BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Reptilia merupakan hewan vertebrata berdarah dingin (Poikilothermic)
yang dapat menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Reptilia
tidak dapat mengatur suhu internal layaknya hewan mamalia yang berdarah
panas (Homoiothermic) sehingga mereka bergantung pada lingkungan sekitar
untuk dapat mengatur suhu tubuh mereka. Berjemur di bawah sinar matahari
merupakan upaya reptilia dalam menghangatkan diri dan meningkatkan
metabolisme tubuh, sedangkan untuk mendinginkan suhu tubuh, reptilia
biasanya berpindah ke tempat yang teduh atau berpindah ke kawasan perairan.
Tubuh reptilia tertutup oleh sisik yang tesusun oleh keratin dan berbentuk rata
maupun berduri. Fungsi sisik dari tubuh reptilia adalah untuk mengatur sirkulasi
air yang memungkinkan agar reptilia terhindar dari ancaman dehidrasi saat jauh
dari wilayah perairan (Putra,dkk,2017).
Reptilia tidak memiliki telinga eksternal dan rambut maupun bulu. Pada
umumnya reptilia merupakan hewan karnivora. Jenis kura-kura dan beberapa
jenis kadal seperti iguana merupakan herbivora, sedangkan chameleon
merupakan jenis reptil pemakan serangga atau insektivora. Sistem reproduksi
reptilia adalah ovipar dan sebagian ovivipar, contoh pada jenis ular boa (Boa
constrictor) yang merupakan salah satu jenis ular dengan reproduksi
ovivipar.Perbedaan jantan dan betina pada reptile dapa diketahui dari ukuran
tubuh dan ukuran bentuk, maupun warna tubuh dewasa. Reptile termasuk ke
dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda akan tetapi beberapa
diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang. Reptile tidak
mengalami reduksi tungkai dan memiliki 5 jari (Hidayah,2018).
Pada pemeriksaan fisik reptile dapat dilakukan dengan cara
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada owner untuk dapat memastikan
pemeriksaan apakah yang diperlukan untuk menunjang diagnosa. Petugas yang
melakukan pemeriksaan fisik harus waspada pada saat akan membuka kendang
hewan reptile. Pemeriksaan fisik dapat diawali mulai dari memonitoring hewan
dari luar kandang untuk dilihat tingkah laku dan cara berjalannya dan dilakukan
juga yaitu mengobservasi kepekaan hewan terhadap suatu gerakan, postur
tubuh, dan konformasinya. Apabila hewan tidak terlalu agresif dapat dilakukan
pemeriksaan fisik secara palpasi untuk mengetahui apakah terdapat lesi pada
sisik atau kulit. Pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan untuk mengetahui jenis
kelamin hewan. hal ini dikarenakan jenis kelamin sangat mempengaruhi
diagnosa banding. Pada pemeriksaan fisik sangat direkomendasikan
menggunakan sarung tangan sekali pakai untuk menjaga kebersihan dan
menghindari potensial transmisi penyakit antara manusia dengan reptile
(Doneley,2018).
1.2.Tujuan
1.2.1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan fisik
pada hewan reptile
1.2.2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara restrain pada
pemeriksaan fisik hewan reptile seperti ular, chelonia, dan kadal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Ular
2.1.2. Chelonia
2.1.3. Kadal
2.5. Sexing
2.6. Reproduksi
HASIL
GAMBAR KETERANGAN
Pemeriksaan diawali dengan
handling pada ular. Pada ular tidak
berbisa, dilakukan handling
manual. Sedangkan untuk ular yang
berbisa, handling dan restrain
dilakukan menggunakan bantuan
alat seperti snake hook
Pemeriksaan secara inspeksi untuk
melihat adanya luka / abnormalitas
pada tubuh ular
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Doneley B., Monks D., Johnson R., dan Carmel B., 2018, Reptile Medicine and
Surgery in Clinical Practice, New York:John Wiley and Sons.
Putra A.R., Sudhartono A., dan Ramlah S., 2017, Eksplorasi Jenis Reptil di Suaka
Margasatwa Tanjung Santigi Kabupaten Parigi Moutong,Jurnal Warta
Rimba, Universitas Tadulako, Vol.5, No.1.