Anda di halaman 1dari 19

Praktikum keanekaragaman hewan coelenterata ini dilaksanakan pada hari Senin,

14 September 2020 secara online/daring dirumah masing masing via google meet.
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal berbagai jenis Coelenterata, mengenal ciri-
ciri hewan Coelenterata, dan mengenal serta menemukan salah satu contoh hewan
Coelenterata di alam bebas. Alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum ini
adalah 11 spesimen yang telah ditentukan yaitu Tubipora sp. , Madrepora sp. ,
Physalia sp. , Favia sp. , Favites sp. , Acropora sp. , Aurelia aurita , Euplexaura sp. ,
Fungia sp. , Porites sp. , dan Hydra sp.
Kata Coelenterata berasal dari dua kata bahasa yunani, yakni “Coelom” yang
artinya adalah rongga tubuh, serta “Enteron” yang berarti usus. Dikarenakan hal
tersebut, hewan ini sering disebut dengan usus berongga atau hewan yang berongga.
Seperti namanya, hewan ini mempunayai suatu rongga tubuh berbentuk kantong yang
memiliki fungsi sebagai usus yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan
makanan atau nutrisi ke seluruh tubuh ( ).
Pada praktikum yang berdasarkan dengan pengamatan online dan melihat
literatur, tubuh coelenterata berbentuk rongga rongga. Dimana rongga tersebut
berdasarkan literatur disebut sebagai rongga gastrovaskular, yang mengambil nama
dari kata ‘gastro’ yang berarti perut dan ‘vascular’ yang berarti saluran.
Hal tersebut didukung dengan pernyataan bahwa coelenterata merupakan hewan
invertebrata multiseluler yang memiliki gastrovaskular sebagai alat pencernaan dan
alat yang mengedar makanan ke seluruh tubuh, yang bermuara pada mulut ( ).

Kebanyakan Coelenterata hidup di laut, namun ada juga yang hidup pada air
tawar. Berdasarkan sifat, Coelenterata dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang hidup
menempel serta terikat pada suatu tempat disebut dengan polip, serta yang hidup
bebas dengan kata lain tidak terikat pada suatu tempat yang disebut dengan medusa.
Coelenterata memiliki sifat polip yang lebih dominan dibandingkan medusa.
Coelenterata ini ada yang hidup berkoloni namun juga ada yang hidup terpisah atau
sendiri (soliter). Tubuh Colenterata Polip yang terikat pada tempat memiliki bagian
kaki untuk dapat menempel pada tempatnya, sedangkan yang sifatnya itu medusa atau
tidak terikat tidak memiliki kaki.

Pada praktikum yang telah dilakukan, hal ini ditujukkan pada spesimen Tubipora
sp. dimana spesimen ini memiki ‘kaki’ sehingga hidupnya diam atau sesil melekat di
dasar laut. Spesimen ini juga disebut dengan coelenterata bentuk polip. Berbeda
dengan Aurelia aurita yang memiliki tentakel sebagai alat geraknya, sehingga
hidupnya tidak diam namun bebas melayang layang. Bentuk seperti Aurelia aurita ini
dimanakan coelenterata bentuk medusa.

Coelenterata memiliki bentuk tubuh simetri radial dimana bagian yang sama
didistribusikan dengan secara merata di dalam susunan melinkar dari poros tengah
( ).

Coelenterata tidak mempunyai kepala serta segmen tubuh. Pada bagian atas
tubuhnya terdapat tulang mulut atau ostium yang dikelilingi tentakel tentakel.
Tentakel berbentuk seperti lengan dan jumlahnya bergantung pada spesies. Pada
permukaan tentakel terdapat kapsul knidoblas yang beracun, di dalamnya terdapat sel
nematokis yang dapat menyengat dan beracun. Tentakel memiliki fungsi sebagai alat
penangkap mangsa, pertahanan tubuh, serta alat gerak bagi hewan itu sendiri ( ).
Pada Tubuh Coelenterata terdapat dua lapisan, lapisan luar atau biasa disebut
dengan lapisan ektoderm serta lapisan dalam atau yang biasa disebut dengan lapisan
endoderm. Lapisan luartersebut disebut dengan epidermis, dan lapisan dalam disebut
dengan gastrodermis, diantara kedua lapisan itu, terdapat rongga yang disebut dengan
lapisan mesoglea. Lapisan ini tersusun atas bahan gelatin. Lapisan mesoglea
memegang peran penting di dalam sistem syaraf coelenterata. Lapisan ini membuat
hewan hewan coelenterata dapat merasakan rangsangan serta mengendalikan gerakan.

Lapisan luar (ektoderm) atau epidermis memiliki fungsi untuk melindungi tubuh
dari bahaya lingkungan, sedangkan lapisan dalam memiliki peran didalam proses
pencernaan atau bagian dalam tubuh hewan coelenterata. Sel-sel pada lapisan dalam
(endoderm) atau gastroendermis berbatasan sistem pencernaan yang berbentuk seperti
kantong yang disebut dengan Gastrosol. Makanan yang ditangkap oleh tentakel akan
dibawa masuk ke gastrosol, setelah itu makanan tersebut dicerna dengan bantuan
enzim yang dikeluarkan melalui sel-sel di gastroendermis. Pencernaan yang
berlangsung pada Gastrosol disebut dengan pencernaan ekstraseluler ( ).

Pada praktikum yang telah dilaksanakan, hanya dapat diamati bagian


luar/epidermisnya saja dimana bagian epidermis ini adalah bagian terluar yang dapat
diamati secara langsung dengan mata telanjang dan bagian eksodermis ini memiliki
beragam warna yang bergantung dengan spesiesnya.

Makanan yang sudah dicerna oleh gastrosol kemudian diserap oleh sel-sel
gastroendermis untuk dicerna lebih lanjut. Setelah makanan selesai dicerna, sari dari
makanan kemudian dibawa ke seluruh tubuh melalui proses difta. Proses ini
memegang peran penting di dalam persarafan coelenterata dikarenakan berfungsi
sebagai syaraf yang membuat hewan merasakan rangsangan serta mengendalikan
gerakan.difusi, Gerakan difusi merupakan suatu gerakan pertukaran zat dari
konsentrasi tinggi ke tempat yang memiliki konsentrasi rendah. Pertukaran oksigen
serta juga karbon dioksida juga terjadi dengan melalui proses difusi.

Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dan makan dengan memangsa


plankton serta juga hewan kecil di air. Mangsa menempel di knodosit serta ditangkap
oleh tentakel untuk kemudian dimasukkan kedalam mulut.

Pada praktikum dapat diamati melalui video dan gambar serta membaca literatur
jurnal bahwa tentakel ini dapat diamati paling jelas melalui spesimen Hydra sp.
Spesimen ini memiliki tentakel yang menjulur panjang dan bergerak untuk mencari
mangsa. Mangsanya ditangkap dengan tentakel-tentakel nya, kemudian dimasukkan
ke dalam mulut dan diteruskan ke dalam rongga gastrovaskuler. Dinding
gastrovaskuler mengeluarkan enzim untuk mencerna makanan. Sari-sari makanan
diserap oleh sel-sel usus dan sisa nya dikeluarkan melalui mulut. Selain itu,
tentakelnya digunakan sebagai alat gerak sehingga hydra dapat bergerak kemana saja.

Sisa makanan dari makanan yang telah dicerna melalui proses tersebut akan
dimuntahkan kembali dari tempat masuknya, disebabkan hewan ini tidak mempunyai
anus. Pada praktikum ini ditunjukkan pada mulut beberapa spesimen, diantaranya
adalah Favia sp. , Favites sp. , Fungia sp. , dsb.

Habitat Coelenterata ini seluruhnya hidup di air, baik di laut atau pun juga di air
tawar. Sebagaian besar hidup yang dilaut itu hidup secara soliter atau berkoloni.
Terdapat juga yang melekat pada bebatuan atau juga benda lain di dasar perairan serta
tidak bisa atau dapat berpindah dalam bentuk polip, sedangkan untuk bentuk medusa
itu bisa atau dapat bergerak bebas melayang di air.
Pada praktikum yang telah dilakukan dengan spesimen spesimen, kebanyakan
spesimen hidup pada air laut, namun, ada juga spesimen yang hidup pada air tawar
contohnya Hydra sp.

Pada coelenterata, proses pertukaran oksigen (O2) serta karbondioksida (CO2)


terjadi dengan melalui proses difusi yaitu perpindahan zat dari tempat yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat yang memiliki konsentrasi rendah. Proses dilakukan
dengan cara memanfaatkan bagian kulit bagian luar yang langsung bersentuhan atau
berinteraksi dengan air yang mengandung oksigen, pada lapisan gastroendermis
tersebut juga terdapat struktur yang memiliki fungsi untuk membantu terlaksananya
proses respirasi coelentera, struktur tersebut disebut dengan sifinoglia ( ).

Coelenterata dapat berkembangbiak dengan melakukan aktivitas seksual maupun


aseksual. Reproduksi seksual terjadi dengan melalui pertemuan ovum serta sperma,
Sedangkan untuk Reproduksi aseksual terjadi dengan cara pembentukan suatu tunas
yang menempel pada bagian kaki ( ).

Pada praktikum yang telah dilakukan pada 11 spesimen, praktik reproduksi pada
reproduksi seksual banyak dilakukan oleh coelenterata yang memiliki sifat medusa
atau bebas, dan untuk beberapa coelenterata yang sifatnya polip atau tidak berpindah
tempat. Contohnya pada spesimen Aurelia aurita, dan Physalia sp. , Fungia sp.
Sedangkan pada reproduksi aseksual serta hanya dilakukan oleh coelenterata yang
sifatnya itu adalah polip (tidak berpindah tempat). Contohnya Porites sp. ,
Euplexaura sp. , dsb.

Coelenterata ini mempunyai ciri ciri umum, diantaranya adalah

 Coelenterata ini merupakan hewan berongga. Rongga itu dimanfaatkan sebagai


usus untuk pencernaan makanan.
 Memiliki tentakel yang mengandung kapsul kidnoblas, pada kapsul terdapat sel
nematosit yang menyengat serta juga beracun.
 Coelenterata dapat bersifat polip yaitu dapat hidup terikat pada satu tempat, dan
ada yang bersifat medusa yaitu hidup bebas.
 Tubuh memiliki lapisan luar atau ektoderm yang dapat disebut juga dengan
lapisan epidermis serta juga lapisan dalam atau endoderm. Di tengah kedua
lapisan tersebut ada sebuah mesoglea yang memiliki fungsi sebagai pusat sistem
persarafan yang terbuat dari gelatin.

Coelenterata dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu;

1. Kelas Hydrozoa

Hydrozoa merupakan kelompok coelenterata yang hidup pada air laut atau pada
air tawar yang dangkal. Kata Hydozoa ini berasal dari bahasa yunani, yaitui “Hydro”
yang berarti air, serta “Zoa” yang berarti hewan. Anggotanya dapat hidup soliter atau
menyendiri dan dapat berkoloni. Umumnya yang soliter bersifat polip atau menetap
pada satu tempat. Sedangkan hidup soliter dapat bersifat polip atau juga medusa.
Umumnya kelas hydrozoa memiliki ukuran 0,5 – 6cm.

A. Physalia sp.

Klasifikasi Physalia sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Hydrozoa
 Ordo : Siphonophonae
 Family : Physalidae
 Genus : Physalia
 Species : Physalia sp.
Physalia sp. merupakan hewan serupa ubur-ubur yang dikenal sebagai hewan
coelenterata yang berbahaya bagi manusia. Physalia memiliki sengatan yang
melepuhkan, bahkan mematikan. Hewan ini bukanlah ubur-ubur sejati
(kelas Scyphozoa), meskipun masih termasuk dalam filum Cnidaria bersama dengan
Aurelia aurita atau ubur-ubur ( ).

Physalia memiliki warna putih. Bagian atas physalia membentuk seperti telur.
Physalia sering kali tampak sebagai hewan tunggal. Namun, physalia atau yang biasa
disebut dengan ubur-ubur api ini sebenarnya merupakan gabungan dari empat
kelompok polip yang masing-masing membentuk koloni terspesialisasi.

Kelompok pertama adalah yang membentuk badan pengapung (pneumatophore),


kelompok kedua mengurus proses pengolahan makanan, kelompok ketiga membentuk
sengat, dan kelompok keempat bertugas untuk perkembangbiakan. Keempat
kelompok ini tidak mampu hidup sendiri, meskipun secara struktural memiliki
kelengkapan untuk hidup.

Hewan ini hidup di laut. Tubuhnya unik, mempunyai bentuk yang panjang


membentuk polip dan terdapat bagian tudung yang digunakan untuk mengapung
(seperti medusa). Polip mempunyai tiga bagian yaitu gastrozoid (pencernaan),
gonozoid (reproduksi), daktilozoid (menangkap mangsa).

B. Hydra sp.

Klasifikasi Hydra sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Hydrozoa
 Ordo : Anthoathecata
 Family : Hydridae
 Genus : Hydra
 Species : Hydra sp.

Hydra sp. merupakan jenis anggota Cnidaria yang hidup di air tawar dan soliter.
Cnidaria memiliki habitat pada air tawar dan air laut, namun kebanyakan dari mereka
berhabitat di air laut dan hanya beberapa saja yang hidup di air tawar salah satunya
adalah Hydra sp. ( ).
Tubuh hydra berukuran antara 1-3 mm, bentuknya simetri radial, berbentuk polip,
tidak mempunyai bentuk medusa, sehingga hidupnya sessil. Tubuh berbentuk
silindris, pada ujung yang bebas terdapat mulut yang dikelilingi hipostome yang
berfungsi menangkap mangsa. Hewan ini bereproduksi secara vegetatif dan secara
generatif. Secara vegetatif Hydra sp. bereproduksi dengan membentuk tunas.
Hydra sp. biasanya berwarna kehijauan atau kecoklatan. Hal ini tentu sesuai
dengan species yang ditemukan.

2. Kelas Scyphozoa

Scyphozoa ini merupakan kelompok coelenterata yang mempunyai bentuk seperti


mangkuk. Kata Scyphozoa sendiri berasal dari bahasa yunani yakni “Scyphos” yang
memiliki arti mangkuk, serta “Zoa” yang berarti adalah hewan. Scyphozoa ini lebih
dominan sifatnya medusa (hidup bebas) itu selama siklus hidupnya. Ukuran dari
tubuhnya ini sekitar 2 – 40 cm. Apabila hewan polip dari kelompok ini kemudian
bereproduksi secara aseksual, maka ia kemudian menghasilkan keturunan yang
sifatnya itu medusa. Hewan yang paling banyak dikenal dari kelompok ini ialah Ubur-
Ubur.

A. Aurelia aurita
Klasifikasi Aurelia aurita

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Scypozoa
 Ordo : Semaeostomeae
 Family : Ulmaridae
 Genus : Aurelia
 Species : Aurelia aurita

Aurelia aurita merupakan salah satu hewan yang masuk dalam kelas
Scyphozoa yang juga dikenal sebagai the true medusae (medusa sejati) atau jelly
fish (ubur-ubur). Aurelia dapat berwarna putih kebiruan ataupun putih kemerahan.
Bentuk dari ubur ubur ini berbentuk seperti mangkuk. Pada sebenarnya bagian yang
mirip dengan mangkuk tersebut merupakan bagian aboral atau kepala Aurelia
aurita. Bagian bagian tubuh ubur ubur dibagi menjadi 2 yaitu bagian aboral atau
kepala dan oral yaitu bagian bawah. Ubur ubur memiliki tentakel yang memilki
sengat knidoblast yang dapat melumpuhkan mangsanya.

Aurelia aurita mengalami fase medusa yang lebih dominan dibandingkan fase
polip yang hampir tidak ada atau mereduksi. Bentuk tubuhnya seperti parasut
atau payung yang melayang-layang di laut. Hewan ini memiliki lapisan mesoglea
yang tebal dan dapat digunakan sebagai sumber nutrien. 
3. Kelas Anthozoa

Anthozoa ini merupakan kelompok coelenterata yang mempunyai tentakel beraneka


warna ialah seperti bunga. Kata Anthozoa ini berasal dari bahasa yunani, yakni
“antho” yang memiliki arti bunga serta “zoa” yang artinya adalah hewan. Anthozoa
ini tidak mempunyai bentuk medusa, ia hanya ditemukan itu di dalam bentuk polip
(yakni hidup menetap di satu tempat). Hewan ini juga biasanya hidup di laut dangkal
dengan secara berkoloni atau juga soliter (menyendiri). Contoh dari hewan kelas ini
yakni hewan karang.

A. Tubipora sp.

Klasifikasi Tubipora sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Anthozoa
 Ordo : Alcyonaceae
 Family : Toboporidae
 Genus : Tubipora
 Species : Tubipora sp.

Tubipora sp. sering disebut karang pipa organ. Pipa organ berarti pipa yang
bercabang-cabang dan hanya memiliki bentuk polip. Bagian mulut memiliki skeleton
yang tersusun dari spicula berbahan CaCO3. Spicula yang tersusun rapat sehingga
membentuk datar dan dihubungkan dengan rongga pencernaan oleh bagian
stomodeum. Rongga pencernaan terbagi oleh adanya sekat radialis.
Tubipora sp. hidup berkoloni berbentuk bunga kol, asimetris dengan cara gemmatio
ke samping, sehingga terjadi bentuk menyerupai pohon ( ).
Tubipora musica berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Reproduksi
seksual terjadi dengan pembuahan ovum oleh spermatozoa. Reproduksi aseksual
dengan pembentukan tunas atau budding.
Tubipora musica hidup menempel pada dasar laut. Tubipora tidak memiliki alat
gerak. Tubipora berwarna merah gelap.
Peranan atau manfaat Tubipora musica yaitu sama dengan spesies lain yang
termasuk dalam phylum coelenterata, Tubipora musica juga memiliki peranan
yang sama pentingnya yaitu merupakan tempat hidup berbagai jenis hewan dan
tumbuhan. Serta sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah
pengikisan pantai.

B. Madrepora sp.

Klasifikasi Madrepora sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Anthozoa
 Ordo : Madreporaria
 Family : Madreporaridae
 Genus : Madrepora
 Species : Madrepora sp.
Madrepora sp. memiliki nama lain yaitu karang tanduk. Madrepora berwarna
putih kekuningan agak ke oranye ( ).
Hal ini relevan dengan praktikum yang dilakukan secara online melihat gambar
dari jurnal yang digunakan sebagai acuan praktikum dimana hal tersebut juga
menyatakan bahwa warna dari madrepora ini berwarna putih ke oranye an.
Tubuh madrepora tersusun atas zat kapur, sehinggal hal ini yang membuat tubuh
madrepora sangat keras. Hidup madrepora berkoloni, hal ini terbukti dengan specimen
yang terlihat bergerombol/bertumpuk dikarenakan madrepora ini hidupnya bekoloni.
Koloni madrepora memiliki cabang cabang dengan polip dengan ukuran kecil.
Pada bagian pusat polip Madrepora sp. memiliki tentakel sebanyak (6) enam buah,
pada bagian samping terdapat tentakel sebanyak 12 buah. Bentuk tubuhnya ada yang
seperti duri ada pula yang tidak seperti duri. Pada saat pengamatan diamati bahwa
ketika Madrepora ini berada di dasar laut, tubuhnya berbentuk polip dan melekat
pada suatu substrat menggunakan cakram oral/ mulut serta memiliki rongga-rongga
dikarenakan merupakan salah satu bagian dari coelenterata khususnya kelas
anthozoa.
Madrepora sp. mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting dikarenakan
merupakan bagian dari karang laut yang sangat dilindungi.

C. Favia sp

Klasifikasi Favia sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Anthozoa
 Ordo : Madrepora
 Family : Faviadae
 Genus : Favia
 Species : Favia sp.

Favia sp. mempunyai bentuk tubuh yang hampir seperti cangkir yang


polygonal, Favia  sp. juga sering disebut memiliki bentuk yang hampir sama dengan
Astraea. Favia sp. juga sering disamakan dengan Favites sp. Perbedaanya terletak
pada dinding pembatasnya. Favia memiliki dinding atau penyekat yang lumayan tebal
sehingga memberi batasan antar satu dngan lainya. Berbeda dengan favites yang
dimana tidak memiliki sekat sehingga menyatu satu dengan lainya.
Favia memiliki bentuk tubuh simetri radial, dengan warna kecoklatan. Hal ini
cocok dan sesuai dengan pernyataan bahwa favia memiliki warna putih kecoklatan
hingga coklat tua ( ).
Favia sp. hidupnya berkoloni dan hidup di laut dan merupakan salah satu
komponen batu karang. Di dalam Favia sp. terdapat skeleton yang berbentuk karang
tebal yang dibentuk oleh skeleton calcareous kalsium karbonat. Berbentuk bulat telur
pipih yang sekujur tubuhnya dipenuhi rongga yang dapat dilihat jelas.
Tubuhnya ini termasuk polip, bukan medusa. Mempunyai ekskleton kompak
berbadan batu kapur. Dan merupakan coelenterata yang hidupnya menetap.

D. Favites sp.

Klasifikasi Favites sp.


 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Anthozoa
 Subclass : Hexacorallia
 Ordo : Sclerentineae
 Family : Merulidia
 Genus : Favites
 Species : Favites sp.

Favites sp. atau sering disebut dan masuk kedalam genus karang berbatu
memiliki bentuk tubuh yang bulat dan setengah bulat. Rangka Favites terdiri dari
10 pasang baris laminae meridionales yang tersusun deret-deret rapat dari satu
ujung ke sisi ujung yang lain. Pada bagian ossiculum memiliki tuber culum dengan
spina bersendi yang dapat digerakkan. Pada Favites berwarna hitam memiliki duri
yang hampir sama dengan warna tubuhnya.
Favites sering disamakan dengan favia. Bedanya terletak pada dinding
pembatasnya. Favites tidak memiliki dinding pembatas sedangkan favia punya dan
cukup tebal.
Pada Favites terdapat pembuluh sirkular dan tabung telapak dengan ampula.
Gerakan Favites tidak begitu aktif mencakup dengan gerakan duri-duri dan tabung-
tabung di telapak sisi oral, selain itu juga terdapat mulut yang dilengkapi dengan 5
buah gigi dan dari mulut lalu diteruskan ke esophagus dan berlanjut ke lambung
yang berlobus. Lalu usus pada Favites berbalik arah dan berakhir sebagai rectum
dari esophagus, mulai dari sebuah siphon ytang berada dalam dinding lambung dan
ke posterior.
Habitat Favites sp yaitu pada laut dangkal atau laut dalam. Favites biasanya
bersembunyi dalam batu batu, Tetapi ada juga yang bersembunyi di dalam batuan
karang. Peranan atau manfaatnya yaitu sama halnya dengan jenis-jenis karang yang
lainnya.

E. Acropora sp.
Klasifikasi Acropora sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Anthozoa
 Subclass : Hexacorallia
 Ordo : Sclerentineae
 Family : Acroporida
 Genus : Acropora
 Species : Acropora sp.

Acropora  sp. adalah karang scleractinian yang masuk kedalam phylum


coelenterata. Beberapa spesies juga disebut dengan sebagai meja karang dan
bercabang Elkhorn karang.
Bagian-bagian tubuh Acropora sp, dilihat dari morfologinya merupakan
koloni yang sangat umum dijumpai dalam bentuk bercabang, meja dan
bersemak-semak. Bentuk dari acropora ini seperti tanduk rusa jantan, mengerak
(encrusting) dan submasif jarang ditemukan. Memiliki dua tipe korait yaitu :
axial koralit dan radial koralit. Dinding koralit terpisah dengan konestum (koralit
memilki dinding masing-masing). Polip hanya muncul di malam hari. Acropora
berwarna coklat atau hijau namun pada beberapa jenis dapat berwarna cerah ( ).
Acropora sp. merupakan koloni individu yang dikenal sebagai polip, yang
sekitar 2 mm dan berbagi jaringan dan bersih saraf . Polip dapat menarik kembali
ke karang dalam menanggapi gerakan atau gangguan oleh predator mungkin, tapi
ketika mereka tidak terganggu sedikit menonjol. Polip biasanya memperpanjang
diri di malam hari saat mereka menangkap zooplankton dari air.
Acropora sp menerima sebagian besar kebutuhan gizi mereka dari
fotosintesis, tetapi akan mendapatkan keuntungan dari penambahan berbagai
jenis nabati dan zooplankton ( ).
Acropora sp paling umum di temukan di lingkungan terumbu dangkal
dengan cahaya terang dan sedang hingga gerakan air yang tinggi secara
berkoloni. Banyak ikan karang kecil tinggal di dekat koloni Acropora dan
mundur ke dalam rumpun cabang jika terancam. 

F. Euplexaura sp.

Klasifikasi Euplexaura sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Anthozoa
 Ordo : Alyonacea
 Family : Plexauridae
 Genus : Eupleaura
 Species : Euplexaura sp.
Euplexaura sp. atau akar bahar memiliki habitat hidup pada air laut. Euplexaura
hidup pada substrat tertentu, misalnya pada batuan dasar laut ( ).

Bentuk tubuhnya dapat digambarkan sebagai tanaman yang bercabang-cabang.


Tubuhnya tersusun dari zat tanduk lalu dilengkapi dengan polip yang cukup kecil dan
memiliki tentakel.

Euplexaura hidup menempel pada batu, menandakan bahwa coelenterata ini


hidup menetap. Warnanya hitam dan apabila dilihat akan seperti karang yang
berwarna hitam atau bahkan akan mirip dengan awetan plantae dikarenakan
bentuknya yang mirip rumput. Skeletonnya memang berbentuk seperti tanaman
dengan percabangan panjang-panjang. Tersusun atas zat tanduk dengan polip kecil
bertentakel 6.

Euplexaura hidup berkoloni di dasar laut. Warnanya krem kecoklatan hingga


berwarna hitam. Pada ruas tubuhnya ada baguan baguan yang berwarna lebih gelap
daripada lainya atau berwarna hitam.

G. Fungia sp.

Klasifikasi Fungia sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Anthozoa
 Ordo : Selerentinea
 Family : Soleratinia
 Genus : Fungidae
 Species : Fungia sp.

Pada praktikum yang dilakukan secara online, dapat diamati salah satu
specimen yaitu Fungia sp. Fungia sp. atau dapat disebut dengan jamur karang
merupakan salah satu spesies dari filum Coelenterata. Jika dilihat dari segi
morfologinya, Fungia sp. merupakan karang yang berbentuk seperti jamur atau
dapat dikatakan berbentuk simetri radial ( ).
Pada pengamatan, memang bentuk tubuh dari Fungia sp. ini berbentuk
seperti bunga dan memiliki tentakel di sekeliling tubuhnya sebagai perpanjangan
dari tubuh dan berfungsi sebagai penyimpan asupan air. Sehingga pada
klasifikasinya, Fungia masuk kedalam Kelas Antozoa dimana antho sendiri
berarti bunga.
Pada tubuh Fungia sp. terdapat rangka tubuh yang terbentuk dari CaCO3
atau zat kapur dan berbentuk sedikit melengkung seperti mangkuk. Tubuh
Fungia sp. berwarna warna putih keruh. Hal ini sesuai dengan saat pengamatan
spesimen yang berbentuk putih keruh, serta tubuhnya yang dapat diibaratkan
seperti mangkuk bergaris.
Pada bagian tengah dapat ditemukan bagian oral atau mulut yang agak
melebar seperti corong dan dikelilingi oleh tentakel - tentakel yang berbentuk
seperti daun bunga. Panjang tubuh dari Fungia sp. sendiri berkisar sekitar 7 – 10
cm ( ).
Tubuh fungia terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian cakram pedal atau
bagian kaki, bagian kolumna atau skapus atau bagian batang tubuh dan  bagian
cakram oral atau kapikulum.
Bentuk fisiologi Fungia sp. terdiri dari sistem reproduksi yang dimana
spermatozoa pada jantan dipancarkan masuk kedalam air lalu berenang – renang
mencari tubuh  betina. Hal ini sesuai dengan ciri morfologi Fungia sp. dimana
dia memiliki alat gerak sehingga dapat berpindah tempat untuk melakukan
aktivitas seksual dan mencari makanan.
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan cara bertunas. Dalam hal
masuk O2 dan keluarnya Co2, hal tersebut berlangsung secara difusi osmosis
langsung melalui semua permukaan tubunya. Dalam proses pencernaan Fungia
melakukanya secara ekstraseluler dan intraseluler. Pada pengamatan Fungia sp.
tidak memilki alat eksresi khusus, sehingga hal ini sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa hewan hewan yang masuk pada Coelenterata hanya
memiliki 1 lubang yang digunakan untuk proses ekskresi dan makan makanan
( ).

H. Porites sp.

Klasifikasi Porites sp.

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Cnidaria
 Class : Anthozoa
 Ordo : Sclerentinea
 Family : Poritidae
 Genus : Porites
 Species : Porites sp.

Porites merupakan salah satu genus karang berbatu. Porites merupakan karang


polyp stony (SPS) kecil. Porites dicirikan morfologi bentuknya seperti jari. Tubuhnya
keras tersusun atas zat zat kapur. Hidupnya berkoloni. Anggota dari genus ini
memiliki calices dengan jarak yang cukup lebar, retikulum dinding yang berkembang
dengan baik dan simetris bilateral. Anus pada porites terletak pada bagian bawah. Hal
ini terbukti ketika dilakukan prektikum secara online dengan melihat literatur bahwa
anus porites letaknya memang di bawah.

Bentuk porites seperti tabung di dalam mulut yang berada diatas dan berfungsi
juga sebagai anus. Mulut dikelilingi tentakel yang berfungsi untuk menangkap
makanan. Mulut yang dilanjutkan ke tenggorokan yang pendek langsung berhubungan
dengan rongga perut. Pada rongga perut terdapat semacam usus yang disebut dengan
mesentri filament yang berfungsi sebagai alat pencernaan. Untuk tegaknya seluruh
jaringan Porites, polip didukung kerangka kapus sebagai penyangga ( ).
Porites sp. termasuk hermatipik bertipe massive dan sering ditemukan di daerah
intertidal. Porites sp. merupakan hewan karang yang berbentuk terumbu serta
kebanyakan memiliki nematocystI ( kapsul penyengat pada sel knidosit di tentakel
Colenterata. Ini adalah sel khusus yang ditemukan di beberapa makhluk laut ). Porites
sp.dapat di jadikan indikator jenis karang yang dapat hidup di perairan keruh.
Warna porites kebanyakan berwarna cream atau kuning tetapi banyak juga yang
berwarna cerah pada perairan dangkal maksimal pada kedalaman 25 meter. Porites
juga banyak ditemukan pada laguna dan terumbu karang tepi.

Coelenterata terutama kelas Anthozoa yang merupakan koral atau karang


merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem
terumbu karang tersebut merupakan tempat hidup dari segala macam jenis hewan
serta ganggang. 25 % (Dua puluh lima persen) ikan yang dikonsumsi oleh manusia.
Terumbu karang juga sangat indah sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai objek
wisata. Karang di pantai juga bermanfaat sebagai penahan ombak dalam upaya
mencengah pengikisan pantai.

Anda mungkin juga menyukai