Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

ACARA 1
“Sistem Sensori”

Disusun oleh,
Nama : Anisa Dika Rahayu
NIM : 21106040021
Kelompok :5
Asisten : Riska Dwi Ardani

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022
A. Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang mempengarui kepekaan indera
reseptor (pengecap, pembau, peraba, dan penglihatan).
B. Dasar Teori
Sistem sensorik adalah sistem penghantar rangsangan dari reseptor
ke pusat otak. Sistem ini merupakan bagian dari sistem saraf yang
menerima rangsangan dari lingkungan internal maupun eksterna. Dalam
prosesnya pertama kali yang terjadi adalah attention dan proses akhirnya
disebut persepsi. yang dinamakan persepsi. Persepsi merupakan bentuk
pengalaman yang bersifat baru atau belum disadari hingga individu bisa
membedakan dang mengelompokkan hal yang dialami. Proses persepsi
dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
• Proses fisik
• Proses fisiologis
• Proses psikologis
Menurut Sugihartono et al. (2007), persepsi adalah kemampuan otak
dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus
yang masuk ke dalam alat indera manusia. Sedangkan menurut Walgito
(2004), persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas
yang integrated dalam diri individu.
Menurut Fox (2008), reseptor sensori menurut tipe energi stimulu
yang ditansduksinya dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Kemoreseptor, merupakan reseptor stimulus berupa zat-zat kimia
yang ada di lingkungan atau darah (papil pengecap, epitel olfaktori,
aorta, dan badan carotid).
2. Fotoreseptor, meliputi sel-sel kerucut dan sel-sel batang pada retina
mata.
3. Termoreseptor, yang peka terhadap kondisi panas dan dingin (badan
Crausse dan badan Ruffini pada kulit).
4. Mekanoreseptor, yang distimulasi oleh adanya perubahan bentuk
mekanik dari reseptor membran sel (reseptor sentuhan dan tekanan
pada kuli serta sel rambut pada bagian dalam telinga).
Menurut tipe informasi dalam sel saraf sensori yang dihantarkan ke
otak sistem sensori dibagi menjadi dua yaitu Proprioreceptor dan
Cutaneous receptor. Proprioreceptor adalah reseptro yang peka terhadap
posisi badan dan pergerakan tulang seperti gelondong otot, tendon, dan
reseptor tulang sendi. Sedangkan Cutaneous receptor merupakan reseptor
yang meliputi sentuhan dan tekanan, reseptor panas dan dingin, serta
reseptor sakit (Fox, 2008).

Indera pengecap yang digunakan dalam percobaan ini adalah lidah.


Lidah. Pada bagian posteriornya terdapat struktur ligamen halus (frenulum
linguae) yang mengkaitkan bagian tersebut pada dasar mulut (Irianto, 2012).
Memiliki selaput lendir yang mengakibatkan lidah selalu lembab dan
memiliki warna merah jambu sewaktu sehat. Sel reseptor pengecap yang
terdapat pada mamalia berupa sel epitel termodifikasi yang terorganisir
membentuk kuncup dimana kuncup ini tersebar di area lidah. Kuncup lidah
terasosiasi dengan penjuluran berbentuk puting yang disebut papila yang
bertugas untuk untuk mengenali berbagai macam rasa (Guyton, 2006).
Pada permukaan atas lidah ditutupi oleh papila-papila yang
mempunyai kepekaan tergantung pada bagiannya. Irlanto (2012),
menyebutkan pembagian kesensitivitasan papilla sebagai berikut:
• Papila sirkumvalata, ada delapan hingga dua belas dari jenis ini
yang terletak pada bagian dasar lidah. Papila ini adalah jenis papilla
yang terbesar dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan
seperti parit.
• Papila fungiformis, menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah
serta berbentuk seperti jamur.
• Papila filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh
permukaan lidah.

Menurut Irianto (2012), acuan untuk pengajaran peta rasa pertama


kali diungkapkan oleh Hanig untuk meraih gelar doctor (Ph.D.) dan
dipublikasikan pada Philosophisce Studien tahun 1901 menyatakan bahwa
peta rasa di lidah terdiri atas empat bagian, yaitu rasa manis, asin, asam, dan
pahit.

Hidung merupakan indera pembau yang digolongkan dalam reseptor


jarak jauh (telesepator) jalur penciumannya tidak memiliki penyambung di
thalamus, dan tidak terdapat daerah proyeksi neokorteks untuk penciuman.
Menurut Fox (2008), reseptor yang bertanggung jawab terhadap olfaksi atau
sensasi bau terletak pada epitel olfaktori. Apparatus olfaktori terdiri atas sel-
sel reseptor (sel saraf bipolar), sel-sel tiang, dan sel-sel batang. Sel-sel
batang akan berdegenerasi untuk membentuk sel-sel reseptor baru setiap
satu atau dua bulan untuk menggantikan sel saraf yang rusak akibat
terbukanya dan bersentuhan dengan udara dingin dari lingkungan. Sel-sel
tiang merupakan sel epitel yang kaya akan enzim untuk terjadinya oksidasi
hidropobik.

Fungsi hidung adalah menerima rangsangan bau dari luar yang


diciptakan dari gas yang terhirup. Sesitivitas dari rasa ini sangat tinggi, akan
tetapi mudah hilang apabila dihadapkan dengan bau yang sama secara terus
menerus. Selain itu terdapat faktor lain yang menyebabkan melemahnya
sensitivitas ini yaitu selaput lendir sangat kering, basah dan membengkak
(flu).

Menurut irlanto (2012), adaptasi bau-bauan berjalan dengan sangat


cepat yaitu sekitar 2-3 detik kemudian berjalan dengan lambat. Pada
beberapa jenis hewan memiliki indera penciuman yang sangat kuat, hal ini
dikarenakan terdapat lebih banyak reseptor pembau sensitif yang terdapat
pada hidungnya.

Kulit merupakan salah satu organ yang memiliki permukaan paling


luas dikarenakan membungkus seluruh tubuh. Kulit memiliki fungsi yang
sangat beragam dan komplek diantaranya adalah sebagai pelindung baik itu
panas maupun dingin, serta menjadi alat pertahanan utama dari tubuh.
Selain itu kulit juga menjadi reseptor indera peraba serta perasa.
Menurut Irianto (2012), di dalam kulit terdapat sejumlah reseptor
untuk berbagai jenis rangsangan, dan paling sedikit terdiri atas lima jenis
penginderaan, yaitu rabaan (sentuhan), tekanan, panas, dingin, dan sakit
(nyeri). Reseptor-reseptor tersebut tidak secara merata tersebar di kulit
tubuh, demikian pula perbandingan jumlah untuk masing-masing reseptor
tidak sama. Jumlah reseptor untuk rasa sakit hampir 27 kali lebih banyak
daripada reseptor untuk dingin, sedang reseptor dingin berjumlah 10 kali
lebih banyak daripada reseptor untuk panas.

Sensasi kulit yang diterima dari luar akan ditangkap oleh dendrit
yang mengelilingi folikel rambut dan diperluas oleh ujung dendrite yang
disebut badan Ruffini dan Folikel Merkels. Menurut Fox (2008), selain dua
badan tersebut sensasi rasa sentuh juga difasilitasi oleh dendrit yang
dibungkus dalam struktur seperti Meissner dan badan pacini.

Reseptor untuk rangsangan sakit (nyeri) dijumpai pada ujung-ujung


percabangan serabut saraf yang menyebar pada dermis kulit secara meluas.
Walaupun suhu merupakan rangsangan dalam satu kelompok, namun untuk
merasakan perbedaan suhu, kulit dilengkapi dengan reseptor khusus yang
berbeda strukturnya antara reseptor untuk suhu dingin dan suhu panas
(Irianto, 2012).

Mata adalah organ indera yang kompleks yang berevolusi dari


bintik-bintik peka sinar yang primitif pada permukaan invertebrata. Di
dalam wadahnya yang protektif, setiap mata memiliki sebuah lapisan
reseptor-reseptor, sebuah lensa yang memfokuskan cahaya ke reseptor
tersebut, dan sebuah sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor
ke otak (Ganong, 1998).

Menurut Kimball (1983), mata manusia terdiri atas tiga lapisan,


yaitu: Lapisan luar atau lapisan sklera yang sangat kuat. Lapisan ini
membentuk kornea yang bening yang menerima cahay masuk ke bagian
dalam mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga
dapat difokuskan. Permukaan kornea tetap basah dan bebas debu karena
sekresi dari kelenjar air mata.

Menurut Kimball (1983), pada saat cahaya suram (saat ada bahaya),
pupil membesar agar cahaya yang masuk ke mata menjadi lebih banyak.
Pada cahay terang, pupil mengecil. Hal ini tidak saja melindungi bagian
dalam mata dari penerangan yang berlebihan, tetapi juga memperbaiki
kemampuan pembentukan bayangan dari kedalaman medan. Lapisan dalam
mata adalah retina. Retina terdiri atas reseptor cahaya yang sesungguhnya,
yaitu sel batang dan sel kerucut yang tersusun rapat tepat di bawah
permukaan retina.

Sel batang, kira-kira ada 100 juta batang dalam setiap mata. Sel
batang terutama dipakai untuk penglihatan dalam cahaya suram dan teramat
peka terhadap cahaya. Akan tetapi, bayangan yang dibentuk batang-batang
ini tidak tajam. Batang berfungsi dalam kelompok. Dengan kata lain,
sejumlah batang berbagi satu rangkaian saraf ke otak. Satu batang dapat
mengawali impuls dalam rangkaian tersebut tetapi otak tidak mungkin
untuk menentukan batang mana dalam kumpulan itu yang terlibat. Agar
cahaya dapat diserap, harus ada bahan penyerap cahaya, yaitu suatu pigmen
pada batang yaitu rodopsin, suatu protein terkonjugasi (Kimball, 1983).
C. Bahan dan Metode
Alat dan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
a. Pengecap
Alat yang digunakan berupa Cotton bud, cawan petri, sapu
tangan, gelas kimia, Tissue. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah larutan garam, larutan cuka, larutan gula, es batu, larutan
kina, larutan MSG, air putih.
b. Pembau
Alat yang digunakan berupa botol flakon, gawai. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah minyak angin, dan parfum.
c. Peraba
Alat yang digunakan berupa penggaris, jarum pentul, jangka,
gelas kimia, pulpen, sapu tangan. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah air panas dan air dingin.
d. Penglihatan
Alat yang digunakan berupa penggaris, senter, gawai
(stopwatch).

Metode kerja yang digunakan dalam percobaan ini adalah

a. Pengecap
Sebelum percobaan dimulai, gusi dan lidah dibersihkan dari
sisa-sisa makanan dengan berkumur, lalu lidah dibersihkan dengan
tissue agar tidak basah oleh air ludah. setelah itu cairan dituangkan
pada cawan petri dan Cotton bud direndam pada tiap larutan.
Kemudian mata praktikan ditutup dengan tujuan agar tidak
mengetahui larutan apa yang digunakan. Cotton bud yang telah
direndam, disentuhkan pada lidah dan praktikan ditanya rasa apa
larutan tersebut, jika benar ditandai + dan jika salah ditandai -. Pada
setiap rasa ditentukan intensitas rasanya pada setiap daerah lidah
yang diuji dengan tanda – (tidak terasa), + (kurang terasa), ++
(terasa), dan +++ (sangat terasa). Percobaan diulangi sesuai dengan
Cotton bud lain sesuai larutannya (dengan catatan setiap
penggantian jenis larutan praktikan diharuskan berkumur terlebih
dahulu). Percobaan diulangi dengan perbedaan praktikan mengulum
es batu terlebih dahulu selama beberapa detik, dan dibandingkan
hasilnya. Data persebaran sensitivitas lidah dibuat dalam bentuk
peta.
b. Pembau
Sebelum dimulai percobaan, praktikan dipastikan tidak
boleh pilek/flu, dan aktivitas percobaan dilakukan berpasangan (satu
sebagai subjek lainnya menerima isyarat dan menjalankan
stopwatch di gawai). Bahan yang hendak digunakan ditaruh
kedalam botol flakon. Lubang hidung sebelah kiri ditutup dan bahan
uji ditempatkan ±15 cm jauhnya dari hidung praktikan. Setelah itu
dilakukan uji coba dengan mengibaskan tangan kearah hidung
sampai tercium bau bahan. Setelah tercium subjek memberi tanda
kepada pencatat, dan memberi tanda lagi ketika bau yang tercium
sudah hilang. Percobaan ini diulangi sebanyak tiga kali, pada setiap
bahan. Setelah selesai pengulangan, dilakukan sekali lagi percobaan
yang sama akan tetapi dengan tidak menutup lubang hidung. Data
yang didapat dicatat dan dicari rata ratanya.
c. Peraba
Reseptor panas dan dingin
Pada tangan bagian dorsal digambar kotak 2,8×2,8 cm dan
dibagi menjadi 64 kotak. Lalu jarum dimasukkan kedalam gelas
yang berisi air panas dan dingin, lalu ditunggu selama lima menit.
Setelah itu masing masing jarum yang telah direndam disentuhkan
sebentar ke dalam kotak bujur sangkar pada praktikan secara
berurutan. Untuk mempertahankan suhu jarum dimasukkan lagi ke
dalam gelas kimia. Hasil yang didapatkan dicatat dengan tanda +
(kotak yang merasakan) dan tanda – (kotak yang tidak merasakan).
Reseptor sentuhan
Mata praktikan ditutup menggunakan sapu tangan dan salah
satu lengannya diletakkan di atas meja. Kemudian kaki jangka
diletakkan pada jarak 3 cm dan disentuhkan dengan tekanan ringan
kedua kaki jangka tadi secara bersamaan pada bagian ventral lengan
bawah praktikan. Jika dirasakan terdapat dua titik jarak kedua kaki
jangka diperkecil dan apabila dirasakan satu titik jarak kedua kaki
jangka diperbesar. Hal ini dilakukan hingga diperoleh jarak
terpendek yang bisa dirasakan dua titik oleh praktikan. Hasil yang
diperoleh dicatat. Percobaan diulangi kembali pada bagian lengan
bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral dan dorsal, ujung
jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk, dan bibir.
d. Penglihatan
Refleks pupil terhadap intensitas cahaya
Dalam keadaan ruangan terang diameter pupil praktikan
diukur menggunakan penggaris dengan cara diletakkan di bawah
salah satu matanya. Setelah itu praktikan diminta memejamkan
matanya, lalu secara mendadak diminta untuk membuka mata.
Diameter pupil diukur dan waktu yang diperlukan untuk terjadinya
refleks pupil dicatat.
Dalam keadaan ruangan gelap praktikan diminta untuk
memejamkan mata dengan penggaris diletakkan dibawah matanya.
Praktikan diberi tanda untuk membuka mata dan diterangi dengan
senter. Ukuran pupil dan waktu yang diperlukan untuk terjadinya
refleks pupil dicatat. Hasil dibandingkan dengan percobaan
sebelumnya.
Refleks pupil terhadap akomodasi mata
Diameter normal pupil dari praktikan diukur dengan
penggaris. Praktikan diminta untuk melihat benda-benda yang
letaknya jauh kemudian diukur diameter pupilnya. Selanjutnya
praktikandiminta untuk melihat benda-benda yang letaknya dekat
kemudian diukur diameter pupilnya. Pada jarak yang sama
percobaan diulangi pada praktikan yang memiliki mata minus lalu
hasilnya dibandingkan. Serangkaian pengujian yang dilakukan,
praktikan dalam kondisi tanpa menggunakan kacamata.
D. Hasil dan Pembahasan
a. Indera Pengecap Lidah
• Tanpa ses batu

Titik Rata-rata
1 3
2 2,66
3 2,16
4 2,33
5 2
6 2,2
7 2,6
Gambar a.1 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan garam
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan garam, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 2, 3, 4, 5, 6, 7 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan asin. Sementara pada titik 1 mendapat rata-rata
3 (+++) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas tinggi sehingga
rasa asin sangat terasa.

Titik Rata-rata
1 2,33
2 2,5
3 2,16
4 2
5 1,83
6 2
7 2,2
Gambar a.2 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan cuka
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan cuka, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3, 4, 6, 7 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan asam. Sementara pada titik 5 mendapat rata
rata < 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah
sehingga rasa asam terasa lemah.

Titik Rata-rata
1 2,33
2 1,83
3 2
4 1,8
5 2
6 1,4
7 2
Gambar a.3 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan gula
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan gula, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 3, 5, 7 mendapat rata-rata < 3 (++)
dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas sedang
dan dapat merasakan manis. Sementara pada titik 2, 4, 6 mendapat rata rata
< 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah sehingga
rasa manis terasa lemah.

Titik Rata-rata
1 3
2 2,6
3 2,5
4 2,2
5 2,6
6 2,4
7 3
Gambar a.4 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan kina
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan kina, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 2, 3, 4, 5, 6 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan pahit. Sementara pada titik 1, 7 mendapat rata
rata >3 (+++) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas tinggi
sehingga rasa pahit terasa kuat.

Titik Rata-rata
1 2
2 2
3 2,16
4 2,16
5 1,66
6 2
7 1,8
Gambar a.5 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan MSG
Pada percobaan tanpa es batu menggunakan larutan MSG, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3, 4, 6 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan gurih. Sementara pada titik 5, 7 mendapat rata
rata < 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah
sehingga rasa gurih terasa lemah.
• Dengan es batu

Titik Rata-rata
1 2,66
2 2,33
3 2,66
4 2,2
5 2,5
6 1,4
7 2,6
Gambar a.6 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan garam
Pada percobaan dengan es batu menggunakan larutan garam, tingkat
intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3, 4, 5, 7 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan manis. Sementara pada titik 6 mendapat rata
rata < 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah
sehingga rasa asin terasa lemah.

Titik Rata-rata
1 2,33
2 2,66
3 2,33
4 2,33
5 2,33
6 1,6
7 2,25
Gambar a.7 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan cuka

Pada percobaan dengan es batu menggunakan larutan cuka, tingkat


intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3, 4, 5, 7 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan asam. Sementara pada titik 6 mendapat rata
rata < 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah
sehingga rasa asam terasa lemah.
Titik Rata-rata
1 2,5
2 2
3 2
4 1,83
5 1,6
6 1,5
7 1,66
Gambar a.8 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan gula

Pada percobaan dengan es batu menggunakan larutan gula, tingkat


intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3 mendapat rata-rata < 3 (++)
dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas sedang
dan dapat merasakan manis. Sementara pada titik 4, 5, 6 mendapat rata rata
< 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah sehingga
rasa manis terasa lemah.

Titik Rata-rata
1 2,83
2 2,5
3 2,5
4 1,83
5 2,5
6 2
7 3
Gambar a.9 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan kina

Pada percobaan dengan es batu menggunakan larutan kina, tingkat


intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 3, 5 mendapat rata-rata < 3 (++)
dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas sedang
dan dapat merasakan pahit. Pada titik 4 mendapat rata rata < 2 (+) yang
mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah sehingga rasa pahit
terasa lemah. Sedangkan pada titik 7 mendapat rata-rata > 3 sehingga
ditandai dengan +++ dan memiliki arti pada bagian ini papilla memiliki
sensitifitas yang tinggi terhadap rasa pahit.

Titik Rata-rata
1 2,33
2 2,33
3 1,66
4 2,16
5 1,8
6 2
7 2
Gambar a.10 Peta kepekaan lidah menggunakan larutan MSG

Pada percobaan dengan es batu menggunakan larutan MSG, tingkat


intensitas kepekaan papilla pada titik 1, 2, 4, 6, 7 mendapat rata-rata < 3
(++) dapat diartikan pada bagian ini papilla memiliki tingkat intensitas
sedang dan dapat merasakan gurih. Sementara pada titik 3 dan 5 mendapat
rata rata < 2 (+) yang mana artinya pada titik ini memiliki intensitas rendah
sehingga rasa gurih terasa lemah.

Perbedaantingkat kesukaan rasa tertentu didasarkan pada kebutuhan


tubuh masing-masing individu terhadap ion-ion yang ada pada setiap rasa.
Menurut Ganong (1998), tubuh lebih membutuhkan banyak ATP dalam
memenuhi energinya sehingga manusia lebih cenderung menyukai rasa
manis, suka rasa asin disebabkan tubuh membutuhkan ion Na+ dalam
penyerapan glukosa, suka rasa umami disebabkan tubuh membutuhkan
banyak asam amino dalam metabolisme selnya, dan tidak suka rasa asam
serta pahit dikarenakan kedua rasa tersebut cenderung erat kaitannya dengan
rasa basi dan racun. Wanita memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi
dibandingkan pria disebabkan oleh jumlah papilla pengecap serta reseptor
rasa yang dimiliki terdapat lebih banyak pada lidah wanita (Fox, 2008).
b. Indera pembau hidung

Reseptor Pembau
4
3,5
3
Rata -Rata

2,5
2
1,5
1
0,5
0
Menutup Satu Lubang Hidung Membuka Kedua Lubang Hidung

Minyak Kayu Putih Parfum


Perlakuan

Gambar b.1 Grafik kepekaan hidung terhadap rangsangan dari luar

Percobaan ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kepekaan


praktikan dalam menanggapi rangsangan bau, selain itu ditujukan untuk
mengetahui lama waktu yang dibutuhkan reseptor untuk beradaptasi
terhadap rangsangan dari luar. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
rangsangan bahan yaitu parfum menyebabkan indera pembau lebih lama
beradaptasi dibandingkan dengan bahan minyak kayu putih. Selain itu data
grafik perlakuan menutup hidung bagian kiri menyebabkan waktu yang
dibutuhkan indera pembau untuk beradaptasi lebih sedikit dibandingkan
dengan membuka kedua lubang hidung.

Menurut Irianto (2012), dalam keadaan satu lubang tertutup, sel-sel


saraf penciuman tidak dapat berfungsi secara sempurna sehingga kepekaan
terhadap rangsangan bau menjadi lebih rendah. Sedangkan pada keadaan
terbuka dua-duanya, sel-sel saraf olfaktori dapat berfungsi secara sempurna
sehingga tingkat kepekaan seseorang pun akan menjadi lebih tinggi.
Perbdaan hasil yang diperoleh disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kelainan pembau yang mungkin sedang dialami praktikan. Contoh kelainan
pembau ini salah satunya yaitu flu atau pilek, sehingga reseptor yang
terdapat pada hidung kurang mendapatkan ventilasi dikarenakan
tersumbatnya saluran hidung oleh pembengkakan dan lendir.

c. Indera peraba kulit

Reseptor Sentuhan
2

1,5
Rata - Rata

0,5

0
Lengan Lengan Telapak Telapak Ujung Ujung Dahi Pipi Bibir Tengkuk
Ventral Dorsal tangan tangan jari jari kiri
ventral dorsal kanan
bagian Kulit

Gambar c.1 Grafik kepekaan kulit terhadap rangsangan dari luar

Dapat dilihat pada grafik bahwa tingkat sensitifitas tertinggi terdapat


pada pipi dan yang paling rendah adalah bagian ujung jari kiri. Selain itu
juga didapatkan hasil bahwa setiap bagian tubuh dorsal memiliki sensitifitas
yang bisa dikategorikan tinggi. Menurut Fox (2008), bagian tubuh yang
paling sensitif terhadap sentuhan dari sepuluh bagian pada percobaan kedua
di atas adalah ujung jari kanan sedangkan yang paling kurang peka adalah
pada bagian dahi. Berbeda dengan yang didapat dari percobaan ini, faktor
yang mungkin menyebabkan perbedaan hasil ini adalah dikarenakan pada
ujung jari praktikan mengalami penebalan jaringan kulit sehingga
menyebabkan berkurangnya kesensitivitasan terhadap rangsang dari luar.
Reseptor Panas dan dingin
60

Jarak Kulit 50
40
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan
Reseptor panas Reseptor dingin

Tingkat Sensitivitas

Gambar c.2 Grafik kepekaan kulit terhadap rangsangan panas dan dingin

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tingkat sensitivitas


perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, baik itu pada rangsangan panas
maupun dingin. Faktor yang memungkinkan menjadi penyebab
didapatkannya data ini adalah gangguan psikis, adanya perubahan tekstur
kulit dikarenakan penggunaan kosmetik atau obat oles, jumlah reseptor
yang terdapat pada kulit, dan penyebaran letak percobaan yang berbeda dari
setiap praktikan.

d. Indera penglihatan mata

Refleks Pupil
0,8
0,7
Rata-rata lebar (cm)

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
Gelap Terang

Normal setelah refleksi


Tingkat sensitivitas

Gambar d.1 Grafik refleks pupil terhadap intensitas cahaya


Dari grafik diatas diapat diketahui dalam ketersediaan intensitas
cahaya yang sedikit menyebabkan pupil lebih lebar daripada ditempat
terang. Selain itu pada jumlah intensitas cahaya yang sedikit didapati pada
keadaan normal pelebaran pupil terjadi lebih luas dibandingkan setelah
refleksi. Hal ini berkebalikan dengan grafik dengan intensitas cahaya yang
banyak, yang mana pada grafik ini pelebaran pupil lebih luas dibandingkan
pada keadaan normal. Hal ini dikarenakan penggunaan senter yang
menyebabkan pupil secara mendadak mendapatkan intensitas cahaya yang
belebih sehingga menyebabkan terjadinya elebaran pupil.
Pada mata terdapat sel batang yang berjumlah lebih dari 100 juta
batang disetiap mata. Sel batang digunakan untuk penglihatan dalam
keadaan suram dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap cahaya.
Menurut Kimball (1983), agar cahaya dapat diserap harus ada bahan
penyerap cahaya, yaitu suatu pigmen pada batang yaitu rodopsin, suatu
protein terkonjugasi.

Refleks Pupil
0,45
0,4
Rata-rata lebar (cm)

0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
Awal Dekat Jauh

Normal Minus
Akommodasi Mata

Gambar d.2 Grafik refleks pupil terhadap akomodasi mata


Dari grafik di atas dapat diketahui dari ketiga macam perlakuan,
pelebaran pupil terstabil terdapat pada jarak dekat dan rata-rata terendah
terdapat pada akomodasi mata jarak jauh. Hal ini dikarenakan fokus benda
yeng berjarak jauh bayangannya lebih sulit ditangkap daripada bayangan
benda yang ada didekat mata.
Gangguan penglihatan dapat disebabkan karena kelainan lensa. Bila
pada pandangan jauh, bayangan jatuh di muka retina menyebabkan kelianan
yang dinamakan miopi. Keadaan ini harus dibetulkan dengan memakai
kacamata yang lensanya cekung atau kacamata negatif, sebaliknya
penglihatan pada pandangan dekat yang memberikan pandangan yang jatuh
di belakang retina akan menyebabkan kelainan penglihatan yang disebut
hipermetropi. Untuk membetulkan kelainan ini dipergunakan kacamata
dengan lensa cembung atau kaca mata positif. Pada usia lanjut, kekenyalan
lensa sudah berkurang, hingga akomodasi sudah berkurang kemampuannya.
Orang tersebut membutuhkan kacamata dengan lensa cembung untuk
membaca. Keadaan penglihatan tersebut dinamakan presbiopi. Penglihatan
yang normal disebut emetropi (Irianto, 2012).
E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang didapatkan dapa disimpulkan sebagai berikut:
• Penyebaran reseptor pada lidah yang berupa papiila menyebabkan
perbedaan sensitivitas pada tiap titik yang tersebar
• Pada indera pembau pada hidung berupa reseptor olfaktori yang
menyebabkan rangsan bau dau dari luar dapat ditangkap dan dikirim
ke otak.
• Jumlah persebaran jumlah reseptor panas dan dingin pada kulit
menyebabkan berbedanya tingkat kesensitivitasan pada setiap
praktikan. Hal ini juga terjadi pada percobaan stimulus mekanik yang
dilakukan sehingga data yang didapatkan bisa beragam.
• Refleks diameter pupil dipengaruhi oleh jumlah intensitas cahaya dan
jarak akomodasi mata. Hal ini agak berbeda dengan mata minus
dikarenakan mata minus memiliki lensa yang terlalu mencembung
sehingga cahaya yang diteruskan menjadi lebih banyak menyebabkan
pupil lebih mengecil dari keadaan normalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Baryshnikov, S. G., Rogachevskaja, O. A., & Kolesnikov, S. S. (2003). Calcium


signaling mediated by P2Y receptors in mouse taste cells. Journal of
neurophysiology, 90(5), 3283-3294.
Fox, S.I. (2008). Human Physiology Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Ganong, W.F. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran
UGC.
Irianto, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Kimball, J.W. (1983). Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sunariani, J. (2010). Rongga Mulut Sebagai Sensor Gangguan Homeostasis Tubuh.
LAMPIRAN

A. Tabel hasil Indera pengecap

TANPA ES BATU

Data Persebaran Larutan Garam


Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 3 2 3 3
2 3 3 2 2 1 3 3
3 3 2 2 1 3 3 2
4 3 3 2 3 1 - -
5 3 2 2 2 3 1 3
6 3 3 2 3 2 1 2
Rata - rata 3 2,66666667 2,16666667 2,33333333 2 2,2 2,6

Data Persebaran Larutan Cuka


Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 3 2 3 3
2 3 3 3 3 3 2 3
3 1 3 2 1 2 - 1
4 1 1 1 2 2 - -
5 3 3 2 2 1 - 3
6 3 2 2 1 1 1 1
Rata - rata 2,333333 2,5 2,16666667 2 1,83333333 2 2,2

Data Persebaran Larutan Gula


Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 2 2 2 3
2 1 1 3 2 3 2 2
3 3 1 1 - 2 1 1
4 3 2 2 1 1 - -
5 2 3 1 3 3 1 3
6 2 1 2 1 1 1 1
Rata - rata 2,333333 1,83333333 2 1,8 2 1,4 2

Data Persebaran Larutan Kina


Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 3 3 3 3
2 3 1 1 1 3 3 3
3 - - 2 - 3 - 3
4 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 3 2 2 2 3
6 3 3 3 2 2 1 3
Rata - rata 3 2,6 2,5 2,2 2,66666667 2,4 3

Data Persebaran Larutan MSG


Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 2 2 3 2
2 2 2 3 3 2 3 2
3 1 2 3 2 2 1 1
4 1 1 1 2 1 2 -
5 3 2 1 2 1 1 2
6 2 2 2 2 2 2 2
Rata - rata 2 2 2,16666667 2,16666667 1,66666667 2 1,8

DENGAN ES BATU
Data Persebaran Larutan Garam
Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 3 2 2 3
2 1 2 2 1 3 1 3
3 3 2 3 2 3 2 2
4 3 3 2 3 3 1 3
5 3 1 3 - 2 - 2
6 3 3 3 2 2 1 3
Rata - rata 2,666667 2,33333333 2,66666667 2,2 2,5 1,4 2,666667

Data Persebaran Larutan Cuka


Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 3 3 2 3
2 3 3 3 3 3 3 3
3 2 3 3 2 2 1 1
4 1 3 1 1 3 1 -
5 3 2 2 3 2 - -
6 2 2 2 2 1 1 2
Rata - rata 2,333333 2,66666667 2,33333333 2,33333333 2,33333333 1,6 2,25
Data Persebaran Larutan Gula
Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 2 2 2 3 3 2 3
2 2 2 2 2 1 1 1
3 3 2 2 1 2 1 1
4 3 3 3 1 1 2 2
5 3 2 2 2 - 2 1
6 2 1 1 2 1 1 2
Rata - rata 2,5 2 2 1,83333333 1,6 1,5 1,666667

Data Persebaran Larutan Kina


Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 3 3 2 3
2 3 3 3 1 2 2 3
3 2 1 2 1 2 2 3
4 3 3 1 1 3 3 3
5 3 3 3 3 2 1 3
6 3 2 3 2 3 2 3
Rata - rata 2,833333 2,5 2,5 1,83333333 2,5 2 3

Data Persebaran Larutan MSG


Kelompok Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
1 3 3 3 3 2 3 2
2 3 3 1 3 3 3 3
3 1 1 2 2 - - 1
4 1 3 1 1 1 1 1
5 3 2 1 2 1 2 3
6 3 2 2 2 2 1 2
Rata - rata 2,333333 2,33333333 1,66666667 2,16666667 1,8 2 2
B. Tabel Indera Pembau
• Minyak Kayu putih

Kelompok Percobaan menutup satu lubang hidung Rata - Rata OFT


1 (detik) 2 (detik) 3 (detik)
1 2,55 1,64 1,52 1,9
2 3,76 2,3 3,95 3,33
3 0,81 0,8 0,79 0,8
4 1,02 1,98 1,74 3,58
5 2.53 2.72 2.39 2.55
6 3,09 2,76 2,44 2,76
Rata - Rata 2,474

Kelompok Percobaan membuka 2 lubang hidung Rata - Rata OFT


1 (detik) 2 (detik) 3 (detik)
1 1,65 1,9 1,79 1,78
2 2,69 1,73 2,75 2,02
3 0,62 2,19 1,55 1,45
4 4,26 2,86 1,99 7,78
5 2.95 2.51 2.86 2.77
6 2,88 2,34 4,19 3,13
Rata - Rata 3,232

• Parfum

Kelompok Percobaan menutup satu lubang hidung Rata - Rata OFT


1 (detik) 2 (detik) 3 (detik)
1 3,13 1,57 2,24 2,31
2 1,7 2,49 1,49 1,89
3 3,24 2,12 0,99 2,11
4 3 1,92 1,59 5,45
5 3.00 3.96 3.42 3.46
6 4,26 4,56 4,1 4,3
Rata - Rata 3,212
Kelompok Percobaan membuka dua lubang hidung Rata - Rata OFT
1 (detik) 2 (detik) 3 (detik)
1 2,13 2,65 3,64 2,8
2 2,42 2,58 2,7 2,56
3 1,29 0,87 2,51 1,5
4 2,21 4,38 4,56 8,11
5 3.39 2.73 3.55 3.22
6 2,74 2,41 3,42 2,85
Rata - Rata 3,564

C. Tabel Indera Peraba

RESEPTOR SENTUHAN
Tabel jarak reseptor mekanik pada beberapa bagian organ tubuh (dalam cm)
Kelompok
Bagian Rata - Rata
1 2 3 4 5 6
Lengan Ventral 0,75 1.3 1.8 1 1.1 1,2 1,2
Lengan Dorsal 2,2 1 1.5 2 1.6 1,3 1,6
Telapak tangan ventral 1,5 1.9 1.4 1,3 1.7 0,4 1,4
Telapak tangan dorsal 0,6 1 1.6 0,8 1.1 1,1 1,03
Ujung jari kanan 0,2 0,4 0,4 0,75 0,6 0,7 0,51
Ujung jari kiri 0,1 0,3 0,7 0,5 0,5 0,7 0,42
Dahi 2 1.2 1.8 1,5 2 0,9 1,56
Pipi 1,6 1.4 1.7 1,7 1.9 1,6 1,65
Bibir 0,35 0,3 0,7 0,95 1 0,6 0,65
Tengkuk 2,4 1.3 1.9 1,6 1.5 0,9 1,62

RESEPTOR PANAS DINGIN


Tabel perbandingan total jumlah reseptor panas dan dingin pada jenis kelamin yang berbeda
Reseptor Panas Reseptor Dingin
Laki - Laki Perempuan Laki - Laki Perempuan
17 52 25 45
D. Tabel Indera Penglihatan

Refleksi pupil terhadap intensitas cahaya

Tabel refleks pupil terhadap intensitas cahaya (dalam detik)


Gelap Terang
Kelompok Setelah Setelah
Normal Refleksi Normal Refleksi
1 0,7 0,3 0,4 0,5
2 0,8 0,3 0,5 0,4
3 0,6 0,3 0,5 0,6
4 0,6 0,3 0,4 0,5
5 0.7 0.4 0.3 0.4
6 0,7 0,3 0,3 0,3
Rata - Rata 0,68 0,3 0,42 0,46

Refleksi pupil terhadap akomodasi mata

Tabel refleks pupil terhadap akomodasi mata (dalam detik)


Awal Dekat Jauh
Kelompok
Normal Minus Normal Minus Normal Minus
1 0,3 0,4 0,4 0,4 0,2 0.3
2 0,4 0,4 0,4 0,5 0,2 0,3
3 0,5 0,4 0,6 0,5 0,4 0,3
4 0,4 0,5 0,4 0,4 0,2 0,3
5 0.3 0.5 0.4 0.4 0.3 0.3
6 0,3 0,4 0,3 0,3 0,4 0,4
Rata - Rata 0,38 0,42 0,42 0,42 0,28 0,325

Anda mungkin juga menyukai