Anda di halaman 1dari 24

“LAPORAN PRAKTIKUM PRORFIL TANAH “

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Geografi


Tanah dan Lingkungan

Dosen Pengampu:

Dr. H. Sidharta Adyatma, M.Si.

OLEH

Chairunisa (2310115120003)

Annisa Ghina Rahman (2310115120009)

Azmi Rajaukhair (2310115310007)

Kiki Amelia Putri (2310115320006)

Mei Satunnisah (2310115120010)

M. Rizqi Zidan Saputra (2310115310003)

Muhammad Hilmi(2310115210010)

Putri Handayani (2310115320004)

Rahel Yulian Noor (2310115120011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Profil Tanah dengan sebaik-baiknya serta tepat
pada waktunya.
Shalawat serta salam tak lupa pula kita hanturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Laporan ini kami buat dengan sedemikian rupa, harapan kami makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya agar
kedepannya dapat menambah pengetahuan kita mengenai segala sesuatu yang
tertera di dalam makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan kami menyadari Laporan ini belum


sempurna. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga Laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 21 Maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Tujuan dan Manfaat...................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6

2.1 Profil Tanah...............................................................................................6

2.2 Siafat-Sifat Fisik Tanah.............................................................................7

BAB III..................................................................................................................11

METODOLOGI.....................................................................................................11

3.1 Tempat dan Waktu..................................................................................11

3.2 Alat dan Bahan........................................................................................11

3.3 Prosuder Kerja.........................................................................................11

3.4 Pengambilan Sampel Tanah....................................................................11

BAB IV..................................................................................................................12

HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................12

4.1 Hasil.........................................................................................................12

4.2 PEMBAHASAN.....................................................................................12

4.3 Tabel Pengamtan.....................................................................................14

4.4 Dokumentasi dan Penjelasan...................................................................16

4.5 Foto Bersama...........................................................................................19

BAB V....................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20

5.1 Kesimpulan..............................................................................................20

5.2 Saran........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur- unsur esensial); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat
biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaan (Hanafiah, 2004).

Tanah berasal dari pelapukan batuan dngan bantuan tanaman dan


organisme membentuk tubuh unik yang menyelimuti lapian batuan. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk
tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapian-lapisan atau disebut sebagai
horison. Setiap horison dapat menceritakan asal dan proses-proses kimia, fisika
dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut (Purwowidodo, 1991).

Tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama, yaitu


sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penyedia kebutuhan
primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya baik selama
pertumbuhan maupun untuk berproduksi, penyedia kebutuhan sekunder tanaman
yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya supaya berlangsung optimum, dan
habitat biota tanah baik yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif
(Hanafiah, 2004).

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitiannya (Sutejo & Kartasapoetra, 1991).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengamatan profil tanah


dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah. Dari pengambilan
sampel tanah yang dilakukan pada berbagai lapisan tanah tersebut kita dapat
mengetahui karakteristik tanah, tekstur, warna, dan pH tanah.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum ini untuk mendemonstrasikan bagaimana profil tanah
dibuat dan diamati; mendemonstrasikan kepada mahasiswa kenampakan dari
profil tanah secara utuh; menjelaskan bagaimana pencirian horizon-horizon tanah;
mendemonstrasikan dan menjelaskan pembentukan tanah dari bahan induknya;
dan bagaimna mencatat hasil pengamatan suatu profil tanah.
Manfaat praktikum ini untuk membantu kita dalam memperoleh gambaran
tentang sifat-sifat tanah, terutama yang erat kaitannya dengan pertumbuhan
tanaman dan dengan pencandraan itu akan memungkinkan kita lebih mengetahui
tentang sifat dari tiap horizon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalman
yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya
(Sutejo & Kartasapoetra, 1991).
Menurut Brady (1974) setiap tanah itu, horison-horisonnya mencirikan dan
sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tingkat tinggi. Pada suatu profil
tanah yang lengkap dapat kita lihat beberapa lapisan yang membentuk tanah.
Adanya lapisan-lapisan dalam tanah ini karena berlangsungnya perombakan yang
tidak sama. Lain halnya pada tanah yang tergolong entisol, disini lapisan-lapisan
merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari tempat lain. Lapisan-lapisan
yang terbentuk sebagaimana kita lihat pada profil tanah dapat dikatakan tidak
selamanya tegas dan nyata sehingga kerap kali batas-batasnya agak kabur dan
kejadian demikian akan menyulitkan dalam penelitian (Sutejo & Kartasapoetra,
1991).
Pada umumnya penelaahan laisan-lapisan pembentuk tanah ditekankan pada
ketebalan solum tanah (medium bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur
ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-batuan sampai ke permukaan tanah.
Setelah diketahui solum tanah itu kemudian dapat ditentukan tebalnya lapisan atas
tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub soil) yang satu dengan lainnya akan
menunjukkan perbedaan atau kekhususan yang mencolok (Sutejo &
Kartasapoetra, 1991). Tentang hal ini dapat ditemukan sebagai berikut:

a. Lapisan atas tanah (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 – 35 cm


merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub soil,
banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah
tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha
penanaman diatasnya. Pada tanah litosol ketebalan solum tanah biasanya
kurang dari 25 cm.
b. Lapisan atas tanah merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman
yang kita budidayakan, dengan kandungan unsur-unsur haranya yang tinggi
serta tingkat kelembaban tanahnya menguntungkan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pengolahan tanah yang baik (pengolahan dan
pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat fisik tanah itu,
sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan lebih dapat ditingkatkan
dengan beberapa perlakuan, seperti pemberian pupuk, pemulasan,
pengapuran, pengeringan atau pembasahan dan lain sebagainya.
c. Akan tetapi dalam ketahanan, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh, lebih
mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama pada
permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan
beberapa perlakuan pula (pemulasan, penterasan, penanaman rumput-
rumputan dan lain-lain maka keadaan top soil akan dapat lebih dipertahankan.

Biasanya profil tanah memiliki horison-horison O –A – E – B - C – R. Solum


Tanah atau empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca terdiri dari: O – A
– E – B, Lapisan tanah atas (Top Soil) meliputi: O – A, Lapisan tanah bawah
(Sub Soil) meliputi : E – B.
Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tetanaman yang
sangat penting adalah horizon O – A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai
ketebalan dibawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi,
palawija dan sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm.
Oleh karena itu, istilah ‘kesuburan tanah’ biasanya mengacu kepada ketersediaan
hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya disebut sebagai ‘lapisan olah’. Namun
bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang
lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hanafiah, 2004).

2.2 Siafat-Sifat Fisik Tanah


A. Sifat Fisik Tanah
1. Tekstur
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan
kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Tan, 1992).
2. Struktur
Menurut Pandutama (2003) struktur tanah adalah pengelompokan/pengaturan
partikel tanah kedalam agregat atau kumpulan yang mantap. Struktur yang baik
ditandai dengan penetrasi air menjadi lebih baik, kemampuan tanah memegang air
tinggi, mudah untuk digarap, mudah ditembus akar, air dapat mengalir dengan
baik, tersedianya nutrisi dan internal drainasenya bagus.

3. Konsistensi
Menurut L.D. Baver dalam “Soil Physics” (1965), konsistensi tanah dapat
ditakrifkan sebagai daya kohesi dan adhesi tanah pada berbagai kelembaban.
Menurut Baver pula, Atterberg (tokoh pemula peneliti dan yang menggolong-
golongkan konsistensi tanah dalam kaitannya dengan kadar lengas) telah
melakukan klasifikasi dan penetapan konsistensi tanah sebagai berikut:
a. Konsistensi lekat, memili tanda-tanda dapat melekati atau melengketi macam-
macam bahan (benda) yang mengenainya.
b. Konsistensi liat atau plastik, memiliki tanda-tanda liat dan atau kemampuan
untuk diubah-ubah bentuknya.
c. Konsistensi lunak, memiliki tanda-tanda kegemburan.
d. Konsistensi keras, memiliki kekhususan sebagai gumpalan tanah yang keras,
dan bila dibelah akan pecah-pecah.

4. Porositas
Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati
oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun
mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso
terisi oleh udara. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi dan
drainase tanah (Foth, 1994).

Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori
kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang.
Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat
(Pairunan, 1985).
Tanah dengan struktur lemah atau kersai pada umumnya mempunyai
porositas yang terbesar. Pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat
memperbesar porositas, namun dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan turunnya porositas. Oleh karena itu, untuk memperbesar porositas
tanah tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik
atau melakukan pengolahan tanah secara minimum. Pengolahan tanah berlebih
akan menyebabkan rusaknya struktur tanah. Nilai porositas dapat diperoleh jika
diketahui nilai bulk density dan partikel densitynya (Hardjowigeno, 2010).

5. Suhu
Suhu tanah demikian berpengaruh pada tanaman, pengukuran biasanya dilakukan
pada kedalam 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100cm. Pengaruh suhu tanah
terhadap tanaman yaitu pada perkecambahan biji, pada aktivasi mikroorganisme,
dan perkembangan penyakit tanaman. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor
luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari
keawanan,curah hujan, angin dan kelembapan udara sedangkan faktor internal
yaitu tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah, kandungan bahan organik dan
warna tanah (Ance, 1986).

6. Warna tanah
Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih,
dan hitam serta warna-warna tanah di antara warna-warna tersebut, sedangkan
yang berwarna hijau dan lembayung jarang sekali ditemui. Warna tanah itu tidak
murni, dalam suatu warna coklat misalnya, di sana sini sering terdapat tambahan
berupa kumpulan titik dan corengan merah, kuning, atau warna gelap (hitam).
Warna coklat merupakan warna dasar, sedangkan warna merah, kuning, ataupun
hitam merupakan warna noda atau warna bercak (Kohnke, 1968).
B. Sifat Kimia Tanah
1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)
pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan tingkat
keasaman atau kebasaan terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk
tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH
lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi,
asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Hardjowigeno, 2010).

2. C-Organik
Bahan organik tanah merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang
dilakukan jasad renik tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda
dengan senyawa aslinya, yng tentunya dalam hal ini ada berbagai tambahan bahan
seperti glukosamin (hasil metabolis jasad renik) (Sutedjo & Kartasapoetra, 1991).
Sifat fisika yang dipengaruhi bahan organik adalah kemantapan agregat
tanah, dan selain itu sebagai penyedia unsur-unsur hara, tenaga maupun
komponen pembentuk tubuh jasad dalam tanah (Brady, 1974).

3. N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah, 2004).
Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus
dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk,
dan air hujan (Hardjowigeno, 2010).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Indonesia, Kalimantan Selatan, Kabupaten Banjar Baru, Kecamatan Landasan
Ulin, Guntung Manggis 70721, CQ9H+4X8. Lat-3.481957. Long 114.780254.
15/03/2024, 11:52 AM GMT+08:00.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah peralatan mekanik yang terdiri dari cangkul,
linggis dan skop, peralatan deteksi yaitu pisau lapangan, meteran gulung, plastik
bening. Bahan-bahan yang digunakan meliputi profil tanah, dan gambar-gambar
profil tanah dari foto-foto dan literatur.

3.3 Prosuder Kerja


1. Dalam membuat lubang penampang harus besar, supaya orang dapat dengan
mudah duduk atau berdiri didalamnya, agar memudahkan dalam
pengamatannya.
2. Menggai tanah dengan ukuran penampang 1m x 50 cm dan pengamatan
dipilih pada sisi lubang yag mendapat penerangan dari sinar matahari yang
cukup.
3. Tanah bekas galian tidak ditumpuk diatas sisi penampang pengamatan.
4. Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya
timbunan serta jauh dari pemukiman.
5. Jika berair, maka air yang berada dalam penampang dikeluarkan sebelum
pengamatan.
6. Melakukan pengamatan profil tanah pada sinar matahari yang cukup (tidak
terlalu pagi atau sore).

3.4 Pengambilan Sampel Tanah


1. Ambil tanah dengan pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah
dengan lapisan yang paling bawah.
2. Masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Lapisan I II III

Kedalaman Lapisan 0-8 8-23 > 23

Batasan Lapisan Berangsur Berangsur Berangsur


Topografi Batas Lapisan Berombak Berombak Berombak
Pasir
Tekstur Lempung berdebu Lempung berdebu
berlempung

Struktur Sangat kasar Kasar Halus

Konsistensi Kering teguh Lembab gembur Lembab lepas

Sumber : Data di lapangan

4.2 PEMBAHASAN
a. Kedalaman Lapisan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap lapisan memiliki
kedalaman lapisan yang berbeda. Pada lapisan I memiliki kedalaman lapisan 0-
8cm, lapisan II memiliki kedalaman lapisan 8-23 cm, sedangkan pada lapisan III
memiliki kedalaman lapisan > 23 cm. Pengukuran kedalaman lapisan ini
menggunakan bar yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Hal ini didukung oleh
Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang menyatakan bahwa lapisan tanah atas
(top soil) memiliki ketebalan solum sekitar 20 sampai 35 cm.

b. Batasan Lapisan
Pada batasan lapisan ini, dapat dilihat pada tabel bahwa pada lapisan I, II, dan
III memiliki batas lapisan yang sama, yaitu berangsur. Lapisan I hingga lapisan IV
memiliki beberapa batasan lapisan yang berangsur. Hal ini sesuia dengan
pendapat Hardjowigeno (2007) bahwa dalam pengamatan tanah di lapangan
ketajaman peralihan hrizon dibedakan kedalam tiga tingkatan yaitu nyata, jelas
berangsur dan baur.
c. Topografi Batas Lapisan
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa topografi batas lapisan pada lapisan I,
II, dan III sama, yaitu berombak. Dalam pengamatan di lapangan, diperoleh
bahwa batasan antar lapisan kurang tegas atau baur dengan topografi batasan
lapisan yang berombak. Adanya batasan dan topografi lapisan lapisan ini sesuai
dengan Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang menyatakan bahwa lapisan-
lapisan yang terbentuk pada profil tanah dapat dikatakan tidak selamanya tegas
dan nyata tetapi kerap kali batas-batasnya agak kabur.

d. Tekstur
Lapisan I, II, dan III memiliki tekstur yang berbeda-beda. Pada lapisan I
bertekstur pasir berlempung. Karena pada saat pengamatan tekstur tanah dengan
menggunakan indera perasa yaitu dengan membasahi sedikit media tanah dan
dibentuk pita dengan memelintir tanah dengan ibu jari dan telunjuk, pita ini tak
dapat terbentuk sehingga dikatakan bertekstur pasir berlempung. Pada lapisan II
dan III bertekstur lempung berdebu, karena tanah ini dapat membentuk pita yang
lemah dengan ukuran <2,5cm dan saat digerus dengan ibu jari tanah terasa halus.

e. Struktur
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Dalam
praktek di lapangan, diperoleh struktur tanah tiap lapisan agak berbeda.Pada
lapisan I struktur tanah sangat kasar sedangkan lapisan II kasar dan lapisan III
halus. Menurut Hardjowigeno (1987), gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai
bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.

f. Konsistensi
Konsistensi tanah pada setiap lapisan juga menunjukkkan perbedaan. Pada lapisan
I konsistensi tanah kering teguh sedangkan pada lapisan II konsistensi tanah
lembab gembur. Adapun lapisan III konsistensi tanah lembab lepas. Tanah basah
adalah tanah dengan kandungan air di atas kapasitas lapang. Tanah lembab adalah
tanah dengan kandungan air mendekati kapasitas lapang sedangkan tanah kering
adalah tanah dalam keadaan kering angina. Dengan demikian, konsistensi tanah
dalam hal ini disebabkan oleh kandungan air pada setiap lapisan tanah
(Hardjowigeno, 1987).
4.3 Tabel Pengamtan
TABEL PENGAMATAN

Nama Pengamat Kiki Amelia Putri SUMBER


Lokasi
 Provinsi  Kalimantan Selatan
 Kabupaten  Banjar Baru
 Kecamatan  Landasan Ulin
 Desa  Guntung Manggis Aplikasi GPS MAP

 Waktu Observasi  15 Maret 2024


 Titik Koordinat  11.55 Am Gmt + 08 : 00
 Ketinggian  Lat-3 48/966 Buku Panduan
Tempat Praktikum
 Elevasi  - Aplikasi GPS MAP
dan Aplikasi
Altimeter
 Topografi 
 Pengunaan Lahan  Lahan Kosong
 Deskripsi Lokasi  Kalimantan Selatan, Kab.
Banjarbaru, Kec.
Landasan Ulin, Desa
Gantung Manggis.

Analisis Iklim Tropis


 Suhu Rata-rata  28,76ᵒ C
 Kelembaban  79,11%
Rata-rata
 Evaporasi  Badan Pusat
Statistik- BPS
 Tekanan Udara  1004,49 MBr
Rata-rata
 Kecepatan Angin  1,48 M/detik
Rata-rata

Kondisi Tanah Lahan Kosong


 Bahan Induk  Horison O, A, B Web
Haloedukasi.com
 Warna Tanah  Hitam, Cokelat, Kuning Buku Panduan
Praktikum
 Tipe Tanah  Tanah Organik
(Organik/Mineral)
4.4 Dokumentasi dan Penjelasan
Horizon O terdiri atas bahan organik
dengan ketebalan hanya beberapa
sentimeter saja dari permukaan tanah.
Horizon organik merupakan tanah yang
kaya akan humus sebagai penyubur
tanah.

 Ciri khas horizon O adalah


warnanya yang gelap kecoklatan
sampai kehitam-hitaman dan
terdiri atas sisa-sisa makhluk
hidup yang telah membusuk. Bisa
dilihat gambar disamping.

Horizon A lapisan tanah bagian atas


atau top soil dengan ketebalan antara 20
sampai 35 cm. susunan tanah pada
horizon A masih relatif subur
dibandingkan horizon dibawahnya.
Horizon ini terdiri atas campuran
hasil pelapukan batuan dengan berbagai
tekstur, zat organik, dan organisme
hidup.

 Horizon A juga disebut


dengan zone eluviasi, yakni
wilayah pencucian partikel-
partikel tanah, terutama aprtikel
debu dan liat dengan butiran
halus, oleh air hujan.

Horizon B atau yang disebut


sebagai subsoil merupakan horizon
tempat pengendapan partikel tanah yang
mengalami pencucian pada horizon A
dan terlarut dalam air.

 Ciri horizon tanah pada horizon B


adalah berwarna sangat terang
Tanah Horizon O berawana hitam karena
ada implikasi :

 masalah genangan air atau


drainase
 pH rendah
 denitrifikasi tinggi

Tanah Horizon A berwarna Coklat karena


adanya implikasi :

 fiksasi fosfor rendah sampai


sedang
 air tanaman rendah sampai sedang
tersedia
Tanah ini sering memiliki drainase yang
lebih buruk daripada tanah merah.
Senyawa besi di tanah ini dalam bentuk
terhidrasi dan karena itu tidak
menghasilkan warna ‘berkarat’.
Implikasi:

 fiksasi fosfor sedang


 air tanaman tersedia rendah
 pemadatan
4.5 Foto Bersama

Kebersamaanlah Yang Selalu Menguatkan.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa profil tanah
merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara menggali
lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalman yang tertentu
pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya.
Masing – masing lapisan tanah juga memiliki bentuk struktur, warna, dan
tekstur – teksturnya. Struktur lapisan I, II, dan III juga berbeda. Ada yang kasar,
sedang dan halus. Perbedaan ini disebabkan karena kandungan air pada tanah
yang berbeda. Tekstur lapisan I, II dan III pun berbeda. Hal ini dikarenakan
perbedaan jumlah dan luas permukaan partikel – partikel pada tanah.

5.2 Saran
Praktikum yang dilakukan sudah bagus dimana setiap mahasiswa dibentuk
hanya beberapa kelompok dan didampingi oleh asisten dosen. Jadi perhatian
asisten dosen pada mahasiswa lebih banyak dan lebih terfokus, selain itu
mahasiswapun juga lebih mudah dalam melakukan praktikum. Untuk saran,
waktu dalam praktikum lebih diperhitungkan lagi sehingga berjalannya praktikum
dapat dilakukan dengan baik tanpa terdengar keluhan dari mahasiswa lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ance G. K. 1986. Teknologi Benih. Jakarta: Bina Aksara.

Baver, L.D. 1965. Soil Physics. New York: John Wiley & Sons.

Brady, N.C. 1974. The Natural and Properties of Soil. New York: MacMillan.

Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Gusli, Sikstus. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Makassar:


Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

___________. 2007. Ilmu tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

___________. 2010. Ilmu tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka
Cipta.

Kohnke, Helmut. 1968. Soil Physics. Mishawaka: McGraw-Hill Book Company.

Pairunan, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Perguruan Tinggi


Negeri Indonesia Timur.

Pandutama, M.H. dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jember: Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakarta: Rajawali.

Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rineka Cipta.

Tan, K.H. 1992. Dasar–Dasar Kimia Tanah (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah


Mada Univ. Press, Bulaksumur.

Anda mungkin juga menyukai