Anda di halaman 1dari 8

INDRA PEMBAU, PENGECAP, DAN KETERKAITAN KEDUANYA

PADA MAMALIA

Pelaksanaan : Selasa, 30 April 2019


Dosen : Dr. Raharjo M. Si.
Dra. Nur Kuswanti, M.Sc.St.
Nur Qomariyah, S.Pd. M.Si.
Erlix R. Purnama, M.Si.

Kelompok : 4, Kelas : PBA 2017

Zulfiana (17030204010)
Rafio Ryzkyta Putra (17030204012)
Retno Setya Pratiwi (17030204018)
Anisah (17030204027)
Dyah Novira D.J (17030204041)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
1. Judul
Indra pembau, pengecap, dan keterkaitan keduanya pada mamalia

2. Tujuan
a. Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan
seseorang.
b. Menentukan kecermatan pengecapan praktikan pada penggunaan beberapa
bahan.
c. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer
berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan.
d. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain sensasi primer.
e. Mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan pengecapan.

3. Dasar Teori
3.1 Panca Indera
Panca indera adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayaninya merupakan alat perantara
yang membawa kesan rasa dari organ indera menuju
otak menuju otak, dimana perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul
dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan dan penciuman juga
pendengaran. Dalam segala hal serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan
ujung akhir, khusus guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu
dimana setiap organ berhubungan. tamkhas itu dimana setiap
organ berhubungan.
Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar.
Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra
yaitu indra penglihatan (mata), indra pendengaran (telinga), indra
pembau/pencium (hidung), indra peraba (kulit), dan indra pengecapn(lidah)
(Idel, 2003).
3.2 Alat Indera
Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar
sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang
berasal dari luar tubuh dapat ditangkap oleh reseptor dibutuhkan alat-alat tubuh
tertentu yang bernama indera. Alat indera adalah alat-alat tubuh yang berfungsi
untuk mengetahui keadaan luar (Chambell, 2004). Kelima alat indera itu adalah
mata, hidung, telinga, kulit, dan lidah. Apabila dibagi ke dalam kelompok
reseptor, maka alat indera dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni
(Raharjo, 2019) :
1. Kemoreseptor : kemoreseptor adalah alat indera yang merespon
terhadap rangsangan zat kimia yaitu indera pembau (hidung) dan
indera pengecap (lidah).
2. Mekanoreseptor : mekanoreseptor adalah alat indera yang merespon
terhadap rangsangan gaya berat, tegangan suara, dan tekanan yakni
indera peraba (kulit) dan indera pendengaran (telinga). Selain
berfungsi sebagai indera pendengaran, telinga juga berfungsi sebagai
alat keseimbangan (Shopyan, 2013).
3. Fotoreseptor : fotoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap
rangsangan cahaya seperti indera penglihatan atau mata. Mata adalah
indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam
bentuk gambar sehingga mampu mengenali benda-benda yang ada di
sekitarnya dengan cepat.

3.3 Indera Pembau


Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan
sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Serabut saraf penciuman terda
patpada bagian atas selaput lendir hidung. Serabut-serabut olfaktori berfungsi
mendeteksi rangsang zat kimia dalam bentuk gas di udara (kemoreseptor)
(Kusumoputro, 2005). Ketika seseorang membau sesuatu bahan, ada saatnya
orang tersebut tidak mampu dalam membedakan suatu bau tertentu setelah
menciumnya beberapa lama. Hal ini disebut sebagai Olfactory Fatigue Times
(OFT). Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan pembau disebut
Olfactory Recovery Times (ORT).

Gambar 1. Struktur letak olfaktori


Sel reseptor penciuman berjumlah sekitar 25 juta, sehingga sebagian besar
membentuk sel epitel. Bau dalam satu molekul terikat dengan molekul reseptor
pada membran di silia yang memanjang hingga ke dalam lapisan lendir cairan
yang melapisi epitel. Hidung mengeluarkan cairan (lendir) untuk menjaga
molekul agar dapat mengidentifikasi suatu bau. Akson sel reseptor berfungsi
untuk menghubungkan sinaps dengan olfactory bulb yang terletak di bawah
lobus frontal otak. Sel khusus pada bulb akan aktif apabila terdapat rangsangan
berupa bau dan membawa impuls menuju tuberkulum penciuman, dimana
impuls tersebut akan dikirim ke sistem limbik, thalamus, dan korteks. Sistem
limbik adalah salah satu bagian tertua dari otak. Sistem tersebut berisi struktur
seperti hippocampus, amygdala, forniks, dan badan mammilary yang berperan
dalam emosional. Menurut Conley (2000), maka dari itu bau sering
membangkitkan kenangan emosional. Serat bagian lain akan berakhir pada
korteks penciuman yang terletak di depan otak besar dan diinterpretasikan
sebagai puluhan ribu kimia aroma yang mampu diidentifikasi oleh manusia.
Dalam kehidupan, seseorang akan merasakan suatu bau dan
menyimpannya dalam memori, kemudian setelah beberapa tahun belum tentu
orang tersebut akan mengingat bau tersebut. Menurut Conley (2000), bau
berfungsi penting untuk kelangsungan hidup seperti untuk menghindari
bahaya, mencari makanan, berkelahi, dan bereproduksi. Memori bau
merupakan fungsi dari struktur limbik otak dan korteks serebral.
3.4 Indera Pengecap
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa
dari makanan yang masuk kedalam mulut kita. Bagian lidah yang Pengecapan
dirasakan oleh adanya reseptor pengecap yang disebut sel-sel pengecap.
Reseptor pengecap ini secara konstan memberi informasi mengenai sifat-sifat
zat yang masuk ke mulut pada waktu makan. Reseptor pengecap disebut juga
kuncup pengecap. Kuncup pengecap ini terdapat pada papilla pada lidah. Pada
manusia, jumlahnya kira-kira 2000 buah. Kuncup pengecap terdiri dari sel-sel
reseptor pengecap berbentuk epiteloid, tersusun mengelilingi pori dalam
membran mukosa mulut. Setiap bintil-bintil pada saraf pengecap
tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu berdasarkan letaknya pada
lidah. Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit,tepi lidah mengecap rasa
asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecaprasa manis. Agar suatu 1at
terasakan 1at tersebut harus larut dalam kelembaban mulut. Hanya bila ada
dalam larutan zat itu baru dapat menstimulasikan rasa. Dapat dibedakan empat
tancup rasa secara morfologis. Kebanyakan terletak di terletak di permukaan
lidah walaupun beberapa ditemukan dilangit-langit lunak (Kimball, 2004).
Dari permukaan setiap sel pengecap muncul tonjolan-tonjolan sangat halus
seperti rambut disebut mikrovili, yang panjangnya beberapa mikron menembus
pori masuk ke dalam rongga mulut. Mikrovili inilah yang mendeteksi
bermacam-macam rasa. Di antara sel-sel pengecap dari tiap kuncup pengecap,
dan juga di dalam lekukan-lekukan membran sel terdapat jalinan saraf
pengecap yang terdiri dari dua atau tiga serabut.Saraf ini meneruskan impuls
dari sel-sel pengecap. Sebelum suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus
dilarutkan terlebih dahulu dalam cairan mulut, dan kemudian berdifusi ke
dalam pori yang mengandung mikrovili. Zat-zat yang sangat mudah larut dan
sangat mudah berdifusi seperti garam misalnya, atau senyawa bermolekul kecil
biasanya menimbulkan derajat rasa kecap lebih tinggi daripada zat-zat yang
lebih sukar larut dan sukar berdifusi, seperti misalnya protein atau zat-zat lain
yang berukuran besar (Mader,2004).
Gambar 2. (A) Diagram Permukaan Atas (Dorsum) Lidah ; (B) Gambar
Seksio Kuncup pengecap
Terdapat 4 rasa primer yaitu 1) pahit 2) manis 3) asam dan 4) asin. Rasa
pahit terdapat pada pangkal lidah, rasa manis terdapat pada ujung lidah, rasa
asam terdapat pada samping kiri dan kanan lidah dan rasa asin terdapat pada
ujung samping kiri dankanan lidah. Setiap kuncup pengecap mendeteksi satu
rasa kecap primer dan tempatnya berbedapada daerah lidah. Meskipun
demikian setiap kuncup pengecap mempunyai tingkat sensitivitas tertentu
untuk semua rasa kecap primer, namun memang setiap kuncup pengecap
mempunyai sensivitas lebih tinggi terhadap satu atau dua rasa kecap dibanding
terhadap rasa kecap yang lain. Dengan kata lain kuncup pengecap satu
mungkin hanya dapat merasa manis saja, sedangkan yang lain mungkin dapat
merasakan dua atau lebih macam rasa. Otak mengenali jenis rasa kecap
berdasarkan rasio perangsangan berbagai puting kecap (Fox,2002).
Jalur yang menghantarkan sinyal kecap ke batang otak kemudian ke
korteks serebri. Sinyal berjalan dari puting kecap di mulut ke traktus solitarius
di medula. Dari sini, sinyal diteruskan ke talamus, lalu ke korteks pengecapan
primer di daerah operkularinsular, dan juga ke daerah asosiasi pengecapan di
sekelilingnya dan akhirnya ke daerah integrasi umum (daerah Wernicke) yang
mengintegrasikan semua sensasi. Lidah memiliki persarafan yang majemuk.
Otot-otot lidah mendapatkan persarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf otak
XII). Daya perasaannya dibagi menjadi ‘perasaan umum‘ yang menyangkut
taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu
dan sebagainya dan ‘rasa pengecap khusus‘. Impuls perasaan umum bergerak
mulai dari bagian anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan
sebuah cabang urat saraf kranial ke V, sementara impuls indera pengecap
bergerak dalam korda tympani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu
dengan saraf kranial VII yaitu saraf fasialis. Saraf kranial kesembilan, saraf
glossofaringeal membawa impuls perasaan umum, dan impuls perasaan khusus
dari sepertiga posterior lidah. Dengan demikian indera pengecapan lidah
dilayani oleh saraf kranial V, VII, IX sementara gerakan-gerakannya
dipersarafi oleh saraf kranial XII (Fox, 2002).

4. Bahan dan Alat


4.1 Bahan
- Minyak menthol () - Larutan gula ()
- Minyak angin () - Larutan pil kina ()
- Minyak cengkeh () - Larutan cabai ()
- Parfum () - Bengkoang ()
- Air () - Kentang ()
- Larutan garam () - Apel ()
- Larutan asam () - Pear ()
(Jeruk nipis)
4.2 Alat
- Spuit 2,5 mL () - Peta rasa lidah ()
- Sapu tangan () - Tusuk gigi ()
- Kapas () - Pisau ()
- Cotton bud () - Sendok pengaduk ()
- Cawan Petri () - Gelas ()
- Gelas kimia () - Stopwatch ()

5. Cara Kerja
6. Hasil dan Pembahasan
7. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Champbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.


Conley, et al,. 2000. Olfactory Fatigue and Memoryi. Parkway West High School,
Clayton Road.
Fox, Stuart Ira ( 2002): Human Physiology Lab. Manual, Ninth Edition. USA:
The McGraw−Hill. Companies.
Idel, Antoni. 2003. Biologi dalam Kehidupan Sehari-hari. Gitamedia press:
Jakarta
Kimball, W.J. 2004. Biologi Umum 2. Erlangga: Jakarta
Kusumoputro, Benjamin. 2005. Pengembangan Riset Berkesinambungan Sistem
Penciuman Elektronik Menggunakan Metode Kecerdasan. UI. Vol.8. No.10
Mader, SILVYA S., (2004). Understanding Human Anatomy & Physiology, Fifth
Edition The McGraw−Hill.
Raharjo,dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan. Jurusan
Biologi-FMIPA Unesa.
Shopyan, Imam. 2013. Sistem Sensori. UIN SuKa.

Anda mungkin juga menyukai