut agar lebih
keras (kaku) dan tidak mudah rusak saat pengamatan dilakukan. (Mintalah bimbingan
asisten jika mengalami kesulitan)
4. Amati dan gambar struktur dan organ dalamnya.
5. Catat dan deskripsikan hasil pengamtan saudara.

1.1. Morfologi
Siput termasuk filum Mollusca (Mollis = lunak) dan kelas Gastropoda (Gastro = perut,
Poda = kaki) yang dicirikan oleh tubuh lunak, simetris bilateral, tidak bersegmen dan bergerak
merayap, meliang atau berenang dengan kaki perut. Sebagian besar siput mempunyai cangkang
tunggal yang keras dari zat kapur dengan bentuk yang amat beragam untuk melindungi
tubuhnya. Bagian tubuh yang tampak dari luar adalah kepala dengan sepasang antenna atau
lebih yang dilengkapi dengan sebuah mata pada bagian ujungnya dan kaki perut yang menjulur
dari bagian bawah cangkang. Arah putaran cangkang umumnya ke kanan (dekstral) dan
umumnya memiliki operculum.
Gambar 1. Morfologi Gastropoda

Gambar 2. Keragaman bentuk-bentuk cangkang Gastropoda I. conical;2 biconical; 3 obconical;


4.turreted; 5. Fusiform; 6. Patelliform; 7. Spherichal; 8. Ovoid; 9. Ddiscoidal; 10.
Involute; 11. Globose; 12. Lenticular; 13. Obovatus; 14. Bulloid; 15. Turbinate; 16.
Cylindrical; 17. Trochoid. (Keen, 1963., Sabelli 1980).
Gambar 3. Potongan longitudinal dan transversal untuk menunjukkan pada spiral dari
cangkang Gastropoda. A. Trochus; B. Argobuccinum; C. Cypraea tigris; c.o:
Collumella; s.o: Apertura; u: Umbilicus (Parker dan Haswell, 1995).

1.2. Anatomi
Tubuh siput terdiri atas kepala, organ internal yang dilindumgi cangkang dan kaki
perut. Kepala memiliki sepasang antenna atau lebih yang dilengkapi dengan sebuah mata pada
bagian ujungnya. Mulut dilengkapi dengan gigi radula yang berfungsi sebagai parut untuk
menghancurkan makanannya. Makanan siput berupa makroalgae (misalnya; Trochus niloticus)
atau daging dari organisme lainnya (misalnya; Triton sp). Beberapa jenis siput Carnivora
(Conus sp) memiliki bisa yang sangat mematikan untuk melumpuhkan mangsanya. Organ
internal simetris dan terpilin. Cangkang dibentuk oleh membrane tipis yang berasal dari bagian
mantel. Bersifat hermaphrodite, monoecious atau dioecious. Fertilisasi internal atau eksternal.
Bernafas dengan insang atau paru-paru (siput darat). Jantung beruang satu atau dua.

Gambar 4. Anatomi gastropoda (Nucella lima) (Brusca and Brusca, 2000).


ACARA PRAKTIKUM 2

2. BIVALVIA

Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-kerangan:


memiliki sepasang cangkang (nama "bivalvia" berarti dua cangkang). Nama lainnya adalah
Lamellibranchia, Pelecypoda, atau bivalva. Ke dalam kelompok ini termasuk berbagai kerang,
kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima; meskipun variasi di dalam bivalvia
sebenarnya sangat luas.

Tujuan : Untuk mengetahui morfologi dan anatomi bivalvia


Bahan : Beberapa jenis kekerangan dari kelas bivalvia

Prosedur :
1. Amati satu sampel kerang
2. Amati dan gambarlah morfologi luar dari kerang tersebut beserta bagian-bagiannya.
3. Selanjutnya untuk pengamatan anatomi bukalah cangkang dari kerang hingga organ
dalamnya terlihat dengan jelas. Beri formalin pada bagian organ dalam tersebut agar lebih
keras (kaku) dan tidak mudah rusak saat pengamatan dilakukan. (Mintalah bimbingan
asisten jika mengalami kesulitan)
4. Amati dan gambar struktur dan organ dalamnya.
5. Catat dan deskripsikan hasil pengamtan saudara.

2.1. Morfologi
Bivalvia bertubuh simetris bilateral, memiliki dua buah cangkang yang setangkup
tersusun dari zat kapur dengan beragam bentuk dan ukuran. Kepala tidak ada. Reproduksi
bersifat eksternal. Dioecious. Cangkang dibuka tutup dengan otot adduktor dan refraktor. Jenis
tertentu mampu berpindah tempat dengan melakukan gerakan membuka dan menutup
cangkang secara cepat. Mencari makan dengan menyaring plankton atau organisme
mikroskopis lainnya. (Filter feeder).

Gambar 5. Morfologi kerang hijau (Bivalvia)


Gambar 6. Perbedaan tipe gigi engsel, bekas otot adduktor dan garis palial cangkang kerang.
1. a. taxodont; b. integropaliat; c. isomyaria dan dimyaria; 2. a. sinoplat; b.
anisomyaria/ heteromyaria; c. dimyaria; 3.a. monomyarian; 4.a. heterodont; b.
sinopaliat; c. isomyari dan dimyaria. (Sabelli, 1980).

Gambar 7. bagan morfologi cangkang kerang: 1. Umbo; 2. Ligament; 3. Gigi lateral posterior;
4. Bekas otot adduktor posterior; 5. Sinus palial; 6. Garis palial; 7 bekas otot
adductor anterior; 8. Gigi lateral anterior; 9. Gigi kardinal; 10. Rasilum; 11. Leher
byssal; 12. Bekas otot retractor posterior; 13. Bekas otot retractor anterior (Bullogh,
1960; Rosewater, 1965).
Gambar 8. Tipe gigi engsel pada kerang A. taxodont, B. heterodont, C. schizodont, D.
Schizodont, E. Isodont. (Parker dan Haswell, 1995).

2.2. Anatomi
Tubuh kerang terdiri dari mantel yang melekat pada cangkang dengan sederet otot
yang terdapat disepanjang garis pallial. Fungsi mantel adalah untuk mensekresi gliko protein
dan menimbun Kristal kapur pembentuk cangkang. Insang berfungsi untuk menyerap oksigen
dan menyaring plankton. System saraf, peredaran darah dan system pencernaan masih tampak
sederhana namun telah berkembang dengan baik.

Gambar 9.Anatomi bivalvia


ACARA PRAKTIKUM 3

3.1 KUALITAS AIR dan KERAPATAN MANGROVE


Kualitas air yang baik dapat dilihat dari beberapa parameter yaitu parameter fisika maupun
parameter kimia.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk pengukuran kualitas air antara lain:
Alat
• Transek 10x10 m
• Refraktometer
• Kotak standar pH
• Buret
• Statif
• Pipet tetes
• Corong
• pH meter
• DO meteR
• Water Quality Checker

Bahan
• Air sampel
• H2SO4 pekat
• MnSO4
• NaOH + KI
• Amylum
• Na2S2O3 (Na-thiosulfat)
• Aquades

4.2. Pengukuran Parameter Kualitas Air

a) Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu
kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air
menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi
kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan
fisiologi biota air, dalam hal ini bahanbahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa
suspensi dapat mengurangi kecerahan air. Kecerahan air tergantung pada warna dan
kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara
visual dengan menggunakan secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada
abad ke-19.
Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian
orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai
yang dikenal dengan kecerahan secchi disk.

b) Suhu
Thermometer dimasukkan kedalam perairan sekitar 10 cm, ditunggu sampai beberapa
saat sampai air raksa dalam thermometer menunjuk atau berhenti pada skala tertentu.
Kemudian dicatat dalam skala °C. Pembacaan thermometer dilakukan pada saat
thermometer masih dalam air, jangan sampai tangan menyentuh thermometer.

c) Salinitas
Refraktometer dibersihkan dengan tisu pada bagian optiknya, kemudian diambil air
sampel dengan pipet tetes dan teteskan pada optik refraktometer sebanyak 1 tetes. Setelah
itu tentukan salinitas perairan dengan melihat skala yang ditunjuk.

d) pH
pH paper dimasukkan kedalam perairan sekitar 10 cm, ditunggu sampai beberapa
saatl. Setelah itu pH paper dikibaskan sampai setengah kering kemudian dicocokkan pada
kotak standart pH dan didapatkan nilai pH perairan. Selain menggunakan pH paper
digunakan pula pH meter sebagai pembanding.

e) DO (oksigen terlarut)
Ukur dan catat volume botol DO yang akan digunakan, kemudian masukkan botol DO
kedalam perairan yang akan di ukur oksigennya secara perlahan-lahan dengan posisi
miring dan usahakan jangan sampai terjadi gelembung udara kemudian ditutup. Lalu
bukalah tutup botol yang berisi sampel, tambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH + KI,
lalu dibolak balik biarkan ± 30 menit sampai terjadi endapan coklat. Setelah terbentuk
endapan buang air yang bening diatas endapan kemudian endapan yang tersissa diberi 2
ml H2SO4 pekat dan kocok sampai endapan larut. Beri 3-4 tetes Amylum, dititrasi dengan
Na-thiosulfat 0,025 N sampai jernih (hingga tidak berwarna untuk pertama kali).

𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 1000 𝑥 8


DO (mg/l) =
𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑂−4

Perhitungan:
N = Normalitas Na-thiosulfat
V = Volume Botol

Selain itu juga menggunakan DO meter untuk membandingkan hasil perhitungan


secara manual dengan menggunakan alat.
3.3. Pengukuran Sampling Kerapatan Mangrove

Prosedur :
1. Tebar transek berukuran 10x10 m dalam ekosistem
2. Lakukan identifikasi jenis mangrove pada setiap transek
3. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali pada tiap stasiun
4. Hitung jumlah jenis individu spesies mangrove yang berdiameter > 4 cm yang diukur
pada dada orang dewasa

3.3.1 Kerapatan Mangrove


Kerapatan mangrove dihitung pada setiap jenis sebagai perbandingan jumlah individu
sutau jenis dalam suatu luas kuadran penelitian. Menurut Englis et. al (1994) nilai kerpatan
mangrove dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑁𝑖
𝐷𝑖 =
𝐴
Keterangan :
Di = kerapatan jenis ke-I
Ni = jumlah total individu jenis ke-I
A = luas area total pengambilan contoh (ha)

3.3.2 Kelimpahan (n)


Kelimpahan merupakan jumlah masing-masing spesies dari seluruh individu dalam
suatu komunitas dengan rumus (Krebs, 1989; Magguran, 2004) sebagai berikut:

10.000
𝑛= 𝑥𝛴
𝑟𝑥𝑙
Keterangan:
N = kelimpahan hewan makrobentos (ind/m2 )
s = jumlah jenis
c = jumlah individu tiap jenis
r = jumlah ulangan pengambilan
l = luas bidang pengambilan pada alat yang digunakan (cm2)
3.3.3 Indeks Keragaman (H’)
Indeks keanekaragaman adalah nilai yang menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis
dari organisme pada suatu komunitas dengan rumus (Krebs, 1989; Magguran, 2004) sebagai
berikut:

𝐻 ′ = −𝛴𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖
Keterangan:
𝑛𝑖
Pi = 𝑁
ni = jumlah individu dari jenis ke-i
N = jumlah total individu
S = jumlah jenis organisme
Kriteria Nilai Indeks Keanekaragaman (Wilhm dan Dorris, 1986)
Kriteria Nilai Indeks Keanekaragaman
Rendah H’< 1
Sedang 1< H’< 3
Tinggi H’>3

3.3.4 Indeks Keragaman


Nilai indeks keseragaman atau evenness merupakan nilai yang menunjukkan tingkat
keseragaman individu tiap jenis pada suatu komunitas dengan rumus (Krebs, 1989;
Magguran, 2004) sebagai berikut:
𝐻′
𝐸=
ln 𝑆
E = indeks keseragaman
H’ = indeks keanekaragaman/ Shannon
S = jumlah jenis organisme
Kriteria Indeks Keseragaman (Supono, 2008)
Kriteria Nilai Indeks Keseragaman
Rendah E< 1
Sedang 0,6 < E’< 0,4
Tinggi E > 0,6

3.3.5 Indeks Dominansi


Indeks dominansi digunakan untuk penentuan ada atau tidaknya organisme yang
mendominasi suatu perairan dengan rumus (Krebs, 1989; Magguran, 2004) sebagai berikut:
𝑛𝑖′
𝐷 = 𝛴( )2
𝑁
Kriteria Dominansi (Munthe et al., 2012)
Kriteria Nilai Dominansi
Rendah 0,00 – 0,50
Tinggi 0,51 – 1,00
3.3.6 Bentuk Interaksi
Analisis bentuk interaksi dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lapangan.
Jika tidak menemukan interaksi di lapangan, analisis dapat dilakukan dengan pengamatan
aspek biologi menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Analisis identifikasi
hubungan suatu biota yang sudah diketahui jenisnya dengan biota yang lainnya berdasarkan
buku Odum (1996).
METODE
1. Metode Praktikum Lapang
Metode yang digunakan saat praktikum lapang dengan metode survai. Tahapan
praktek meliputi, pemilihan lokasi dan stasiun, pengambilan sampe biota, mengukur
tingkat kerapatan mangrove dan kualitas air, serta analisis data. Berikut flow chart tentang
metode praktikum lapang:
REFERENSI

Barnes, R.S.K. and Hughes, R.N. 1999. An Introduction to Marine Ecology, Third Edition.
John Wiley & Sons.
Bégin, C., Fry, J., Cucknell, M. 2017. Introduction to Marine Biology. University of South
Florida.
Brusca, G and Brusca, R. 2002. Phylum Mollusca. Invertebrates Second Edition. Sinauer
Associates, Inc. Publishers: Massachussettes. 702-765.
Castro, P and Humber, M.E. 2008. Marine Biology. Seventh Edition. McGraw-Hill. New York.
Duarte, C.M., Borum, J., Short, F.T., Walker,D.I. 2008. Seagrass Ecosystems: Their Global
Status And Prospects. Cambridge University Press.
English, S., Wilkinson, C. dan Baker, V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resource.
Townsville, Australian Institute of Marine Science
Gosling, E. 2004. Bivalve Molluscs. Biology, Ecology and Culture. Fishing News Book. Great
Britain.
English, S.C., Wilkinson and V.Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources.
Australian Institute of Marine Science. Townville-Australia.
Karleskint, G., Turner, R. and Small, J.W. 2013. Introduction to Marine Biology, 4th edition.
Thomson Brooks/Cole, Belmont CA.
Krebs, C. J. 1989. Ecological Methodology. Harper Collins Publishers: New York.
Levinton, J.S. 2017. Marine Biology: Function, Biodiversity, Ecology, Fifth Edition. Oxford
University Press. New York. 573p.
Munthe, Yunita Veronika, Riris Aryawati dan Isnaini. 2012. Struktur Komunitas dan Sebaran
Fitoplankton di Perairan Sungsang Sumatera Selatan. Maspari Journal, 4(1): 122-130
Nybakken, J.W. and Bertness, M.D. 2004. Marine Biology an Ecological Approach, 6th
edition. Pearson Benjamin Cummings, San Francisco CA.
Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Romimuhtarto, K dan Juwana S. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut.
Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Sumich, J.L. and Morrissey, J.F. 2004. Introduction to the Biology of Marine Life, 8th edition.
Jones and Bartlett Publishers, Sudbury MA.
Supono. 2008. Analisis Diatom Epipelic Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Tambak
Untuk Budidaya Udang. Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai
[Disertasi]. Universitas Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai