Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

INDERA PENCIUMAN

KELOMPOK 4

Damara Nurintan Kabau 09412211050

Yulianti Rustam 09412211054

Mohammad Ifdal Ridha 09412211056

Nissa Ariska Suwardi 09412211058

Chintya Abdurahman 09412211060

Habiba Umar 09412211062

Dilla Putri Hi. Rajab 09412211064

Ersa Qadariyah Hendra S 09412211066

Hambarwati Wasmanto 09412211068

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNSTE

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis
rangsangan tertentu, serabut saraf yang melayani nya merupakan alat
perantara yang membawa kesan rasa (sensory imfression) dari organ indera
menuju otak, tempat perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari
luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman, dan suara.
Lainnya di timbul dari dalam antara lain, lapar, haus, dan rasa sakit.
Setiap makhluk hidup di bumi di ciptakan berdampingan dengan alam,
karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup, karena itu
setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan
alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali
perubahan lingkungan yang terjadi, tuhan memberikan indera kepada makhluk
hidup. Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan,
baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh indera yang ada pada
makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan
fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan
eksoreseptor. Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel
otot, tendon,ligamentum, sendi, dinding pembuluh darah, dinding saluran
pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai
perubahan yang ada didalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh,
kadar oksigen menurun,kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain
sebagainya. Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor
berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di
luar tubuh.Yang termasuk eksoreseptor salah satunya adalah indra penciuman.
Indra penciuman merupakan indera yang di gunakan untuk mengenali
lingkungan melalui aroma yang di hasilkan. Organ tubuh yang berhubungan
dengan indera penciuman adalah hidung. Indera penciuman merupakan
komereseptor yang dapat menanggapi rangsangan kimiawi. Berbagai jenis bau
wangi maupun busuk dapat di cium oleh hidung.

1.2 Tujuan Praktikum


Mahasiswa mampu melakukan uji penciuman (indera penciuman).
1.3 Manfaat Praktikum
Agar mahasiswa mampu mengetahui anatomi dari indera penciuman dan
mampu mengetahui tingkat kepekaan terhadap bau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

A. Indra Penciuman

Indra penciuman merupakan indera yang di gunakan untuk mengenali


lingkungan melalui aroma yang di hasilkan. Organ tubuh yang berhubungan
dengan indera penciuman adalah hidung. Indera penciuman merupakan
komereseptor yang dapat menanggapi rangsangan kimiawi. Berbagai jenis bau
wangi maupun busuk dapat di cium oleh hidung (Evelyn, 2000).

Indera penciuman pada manusia adalah hidung. Hidung merupakan


indera penciuman yang memiliki reseptor untuk mengenali lingkungan sekitar
dan berbagai jenis bau. Reseptor penciuman merupakan kemoreseptor yang
dirangsang oleh molekul larutan di dalam mucus. Reseptor penciuman juga
merupakan reseptor jauh(telereseptor). Serabut-serabut ini timbul pada bagian
atas selaput lender hidung yang dikenal sebagai bagian olfaktori hidung.
Olfaktori adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari makanan. Nervu
olfaktori dilapisi sel khusus yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk
berjalin dengan serabut-serabut bulbus olfaktori (Evelyn, 2011).

Struktur anatomi hidung terdapat 2 bagian, yaitu hidung bagian luar


dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar berbentuk piramid dengan
pangkal hidung di bagian atas dan puncaknya berada dibawah. Hidung bagian
luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat. Kerangka tulang terdiri dari sepasang osnasal, prosesus frontalis
os maksila dan prosesus nasalis osfrontal, sedangkan kerangka tulang rawan
terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terdiri dari sepasang kartilago
nasalis lateralis superior, sepasang kartilago lateralis inferior dan tepi anterior
kartilago septumnasi. Otot-otot alanasi terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok dilator dan kelompok konstriktor. Hidung bagian dalam dipisahkan
oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kavum
nasi kiri yang tidak sama ukurannya. Lubang hidung bagian depan disebut
nares anterior dan lubang hidung bagian belakang disebut nares posterior atau
disebut choana. Bagian dari rongga hidung yang letaknya sesuai dengan ala
nasi disebut vestibulum yang dilapisi oleh kulit yang mempunyai kelenjar
keringat, kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang disebut vibrisae. Rongga
hidung dilapisi oleh membran mukosa yang melekat erat pada periosteum dan
perikondrium, sebagian besar mukosa ini mengandung banyak pembuluh
darah, kelenjar mukosa dan kelenjar serous dan ditutupi oleh epitel torak
berlapis semu mempunyai silia. Kavum nasi terdiri atas dasar hidung, atap
hidung, dinding lateral, konka, meatus nasi dan dinding medial (Syaifuddin,
2009).

Hidung yang berperan sebagai indera penciuman memiliki bagian-


bagian yang terpenting, yaitu bagian rongga yang sama besar yang disebut
dengan nostril. Dinding pemisah disebut septum, yang terbuat dari tulang yang
sangat tipis. Rongga hidung dilapisi dengan rambut dan membran yang
mensekresi lendir. Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi untuk mengalirkan
udara dari luar ke tenggorokan menuju paru-paru. Rongga hidung ini
dihubungkan dengan bagian belakang tenggorokan. Rongga hidung
dipisahkan oleh langit-langit mulut kita yang disebut dengan polate (Stefanus,
2010).

B. Proses Penciuman

Struktur indera pembau terdiri dari sel penyokong yang berupa sel
epitel dan sel pembau yang berupa neuron sebagai reseptor. Sel pembau
memiliki tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang terletak pada selaput
lendir hidung, berupa tonjolan akson membentuk berkas yang disebut saraf
otak I (nervus olfaktorius/saraf olfaktori) (Sloane, 2004).

Sistem olfaction (penciuman) disebut sensasi kimiawi karena berfungsi


untuk memonitor substansi-substansi kimiawi dari lingkungan di luar tubuh.
Sistem olfactory merespons substansi kimiawi yang ada di luar lingkungan
dengan cara menghirup napas melalui reseptor-reseptor nasal. Stimulus dalam
sistem olfaktori berupa bahan-bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan
yang terhirup saat bernapas. Resptor penerima bau terdiri dari jutaan reseptor
yang terletak dihidung bagian atas dalam jaringan tertutup selaput lendir yang
tidak dilalui udara disebut olfactory mucosa. Selaput lendir berfungsi untuk
melembabkan udara (Puspitawati, 2014).

C. Anatomi Indera Penciuman

1. Rongga hidung (nasal cavity)


Berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke tenggorokan menuju
paruparu.Di dalam hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk
mengenali bau. Indera penciuman terletak pada rongga hidung. Di
dalam rongga hidung terdapat rambut rambut halus yang berfungsi
untuk menyerap kotoran yang masuk melalui sistem pernafasan, Selain
itu,terdapat konka nasal superior, intermediet serta inferior. Pada
bagian konkanasal superior terdapat akar sel-sel dan jaringan syaraf
penciuman (nervusolfaktorius yang merupakan syaraf kranial pertama)
yang berfungsi untuk mendeteksi bau-bauan yang masuk melalui
hirupan nafas. Fungsi system penciuman (sistem olfaction) adalah
mengindikasikan molekul molekul kimia yang dilepaskan di udara
yang mengakibatkan bau. Molekul kimia diudara dapat dideteksi bila
masuk ke reseptor olfactory epithelia melalui proses penghirupan.

2. Mucous membrane

Berfungsi menghangatkan udara dan melembabkannya. Bagian ini


membuat mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk menangkap
debu,bakteri, dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak
paru-paru (Nuracmah, 2011).

D. Saraf Indera Penciuman

Saraf olfaktorius merupakan saraf sensorik penciuman. Saraf ini


berasaldari ujung saraf olfaktorius khusus (kemoreseptor) di membran
atasrongga nasal yang berada konka nasal superior. Pada setiap sisi
septumnasal, serat saraf melalui lamina kribriformis tulang etmoid ke
bulbusolfaktorius dimana saraf ini saling berhubungan dan bersinaps.
Daribulbus berkas serat saraf membentuk traktus olfaktorius yang
melewatiarea olfaktorius ke lobus temporal pada tiap hemisfer, dimana
impulsdipersepsikan dan bau di persepsikan (Haryani, 2009).
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat

1. Cawan Porselen

2. Stopwatch

3.2 Bahan

1. Kamfer

2. Minyak Cengkeh

3.3 Cara Kerja

Siapkan salah satu anggota kelompok untuk menjadi subjek percobaan.

Praktikan yang di jadikan subjek percobaan matanya ditutup.

Ciumkan kamfer pada satu lubang hidungnya, dengan cara melewatkan


(salah satu lubang hidung lainnya di tutup).

Ciumkan kembali kamfer dengan waktu yang lama sampai rekan anggota
tak dapat mendeteksi bau kamfer. Catat waktu yang di perlukan hingga
bau kamfer tidak tercium lagi.

Setelah mencium kamfer, rekan anggota langsung di minta untuk


mencium bau minyak cengkeh.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Kelompok Waktu Kamfer Minyak Cengkeh

I 22:09 ✓ ✓

II 20:13 ✓ ✓

III 13:00 ✓ ✓

IV 18:51 ✓ ✓

4.2 Pembahasan

Indra penciuman merupakan salah satu dari lima indra yang dimiliki
manusia Sebagai bagian dari sistem panca indra manusia, indra
penciuman berperan untuk mendeteksi bau atau aroma. Indera penciuman
terletak pada rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut-
rambut halus yang berfungsi untuk menyerap kotoran yang masuk
melalui sistem pernafasan (respiratory). Selain itu, terdapat konka nasal
superior, intermediet serta inferior. Pada bagian konka nasal superior
terdapat akar sel-sel dan jaringan syaraf penciuman (nervus olfaktorius
yang merupakan syaraf kranial pertama) yang berfungsi untuk
mendeteksi bau-bauan yang masuk melalui hirupan nafas. Tanggung
jawab sistem pembau (sistem olfaction) adalah mengindikasikan
molekul-molekul kimia yang dilepaskan di udara yang mengakibatkan
bau. Molekul kimia diudara dapat dideteksi bila ia masuk ke reseptor
olfactory epithelia melalui proses penghirupan
Pada saat melakukan percobaan pada indera penciuman salah satu
anggota kelompok mencium kamfer dengan cara melewatkan dengan salah
satu lubang hidungnya di tutup kemudian setelah itu di cium dengan waktu
yang lama sampai tidak tercium lagi bau dari kamfer tersebut dan kemudian
mencium bau dari minyak cengkeh. Pada saat mencium bau dari minyak
cengkeh tersebut aroma bau dari minyak cengkeh tercium. Adaptasi
penciuman adalah waktu ketika bau kamfer tercium sampai bau kamfer tidak
tercium lagi. Bau kamfer lama kelamaan hilang karena adanya pengaruh suhu
dan udara di ruangan, hal ini berkaitan dengan sel reseptor penciuman yaitu
saraf olfaktori. Saraf olfaktori adalah sel reseptop utama untuk indra
penciuman. Saraf ini memonitorkan asupan bau yang di bawa udara ke dalam
sistem pernapasan manusia dan sangat menentukan rasa, aroma, dan
palatasibilitas dari makanan maupun minuman.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa indera penciuman


merupakan salah satu indera yang di miliki oleh manusia yang berperan untuk
mendeteksi bau atau aroma, dan pada saat melakukan praktikum anggota
yang melakukan percobaan tersebut penciumannya berfungsi dengan baik
karena dalam selang waktu yang sedikit langsung dapat mencium aroma bau
dari minyak cengkeh.

5.2 Saran

Saran dalam praktikum kali ini adalah setiap praktikan harus mengetahui
prosedur kerja yang di gunakan dalam praktikum agar praktikum dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C.Pearce. 2000. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.

PT. Gramedia. Jakarta.

Evelyn C.Pearce. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis

PT. Gramedia. Jakarta.

Hapsari, I. I., Puspitawati, I., & Suryaratri, R. D. (2014). Psikologi Faal.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Nuracmah. E. Angriani.R. (2011). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. Salemba

Medika

Rachmawati, F. (2009). Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit

Kedokteran EGC. Jakarta

Stefanus, M.W. 2010. Psikologi Faal. Universitas Bina Darma. Palembang

Syaifuddin. 2009.Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.

Salemba Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai