ACARA 1
“Sistem Sensori”
Disusun oleh,
Nama : Anisa Dika Rahayu
NIM : 21106040021
Kelompok :5
Asisten : Riska Dwi Ardani
Sensasi kulit yang diterima dari luar akan ditangkap oleh dendrit
yang mengelilingi folikel rambut dan diperluas oleh ujung dendrite yang
disebut badan Ruffini dan Folikel Merkels. Menurut Fox (2008), selain dua
badan tersebut sensasi rasa sentuh juga difasilitasi oleh dendrit yang
dibungkus dalam struktur seperti Meissner dan badan pacini.
Menurut Kimball (1983), pada saat cahaya suram (saat ada bahaya),
pupil membesar agar cahaya yang masuk ke mata menjadi lebih banyak.
Pada cahay terang, pupil mengecil. Hal ini tidak saja melindungi bagian
dalam mata dari penerangan yang berlebihan, tetapi juga memperbaiki
kemampuan pembentukan bayangan dari kedalaman medan. Lapisan dalam
mata adalah retina. Retina terdiri atas reseptor cahaya yang sesungguhnya,
yaitu sel batang dan sel kerucut yang tersusun rapat tepat di bawah
permukaan retina.
Sel batang, kira-kira ada 100 juta batang dalam setiap mata. Sel
batang terutama dipakai untuk penglihatan dalam cahaya suram dan teramat
peka terhadap cahaya. Akan tetapi, bayangan yang dibentuk batang-batang
ini tidak tajam. Batang berfungsi dalam kelompok. Dengan kata lain,
sejumlah batang berbagi satu rangkaian saraf ke otak. Satu batang dapat
mengawali impuls dalam rangkaian tersebut tetapi otak tidak mungkin
untuk menentukan batang mana dalam kumpulan itu yang terlibat. Agar
cahaya dapat diserap, harus ada bahan penyerap cahaya, yaitu suatu pigmen
pada batang yaitu rodopsin, suatu protein terkonjugasi (Kimball, 1983).
C. Bahan dan Metode
Alat dan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
a. Pengecap
Alat yang digunakan berupa Cotton bud, cawan petri, sapu
tangan, gelas kimia, Tissue. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah larutan garam, larutan cuka, larutan gula, es batu, larutan
kina, larutan MSG, air putih.
b. Pembau
Alat yang digunakan berupa botol flakon, gawai. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah minyak angin, dan parfum.
c. Peraba
Alat yang digunakan berupa penggaris, jarum pentul, jangka,
gelas kimia, pulpen, sapu tangan. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah air panas dan air dingin.
d. Penglihatan
Alat yang digunakan berupa penggaris, senter, gawai
(stopwatch).
a. Pengecap
Sebelum percobaan dimulai, gusi dan lidah dibersihkan dari
sisa-sisa makanan dengan berkumur, lalu lidah dibersihkan dengan
tissue agar tidak basah oleh air ludah. setelah itu cairan dituangkan
pada cawan petri dan Cotton bud direndam pada tiap larutan.
Kemudian mata praktikan ditutup dengan tujuan agar tidak
mengetahui larutan apa yang digunakan. Cotton bud yang telah
direndam, disentuhkan pada lidah dan praktikan ditanya rasa apa
larutan tersebut, jika benar ditandai + dan jika salah ditandai -. Pada
setiap rasa ditentukan intensitas rasanya pada setiap daerah lidah
yang diuji dengan tanda – (tidak terasa), + (kurang terasa), ++
(terasa), dan +++ (sangat terasa). Percobaan diulangi sesuai dengan
Cotton bud lain sesuai larutannya (dengan catatan setiap
penggantian jenis larutan praktikan diharuskan berkumur terlebih
dahulu). Percobaan diulangi dengan perbedaan praktikan mengulum
es batu terlebih dahulu selama beberapa detik, dan dibandingkan
hasilnya. Data persebaran sensitivitas lidah dibuat dalam bentuk
peta.
b. Pembau
Sebelum dimulai percobaan, praktikan dipastikan tidak
boleh pilek/flu, dan aktivitas percobaan dilakukan berpasangan (satu
sebagai subjek lainnya menerima isyarat dan menjalankan
stopwatch di gawai). Bahan yang hendak digunakan ditaruh
kedalam botol flakon. Lubang hidung sebelah kiri ditutup dan bahan
uji ditempatkan ±15 cm jauhnya dari hidung praktikan. Setelah itu
dilakukan uji coba dengan mengibaskan tangan kearah hidung
sampai tercium bau bahan. Setelah tercium subjek memberi tanda
kepada pencatat, dan memberi tanda lagi ketika bau yang tercium
sudah hilang. Percobaan ini diulangi sebanyak tiga kali, pada setiap
bahan. Setelah selesai pengulangan, dilakukan sekali lagi percobaan
yang sama akan tetapi dengan tidak menutup lubang hidung. Data
yang didapat dicatat dan dicari rata ratanya.
c. Peraba
Reseptor panas dan dingin
Pada tangan bagian dorsal digambar kotak 2,8×2,8 cm dan
dibagi menjadi 64 kotak. Lalu jarum dimasukkan kedalam gelas
yang berisi air panas dan dingin, lalu ditunggu selama lima menit.
Setelah itu masing masing jarum yang telah direndam disentuhkan
sebentar ke dalam kotak bujur sangkar pada praktikan secara
berurutan. Untuk mempertahankan suhu jarum dimasukkan lagi ke
dalam gelas kimia. Hasil yang didapatkan dicatat dengan tanda +
(kotak yang merasakan) dan tanda – (kotak yang tidak merasakan).
Reseptor sentuhan
Mata praktikan ditutup menggunakan sapu tangan dan salah
satu lengannya diletakkan di atas meja. Kemudian kaki jangka
diletakkan pada jarak 3 cm dan disentuhkan dengan tekanan ringan
kedua kaki jangka tadi secara bersamaan pada bagian ventral lengan
bawah praktikan. Jika dirasakan terdapat dua titik jarak kedua kaki
jangka diperkecil dan apabila dirasakan satu titik jarak kedua kaki
jangka diperbesar. Hal ini dilakukan hingga diperoleh jarak
terpendek yang bisa dirasakan dua titik oleh praktikan. Hasil yang
diperoleh dicatat. Percobaan diulangi kembali pada bagian lengan
bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral dan dorsal, ujung
jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk, dan bibir.
d. Penglihatan
Refleks pupil terhadap intensitas cahaya
Dalam keadaan ruangan terang diameter pupil praktikan
diukur menggunakan penggaris dengan cara diletakkan di bawah
salah satu matanya. Setelah itu praktikan diminta memejamkan
matanya, lalu secara mendadak diminta untuk membuka mata.
Diameter pupil diukur dan waktu yang diperlukan untuk terjadinya
refleks pupil dicatat.
Dalam keadaan ruangan gelap praktikan diminta untuk
memejamkan mata dengan penggaris diletakkan dibawah matanya.
Praktikan diberi tanda untuk membuka mata dan diterangi dengan
senter. Ukuran pupil dan waktu yang diperlukan untuk terjadinya
refleks pupil dicatat. Hasil dibandingkan dengan percobaan
sebelumnya.
Refleks pupil terhadap akomodasi mata
Diameter normal pupil dari praktikan diukur dengan
penggaris. Praktikan diminta untuk melihat benda-benda yang
letaknya jauh kemudian diukur diameter pupilnya. Selanjutnya
praktikandiminta untuk melihat benda-benda yang letaknya dekat
kemudian diukur diameter pupilnya. Pada jarak yang sama
percobaan diulangi pada praktikan yang memiliki mata minus lalu
hasilnya dibandingkan. Serangkaian pengujian yang dilakukan,
praktikan dalam kondisi tanpa menggunakan kacamata.
D. Hasil dan Pembahasan
a. Indera Pengecap Lidah
• Tanpa ses batu
Titik Rata-rata
1 3
2 2,66
3 2,16
4 2,33
5 2
6 2,2
7 2,6
Gambar a.1 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan garam
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan garam, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 2, 3, 4, 5, 6, 7 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan asin. Sementara pada titik 1 mendapat rata-rata
3 (+++) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas tinggi sehingga
rasa asin sangat terasa.
Titik Rata-rata
1 2,33
2 2,5
3 2,16
4 2
5 1,83
6 2
7 2,2
Gambar a.2 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan cuka
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan cuka, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3, 4, 6, 7 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan asam. Sementara pada titik 5 mendapat rata
rata < 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah
sehingga rasa asam terasa lemah.
Titik Rata-rata
1 2,33
2 1,83
3 2
4 1,8
5 2
6 1,4
7 2
Gambar a.3 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan gula
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan gula, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 3, 5, 7 mendapat rata-rata < 3 (++)
dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas sedang
dan dapat merasakan manis. Sementara pada titik 2, 4, 6 mendapat rata rata
< 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah sehingga
rasa manis terasa lemah.
Titik Rata-rata
1 3
2 2,6
3 2,5
4 2,2
5 2,6
6 2,4
7 3
Gambar a.4 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan kina
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan kina, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 2, 3, 4, 5, 6 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan pahit. Sementara pada titik 1, 7 mendapat rata
rata >3 (+++) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas tinggi
sehingga rasa pahit terasa kuat.
Titik Rata-rata
1 2
2 2
3 2,16
4 2,16
5 1,66
6 2
7 1,8
Gambar a.5 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan MSG
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan MSG, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3, 4, 6 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan gurih. Sementara pada titik 5, 7 mendapat rata
rata < 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah
sehingga rasa gurih terasa lemah.
• Dengan es batu
Titik Rata-rata
1 2,66
2 2,33
3 2,66
4 2,2
5 2,5
6 1,4
7 2,6
Gambar a.6 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan garam
Pada percobaan dengan es batu menggunakan larutan garam, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3, 4, 5, 7 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan manis. Sementara pada titik 6 mendapat rata
rata < 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah
sehingga rasa asin terasa lemah.
Titik Rata-rata
1 2,33
2 2,66
3 2,33
4 2,33
5 2,33
6 1,6
7 2,25
Gambar a.7 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan cuka
Titik Rata-rata
1 2,83
2 2,5
3 2,5
4 1,83
5 2,5
6 2
7 3
Gambar a.9 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan kina
Titik Rata-rata
1 2,33
2 2,33
3 1,66
4 2,16
5 1,8
6 2
7 2
Gambar a.10 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan MSG
Reseptor Pembau
4
3,5
3
Rata -Rata
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Menutup Satu Lubang Hidung Membuka Kedua Lubang Hidung
Reseptor Sentuhan
2
1,5
Rata - Rata
0,5
0
Lengan Lengan Telapak Telapak Ujung Ujung Dahi Pipi Bibir Tengkuk
Ventral Dorsal tangan tangan jari jari kiri
ventral dorsal kanan
bagian Kulit
Jarak Kulit 50
40
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan
Reseptor panas Reseptor dingin
Tingkat Sensitivitas
Gambar c.2 Grafik kepekaan kulit terhadap rangsangan panas dan dingin
Refleks Pupil
0,8
0,7
Rata-rata lebar (cm)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
Gelap Terang
Refleks Pupil
0,45
0,4
Rata-rata lebar (cm)
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
Awal Dekat Jauh
Normal Minus
Akommodasi Mata
TANPA ES BATU
DENGAN ES BATU
Data Persebaran Larutan Garam
Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 3 2 2 3
2 1 2 2 1 3 1 3
3 3 2 3 2 3 2 2
4 3 3 2 3 3 1 3
5 3 1 3 - 2 - 2
6 3 3 3 2 2 1 3
Rata - rata 2,666667 2,33333333 2,66666667 2,2 2,5 1,4 2,666667
• Parfum
RESEPTOR SENTUHAN
Tabel jarak reseptor mekanik pada beberapa bagian organ tubuh (dalam cm)
Kelompok
Bagian Rata - Rata
1 2 3 4 5 6
Lengan Ventral 0,75 1.3 1.8 1 1.1 1,2 1,2
Lengan Dorsal 2,2 1 1.5 2 1.6 1,3 1,6
Telapak tangan ventral 1,5 1.9 1.4 1,3 1.7 0,4 1,4
Telapak tangan dorsal 0,6 1 1.6 0,8 1.1 1,1 1,03
Ujung jari kanan 0,2 0,4 0,4 0,75 0,6 0,7 0,51
Ujung jari kiri 0,1 0,3 0,7 0,5 0,5 0,7 0,42
Dahi 2 1.2 1.8 1,5 2 0,9 1,56
Pipi 1,6 1.4 1.7 1,7 1.9 1,6 1,65
Bibir 0,35 0,3 0,7 0,95 1 0,6 0,65
Tengkuk 2,4 1.3 1.9 1,6 1.5 0,9 1,62