1. PENDAHULUAN
Pada praktikum sebelumnya telah dibahas mengenai perilaku taksis pada salah satu hewan
terestrial, yaitu cacing. Perilaku tersebut dapat pula dijumpai pada hewan akuatik, baik dari hewan
tingkat rendah hingga tinggi. Telah banyak disebutkan bahwa perilaku taksis sangat dipengaruhi
oleh jenis stimulus yang diberikan, seperti kondisi lingkungan. Pada ekosistem akuatik, beberapa
parameter lingkungan yang berperan relatif berbeda dengan yang dijumpai pada ekosistem
terestrial, seperti kelembaban yang tidak dijumpai pada ekosistem akuatik ataupun sebaliknya,
seperti salinitas dan arus air yang tidak dijumpai pada ekosistem terestrial (Glase et al., 1992).
Dapnia sp. merupakan salah satu hewan akuatik yang banyak digunakan dalam studi mengenai
perilaku taksis.. Pada hewan akuatik tersebut, beberapa jenis perilaku taksis yang telah banyak
dibahas antara lain seperti termotaksis (suhu), fototaksis (cahaya), kemotaksis (senyawa kimia),
rheotaksis (arus), dan geotaksis (gravitasi). Pada praktikum kali ini, mahasiswa akan mempelajari
dan melakukan percobaan mengenai beberapa perilaku taksis dari hewan tersebut. Beberapa tujuan
dari praktikum kali ini antara lain adalah (1) mendeskripsikan morfologi Daphnia sp.; (2)
mendeskripsikan pola pergerakan Daphnia sp. pada medium horizontal, vertikal, dan diagonal; (3)
mengidentifikasi respons Daphnia sp. pada beberapa jenis stimulus, yaitu cahaya, arus air, dan
senyawa kimia; dan (4) mengidentifikasi perbedaan respons dari Daphnia sp. pada stimulus suhu
air yang berbeda.
2. TEORI DASAR
2.1. Taksonomi Daphnia sp.
Daphnia sp. atau biasa disebut dengan kutu air termasuk ke dalam kelompok Arthropoda, sub-
kelompok Crustacea, dan kelas Branchiopoda (McLaughlin et al., 2005). Hewan ini umum
dijumpai di perairan tawar, dari daerah tropis hingga artik. Salah satu jenis spesies yang banyak
dijumpai di daerah tropis adalah Daphnia magna (Delbaere dan Dhert, 1996). Daphnia termasuk
ke dalam sub-ordo Cladocera. Secara umum, anggota dari sub-ordo tersebut memiliki karakteristik
Kingdom Animalia
Filum Arthropoda
Subfilum Crustacea
Kelas Branchiopoda
Ordo Diplostraca
Famili Daphniidae
Daphnia magna
(Ebert, 2005) Genus Daphnia
Daphnia memiliki karakteristik berupa kaki yang pipih dan melebar seperti daun dengan fungsi
untuk menghasilkan arus air yang digunakan dalam proses penyaringan makanan atau biasa
disebut dengan filter feeder. Tubuh dari hewan tersebut tertutup cangkang yang tidak terkalsifikasi
dengan sebutan karapas. Karapas tersebut tersusun oleh kitin. Hewan tersebut memiliki ukuran
antara 1 mm hingga 5 mm. Secara umum Daphnia memiliki dua organ sensor utama, yaitu antena
dan mata majemuk. Antena pada Daphnia menerima stimulus berupa perubahan suhu dan tekanan
yang ada di sekitar dan juga digunakan nuntuk berenang, sedangkan mata majemuk digunakan
untuk menerima stimulus cahaya dan digunakan untuk membantu menentukan orientasi tubuh
(Ebert, 2005).
Nama Daphnia atau kutu air berasal dari perilaku jumping-like yang dilakukan Daphnia saat
sedang berenang. Perilaku tersebut berasal dari hentakan antena, kaki, dan gelembung udara yang
ada dalam rongga tubuhnya serta duri apical yang terdapat di bagian kaudal. Perilaku hentakan
tersebut yang menyebabkan Daphnia mengeluarkan gerakan menuju ke arah atas dengan cepat
atau terlihat seperti melompat (Ebert, 2005).
Daphnia juga terkenal dengan perilaku migrasi vertikalnya yang erat kaitannya dengan stimulus
cahaya atau dapat disebut dengan perilaku fototaksis. Perilaku fototaksis positif akan membuat
Daphnia berkumpul di dekat permukaan mendekati cahaya matahari. Sedangkan perilaku
fototaksis negatif akan membuat Daphnia berkumpul di dasar air (Ebert, 2005).
Meskipun memiliki fototaksis positif, Daphnia juga mengembangkan strategi adaptasi terhadap
predator alaminya, yaitu ikan. Pada saat malam hari, hewan tersebut cenderung bergerak ke atas
permukaan air untuk mendapatkan makanan. Pada permukaan air, keberadaan cahaya matahari
menyebabkan tingginya nutrisi maupun makanan dari Daphnia, seperti plankton. Pada siang hari,
Daphnia merupakan salah satu hewan ektoterm atau hewan berdarah dingin. Temperatur tubuh
Daphnia akan berubah sesuai dengan temperature lingkungannya. Namun, pada saat temperatur
lingkungan hangat, hal tersebut akan menyebabkan reaksi kimia terjadi lebih cepat. Hal tersebut
akan mempengaruhi metabolisme Daphnia dan juga laju denyut jantung Daphnia. Daphnia
memiliki rentang toleransi suhu tempat hidup dan akan memilih bagian air yang masih di dalam
rentang temperatur tersebut (Ebert, 2005).
Selain suhu, zat kimia juga dapat mempengaruhi denyut jantung Daphnia. Zat kimia yang masuk
kedalam tubuh dapat bereaksi dengan zat kimia yang digunakan oleh sel saraf untuk meneruskan
sinyal. Zat kimia yang dapat mempercepat denyut jantung disebut stimulant, dan zat kimia yang
memperlambat denyut jantung disebut depresan. Berdasarkan hasil pengamatan hari ini, zat yang
digunakan pada praktikum (gula) termasuk stimulan dan hal ini berhubungan dengan tugas jantung
untuk memompa darah ke seluruh tubuh, agar suplai oksigen ke sel mencukupi dengan adanya
tambahan kadar gula di sel tubuh Daphnia. Pendedahan terhadap suatu jenis gula dapat
mempengaruhi perilaku dari Daphnia. Hal tersebut dikarenakan suatu jenis gula dapat
menginduksi mekanisme oksidativ dan persarafan. Karena mekanisme oksidatif dan persarafan
(neurological) tersebut terinduksi, maka dapat mengubah perilaku dan fisiologi dari Daphnia
(Ebert, 2005).
Hasil Pengamatan
Tujuan Mendeskripsikan pola pergerakan dari Daphnia sp. pada tiga posisi
medium yang berbeda.
Alat dan Bahan Daphnia sp., aquades, tabung reaksi, stopwatch, penjepit tabung reaksi,
pipet
Tata Cara 6 Daphnia sp. dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
aquades (penuh) dengan menggunakan pipet tetes. Tabung reaksi
kemudian ditutup.
Diamkan selama 1 menit dengan kondisi tabung tegak lurus
(vertikal).
Perilaku lokomosi Daphnia sp. kemudian diamati selama 1 menit.
Miringkan tabung sejauh 45º dan kemudian didiamkan selama 1
menit.
Perilaku lokomosi Daphnia sp. kemudian diamati selama 1 menit.
Ubah posisi tabung menjadi mendatar (horizontal) dan diamkan
selama 1 menit.
Perilaku lokomosi Daphnia sp. kemudian diamati selama 1 menit.
Jenis Data Persebaran Daphnia sp.
Rangkaian lokomosi Daphnia sp.
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
Respon (1/0)
Pengulangan Bagian Kanan Bagian Kiri
Ind 1 Ind 2 Ind 3 Ind 1 Ind 2 Ind 3
Pengulangan 1
Pengulangan 2
Pengulangan 3
Perilaku Taksis
Air Panas
Aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi hingga 2/3 tabung lalu
diukur suhu air tersebut.
6 Daphnia sp. dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tabung
ditutup.
Diamkan selama 1 menit dengan posisi tabung mendatar (horizontal).
Penangas air dinyalakan, kemudian ditunggu hingga timbul uap.
Tabung reaksi berisi Daphnia sp. kemudian diletakkan di atas uap air
pada bagian ujungnya dan diamkan selama 30 detik.
Respons Daphnia sp. diamati selama 1 menit.
Suhu air akhir kemudian diukur.
Air Dingin
3 step awal dilakukan secara serupa dengan percobaan sebelumnya.
Hasil Pengamatan
Perilaku Taksis
Respon (1/0)
Perlakuan
Ind 1 Ind 2 Ind 3 Ind 4 Ind 5 Ind 6
Air Panas
Air Dingin
Suhu Air (ºC)
Awal Akhir ∆
Air Panas
Air Dingin
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
4. REFERENSI
Delbaere, D., dan Dhert, P. 1996. Cladoecerans, Nematodes, and Trocophara Larva. In: Lavens,
P. and Sorgelos, P. (eds.) Manuasssl on the production and use of food. FAO Fisheries
Technical. pp. 283-395.
Ebert, D., Bethesda. 2005. Ecology, Epidemiology, and Evolution of Parasitism in Daphnia.
USA: National Center for Biotechnology Information.
Glase, J., C., Zimmerman, M., C., dan J. A. Waldvogel. 1992. Investigations in Orientation
Behavior. Cornell University: Association for Biology Laboratory Education.
McLaughlin, P., A., Camp, D., K., Angel, M., V., Bousfield, E., L., Brunel, P., et al. 2005.
Common and Scientific Names of Aquatic Invertebrates from the United States and
Canada: Crustaceans. American Fisheries Society Special Publication 31.