Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK VETERINER


PEMERIKSAAN FISIK PADA SATWA EKSOTIK

Nama : Vinka Melinda


NIM : 185130101111010
Kelas : 2018B
Asisten : Legenda Gegantea

LABORATORIUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Reptilia merupakan hewan vertebrata berdarah dingin (Poikilothermic)
yang dapat menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Reptilia
tidak dapat mengatur suhu internal layaknya hewan mamalia yang berdarah
panas (Homoiothermic) sehingga mereka bergantung pada lingkungan sekitar
untuk dapat mengatur suhu tubuh mereka. Berjemur di bawah sinar matahari
merupakan upaya reptilia dalam menghangatkan diri dan meningkatkan
metabolisme tubuh, sedangkan untuk mendinginkan suhu tubuh, reptilia
biasanya berpindah ke tempat yang teduh atau berpindah ke kawasan perairan.
Tubuh reptilia tertutup oleh sisik yang tesusun oleh keratin dan berbentuk rata
maupun berduri. Fungsi sisik dari tubuh reptilia adalah untuk mengatur sirkulasi
air yang memungkinkan agar reptilia terhindar dari ancaman dehidrasi saat jauh
dari wilayah perairan (Putra,dkk,2017).
Reptilia tidak memiliki telinga eksternal dan rambut maupun bulu. Pada
umumnya reptilia merupakan hewan karnivora. Jenis kura-kura dan beberapa
jenis kadal seperti iguana merupakan herbivora, sedangkan chameleon
merupakan jenis reptil pemakan serangga atau insektivora. Sistem reproduksi
reptilia adalah ovipar dan sebagian ovivipar, contoh pada jenis ular boa (Boa
constrictor) yang merupakan salah satu jenis ular dengan reproduksi
ovivipar.Perbedaan jantan dan betina pada reptile dapa diketahui dari ukuran
tubuh dan ukuran bentuk, maupun warna tubuh dewasa. Reptile termasuk ke
dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda akan tetapi beberapa
diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang. Reptile tidak
mengalami reduksi tungkai dan memiliki 5 jari (Hidayah,2018).
Pada pemeriksaan fisik reptile dapat dilakukan dengan cara
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada owner untuk dapat memastikan
pemeriksaan apakah yang diperlukan untuk menunjang diagnosa. Petugas yang
melakukan pemeriksaan fisik harus waspada pada saat akan membuka kendang
hewan reptile. Pemeriksaan fisik dapat diawali mulai dari memonitoring hewan
dari luar kandang untuk dilihat tingkah laku dan cara berjalannya dan dilakukan
juga yaitu mengobservasi kepekaan hewan terhadap suatu gerakan, postur
tubuh, dan konformasinya. Apabila hewan tidak terlalu agresif dapat dilakukan
pemeriksaan fisik secara palpasi untuk mengetahui apakah terdapat lesi pada
sisik atau kulit. Pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan untuk mengetahui jenis
kelamin hewan. hal ini dikarenakan jenis kelamin sangat mempengaruhi
diagnosa banding. Pada pemeriksaan fisik sangat direkomendasikan
menggunakan sarung tangan sekali pakai untuk menjaga kebersihan dan
menghindari potensial transmisi penyakit antara manusia dengan reptile
(Doneley,2018).

1.2.Tujuan
1.2.1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan fisik
pada hewan reptile
1.2.2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara restrain pada
pemeriksaan fisik hewan reptile seperti ular, chelonia, dan kadal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemeriksaan Fisik Hewan Reptil

Berikut ini adalah pemeriksaan pada hewan reptile menurut Doneley


(2018), adalah :

2.1.1. Ular

Pemeriksaan pada hewan ular dapat dilakukan dengan cara


mengobservasi pergerakan ular secara dekat kemudian diperhatikan
gerakan coiling, twisting, dan tanda lemah pada distal tubuh dan
penurunan kontraksi otot. Pada ular yang tidak berbisa dapat dilakukan
pemeriksaan menggunakan tangan secara langsung. Palpasi yang dapat
dilakuakn pada hewan ular yaitu bagian tulang rusuk, palpasi apabila
terdapat massa, dan pada lokasi organ organ penting.

2.1.2. Chelonia

Pemeriksaan pada hewan chelonia dapat dilakukan dengan


penempatan chelonia pada tempat yang rata. Kemudian dapat dilakukan
pengecekana tone otot dan kekuatan kura-kura pada saat berjalan dan
bergerak. Apabila di dapati karapas dan plastron rusak, dapat dikatakan
kura-kura tersebut mengalami trauma atau penyakit yang cukup parah.
Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan mulut yaitu dengan cara
membuka mulut menggunakan kartu atau plectrum gitar. Palpasi dapat
dilakukan pada bagian inguinal dan fossa axilaris. Dapat juga dilakukan
memasukkan hewan ke dalam luke warm water untuk mengetahui flotasi
yang abnormal.

2.1.3. Kadal

Pemeriksaan pada hewan kadal dapat dilakukan dengan cara


melakukan pemeriksaan inspeksi pada daerah kulit dapat dapat
ditemukannya beberapa abnormalitas seperti dysecdysis, lumps, warna
kulit yang mengalami perubahan, ulserasi, dan adanya parasite. Pada
bagian mulut dapat dibuka untuk menegathui keadaan mulut apabila
terdapat leleran dari mulut, pembengkakan, dan perubahan warna. Dapat
dilakukan juga pengecekan mata karena mata pada hewan reptile sangat
sensitive dan peka pada keadaan sekitar dan pada hewan kadal atau lizard
memiliki bentuk kelopak mata yang khas yaitu berfusi.

2.2. Handling dan Restrain Hewan Reptil

Handling restrain yang dapat di terapkan pada hewan reptile menurut


Chastain (2017), adalah :

2.2.1. Restrain pada Chelonia

Restrain dan handling pada hewan kura-kura atau chelonia adapat


dilakukan dengan cara memegang dan menangkap tubuh kura-kura
menggunakan satu tangan atau kedua tangan. Kemudian apabila
dilakukan pemeriksaan dapat di letakkan kura-kura pada permukaan
yang rata. Pada kura-kura kecil dapat dilakukan satu tangan saja untuk
merestrainnya sedangkan pada kura-kura besar diharuskan untuk
menggunakan kedua tangan pada sisi karapasnya satu tangan dan tangan
lainnya memegang bagian plastron. Pada chelonia akuatik biasanya
sangat agresif dan memiliki cakar yang tajam sehingga diperlukan
handuk untuk mempermudah restrainnya.

Gambar handling restrain chelonia (Chastain,2017).

2.2.2. Restrain pada Ular


Restrain hewan ular tidak boleh dilakukan apabila ular baru saja
makan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kontraksi pada bagian
abdomen dan ular mengalami regurgitasi. Apabila ular yang akan di
restrain berbahaya atau berbisa dapat digunakan snake hook yaitu alat
yang berfungsi untuk memindahkan badan ular ke tempat yang lain
secara aman. Sebelum memindahkan ular perlu di restrain pada bagian
kepala yaitu dengan memegang kepala ular sekuat-kuatnya agar ular
tersebut tidak menggigit. Selain snake hook, dapat digunakan transparent
tube, atau box berventilasi apabila akan dilakukannya administrasi obat.

Gambar handling dan restrain ular (Chastain,2017).

2.2.3. Restrain Pada Kadal

Pada pemeriksaan pada kadal seperti iguana, chameleons dan


geckos dapat dilakukan dengan cara mengetahui terleih dahulu sifat
masing masing spesiesnya. Pada kadal kecil sampai dengan yang
ukurannya medium dapat di restrain menggunakan tangan untuk
mempersulit gerakan dari kadal. Beberapa jenis kadal akan lebih sulit
untuk di restrain pada keadaan cerah karena cahaya matahari
dibandingkan dengan cahaya lampu. Pada handling iguana dapat
dilakukan memegang pada daerah bawah ekor dan tangan yang satunya
memegang pada daerah badannya. Pada kadal yang agresif dapat
digunakan alat yaitu restrain tube untuk mempermudah restrain hewan
tersebut.

Gambar handling dan restrain kadal (Chastain,2017).

2.3. Fisiologi Normal Reptil

Pada hewan reptile seperti iguana biasanya memiliki suhu 20 C. hewan


reptile memiliki denyut nadi 20/ menit. Kemudian untuk volume darah
tergantung spesies, tetapi pada hewan iguana memiliki volume darah 40
ml/kg/menit. Pada sistem hormone di tubuh hewan reptile terdapat hormone
laktogenik atau prolactin. Hormone tersebut berguna pada hewan reptile untuk
merangsang pertumbuhan tubuh hewan. Sistem metabolismenya yaitu
konsentrasi urin reptile biasanya lebih rendah dibandingkan konsntrasi darah
pada tubuh reptile tersebut. hal ini juga dikarenakan pada hewan reptile tidak
mmeiliki putaran henle seperti hewan burung dan mamalia. Hewan reptile
umumnya hewan karnivora. Hal ini menyebabkan feses dan urin reptile lebih
memiliki bau yang khas dan protein di dalam fesesnya cukup tinggi. Reptile
merupakan hewan eksoterm, shingga hewan reptile sering berjemur
dibandingkan hewan endoterm sepeti burung dan mamalia yang mengusakan
suhu badannya tetap terjaga (Sonjaya,2013).

2.4. Lokasi Pengambilan Darah

Pada hewan ular lokasi untuk pengambilan darahnya dapat dilakukan


pada bagian vena ventral coccygeal dan lebih spesifik pada daerah ventral dari
midline ekor. Kemudian dapat juga diambil darah melalui vena palatine pada
bagian atas mulut ular. Selain itu dapat juga dilakukan pengambilan darah
melalui jantung ular. Teknik pengambilan darah ini adalah cara paling terakhir
yang dapat diterapkan. Pada hewan kura-kura atau chelonia dapat dilakukan
pengambilan darah pada bagian vena jugularis, vena brachial dorsal, vena
coccygeal ventral, dan vena femoralis. Pada penyu sangat disarankan pada
bagian vena jugularis sisi kanan dan pada kura kura sangat disarankan pada
vena dorsal pada ekor. Pada hewan kadal dapat dilakukan pengambilan darah
yaitu pada vena coccygeal ventral. Akan tetapi pengambilan darah pada bagian
ini mudah gagal apabila dilakukan restrain yang membuat ekor autonomous
(Chastain,2017).

2.5. Sexing

Teknik sexing pada hewan reptile menurut Doneley (2018), adalah :

2.5.1. Sexing Ular

Sexing pada hewan ular dapat dilakukan dengan probing


hemipenis untuk mengidentifikasi jantan atau betina dari hewan ini.pada
ular phyton memiliki bentuk taji vestigial. Pada hewan jantan biasanya
terdapat bentukan taji yang lebih panjang dan besar. Pada penggunaan
alat ultrasonic, ular betina dapat dilihat bentukan folikel ovarii pada ular
betina dewasa dan pada pemeriksaan ultrasonic ini tidak memerlukan
banyak teknik restrain.

2.5.2. Sexing Chelonia

Sexing pada hewan kura-kura atau chelonia dapat dilakukan


dengan mengidentifikasi bentuk kulit atau cangkang kura-kura terutama
pada plastronnya. Dapat juga dilakukan yaitu melihat panjang dari ekor
kura-kura. Pada plastron kura-kura jantan biasanya lebih panjang dan
lebih besar dibandingkan dengan yang betina. Bentuk dari plastron kura-
kura jantan lebih berbentuk cekung karena untuk mempermudah
penjantan saat kawin. Ujung ekor kura-kura jantan lebih lancip
dibandingkan ujung ekor kura-kura betina. Kemudian dapat diamati
kloaka, pada jantan kloaka berbentuk belahan dan letaknya lebih jauh
dari tubuh, sementara betina memiliki kloaka berbentuk bulat dan dekat
dengan tubuh.

2.5.3. Sexing Kadal

Sexing pada hewan kadal dapat dilakukan dengan mengamati


bentuk tubuh, besar kepala, dan panjang ekornya. Pada kadal jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan kadal betina.
Kadal jantan juga memiliki bentuk kepala yang lebih besar dibandingkan
kadal betinanya. Pada ukuran ekor, kadal jantan memiliki ukuran ekor
yang lebih besar dan panjang dibandingkan kadal betinanya. Dapat
diidentifikasi dari bentuk feses kadal, pada kadal jantan mengeluarkan
feses yang terdapat lendir atau plug sperma yang berwarna putih.

2.6. Reproduksi

Fertilisasi reptile terjadi dalam tubuh atau dapat disebut fertilisasi


internal. Telur yang telah dibuahi kemudian dilapisi oleh lapisan albumin dan
dibungkus cangkang kapur yang tahan air.Reproduksi ular yaitu kembangbiak
dari hewan ular umumnya bertelur dan dapat dikatakan melahirkan yaitu
ovovivipar karena dapat mengelurkan anaknya dari saluran kloka. Akan tetapi
karena ular ovovivipar sehingga ular dapat menahan atau menyimpan telur nya
di dalam organ reproduksinya dan kemudian apabila sudah pecah telur tersebut
maka anak ular akan keluar dan dapat dilihat sebagai melahirkan. Telur telur
yang dihasilkan ular berjumlah puluhan hingga ratusan butir. Hewan kadal juga
hewan yang bereproduksi secara ovovivipar seperti ular (Comic,2010).
Sedangkan pada chelonia reproduksiya yaitu ovipar atau selurung
perkembangbiakannya mengeluarkan telur dan menjaga telur tersebut di dalam
tanah sampai dengan telur telur itu menetas (Hayati,2020).
BAB III

HASIL

3.1 Gambar & Keterangan

GAMBAR KETERANGAN
Pemeriksaan diawali dengan
handling pada ular. Pada ular tidak
berbisa, dilakukan handling
manual. Sedangkan untuk ular yang
berbisa, handling dan restrain
dilakukan menggunakan bantuan
alat seperti snake hook
Pemeriksaan secara inspeksi untuk
melihat adanya luka / abnormalitas
pada tubuh ular

Pemeriksaan dengan palpasi dari


bagian cranial ke caudal untuk
mengetahui abnormalitas pada
tubuh ular, dan juga dilakukan
pengecekan suhu tubuh.

Dilihat pada bagian mulut untuk


mengecek apakah ada penyakit
yang terdapat pada ular seperti
stomatitis. Ditandai adanya
kemerahan pada area mulut.
Biasanya penyakit ini disebabkan
oleh factor makanan
Pemeriksaan jantung ular
dilakukan pada 1/3 bagian depan
menggunakan alat bantu dopler.

Pemeriksaan pernafasan ular


dilakukan pada 2/3 bagian dari
tubuh ular

Pemeriksaan cloaca dilakukan pada


1/3 bagian belakang tubuh.
Biasanya menggunakan alat bantu
probe
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pemeriksaan pada hewan ular dapat dilakukan dengan cara


mengobservasi pergerakan ular secara dekat kemudian diperhatikan gerakan
coiling, twisting, dan tanda lemah pada distal tubuh dan penurunan kontraksi
otot. Pemeriksaan pada hewan chelonia dapat dilakukan dengan penempatan
chelonia pada tempat yang rata. Kemudian dapat dilakukan pengecekana tone
otot dan kekuatan kura-kura pada saat berjalan dan bergerak. Pemeriksaan pada
hewan kadal dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan inspeksi
pada daerah kulit dapat dapat ditemukannya beberapa abnormalitas seperti
dysecdysis, lumps, warna kulit yang mengalami perubahan, ulserasi, dan
adanya parasite. Restrain dan handling pada hewan kura-kura atau chelonia
adapat dilakukan dengan cara memegang dan menangkap tubuh kura-kura
menggunakan satu tangan atau kedua tangan. Restrain ular dan kadal dapat
dilakukan dengan kedua tangan kosong dan apabila hewan tersebut agresif
dapat menggunakan alat seperti tube restrain atau snake hook untuk ular yang
agresif.

4.2. Saran

Pada praktikum kali ini dapat dilaksanakan dengan lancar walaupun


dilakukan secara daring. Semoga pada praktikum berikutnya dapat berjalan
dengan lancar . Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Chastain C.B., 2017, Animal Handling and Physical Restraint, Florida:CRC


Press.

Comic W., 2010, Rahasia Ular, Jakarta:Elex media Computindo.

Doneley B., Monks D., Johnson R., dan Carmel B., 2018, Reptile Medicine and
Surgery in Clinical Practice, New York:John Wiley and Sons.

Hayati A., 2020, Biologi Reproduksi Ikan, Surabaya:Airlangga University Press.

Hidayah A., 2018, Kenakenaragaman Herpetofauna di kawasan Wisata Aalam


Coban Putri Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Batu Jawa Timur,
[Skripsi], Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Putra A.R., Sudhartono A., dan Ramlah S., 2017, Eksplorasi Jenis Reptil di Suaka
Margasatwa Tanjung Santigi Kabupaten Parigi Moutong,Jurnal Warta
Rimba, Universitas Tadulako, Vol.5, No.1.

Sonjaya H., 2013, Dasar Fisiologi Ternak, Bogor:IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai